Pendirian Parisada Hindu Dharma
Perkembangan Agama Hindu Setelah Kemerdekaan
27
Parisada terdiri dari Brahmana ahli. Hal ini berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam kitab suci Manawa Dharma Sastra XII.110-114.
Pesamuan agung I Parisada Hindu Dharma Bali PHDB di SMP Dwijendra diadakan pada tanggal 3 Oktober 1959. Pada saat itu
diputuskan untuk menerbitkan buku Agama Hindu untuk sekolah- sekolah di Bali yang berjudul “Dharma Prawerti Sastra”.
Kemajuan Agama Hindu mulai tampak setelah buku tersebut tersebar di sekolah-sekolah. Tanggal 4 Juli 1959 berdirilah sekolah Pendidikan
Guru Atas Hindu Bali PGAH Balidan dinegerikan tahun 1968. Semua ini terjadi juga berkat dukungan yayasan Dwijendra. Tugas sekolah
PGAH Bali ini mendidik generasi muda untuk menjadi guru Agama Hindu yang nantinya bertugas di sekolah-sekolah yang berada di Bali.
Pada tanggal 19 Maret 1960 diadakan pesamuan agung II dibalai masyarakat kota Denpasar. Kemudian disusul pesamuan agung III
dan IV tahun 1960. Tanggal 21 Oktober 1961 berlangsung pesamuan agung V bertempat di SMP Dwijendra Denpasar. Keputusan yang
penting diambil pada pesamuan agung itu adalah rencana penyelenggaraan Karya Eka Dasa Rudra pada tahun 1963.
Pesamuan agung diselenggarakan di Campuhan Ubud di Pura Gunung Lebah pada tanggal 17 sampai 23 November 1961. Pertemuan
yang dikenal dengan Paruman Dharma Asrama diprakarsai oleh Parisada Dharma Hindu Bali.Pertemuan ini diikuti oleh Sulinggih
Pandita dan Walaka. Mereka bertemu untuk membicarakan masalah keumatan dan masalah keagamaan Dharma Negara dan Dharma Agama.
Sumber:
www.picasaweb.google.com, 2010
Gambar 2.8
Pura Gunung Lebah di Campuhan Ubud.
Pendidikan Agama Hindu untuk SD Kelas VI
28
Keputusan terpenting saat itu adalah tentang “Piagam Campuhan Ubud” yang berisi tentang keputusan penting bagi perkembangan Agama
Hindu selanjutnya. Isi dari piagam Campuhan Ubud adalah :
1. Mengenai Dharma Agama meliputi tentang pengakuan Veda Sruti sebagai inti ajaran Hindu dan Dharma sastra Smerti sebagai tuntunan
ajaran Susila. Tentang pendirian Perguruan Tinggi Agama, pendirian padmasana pada setiap Kahyangan Tiga, serta tentang Pedewasaan
Hari Raya.
2. Mengenai Dharma Negara meliputi tentang kemerdekaan, per- cobaan senjata nuklir, menjunjung tinggi Pancasila, memperjuang-
kan agama Hindu agar menjadi bagian dari Departemen Agama, memupuk semangat gotong royong dan membenarkan petugas
dengan berpakaian dinas masuk dan melakukan persembahyangan di pura-pura.
Piagam Campuhan terdiri dari beberapa pasal. Pada bagian A butir
II antara lain menyebutkan keinginan untuk membangun atau menyeleng- garakan Arsama Pengadyayan Perguruan Tinggi Agama tempat mem-
pelajari Dharma. Butir inilah cikal bakal terwujudnya perguruan tinggi Hindu.
Isi pokok Piagam Campuhan yaitu Dharma Agama dan Dharma Negara. Dharma Agama yang dimaksud adalah bagaimana umat Hindu
bisa menjalankan ajaran Dharma tersebut lewat kerangka dasar Agama Hindu Tattwa, Susila, Upacara. Dharma Negara lebih menitikberatkan
pada hubungan umat sebagai warga Negara Kesatuan RI. Umat mem- posisikan diri untuk dapat berperan aktif disetiap kegiatan kebangsaan
atau kenegaraan. Umat juga diharap selalu menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada tanggal 3 Oktober 1963 didirikan Mahawidya Bhawana Institut Hindu Dharma IHD dan sekarang berubah menjadi Universitas
Hindu Indonesia UNHI. Ini merupakan wujud isi piagam mengenai Dharma Agama tentang pendirian perguruan tinggi Agama.
Dengan adanya IHD dan Parisada Hindu Dharma Bali PHDB ajaran Hindu terus digali dan dirumuskan sesuai dengan dunia pendidikan.
Sehingga Agama Hindu dapat dipelajari oleh semua orang. Selanjutnya disetiap provinsi dan Kabupaten diseluruh wilayah
Negara Republik Indonesia berdirilah Parisada. Pada tanggal 7 sampai 10 Oktober 1964 dilaksanakan Mahasaba I yang dihadiri oleh utusan
Parisada seluruh Indonesia. Dalam mahasabha ini diputuskan tentang penyempurnaan Lembaga Hindu Parisada Hindu Dharma Bali menjadi
Parisada Hindu Dharma.
Perkembangan Agama Hindu Setelah Kemerdekaan
29
Parisada Hindu Dharma memiliki lambang khusus. Lambang tersebut berbentuk Padma untaian daun
bunga teratai yang lancip dan melingkar berjumlah 22 helai. Jumlah ini melambangkan anggota dewan
Parisada Hindu Dharma Pusat yang bukan pendeta pedanda. Di tengah-tengah untaian daun teratai itu
terdapat lingkaran Padma berbentuk setengah bulatan berjumlah 11 helai yang melambangkan jumlah anggota
Paruman Sulinggih. Di tengah-tengah 2 lingkaran Padma yang berbentuk lancip dan setengah bulatan
terdapat swastika yang berjari-jari 4. Hal ini melambang- kan Dewan Harian Parisada Hindu Dharma Pusat.
