Strategi Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread)PT. Industri Karet Nusantara ( Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan )

(1)

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET

(RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

( Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan )

SKRIPSI

Oleh :

DICKY TRI ISWANTO PUTRA 090304004

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET

(RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

( Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan )

SKRIPSI

Oleh :

DICKY TRI ISWANTO PUTRA 090304004

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Iskandarini, MM, Ph.D) (Dr. Ir. Salmiah, MS)

NIP : 196405051994032002 NIP : 195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

DICKY TRI ISWANTO PUTRA (090304004/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD)

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa

Km. 9,5 Medan

)

. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan

Dr. Ir. Salmiah, MS.

Latar belakang penelitian ini adalah terjadi penurunan permintaan terhadap benang karet setiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran ini juga mengakibatkan menurunnya jumlah benang karet yang diproduksi oleh PT. Industri Karet Nusantara guna mengimbangi jumlah permintaan. Untuk itu perlu disusun sebuah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan benang karet hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara, 2) Untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara, 3) Menentukan strategi pemasaran benang karet (rubber thread)

di PT. Industri Karet Nusantara.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara dan termasuk ke dalam kekuatan ialah produk yang berkualitas, produk sudah dikenal pasar, sumber daya manusia yang handal, modal yang tidak terbatas dan ketersediaan bahan baku produksi yang senantiasa stabil. Serta yang termasuk ke dalam kelemahan ialah teknologi mesin yang ketinggalan, penjualan produk melalui perantara, kegiatan penjualan yang belum maksimal, produksi sesuai kebutuhan dan kurangnya inovasi dan promosi produk. Dan Faktor-faktor

eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread)

PT. Industri Karet Nusantara dan termasuk ke dalam peluang ialah kebutuhan hasil jadi karet yang meningkat, perkembangan trend pakaian dunia yang pesat, pangsa pasar yang luas dan tawaran kerja sama/kemitraan dari perusahaan lain. Serta yang termasuk ke dalam ancaman ialah kompetitor yang semakin banyak, ketidakstabilan harga bahan dasar karet, harga produk yang bersaing, nilai kurs mata uang yang tidak stabil dan tingkat inflasi yang relatif tinggi. Serta strategi pemasaran yang cocok untuk meningkatkan penjualan benang karet hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara adalah strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Strateginya adalah pengoptimalan kegiatan penjualan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, peningkatan inovasi dan kegiatan promosi untuk menguasai pangsa pasar serta perluasan jaringan pemasaran melalui kerja sama dengan perusahaan lain.


(4)

RIWAYAT HIDUP

DICKY TRI ISWANTO PUTRA lahir di Pematangsiantar pada tanggal 19 Maret 1992 anak dari Bapak Mayor INF Minardi dan Ibu Dra. Evye Rachmawati Hasibuan. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: pada tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri Gatot Subroto I Bandung, tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandung. Kemudian tahun 2004 pindah ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pematangsiantar dikarenakan mengikuti orang tua pindah tugas, tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pematangsiantar. Kemudian tahun 2007 pindah ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Batusangkar dikarenakan kembali mengikuti orang tua pindah tugas, tamat tahun 2009.

Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur PMP. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Pada bulan Maret 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di PT. Industri Karet Nusantara (Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan

).

Kemudian pada bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Laut Tador, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

“STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD)

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa

Km. 9,5 Medan

)

. Kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Iskandarini, M.M, Ph. D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk mengajar, membimbing serta memberi masukan dan

semangat yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, memotivasi serta memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada Kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangt ua penulis yaitu Ayahanda Mayor INF Minardi dan Ibunda Dra. Evye Rachmawati Hasibuan, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi, kasih sayamg dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris


(6)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah memfasilitasi penulis dalam perkuliahan dan organisasi ekstrakurikuler di kampus.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 4. Seluruh Pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Program Studi

Agribisnis yang memberikan kelancaran dalam hal administrasi.

5. Bapak Drs. Jasir Swondo, MM, QTA selaku Pjs. Wakil Direktur PT. Industri Karet Nusantara dan Bapak Zulianto selaku Kepala Tata Usaha PT. Industri Karet Nusantara serta seluruh Staff PT. Industri Karet Nusantara yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanaan penelitian skripsi. 6. Keluarga besar penulis khususnya Kakanda Eva Musthika Sari, AMAK dan

Abangda Dodik Pahlevi Hamdani serta rekan-rekan mahasiswa stambuk 2009 Program Studi Agribisnis khususnya Kelompok PKL Desa Laut Tador, Binjai dan Paya Bagas Kabupaten Serdang Bedagai serta Genk Huabab Agribisnis 2009 atas kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat penulis menjadi lebih semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik dalam upaya pencapaian prestasi di masa mendatang.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Industri Benang Karet (Rubber Thread) ... 6

2.1.2 Ruang Lingkup Pemasaran ... 7

2.1.3 Bauran Pemasaran ... 8

2.1.4 Penelitian dan Pengembangan Pasar ... 9

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Penawaran dan Permintaan ... 15

2.2.2 Pemasaran ... 17

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemasaran Perusahaan... 18

2.2.4 Rencana Strategi Perusahaan ... 21

2.2.5 Analisis SWOT ... 21

2.3 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2 Metode Pengumpulan Data... 29

3.3 Metode Analisa Data ... 30


(8)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan ... 34

4.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 35

4.3 Lokasi Perusahaan ... 36

4.4 Ruang Lingkup dan Bidang Usaha ... 36

4.5 Daerah Pemasaran ... 37

4.6 Standard Mutu Produk ... 37

4.7 Bahan yang Digunakan ... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 41

5.1.1 Kekuatan Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 41

5.1.2 Kelemahan Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 43

5.2 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 45

5.2.1 Peluang Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 45

5.2.2 Ancaman Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 46

5.3 Strategi Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara ... 48

BAB VI TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1.1 Produksi Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara

Tahun 2007-2011 3

1.2 Penjualan Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara

Tahun 2007-2011 3

3.1 Perusahaan Penghasil Benang Karet (Rubber Thread)

di Indonesia 29

5.1 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) 50 5.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 51 5.3 Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal-Eksternal Pemasaran


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

1.1 Pohon Industri Karet 2

2.1 Kurva Penawaran 15

2.2 Kurva Permintaan 16

2.3 Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran 16

2.4 Matriks Posisi SWOT 25

2.5 Skema Kerangka Pemikiran 28 5.1 Matriks Posisi SWOT Pemasaran Benang Karet 53


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Produksi Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011

2 Penjualan Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011


(12)

ABSTRAK

DICKY TRI ISWANTO PUTRA (090304004/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD)

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa

Km. 9,5 Medan

)

. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan

Dr. Ir. Salmiah, MS.

Latar belakang penelitian ini adalah terjadi penurunan permintaan terhadap benang karet setiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran ini juga mengakibatkan menurunnya jumlah benang karet yang diproduksi oleh PT. Industri Karet Nusantara guna mengimbangi jumlah permintaan. Untuk itu perlu disusun sebuah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan benang karet hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara, 2) Untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara, 3) Menentukan strategi pemasaran benang karet (rubber thread)

di PT. Industri Karet Nusantara.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara dan termasuk ke dalam kekuatan ialah produk yang berkualitas, produk sudah dikenal pasar, sumber daya manusia yang handal, modal yang tidak terbatas dan ketersediaan bahan baku produksi yang senantiasa stabil. Serta yang termasuk ke dalam kelemahan ialah teknologi mesin yang ketinggalan, penjualan produk melalui perantara, kegiatan penjualan yang belum maksimal, produksi sesuai kebutuhan dan kurangnya inovasi dan promosi produk. Dan Faktor-faktor

eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread)

PT. Industri Karet Nusantara dan termasuk ke dalam peluang ialah kebutuhan hasil jadi karet yang meningkat, perkembangan trend pakaian dunia yang pesat, pangsa pasar yang luas dan tawaran kerja sama/kemitraan dari perusahaan lain. Serta yang termasuk ke dalam ancaman ialah kompetitor yang semakin banyak, ketidakstabilan harga bahan dasar karet, harga produk yang bersaing, nilai kurs mata uang yang tidak stabil dan tingkat inflasi yang relatif tinggi. Serta strategi pemasaran yang cocok untuk meningkatkan penjualan benang karet hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara adalah strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Strateginya adalah pengoptimalan kegiatan penjualan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, peningkatan inovasi dan kegiatan promosi untuk menguasai pangsa pasar serta perluasan jaringan pemasaran melalui kerja sama dengan perusahaan lain.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditi yang ditanami antara lain kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditi perkebunan lainnya. Sektor perkebunan ini memberikan peranan yang penting bagi perekonomian nasional.

