kepada sering melakukan perlawanan karena ketidak senangannya kepada orang tua. Pada pelekatan ini anak tidak dapat merasakan interaksi fisik
maupun emosional. Empat gaya di atas remaja yang sehat akan membangun kelekatan yang
aman dengan orang tua mereka karena gaya kelekatan yang aman membawa remaja pada individu yang mampu dengan individu yang lain. Dan memiliki
tingkat kecemasan sosial yang rendah. Menurut Santrock 2003:194 “keterikatan
pada orang tua selama masa remaja dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi yang sehat
secar a psikologis”. Sehingga keterikataan yang aman antara remaja dan orang tua
dapat menjadi tameng yang baik dalam pengaruh negatif lingkungan remaja dan menjadikan remaja tumbuh secara optimal dengan tugas perkembangannya.
Gaya kelekatan remaja dan orang tua merupakan gaya interaksi fisik dan emosional yang terjadi antara remaja dan orang tua. Gaya kelekatan remaja dan
orang tua tersebut mencakup atas empat gaya yaitu: aman, takut mengindar, terpreokupasi dan menolak. Keempat gaya tersebut dapat diukur dengan harga diri
remaja siswa dan kepercayaan remaja kepada orang tua mereka. Kelekatan yang aman merupakan gaya kelekatan yang paling baik dari gaya kelekatan yang lain
karena terdiri dari harga diri yang tinggi dan kepercayaan kepada orang lain yang tinggi.
2.5 Kelekatan Remaja dan Orang Tua Ditinjau dari Perbedaan
Jenis Kelamin
Jenis kelamin di dunia ini pada dasarnya ada dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin tersebut juga membawa berbagai perbedaan
karekteristik antara keduanya. Menurut Baron 2004: 203 “jenis kelamin merujuk pada perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan yang secara
jenis kelamin sering disebut-sebut dengan gender walupun sedikit berbeda antara keduanya. Perbedaan antara keduanya terletak pada jenis kelamin merupakan
kodrat sedangkan gender merupakan yang tidak dapat atau permanen. Konsep gender tersebutlah yang membuat pandangan bahwa laki-laki dan perempuan
memang merupakan dua unsur yang berbeda. Dalam masyarakat perempuan digambarkan sering digambarkan sebagai
sosok yang feminim dan laki-laki sebagai sosok yang maskulin. Sifat-sifat tersebut sudah mengakar di dalam masyarakat dan membuat barbagai jenjang
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga mempengaruhi sisi psikologis dari laki-laki maupun perempuan. Perempuan terlihat banyak
tergantung dan lebih dilindungi dari pada laki-laki. Sifat tergantung tersebut membuat perempuan lebih lekat dengan orang tuanya.
2.6 Kelekatan Remaja dan Orang Tua Ditinjau Dari Latar
Belakang Pendidikan Orang Tua
Menurut UU No.20 Tahun 2003 Pasal 14 jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi Munib, 2011:147. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
sistempendidikan nasional, bunyi Pasal 17 1 jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah,
pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama SMP dan
Madrasah Tsanawiyah MTs. Jenjang pendidikan menengah diatur dalam pasal 1,2,3 dan 4, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK atau berbentuk lain yang
sederajat. Selanjutnya untuk jenjang pendidikan tinggi diatur dalam pasal 19, 20, dan 21, 22, 23, 24 dan 25. Penjelasan pasal 19 ayat 1 pendikan tinggi merupakan
jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup pendidikan diploma, sarjana, magester, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi. Dari penjelasan di atas pendidikan indonesia dibagi menjadi tiga jenjang
namun umumnya dimasyarakat ada Sekolah Dasar SD atau sederajat, Sekolah Menengah Pertama SMP atau sederajat, Sekolah Menengah Atas SMA atau
sederajat dan Perguruan Tinggi. Tujuan dari penidikan di indonesia menrut UU No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembnganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
”. Dari tujuan tersebut
diharapkan orang tua memilikin pengetahuan yang lebih baik sejalan dengan tingginya pendidikan yang didapat. Dengan berbagai jenjang pendidikan yang
didapat menjadikan beberapa pola yang berbeda dalam berbagai keluarga. Dalam Sayekti 1994:
20 mengatakan bahwa “keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama anak-anak mengenal pendidikan
pertama kali di dalam lingkungan keluarga”. Dengan demikian pendidikan awal
juga berasal dari keluarga bagaimana pembentukan karekter anak. Sayekti 1994:20 menambahkan bahwa
“pendidikan keluarga adalah pendidikan kodrati. Apalagi setalah lahir, pergaulan diantara orang tua dan anak-anaknya yang
meliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaiaan, anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan yang wajar. Didalam keluarga segala sikap dan
tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan ”.
2.7 Perlunya Konselor Mengetahui Gaya Kelekatan Siswa dan