Seluruhnya berjumlah 4 orang yang disimbolkan oleh tangkai atau jari-jari swastika yang menjalar ke kanan dan tangkai-
tangkainya yang di tengah-tengah adalah lambang Sekretariat Parisada.
Pada tanggal 2 sampai 5 Desember 1968 diselenggarakan Maha- sabha II di Denpasar. Pada Mahasabha II dihasilkan pula keputusan
tentang tugas pandita, yaitu:
Gambar 2.9
Logo PHDI Parisada Hindu Dharma Indonesia
Sumber
: www.leler.com, 2010
Gambar 2.10
Para pemangku atau pinandita selalu mendapatkan pengarahan baik dari Bimas atau PHDI.
Sumber:
www.jatim.depag.co.id, 2010
1. memi mpi n umat dal am hidup dan kehidupannya
untuk mewujudkan kese- jahteraan dan kebahagiaan
lahir batin,
2. melakukan pemujaan penye- lesaian yajï a,
3. dalam memimpin upacara yajï a agar menyesuaikan
dengan k etentuan sastra untuk itu,
4. pandi ta j uga di harapk an mampu membimbing para
pinandita atau pemangku, 5. aktif mengikuti paruman
dalam rangka penyesuaian dan pemantapan ajaran agama sesuai dengan perkembangan masyarakat,
6. pandita juga memberikan bimbingan Dharma Upadeúa melalui Dharma Wacana, Dharma Tula, Tirtayatra, dan lainnya.
Kemudian dilanjutkan dengan Pesamuan agung yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 21 sampai 24 Februari 1971 yang menghasil-
kan rumusan dibidang Dharma Agama dan Dharma Negara. Rumusan itu meliputi pengajuan usulan kepada Pemerintah pusat agar Perayaan
Hari Raya Nyepi menjadi Hari libur Nasional.
Pendidikan Agama Hindu untuk SD Kelas VI
30
Mahasabha III diselengarakan tanggal 27 sampai 29 Desember 1973 di Denpasar dan Mahasabha IV diselengarakan pada tanggal 24
sampai 27 Desember 1980 di Denpasar. Mahasabha ini menghasilkan beberapa keputusan penting yaitu perihal tempat suci dan kepanditaan.
Akhirnya berdasarkan keputusaan pemerintah No. 3 tahun 1983, Hari Raya Nyepi diakui sebagai Hari libur Nasional.
Mahasabha V yang diselenggarakan pada tanggal 24 sampai 27 Februari 1986 memutuskan tentang ajaran agama dan pesantian Hindu atau
Widyalaya. Selain itu dilakukan perubahan nama dari Parisada Hindu Dharma Bali menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI.
Mahasabha VI diselenggarakan di Jakarta pada 9-14 September 1991. Mahasabha ini memutuskan pemilihan tempat kerja pengurus yaitu
pengurus PHDI yang melaksanakan Dharma Negara berkedu-dukan di Jakarta dan yang menangani Dharma Agama berkedudukan di Bali.
Pada Mahasabha VI dan VII terjadi perubahan struktur pengurusan PHDI.
Pada Mahasabha VI ditetapkanlah kewajiban Parisada, yaitu: a. mengembangkan dan membina kehidupan keagamaan sesuai
dengan kitab suci Veda,
Gambar 2.11
Hasil dari Mahashaba III adalah ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai hari libur nasional
Sumber:
www.solopos.com, 2010
Perkembangan Agama Hindu Setelah Kemerdekaan
31
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang sampai sekarang terus berkembang. Untuk mengajegkan dan mengembangkan
Agama Hindu banyak pembangunan-pembangunan yang bernuansa Hindu didirikan baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental
spiritual.
Dengan tersebarnya umat Hindu di seluruh Indonesia, hal ini meru- pakan tantangan bagi Parisada. Parisada berkeinginan untuk dapat
menyatukan visi dalam mengembangkan umat Hindu di seluruh Indo- nesia.
Satu langkah yang dibuat Parisada adalah dengan membuat model tempat ibadah Pura untuk luar Bali dan Lombok. Maka dibuatlah
Pura Jagatnata di tengah-tengah kota Denpasar sebagai model tempat persembahyangan. Pura yang cukup sederhana tidak terlalu banyak
bangunan akhirnya benar-benar menjadi contoh bangunan pura bagi masyarakat Hindu di luar Bali.
Hasil-hasil pembangunan lain yang bernuansa Hindu pun terus berkembang. Adapun hasil-hasil pembangunan tersebut adalah sebagai
berikut: b. meningkatkan pengabdian umat Hindu dalam ke-
hidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, c. mengembangkan dan membina tri kerukunan hidup
umat beragama, yaitu kerukunan intern umat ber- agama, kerukunan umat beragama dan kerukunan
antar umat beragama dengan pemerintah,
d. mengembangkan dan membina hubungan baik dengan setiap orang dan badan-badan yang bergerak dalam
bidang keagamaan dan kemasyarakatan. Parisada betugas memberikan pemahaman tentang ajaran Agama
Hindu kepada umat. Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI adalah lembaga tertinggi yang berfungsi menata, merumuskan ajaran dan
mengembangkan kehidupan beragama Hindu sehingga terus dapat berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Ceramah dan
Dharma tula merupakan cara untuk memberikan pemahaman tentang Agama Hindu.
WARTA
Dharma Prawerti Sastra memuat ajaran Widhi
Tattwa, Atma Tattwa, Karmaphala, Samsara,
Moksa, pengertian dharma dan lainnya.
.