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir (Goenadi, 2005).


(14)

Gambar 1.1. Pohon Industri Karet

Sumber : himatekin.wordpress.com

Pabrik industri karet PT. Industri Karet Nusantara Medan merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi barang jadi karet seperti karet gelang dan benang karet dengan menggunakan lateks sebagai bahan bakunya.

Industri benang karet (Rubber Thread) adalah salah satu industri yang semakin berkembang saat ini. Hasil industri benang karet banyak diekspor ke luar negeri baik negara-negara Eropa, Asia dan Amerika. Benang karet yang dihasilkan adalah jenis

Talcum Round Section dengan berbagai jenis ukuran (count) dan warna.


(15)

Jumlah produksi (penawaran) benang karet PT. Industri Karet Nusantara selama tahun 2007 hingga 2011 tertuang dalam tabel berikut :

Tabel 1.1. Produksi Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Harga (Kilogram) (Rupiah) 2007 3,700,832.88 94,706,514,541.00 2008 2,440,321.32 78,554,460,839.00 2009 2,867,878.00 87,367,105,794.00 2010 2,346,998.80 86,661,749,079.00 2011 1,029,234.42 44,809,892,424.00

Sumber : PT. Industri Karet Nusantara

Dan jumlah penjualan (permintaan) benang karet PT.Industri Karet Nusantara selama tahun 2007 hingga 2011 tertuang dalam tabel berikut :

Tabel 1.2. Penjualan Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011 Tahun Jumlah Harga

(Kilogram) (Rupiah) 2007 3,472,201.68 101,455,326,323.00 2008 2,901,718.72 96,493,338,303.00 2009 2,808,774.46 77,284,834,345.00 2010 2,493,255.98 93,499,330,922.00 2011 1,164,806.16 21,964,854,824.00

Sumber : PT. Industri Karet Nusantara

Terjadi penurunan permintaan terhadap benang karet setiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran ini juga mengakibatkan menurunnya jumlah benang karet yang diproduksi oleh PT. Industri Karet Nusantara guna mengimbangi jumlah permintaan. Untuk itu perlu disusun sebuah strategi pemasaran untuk


(16)

meningkatkan penjualan benang karet hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara.

Keinginan untuk mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan perlu menyusun strategi sedemikian rupa. Dalam merumuskan strategi perusahaan maka diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis. Pengidentifikasian dapat dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman

(threats) (Rangkuti, 2009).

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Faktor internal apa sajakah yang mempengaruhi pemasaran benang karet

(rubber thread) di lokasi penelitian?

2. Faktor eksternal apa sajakah yang mempengaruhi pemasaran benang karet

(rubber thread) di lokasi penelitian?

3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan pemasaran benang karet (rubber thread) di lokasi penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di lokasi penelitian.


(17)

2. Untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di lokasi penelitian.

3. Menentukan strategi pemasaran benang karet (rubber thread) di lokasi penelitian.

1.4.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pemasaran karet.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menetapkan kebijakan dan perkembangan komoditi karet di Indonesia.

3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Industri Benang Karet (Rubber Thread)

Proses pembuatan benang karet berlangsung dalam beberapa unit proses, yaitu: Peracikan non aktif (compounding inactive), peracikan aktif (compounding active), peracikan pendingin (compounding cooling), sistem feeding (feeding system), header kapiler (header capillary), bak asam (acid bath,), oven pengeringan (drying oven), area pembedakan (talcum area), ribboning

(ribboning), pengeringan (curing), drum pendinginan (cooling drum), penerimaan

(receiving), penimbangan kotak (boxes weighing), pengepakan (packing), pemasaran (market customer).

Pada proses pembuatan benang karet dilakukan pencampuran antara lateks dengan bahan baku dengan beberapa zat pendukung lainnya seperti bahan pemantap, vulkanisator, akselator, aktivator, dan antioksidan serta zat pengisi sehingga menghasilkan benang karet dengan kualitas baik. Setelah pencampuran lateks dengan zat pendukung, lateks dialirkan kedalam tanki inaktif kompon dengan menambahkan dispersi, emulsi, dan solusi aktif untuk mengaktifkan kompon. Pabrik telah menetapkan bahan baku mutu, bahwa untuk menghasilkan benang karet yang baik diantaranya kandungan padatan total lateks kompon (TSC). Dimana kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standar yaitu 54,14-60,54% (PT. Industri Karet Nusantara, 2011).


(19)

2.1.2. Ruang Lingkup Pemasaran

Menurut Laksana (2008), Ada 10 jenis produk yang merupakan bagian dari ruang lingkup pemasaran, yakni:

1. Goods: Barang-barang fisik.

2. Services: Jasa/pelayanan yang bersifat non fisik, yang menyertai atau tidak menyertai produk barang fisik.

3. Experiences: Pengalaman kegiatan atau seseorang yang dapat dinikmati oleh orang lain.

4. Events: Kegiatan atau peristiwa yang dibutuhkan oleh orang banyak. 5. Persons: Keahlian atau ketenaran seseorang.

6. Places: Tempat atau kota yang memiliki keunggulan, keunikan (sejarah) atau keindahan.

7. Properties: Hak kepemilikan bisa berupa benda nyata (real estate) atau finansial (saham dan obligasi).

8. Organizations: Lembaga atau wadah yang dapat memberikan citra atau nilai jual dari suatu produk.

9. Information: Informasi yang dapat diproduksi dan dipasarkan (sekolah dan surat kabar).

10.Ideas: Gagasan yang menghasilkan produk yang diminati oleh konsumen. Kesepuluh jenis produk inilah yang merupakan ruang lingkup dari produk yang dikelola oleh aktifitas pemasaran.


(20)

Menurut Sarma (1994), Pemasaran mempunyai fungsi untuk mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat dengan cara:

1. Menggunakan kegunaan tempat (place utility) yaitu mengusahakan barang dan jasa dari daerah produksi ke daerah konsumen.

2. Menaikkan kegunaan waktu (time utility) yaitu mengusahakan barang dan jasa dari waktu belum diperlukan ke waktu yang diperlukan.

3. Menaikkan kegunaan bentuk (form utility) yaitu mengusahakan barang dan jasa dari bentuk semula ke bentuk yang lebih diinginkan.

2.1.3. Bauran Pemasaran

Menurut Salim (2012), Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam memenuhi target pasarnya. Bauran pemasaran memiliki empat variabel yang dikenal dengan istilah “4P” (product, price, promotion, and place) yang saling berkaitan satu sama lain. Penjelasan mengenai variabel-variabel bauran pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Produk (product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, diperoleh digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

2. Harga (price)

Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga diukur dengan nilai yang dirasakan dari produk yang ditawarkan jika tidak maka konsumen akan membeli produk lain


(21)

dengan kualitas yang sama dari penjualan saingannya. Harga adalah satu-satunya alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya. Keputusan harga harus dikoordinasikan dengan rancangan produk, distribusi dan promosi yang membentuk program pemasaran yang konsisten dan efektif.

3. Tempat (place)

Tempat termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Keputusan mengenai tempat sangat penting agar konsumen dapat memperoleh produk yang dibutuhkan tepat pada saat dibutuhkan.

4. Promosi (promotion)

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk atau jasa dan meyakinkan konsumen sasaran tentang produk yang mereka hasilkan.

2.1.4. Penelitian dan Pengembangan Pasar

Menurut Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl dalam karya tulis yang ditulis oleh Sutirman (2013) yang berjudul ”Teknik dan Strategi Pemasaran”, keunggulan bersaing perusahaan baru terletak pada perbedaan (diferensiasi) perusahaan tersebut dengan pesaingnya dalam hal:

1. Kualitas yang lebih baik.

2. Harga yang lebih murah dan bisa ditawar.

3. Lokasi yang lebih cocok, lebih dekat, lebih cepat. 4. Seleksi barang dan jasa yang lebih menarik.


(22)

6. Kecepatan, baik dalam pelayanan maupun dalam penyaluran barang.

Oleh sebab itu, menurut Zimmerer juga dalam karya tulis yang ditulis oleh Sutirman (2013) yang berjudul Teknik dan Strategi Pemasaran, bagi usaha baru sangatlah cocok untuk menerapkan strategi market driven. Strategi ini dibangun berdasarkan enam pondasi:

1. Orientasi konsumen. 2. Kualitas.

3. Kenyamanan dan kesenangan. 4. Inovasi.

5. Kecepatan.

6. Pelayanan dan kepuasan pelanggan.

2.1.4.1. Berorientasi pada Konsumen

Menurut Sutirman (2013), usaha baru yang berhasil pada umumnya memusatkan perhatian pada pengembangan sikap yang berorientasi kepada kepuasan

stakeholder (stakeholder satisfaction). Dalam pemasaran, orientasi itu tentunya kepada kepuasan pelanggan dengan prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:

1. Bila ada pelanggan yang merasa kurang puas, penuhilah secepat mungkin kekurangan tersebut.

2. Doronglah pelanggan untuk mengajukan keluhan bila kurang memuaskan. 3. Mintalah umpan balik (feed-back) dari karyawan tentang upaya perbaikan

pelayanan yang harus diberikan kepada pelanggan.

4. Buatlah komitmen untuk membuat pelayanan terbaik kepada konsumen. 5. Izinkan manajer untuk menunggu pelanggan temporer.


(23)

6. Hati-hati dalam memilih dan melatih seseorang yang akan berhubungan dengan pelanggan.

7. Kembangkan pelayanan bagi karyawan, sehingga komunikasi betul-betul mengarah pada pelanggan.

8. Berikan insentif kepada karyawan yang betul-betul memberikan pelayanan istimewa kepada pelanggan.

2.1.4.2. Kualitas

Menurut Sutirman (2013), agar berhasil dalam persaingan global, sangatlah penting bagi perusahaan untuk memperhatikan kualitas barang dan jasa serta pelayanan. Akhir-akhir ini, perbaikan kualitas telah dijadikan tujuan strategi beberapa perusahaan di dunia, yang kemudian secara. integral dijadikan bagian dari budaya perusahaan. Perbaikan kualitas tersebut terangkum dalam Total Quality Management (TQM).

Secara filosofis, Total Quality Management (TQM), nilai-nilai dan kerja keras tidak hanya ditujukan untuk mempertahankan kualitas barang dan jasa tetapi juga untuk mempertahankan kualitas usaha dan pelayanan kepada pelanggan. Kunci utama dalam mengembangkan TQM justru terletak pada perhatian khusus kepada pelanggan. Artinya kualitas harus mencerminkan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat, menurut Zimmerer juga dalam karya tulis yang ditulis Sutirman (2013) yang berjudul ”Teknik dan Strategi Pemasaran”


(24)

ada lima macam komponen kualitas yang secara berurutan perlu diperhatikan, yaitu:

1. Ketepatan (reliability), yaitu rata-rata kelalaian/pengabaian.

2. Daya tahan (durability), yaitu berapa lama barang dan jasa tersebut dapat dipakai/bertahan.

3. Mudah digunakan (easy of use), yaitu barang dan jasa tersebut memberikan kemudahan untuk digunakan.

4. Nama merek yang terkenal dan dipercaya (known and trusted brand name). 5. Harga yang relatif rendah (low price).

Barang dan jasa yang cepat, tepat, hemat, sehat, kuat dan terkenal merupakan prasyarat bagi perusahaan dalam mempertahankan kualitas. Barang dan jasa harus cepat dan tepat dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, barang dan jasa itu harus tahan lama atau tidak mudah rusak dan mudah digunakan oleh siapa pun dan kapan pun. Komponen lain dari kualitas yang tidak kalah pentingnya adalah harga yang murah dan merek yang terkenal. Merek yang terkenal dan harga yang terjangkau sangat menarik dan merangsang konsumen sekaligus mencerminkan kualitas yang dikehendaki konsumen.

2.1.4.3. Kenyamanan

Menurut Sutirman (2013), untuk mengetahui kenyamanan, dilakukan dengan cara meminta informasi kepada pelanggan, misalnya kesenangan apa yang mereka inginkan dan mereka harapkan dari pelayanan yang disajikan perusahaan. Untuk memberikan pelayanan yang menyenangkan harus diperhatikan hal-hal berikut:


(25)

2. Berikan kemudahan-kemudahan kepada pelanggan.

3. Tentukan jam kerja yang menyenangkan bagi pelanggan. Apakah perusahaan buka seminggu penuh atau semalam suntuk.

4. Tetapkan apakah barang perlu diantar atau tidak. 5. Berikan kemudahan untuk menggunakan cara kredit.

6. Latihlah karyawan untuk dapat melakukan transaksi dengan cepat, tepat, hemat dan sopan.

2.1.4.4. Inovasi

Menurut Sutirman (2013), inovasi merupakan kunci keberhasilan bagi usaha baru. Perubahan pasar yang sangat cepat dan persaingan yang kompleks menuntut inovasi yang terus-menerus. Inovasi yang terus-menerus merupakan suatu kekuatan bagi wirausaha dalam meraih sukses usahanya. Beberapa bentuk inovasi yang lazim dan terkenal ialah dalam bentuk produk baru, perbedaan teknik/cara dan pendekatan baru dalam memperkenalkannya.

2.1.4.5. Kecepatan

Menurut Sutirman (2013), kecepatan merupakan kekuatan dalam persaingan. Dengan kecepatan berarti mengurangi biaya, meningkatkan kualitas dan memenuhi permintaan pasar. Secara filosofis, kecepatan disebut Time Compression Management (TCM), yang memiliki dua aspek, yaitu:

1. Mempercepat produk baru ke pasar, dan

2. Memperpendek waktu dalam merespons permintaan pelanggan baik dalam memproses produk maupun dalam mendistribusikan atau menyampaikannya.


(26)

Agar perusahaan yang mementingkan TQM dapat bersaing, hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Perbaharui keseluruhan proses sehingga menjadi lebih cepat.

2. Ciptakan fungsi silang dari tim kerja, berikan wewenang untuk memecahkan persoalan. Tim kerja yang yang dimaksud adalah insinyur, pekerja yang dipabrik penjual, ahli kualitas dan bahkan pelanggan.

3. Arahkan tujuan secara agresif untuk mengurangi waktu dan memperpendek jadwal. Melalui TQM diharapkan dapat mengurangi siklus waktu, misalnya yang seharusnya beberapa minggu menjadi beberapa hari atau jam saja, seharusnya sebulan hanya beberapa minggu saja dan seterusnya.

4. Tanamkan budaya cepat. Pelayanan harus cepat namun tepat, hemat dan sopan.

5. Gunakan teknologi yang dapat mempercepat proses.

2.1.4.6. Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan

Menurut Sutirman (2013), wirausaha mengetahui bahwa salah satu cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan baru adalah dengan menyajikan pelayanan yang lebih baik yang tidak tertandingi oleh pesaing lain. Cara menciptakan pelayanan dan kepuasan pelanggan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Dengarkan dan perhatikan pelanggan. 2. Tetapkan pelayanan yang terbaik. 3. Tetapkan ukuran dan kinerja standar. 4. Berikan perlindungan hak-hak karyawan.


(27)

6. Gunakan teknologi yang memberikan pelayanan terbaik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Penawaran dan Permintaan

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran antara lain harga barang itu sendiri, harga barang

lain, biaya faktor produksi, teknologi, tujuan perusahaan dan ekspektasi/ramalan (Waluyo, 2011).

Kurva Penawaran

Gambar 2.1. Kurva Penawaran

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, cita rasa, iklim, jumlah penduduk dan ramalan masa yang akan datang (Waluyo, 2011).


(28)

Kurva Permintaan

Gambar 2.2. Kurva Permintaan

Harga keseimbangan adalah suatu tingkat, harga, ketika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Terbentuknya harga pasar sebagai titik pertemuan antara permintaan dan penawaran (Purwanta, 2013).

Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Gambar 2.3. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Disekuilibrium adalah keadaan dimana kondisi harga tidak ketemu pada titik ekuilibrium yaitu pada titik P* dan Q*. Ada beberapa jenis kondisi disekuilibrium yaitu kelebihan penawaran dan kelebihan permintaan (Waluyo, 2011).


(29)

Yang dimaksud dengan kelebihan penawaran adalah suatu kondisi dimana penetapan suatu harga (P1) mengakibatkan kuantitas penawaran (Q2) menjadi

lebih besar dari kuantitas permintaan yang sebenarnya (Q1). Ini mengakibatkan

terjadinya inefisiensi dalam hal pengaalokasian sumber ekonomi karena harga ideal sebenarnya adalah menuju lebih kecil dari yang ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kelebihan permintaan adalah suatu kondisi dimana dengan penetapan harga seharga P1 mengakibatkan kuantitas permintaan (Q2) lebih besar

dari pada kuantitas penawaran (Q1) sehingga terjadi pengalokasian sumber

ekonomi yang tidak optimum karena kuantitas yang sebenarnya diminta pasar lebih besar dari yang ditawarkan (Waluyo,2011).

2.2.2. Pemasaran

Pasar atau market yaitu sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi sebuah produk atau kelompok produk tertentu (Kotler, 2000).

Pemasaran atau marketing yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2000).

Menurut Rangkuti (2009), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai fakkor sosial, budaya politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.


(30)

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemasaran Perusahaan

1. Lingkungan mikro perusahaan

Lingkungan mikro perusahaan terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar, yaitu:

a. Perusahaan

Yaitu struktur organisasi perusahaan itu sendiri. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh bagian manajemen pemasaran harus memperhitungkan kelompok lain di perusahaan dalam merumuskan rencana pemasarannya seperti manajemen puncak, keuangan perusahaan, penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi dan akuntansi serta sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, karena manajer pemasaran juga harus bekerja sama dengan para staf di bidang lainnya.

b. Pemasok (Supplier)

Para pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Kadangkala perusahaan juga harus memperoleh tenaga kerja, peralatan, bahan bakar, listrik dan faktor-faktor lain dari pemasok. Perkembangan dalam lingkungan pemasok dapat memberi pengaruh yang amat berarti terhadap pelaksanaan pemasaran suatu perusahaan.


(31)

c. Para Perantara Pemasaran

Para perantara pemasaran adalah perusahaan-perusahaan yang membantu perusahaan dalam promosi, penjualan dan distribusi barang/jasa kepada para konsumen akhir.

d. Para Pelanggan

Yaitu pasar sasaran suatu perusahaan yang menjadi konsumen atas barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan apakah individu-individu, Iembaga-lembaga, organisasi-organisasi dan sebagainya.

e. Para Pesaing

Sistem pemasaran dan strategi yang diterapkan perusahaan dikelilingi dan dipengaruhi oleh sekelompok pesaing. Para pesaing ini perlu diidentifikasi dan dimonitor segala gerakan dan tindakannya didalam pasar.

f. Masyarakat Umum

Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan sejumlah besar lapisan masyarakat yang tentu saja besar atau kecil menaruh perhatian terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan, apakah mereka menerima atau menolak metode-metode dari perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena kegiatan perusahaan pasti mempengaruhi minat kelompok lain. Kelompok-kelompok inilah yang menjadi masyarakat umum.

2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro dalam perusahaan, yaitu:


(32)

a. Lingkungan Demografis/Kependudukan

Lingkungan demografis/kependudukan menunjukkan keadaan dan permasalahan mengenai penduduk, seperti distribusi penduduk secara geografis, tingkat kepadatannya, kecenderungan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, distribusi usia, kelahiran, perkawinan, ras, suku bangsa dan struktur keagamaan.

b. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi menunjukkan sistem ekonomi yang diterapkan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan ekonomi, penurunan dalam pertumbuhan pendapatan nyata, tekanan inflasi yang berkelanjutan, perubahan pada pola belanja konsumen dan sebagainya yang berkenaan dengan perkonomian.

c. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik menunjukkan kelangkaan bahan mentah tertentu yang dibutuhkan oleh perusahaan, peningkatan biaya energi, peningkatan angka pencemaran dan peningkatan angka campur tangan pemerintah dalam pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber daya alam.

d. Lingkungan Teknologi

Lingkungan teknologi rnenunjukkan peningkatan kecepatan pertumbuhan teknologi, kesempatan pembaharuan yang tak terbatas, biaya penelitian dan pengembangan, yang tinggi, perhatian yang lebih besar tertuju kepada penyempurnaan bagian kecil produk daripada penemuan yang besar dan semakin banyaknya peraturan yang berkenaan dengan perubahan teknologi.


(33)

e. Lingkungan Sosial/Budaya

Lingkungan ini menunjukkan keadaan suatu kelompok masyarakat mengenai aturan kehidupan, norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pandangan masyarakat dan lain sebagainya yang merumuskan hubungan antar sesama dengan masyarakat lainnya serta lingkungan sekitarnya.

(Lubis, 2004)

2.2.4. Rencana Strategi Perusahaan

Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari para pelaku dan kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar fungsi manajemen pemasaran perusahaan yang mempengaruhi kemampuan rnanajemen pemasaran untuk mengembangkan dan

mempertahankan transaksi yang sukses dengan para pelanggan sasarannya (Lubis, 2004).

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran perusahaan terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dalam kondisi persaingan (Lubis, 2004).

2.2.5. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman


(34)

(Threats). Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan praanalisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

a. Matriks faktor strategi eksternal, b. Matriks faktor strategi internal, dan c. Matriks posisi.

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat Matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.


(35)

2. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

5. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya. Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat Matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman). 2. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya


(36)

baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

5. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

c. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel Matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada Matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y<0.


(37)

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x<0.

Gambar 2.4. Matriks Posisi SWOT Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan.

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN

INTERNAL

Mendukung Strategi

defensif

Mendukung Strategi

diversifikasi

Mendukung Strategi

agresif

Mendukung Strategi turn-around

Kuadran I

Kuadran II Kuadran IV


(38)

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III

Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan. Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Rangkuti, 2009).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


(39)

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel Matriks di bawah ini.

IFAS

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

EFAS Tentukan 5-10 faktor

kekuatan internal

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan 5-10 faktor ancaman internal

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (Rangkuti, 2009).

2.3 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan tidak terlepas dari kendala yang muncul dari dalam maupun dari luar lingkungan sekitar usaha atau perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya persaingan. Agar dapat bertahan, untuk itu diperlukan sebuah “strategi”.

Strategi adalah suatu alat yang direncanakan dari fungsi manajemen yang dimiliki suatu usaha atau perusahaan untuk mengalokasikan semua sumber daya yang ada sehingga dapat memenangkan kompetisi.

Penulis berasumsi bahwa strategi bisnis dapat membantu dalam memperbaiki strategi pemasaran suatu perusahaan dengan cara memanfaatkan kinerja manajer


(40)

PT. Industri Karet Nusantara

Strategi Pemasaran Benang Karet

(Rubber Thread)

Faktor Internal Kekuatan (Strengths) dan

Kelemahan (Weaknesses)

Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) dan

Ancaman (Treaths)

dari fungsi-fungsi kegiatan manajemen di suatu perusahaan, misalnya strategi operasional, strategi customer intimacy (keintiman terhadap pelanggan) dan strategi keunggulan produk.

Strategi keunggulan produk itu sendiri yang menjadi strategi utama pada PT. Industri Karet Nusantara. Untuk menentukan strategi-strategi tersebut dilakukan analisis SWOT dalam bentuk Matriks. Dimana, analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalisasikan kelemahan dan ancaman yang ada dimiliki suatu perusahaaan.

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, yaitu PT. Industri Karet Nusantara (Anak PT. Perkebunan Nusantara III) berdasarkan pertimbangan bahwa Perusahaan ini merupakan salah satu dari tiga pabrik produsen benang karet

(rubber thread) di Indonesia. Selain itu, permintaan benang karet (rubber thread)

untuk bahan pakaian sangat tinggi dewasa ini mengingat perubahan tren pakaian yang begitu cepat terutama pakaian wanita.

Tabel 3.1. Perusahaan Penghasil Benang Karet (Rubber Thread) di Indonesia

No Nama Perusahaan Alamat

1 PT. Swasthi Parama Ds. Ganda Mekar Km. 24, Cibitung Mulya Bekasi, Jawa Barat, Indonesia

Telp. (021) 88321318 Fax. (021) 88320008

2 PT. Indutri Karet Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan Nusantara Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Telp. (061) 7867357 / 7867566 Fax. (061) 7867356 / 7867358

3 PT. Cilatexindo Jl. Raya Narogong Km. 23 Ds. Dayeuh, Cileungsi Graha Alam Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Telp.(021) 8230153 Fax.(021) 8230152

Sumber : badanusaha.com

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yaitu kepala atau utusan PT. Industri Karet Nusantara. Sedangkan data


(42)

sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3. Metode Analisis Data

a. Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis faktor-faktor internal apa saja yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) berdasarkan data yang diambil di daerah penelitian.

b. Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis faktor-faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) berdasarkan data yang diambil di daerah penelitian.

c. Untuk menyelesaikan masalah 3, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti digambarkan pada diagram di bawah ini :


(43)

IFAS

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

EFAS Tentukan 5-10 faktor

kekuatan internal

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan 5-10 faktor ancaman internal

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matriks faktor strategi internal, matriks faktor strategi eksternal seperti dibawah ini:

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal 4 Sangat Baik Kekuatan Peluang 3 Baik Kekuatan Peluang 2 Cukup Baik Kekuatan Peluang 1 Tidak Baik Kekuatan Peluang -4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman -3 Baik Kelemahan Ancaman -2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman -1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Total Skor

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk ketegori sangat baik sampai 1 untuk kategori tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari -4 untuk kategori sangat baik sampai -1 untuk kategori tidak baik.


(44)

Faktor Strategi

Rating Bobot Skoring Internal/Eksternal (Rating x Bobot) Kekuatan/Peluang:

1. 2. 3. 4. 5.

Total Bobot kekuatan/peluang 100 Kelemahan/Ancaman

1. 2. 3. 4. 5.

Total Bobot kelemahan/ancaman 100 Selisih

Kekuatan-Kelemahan/Peluang-Ancaman

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 2. kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.


(45)

3.4. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi Operasional

1. PT. Industri Karet Nusantara adalah perusahaan yang memproduksi dan memasarkan benang karet.

2. Kekuatan (Strengths) Internal adalah segala kekuatan yang berhubungan dengan proses pemasaran dan dapat dikontrol oleh perusahaan.

3. Kelemahan (Weaknesses) Internal adalah segala kelemahan yang berhubungan dengan proses pemasaran dan dapat dikontrol oleh perusahaan. 4. Peluang (Opportunities) Eksternal adalah segala peluang yang berhubungan

dengan proses pemasaran dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.

5. Ancaman (Treaths) Eksternal adalah segala ancaman yang berhubungan dengan proses pemasaran dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.

6. Strategi pemasaran benang karet (rubber thread) adalah tindakan yang bersifat senantiasa incremental (meningkat) dan terus-menerus dapat meningkatkan pemasaran benang karet, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian adalah PT. Industri Karet Nusantara Medan, Sumatera Utara, Indonesia.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Perusahaan

PT. Industri Karet Nusantara didirikan pada tahun 1965 dan dikelola oleh Yayasan Dana Tanaman Keras (DATAK) Sumatera Utara dengan nama Pabrik Ban Sepeda TAVIP yang memproduksi ban luar dan ban dalam sepeda. Sejak mulai berdiri hingga saat ini, PT. Industri Karet Nusantara beberapa kali mengalami pengalihan pengelolaan mulai dari pertengahan tahun 1968, hingga awal tahun 1971 pengelolaannya dialihkan dari DATAK kepada PT. Perkebunan II (Persero) Tanjung Morawa sesuai SK Mentan No.175/Kpts/OP/8/68 dengan Industri Karet TAFIKA yang memproduksi ban sepeda dan karet gelang.

Sampai dengan pertengahan tahun 1971 berdasarkan SK perwakilan B.C/PT.Perkebunan III (Persero) dengan produk yang dihasilkan berupa Rubber Article, karet gelang dan ban sepeda, itupun hanya beberapa bulan saja, karena pada tahun 1971 sesuai SK Dirjenbun No.76/BCU.KPB/Kpts/1971, pengelolaannya beralih kepada KPB.PNP/PT. Perkebunan III (Persero) I-IX Sumut-Aceh sampai dengan tahun 1977.

Pada awal 1978 sesuai dengan SK. Mentan No.12/Kpts/UM/1978 pengelolaannya dialihkan kembali kepada PT.Perkebunan III (Persero) hingga 13 Februari 1996, dan sejak saat itu PT. Industri Karet Nusantara ini tidak memproduksi ban sepeda, akan tetapi menambah jenis produk yaitu sarung tangan karet, dock fender, dan


(47)

Pada Januari 2003 hingga Desember 2004, Pabrik Industri Karet Nusantara PTPN-III berdasarkan KPTS Direksi No.III.10/SKPTS/R/07A/2003 tanggal 27 Januari 2003 mengurangi unit usahanya yaitu sarung tangan karet dan karet gelang. Sehingga pada saat itu Pabrik PT. Industri Karet Nusantara hanya memproduksi Rubber Article (dock fender, conveyer belt) dan benang karet.

Pada Januari 2005 hingga 20 Juni 2006, Pabrik Industri Karet Nusantara PTPN-III sesuai dengan SKPTS No.3.08/SKPTS/R/01/2005 tanggal 10 Januari 2005 berubah nama menjadi PRTRA (Pabrik Rubber Thread dan Rubber Article). Akan tetapi pada tanggal 1 Juli 2006 sampai saat ini, Pabrik Rubber Thread dan Rubber Article (PRTA) PTPN-III berdasarkan Surat Edaran IKN No. IKN/SE/01/2006 tanggal 27 Juni 2006 berubah nama menjadi PRTRA dan PRPNE (Resiprene) PT. Industri Karet Nusantara Anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III, menghasilkan produk Rubber Article (dock fender, conveyer belt), Rubber Thread (benang karet) dan Resiprene.

Sebagai Anak Perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara III, Pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisaris dan Direksi PT. Industri Karet Nusantara ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III selaku pemegang saham PT. Industri Karet Nusantara.

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut : A. Visi

Menjadi perusahaan Industri Hilir Karet dengan Tata Kelola Bisnis terbaik, berdaya saing tinggi dan fokus pada pelanggan.


(48)

B. Misi

1. Memberikan nilai tambah dan margin bagi Stake Holder.

2. Mengembangkan Industri Hilir Karet berbasis Teknologi dan berorientasi pasar secara berkesinambungan.

3. Menjadikan perusahaan terpilih yang menarik bagi mitra bisnis dan investor. 4. Mengembangkan inovasi untuk meraih pasar / pelanggan.

5. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

4.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan PT.Industri Karet Nusantara (PT. IKN) yaitu Jalan Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan perincian luas lahan perusahaan yaitu:

Luas total lahan : 54.400 m2 Luas lokasi pabrik : 15.750 m2 Luas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) : 21.700 m2

4.4. Ruang Lingkup dan Bidang Usaha

Ruang lingkup perusahaan ini adalah memproduksi benang karet yang bermutu tinggi dan mampu bersaing di pasar ekspor maupun impor. Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan benang karet yang bahan dasarnya berasal dari karet alam. Produk yang dihasilkan Rubber Thread Factory (RTF) berupa benang karet (rubber thread) sebagai produk jadi.


(49)

4.5. Daerah Pemasaran

Produk yang dihasilkan PT. Industri Karet Nusantara dipasarkan ke beberapa daerah mulai dari pasar lokal hingga ke pasar internasional. Produk benang karet telah diekspor ke berbagai negara, diantaranya sebagian negara Eropa, Malaysia, Singapura dan ke beberapa negara lainnya di dunia. Pasar lokal dari perusahaan ini adalah berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan ada beberapa daerah lain di Indonesia. Kebanyakan konsumen benang karet merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil seperti penghasil pakaian olahraga, pakaian dalam, dan pakaian lainnya yang mengandung bahan benang karet.

4.6. Standard Mutu Produk

Produk yang dihasilkan dari pengolahan karet alam yang dilakukan memiliki

standar mutu produk berdasarkan ISO 9002 untuk kegiatan manufaktur dan ISO 14000 untuk kebijakan pemakaian sumber daya alam dan penanganan

terhadap lingkungan. Sasaran mutu produksinya adalah sebagai berikut:

1. A-grade, yaitu mutu produksi yang bernilai tinggi. Spesifikasi mutu produksi ini adalah 92.50%-100% produk dalam keadaan baik, yaitu masuk dalam kelayakan sifat fisika, satu palet maksimum dua sambungan, count dan lebar pita sesuai, dan benang tidak kotor bendol dan warna bercampur.

2. B-grade, yaitu mutu produksi yang tidak baik, namun pelanggan tetap menerima produk tersebut. Produk tersebut memiliki nilai spesifikasi mutu minimal 3-10% dalam keadaan baik, yaitu tidak memenuhi semua sifat fisika, maksimum lima sambungan benang besar kecil, pita bengkok, benang pipih/bengkok dan count serta warna harus sesuai.


(50)

3. Wastage, yaitu mutu produksi yang tidak baik dan tidak diterima oleh pelanggan. Spesifikasi wastage yaitu tidak memenuhi sifat fisika, benang kusut dan lengket, benang tidak berbentuk pita, di luar spesifikasi A dan B

grade. Dalam hal ini wastage ini dapat dijual pada perusahaan lokal dalam bentuk lembaran maupun dalam goni.

4.7. Bahan yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam proses pengolahan benang karet ini dibagi dalam tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan adalah karet alam, yaitu centrifuged lateks, dengan kadar DRC (Dry Rubber Content) 60%. Bahan baku lateks yang diperoleh berasal dari kebun PTPN III Rambutan, Tebing Tinggi.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah:

a. Karton, kemasan yang digunakan ada dua jenis yaitu kotak yang berukuran kecil (inner box) dan kotak yang berukuran besar, digunakan untuk pengepakan benang karet.

b. Pewarna, yaitu mikrossol blak 2B, mikrossol BN, violet mikrossol B, red colour pigment.


(51)

c. Talcum, berfungsi sebagai anti perekat pada benang karet adalah magnesium. 3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah :

a. Larutan CH3COOH (±30%), larutan ini berfungsi membekukan /

membentuk lateks menjadi benang karet (rubber thread) pada acid bath. b. Demin Water, merupakan bahan penolong paling utama dalam pembuatan

compound benang karet. Misalnya untuk membersihkan former sebagai pendingin, dan juga campuran bahan kimia, tetapi air tidak ikut dalam produk benang karet tersebut.

c. Diathermic oil, merupakan fluida cair yang dipanaskan dengan menggunakan

thermopack. Diathermic oil berfungsi untuk membantu proses pembuatan benang karet, dimana panas yang dihasilkan oleh thermopack digunakan pada

water bath, drying oven, dan curing.

d. Stabilisator, berfungsi untuk menstabilkan lateks. Zat kimia yang digunakan sebagai stabilisator adalah KOH 30 % dan Potasium Oleat.

e. Vulkanisir, berfungsi untuk mengikat ion-ion benang karet, sehingga zat-zat yang ada menyatu. Sulfur 60% berfungsi mengikat ion-ion pada benang karet (mengeraskan benang karet).

f. Filler, berfungsi sebagai bahan pengisi dan menambah berat produk. Zat kimia yang digunakan sebagai filler adalah TiO2 70% dan Kaolin 50%.

g. Activator, berfungsi untuk mengaktifkan lateks. Zat activator yang digunakan adalah ZnO 60%.


(52)

h. Antioksidan, berfungsi untuk membunuh kuman-kuman agar lateks tidak cepat mengalami pembusukan atau cepat rusak. Zat kimia yang digunakan adalah wingstay-1 dan Sunproof 50%.

i. Accelerator, berfungsi untuk mempersingkat waktu vulkanisasi. Zat kimia yang digunakan adalah ZnMBT 50%, ZDBC 50%.


(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di PT. Industri Karet Nusantara (Jalan Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan. Adapun yang dianalisis ialah faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara.

Strategi pemasaran itu dapat dirumuskan dengan Analisis SWOT. Analisis SWOT

(Strengths, Weaknesess, Opportunities and Threats) mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats).

5.1. Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemasaran Benang Karet

(Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

5.1.1. Kekuatan Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

Adapun faktor-faktor yang menjadi kekuatan pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara adalah sebagai berikut :

a. Produk yang Berkualitas

Produk yang dihasilkan oleh PT. Industri Karet Nusantara adalah produk yang berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan proses produksi yang sesuai dengan standar


(54)

pabrik, sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pasar, serta tidak adanya klaim dari pelanggan. Sesuai dengan karya tulis yang ditulis oleh Sutirman tahun 2013 yang berjudul ”Teknik dan Strategi Pemasaran” bahwa kualitas harus mencerminkan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b. Produk Sudah Dikenal Pasar

Produk yang dihasilkan oleh PT. Industri Karet Nusantara sudah terkenal di pasaran. Artinya produk-produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara termasuk juga benang karet telah memiliki brand atau kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan produk-produk sejenis produksi perusahaan lain.

c. Sumber Daya Manusia yang Handal

Sumber daya manusia yang bekerja di PT. Industri Karet Nusantara adalah sumber daya manusia yang handal. Hal ini dibuktikan dengan latar belakang pendidikan karyawan dan staff PT. Industri Karet Nusantara yang tinggi, kemudian diikutsertakannya karyawan dan staf PT. Industri Karet Nusantara dalam suatu pelatihan atau kursus hingga ke Italia, serta dilaksanakannya pelatihan (training ) kepada karyawan maupun calon karyawan PT. Industri Karet Nusantara secara berkala.

d. Modal yang Tidak Terbatas

Modal yang dimiliki oleh PT. Industri Karet Nusantara tidak terbatas. Artinya PT. Industri Karet Nusantara tidak akan pernah kekurangan atau kehabisan modal dalam kegiatan produksi maupun pengembangan usahanya. Modal yang dimiliki oleh PT. Industri Karet Nusantara berasal dari PT. Perkebunan Nusantara 3 yang merupakan induk dari PT. Industri Karet Nusantara.


(55)

e. Ketersediaan Bahan Baku Produksi yang Senantiasa Stabil

Ketersediaan bahan baku produksi PT. Industri Karet Nusantara senantiasa stabil. Hal ini dikarenakan seluruh bahan baku produksi PT. Industri Karet Nusantara berasal dari PT. Perkebunan Nusantara 3 yang merupakan induk dari PT. Industri Karet Nusantara. PT. Perkebunan Nusantara 3 senantiasa menyediakan bahan baku produksi PT. Industri Karet Nusantara sesuai dengan kebutuhan setiap bulannya.

5.1.2. Kelemahan Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

Adapun faktor-faktor yang menjadi kelemahan pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara adalah sebagai berikut :

a. Teknologi Mesin yang Ketinggalan

Teknologi yang digunakan di PT. Industri Karet Nusantara terutama di bidang permesinan sudah ketinggalan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan mesin buatan tahun 1990-an dalam kegiatan produksi. Hanya dilakukan perawatan terhadap mesin yang sudah tua tanpa adanya pergantian dengan mesin keluaran terbaru.

b. Penjualan Produk Melalui Perantara

Kegiatan penjualan produk-produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara tidaklah langsung kepada konsumen melainkan melalui perantara (trader). Hal ini disebabkan PT. Industri Karet Nusantara menjual produknya dalam jumlah besar serta kurangnya jaringan pemasaran PT. Industri Karet Nusantara yang


(56)

mengakibatkan ketidakstabilam harga produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara.

c. Kegiatan Penjualan Belum Maksimal

Kegiatan penjualan yang dilakukan oleh PT. Industri Karet Nusantara belumlah maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga khusus atau ahli di bidang pemasaran hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara serta kurangnya jaringan pemasaran PT. Indutri Karet Nusantara.

d. Produksi Sesuai Kebutuhan

PT. Industri Karet Nusantara hanya memproduksi benang karet sesuai dengan jumlah permintaan pasar ditambah dengan stok minimum pabrik. Artinya kegiatan produksi hanya terpaku pada permintaan pasar tanpa ada usaha untuk mengembangkan kegiatan usahanya.

e. Kurangnya Inovasi dan Promosi Produk

Kurangnya kegiatan inovasi dan promosi produk PT. Industri Karet Nusantara mengakibatkan perusahaan hanya terpaku memproduksi produk yang laku di pasaran serta sedikitnya produk yang berhasil dipasarkan oleh PT. Industri Karet Menurut Sutirman tahun 2013 dalam karya tulis yang berjudul ”Teknik dan Strategi Pemasaran”, inovasi merupakan kunci keberhasilan bagi usaha baru dan menurut Salim tahun 2012 dalam karya tulis yang berjudul “Bauran Pemasaran

(Marketing Mix)”, Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk atau jasa dan meyakinkan konsumen sasaran tentang produk yang mereka hasilkan.


(57)

5.2. Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemasaran Benang Karet

(Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

5.2.1. Peluang Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

Adapun faktor-faktor yang menjadi peluang pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Hasil Jadi Karet yang Meningkat

Kebutuhan hasil jadi karet belakangan ini meningkat terutama sebagai bahan baku industri pakaian. Hal ini merupakan peluang bagi industri benang karet terutama PT. Industri Karet Nusantara untuk dapat mengoptimalkan produksinya guna meningkatkan penerimaan dan memperbesar jaringan pemasarannya.

b. Perkembangan Trend Pakaian Dunia yang Pesat

Perkembangan trend pakaian dunia semakin pesat belakangan ini. Hal ini mendorong industri benang karet terutama PT. Industri Karet Nusantara untuk dapat mengoptimalkan produksi benang karetnya yang merupakan salah satu bahan baku industri tekstil atau garmen guna meningkatkan penerimaan dan memperbesar jaringan pemasarannya.

c. Pangsa Pasar yang Luas

Produk yang dihasilkan oleh PT. Industri Karet Nusantara sudah terkenal di pasaran. Artinya produk-produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara termasuk juga benang karet telah memiliki brand atau kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan produk-produk sejenis produksi perusahaan lain. Hal ini


(58)

dapat dimanfaatkan untuk memperluas jaringan pemasaran benang karet PT. Industri Karet Nusantara guna meningkatkan penerimaannya.

d. Tawaran Kerja Sama/Kemitraan dari Perusahaan Lain

Kerja sama atau bermitra dengan perusahaan lain mungkin dilakukan guna menciptakan ikatan yang saling menguntungkan. Kerja sama yang mungkin dilakukan diantaranya kerja sama dalam penyediaan bahan baku, kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia, kerja sama dalam proses pemasaran, maupun kerja sama dalam bentuk lainnya.

5.2.2. Ancaman Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) di PT. Industri Karet Nusantara

Adapun faktor-faktor yang menjadi ancaman pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara adalah sebagai berikut :

a. Kompetitor Yang Semakin Banyak

Dewasa ini semakin banyak perusahaan atau pabrik yang memproduksi benang karet. Bukan hanya dalam negeri, negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand juga ikut meramaikan pasar benang karet Indonesia. Hal ini berbanding lurus seiring dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap benang karet. Oleh karena itu dibutuhkan strategi untuk dapat merebut loyalitas pasar. Dan sampai saat ini pasar masih memiliki loyalitas yang tinggi terhadap produk berkualitas yang diproduksi PT. Industri Karet Nusantara. Menurut Arlina Nurbaity Lubis tahun 2004 dalam karya tulisnya yang berjudul “Strategi Pemasaran dan Persaingan Bisnis”, para pesaing ini perlu diidentifikasi dan dimonitor segala gerakan dan tindakannya didalam pasar sebab sistem pemasaran


(59)

dan strategi yang diterapkan perusahaan dikelilingi dan dipengaruhi oleh sekelompok pesaing.

b. Ketidakstabilan Harga Bahan Dasar Karet

Ketidakstabilan harga bahan dasar karet menyebabkan tidak stabilnya harga jual benang karet yang juga akan mempengaruhi permintaan benang karet di pasar. Harga bahan dasar karet berbanding lurus dengan harga jual benang karet dan berbanding terbalik dengan permintaan benang karet di pasar. Harga bahan dasar karet mengikuti harga di pasar. Jika harga bahan dasar karet meningkat maka harga jual benang karet pun akan meningkat yang mengakibatkan menurunnya permintaan terhadap benang karet, juga sebaliknya.

c. Harga Produk yang Bersaing

Harga produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara sangatlah bersaing di pasaran. Artinya harga produk hasil produksi PT. Industri Karet Nusantara mengikuti harga pasar tanpa ada intervensi dari pihak manapun. Sesuai dengan karya tulis yang berjudul “Bauran Pemasaran (Marketing Mix)” yang ditulis oleh Salim tahun 2012 bahwa harga diukur dengan nilai yang dirasakan dari produk yang ditawarkan jika tidak maka konsumen akan membeli produk lain dengan kualitas yang sama dari penjualan saingannya.

d. Nilai Kurs Mata Uang yang Tidak Stabil

Nilai kurs mata uang berhubungan dengan harga jual benang karet di pasar internasional. Ketidakstabilan kurs mata uang secara tidak langsung mempengaruhi permintaan benang karet di pasar internasional. Faktor ini termasuk dalam lingkungan ekonomi. Menurut Arlina Nurbaity Lubis tahun 2004


(60)

dalam karya tulisnya yang berjudul “Strategi Pemasaran dan Persaingan Bisnis”, Lingkungan ekonomi menunjukkan sistem ekonomi yang diterapkan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan ekonomi, penurunan dalam pertumbuhan pendapatan nyata, tekanan inflasi yang berkelanjutan, perubahan pada pola belanja konsumen dan sebagainya yang berkenaan dengan perekonomian.

e. Tingkat Inflasi yang Relatif Tinggi

Inflasi merupakan penurunan nilai mata uang yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang di pasar. Sama dengan nilai kurs mata uang, inflasi juga dapat mempengaruhi harga jual dan permintaan terhadap benang karet di pasar. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka semakin tinggi pula harga jual benang karet tersebut yang mengakibatkan menurunnya permintaan terhadap benang karet, juga sebaliknya.

5.3. Stategi Pemasaran Benang Karet (Rubber Thread) PT. Industri Karet Nusantara

Penyusunan strategi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Pada tahapan pengidentifikasian faktor-faktor internal dan eksternal dilakukan dengan membuat kriteria penilaian. Seluruh parameter penilaian diberikan batasan penilaian yang terdiri dari empat kriteria. Setiap kriteria diberi nilai dengan rentang 1-4 sehingga dapat diperoleh parameter yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor


(61)

kekuatan terdiri dari atas 5 (lima) parameter, kelemahan terdiri atas 5 (lima) parameter, peluang terdiri dari atas 4 (empat) parameter dan ancaman terdiri atas 5 (lima) parameter.

Berikutnya adalah evaluasi strategi pemasaran benang karet (rubber thread)

PT. Industri Karet Nusantara. Evaluasi strategi internal dan eksternal dilakukan dengan membuat Tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi faktor internal dan eksternal adalah membuat bobot, menentukan nilai rating dan mencari nilai bobot dikali dengan rating. Besarnya bobot dapat dicari melalui perbandingan antara rating pada setiap parameter dengan jumlah seluruh rating kemudian dikalikan dengan total bobot sesuai dengan literatur yang menjadi acuan.

Selanjutnya adalah strategi pemasaran benang karet (rubber thread). Strategi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara dapat disusun dengan analisis SWOT yaitu dengan melihat kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesess), peluang (Oppurtunities) dan ancaman (Treaths). Penentuan strategi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara adalah membuat matriks kombinasi keempat faktor tersebut yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Oppurtunities) dan ancaman (Treaths). Strategi yang dibuat dari kombinasi keempat faktor tersebut adalah kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).


(62)

Menentukan rating dan skoring faktor-faktor strategis

Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada dan identifikasi faktor strategis eksternal ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada. Rating diberikan kepada masing-masing faktor strategis internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis. Hasil skor dapat diperoleh dari pengalian bobot dengan rating yang telah didapat.

Adapun perhitungan pembobotan, rating dan skoring (bobot x rating) faktor-faktor strategis internal pemasaran benang karet (rubber thread) di PT. Industri Karet Nusantara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor - Faktor Strategi Internal Rating Bobot

Skoring (Bobot x Rating) Kekuatan

1. Produk yang berkualitas 4 12 48 2. Produk sudah dikenal pasar 4 12 48 3. Sumber daya manusia yang handal 4 12 48 4. Modal yang tidak terbatas 3 7 21 5. Ketersediaan bahan baku produksi

3 7 21

yang senantiasa stabil Kelemahan

1. Teknologi mesin yang ketinggalan -4 11 -44 2. Penjualan produk melalui perantara -4 11 -44 3. Kegiatan penjualan belum maksimal -4 11 -44 4. Produksi sesuai kebutuhan -4 11 -44 5. Kurangnya inovasi dan promosi produk -2 6 -12


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara ialah sebagai berikut:

a. Kekuatannya ialah produk yang berkualitas, produk sudah dikenal pasar, sumber daya manusia yang handal, modal yang tidak terbatas dan ketersediaan bahan baku produksi yang senantiasa stabil.

b. Kelemahannya ialah teknologi mesin yang ketinggalan, penjualan produk melalui perantara, kegiatan penjualan yang belum maksimal, produksi sesuai kebutuhan dan kurangnya inovasi dan promosi produk.

2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara ialah sebagai berikut:

a. Peluangnya ialah kebutuhan hasil jadi karet yang meningkat, perkembangan trend pakaian dunia yang pesat, pangsa pasar yang luas dan tawaran kerja

sama/kemitraan dari perusahaan lain.

b. Ancamannya ialah kompetitor yang semakin banyak, ketidakstabilan harga bahan dasar karet, harga produk yang bersaing, nilai kurs mata uang yang tidak stabil dan tingkat inflasi yang relatif tinggi.

3. Hasil analisis menunjukkan pemasaran benang karet (rubber thread)

PT. Industri Karet Nusantara berada pada kuadran III (Strategi Turn-Around)


(2)

yang semakin meningkat, peningkatan inovasi dan kegiatan promosi untuk menguasai pangsa pasar serta perluasan jaringan pemasaran melalui kerja sama dengan perusahaan lain.

6.2. Saran

Kepada PT. Industri Karet Nusantara

Untuk meningkatkan pemasaran benang karet (rubber thread), PT. Industri Karet

Nusantara dapat melaksanakan program peningkatan inovasi dan promosi serta program perluasan jaringan pemasaran.

Kepada Pemerintah

Pemerintah melalui badan-badannya seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta badan-badan lainnya yang terkait dengan pemasaran benang karet (rubber thread) diharapkan untuk lebih

mendukung dan mewadahi proses pemasaran benang karet (rubber thread)

melalui peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakannya guna meningkatkan devisa dan penerimaan negara.

Kepada peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri Karet Nusantara guna memperoleh data yang lebih

akurat mengenai jaringan pemasaran benang karet (rubber thread) PT. Industri


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Usaha. 2012. Alamat Badan Usaha di Indonesia. Dikutip dari: http://badanusaha.com, diakses tanggal 17 November 2012.

Goenadi, D. H. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Hakim, M. Abdul. 2011. Strategi Peningkatan Produktivitas Kopi Arabika Desa

Sitinjo Induk Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Himatekin. 2012. Karet (Havea bresiliensis). Dikutip

dar

Industri Karet Nusantara, PT. 2007. Laporan Managemen. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

. 2008. Laporan Managemen. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

. 2009. Laporan Managemen. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

. 2010. Laporan Managemen. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

. 2011. Laporan Managemen. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

. 2011. Manual Sistem Manajemen Terintegrasi. PT. Industri Karet Nusantara. Medan.

Kotler, Phillip. 2000. Manajemen Pemasaran.Erlangga. Jakarta.

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Lubis, Arlina Nurbaity. 2004. Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis. USU Digital Library. Medan.


(4)

Salim, Erik. 2012. Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Dikutip

dardikases tanggal 18 November 2012.

Sarma, M. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. FP - IPB. Bogor.

Sutirman. 2013. Teknik dan Strategi Pemasaran. Dikutip

dardiakses tanggal 1 Maret 2013.

Waluyo, Anre. 2011. Pengertian, Hukum, dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan & Penawaran serta Penentuan

Harga Keseimbangan (Ekuilibrium). Dikutip


(5)

Lampiran 1. Produksi Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Harga

(Kilogram) (Rupiah)

2007 Kuartal I 3,022,946.46 91,818,511,511

Kuartal II 266,092.96 8,014,382,136 Kuartal III 183,162.26 1,622,432,676

Total 3,472,201.68 101,455,326,323

2008 Kuartal I 2,713,422.44 91,893,026,803

Kuartal II 111,201.86 3,574,310,531 Kuartal III 77,094.42 1,026,000,969

Total 2,901,718.72 96,493,338,303

2009 Kuartal I 2,687,386.24 75,120,194,843

Kuartal II 66,836.28 1,522,619,288

Kuartal III 54,551.94 642,020,214

Total 2,808,774.46 77,284,834,345

2010 Kuartal I 2,333,598.30 90,162,878,872

Kuartal II 88,220.22 2,182,852,817

Kuartal III 71,437.46 1,153,599,233

Total 2,493,255.98 93,499,330,922

2011 Kuartal I 1,113,793.36 21,728,345,229

Kuartal II 22,854.34 74,367,923

Kuartal III 28,158.46 162,141,672


(6)

Lampiran 2. Penjualan Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2007-2011

Tahun Jenis Penjualan Jumlah Harga

(Kilogram) (Rupiah)

2007 Penjualan Eksport

Kuartal I 513,651.66 $ 1,424,288.65 Rp 13,026,587,745.00 Kuartal II 6,352.18 $ 13,974.80 Rp 130,007,527.00 Penjualan Lokal

Kuartal I 2,900,289.08 Rp 74,874,549,743.00 Kuartal II 280,539.96 Rp 6,675,369,526.00 2008 Penjualan

Eksport

Kuartal I 14,000.00 $ 39,900.00 Rp 436,905,000.00 Kuartal II - $ - Rp - Penjualan Lokal

Kuartal I 2,259,390.32 Rp 73,436,149,394.00 Kuartal II 166.931.00 Rp 4,681,406,445.00 2009 Penjualan

Eksport

Kuartal I 89,000.00 $ 247,970.00 Rp 2,625,669,420.00 Kuartal II - $ - Rp - Penjualan Lokal

Kuartal I 2,690,588.00 Rp 82,237,371,757.00 Kuartal II 88,290.00 Rp 2,504,064,617.00 2010 Penjualan

Eksport

Kuartal I - $ - Rp - Kuartal II - $ - Rp - Penjualan Lokal

Kuartal I 2,256,398.14 Rp 83,885,791,892.00 Kuartal II 90,600.66 Rp 2,775,957,187.00 2011 Penjualan

Eksport

Kuartal I 3,000.00 $ 15,900.00

Rp 144,006,300.00 Kuartal II - $ -

Rp - Penjualan Lokal

Kuartal I 997,187.72 Rp 43,456,304,091.00 Kuartal II 29,046.70 Rp 1,209,582,033.00