Pembuatan Dan Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dari Ekstrak Daun Tumbuhan Zodia (Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

(1)

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN ANTI NYAMUK BAKAR DARI EKSTRAK DAUN TUMBUHAN ZODIA

(Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

SKRIPSI

MERY ZUANA ANGGREYNI NIM : 060824027

FAKULTAS FARMASI


(2)

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN ANTI NYAMUK BAKAR DARI EKSTRAK DAUN TUMBUHAN ZODIA

(Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

MERY ZUANA ANGGREYNI NIM : 060824027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Pengesahan Skripsi

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN ANTI NYAMUK BAKAR DARI EKSTRAK DAUN TUMBUHAN ZODIA

(Euodia hortensis J.R. & G.Forst) Oleh:

MERY ZUANA ANGGREYNI NIM 060824027

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juni 2008

Pembimbing I

(Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt) NIP. 131 569 408

Pembimbing II

(Drs. Awaluddin Saragih, Msi., Apt) NIP. 130 517 490

Dekan,

Panitia Penguji,

Dr. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt NIP: 130 535 838

Drs. Saiful Bahri, MS., Apt NIP. 131 285 999

Dra. Djendakita Purba, M. Si., Apt NIP: 130 817 963

(Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt) NIP. 131 569 408


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta sholawat beriring salam untuk rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul: "Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dari Ekstrak Daun Tumbuhan Zodia (Euodia hortensis J. R & G. Forst)”.

Penulis mengucapkan terimah kasih yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda Kiomin, dan Ibunda Legiatik, serta adik-adikku tercinta (Pipin, Ciko, Nako, Yunus dan Ridho) yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti, semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho-Nya kepada kedua orang tua penulis.

Dengan segala ketulusan hati Penulis juga menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt dan Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(5)

1 Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2 Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku Penasehat Akademik dan dosen penguji yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

3 Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4 Staf pengajar dan Staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama di perguruan tinggi, dan membantu kemudahan administrasi.

5 Bapak Kepala Laboratorium Farmakognosi, dan Bapak Kepala Laboratorium Farmakologi Farmasi yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6 Ernita, Pasri, Silvia, kak Vitha, Yani, Silmi, Lia, Tati, Sandra, Lina, Muteh, Lala, Dian, kak Dewi, Nisa dan Diah, sahabat yang tak kenal lelah, yang selalu menghibur dan memberi semangat kepada penulis. 7 Teman seperjuangan, Ernita sebagai patner penulis dalam melaksanakan


(6)

9 Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009 Penulis,


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak daun zodia (Euodia hortensis J.R. & G.Forst), karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, dan uji aktivitasnya sebagai anti nyamuk. Dengan menggunakan 2 variabel konsentrasi yaitu konsentrasi 5% dan 10% ekstrak zodia, menggunakan bahan dasar sediaan yang sama.

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun zodia diperoleh kadar air 5,33%, kadar sari yang larut dalam air 31,94%, kadar sari yang larut dalam etanol 15,55%, kadar abu total 6,11% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,52%.

Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun zodia menunjukkan adanya senyawa alkaloida, flavonoida, tanin dan glikosida.

Sediaan anti nyamuk bakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, musilago amyli 10 %.

Hasil pengujian sediaan anti nyamuk bakar yang mengandung ekstrak daun zodia telah mempunyai aktivitas sebagai anti nyamuk dengan konsentrasi 5% namun aktivitas anti nyamuk yang lebih baik pada konsentrasi 10%.


(8)

ABSTRACT

The formulation was done prepared burn anti mosquito of zodia leaves extract (Euodia hortensis J.R. & G.Forst), the characterization of simplex, the phytochemical screening and the test of activity as anti mosquito. By using two variable are concentration 5% and 10% the extract of zodia leaves to use same material base.

The examination results of simplex zodia leaves characteristics gave the water content value 5,33% , the water soluble extract value 31,94% , the ethanol soluble extract value 15,55% , the total ash value 6,11% , the acid insoluble ash value 0,52%.

The phytochemical screenings results simplex of zodia leaves shown the precense of alkaloid, flavonoid, tanin and glycoside.

The prepared burn mosquito against can to make of with by using coconut shell powder, saw powder, and mucilago amyli 10%.

The results test a prepared burn anti mosquito to ingredient extract zodia leaves had been activity as anti mosquito with concentration 5%, in spite of activity as anti mosquito is the best at concentration 10%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Morfologi Tumbuhan BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 5

2.1 Alat dan Bahan ... 5


(10)

2.2.1 Determinasi Tumbuhan ... 6

2.2.2 Pengambilan Sampel ... 6

2.2.3 Pengolahan Sampel ... 6

2.3 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 7

2.3.1 Pereaksi Bouchardat ... 7

2.3.2 Pereaksi Dragendorff ... 7

2.3.3 Pereaksi Mayer ... 7

2.3.4 Pereaksi Besi (III) klorida 1% ... 7

2.3.5 Pereaksi Molish ... 8

2.3.6 Pereaksi Timbal (II) asetat 0,4M ... 8

2.3.7 Pereaksi Lieberman-Burchard ... 8

2.3.8 Pereaksi Asam Klorida 2N ... 8

2.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2N ... 8

2.3.10 Pereaksi Natrium Hidroksida 2N ... 8

2.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 9

2.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 9

2.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 9

2.4.3 Penetapan Kadar Air ... 9

2.4.4 Penetapan Kadar Abu Total ... 10

2.4.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam ... 10

2.4.6 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 10

2.4.7 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 11

2.5 Skrining Fitokimia ... 11


(11)

2.5.2 Pemeriksaan Flavonoida ... 12

2.5.3 Pemeriksaan Saponin ... 12

2.5.4 Pemeriksaan Glikosida ... 13

2.5.5 Pemeriksaan Tanin ... 13

2.5.6 Pemeriksaan Steroida/Terpenoida ... 13

2.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Zodia ... 14

2.7 Formulasi Sediaan Antinyamuk Bakar ... 14

2.8 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar ... 17

2.8.1 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan pipa Kaca . 17 2.8.2 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Kotak .... 18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

3.1 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Skrining Fitokimia ... 19

3.2 Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar ... 20

3.2.1 Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Pipa kaca ... 20

3.2.2 Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan kotak ... 24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

4.1 Kesimpulan ... 28

4.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Bahan dasar antinyamuk bakar ... 15 2. Hasil Skrining Fitokimia ... 19 3. Hasil Uji Sediaan Antinyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 5% Dengan

Pipa Kaca ... 20 4. Hasil Uji Sediaan Antinyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 10% Dengan

Pipa Kaca ... 21 5. Hasil Uji Sediaan Antinyamuk Bakar Untuk Blanko Dengan Pipa Kaca. 21 6. Hasil Uji Untuk Pembanding Dengan Pipa Kaca ... 22 7. Hasil Uji Sediaan Antinyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 5% Dengan

Kotak ... 24 8. Hasil Uji Sediaan Antinyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 10% Dengan

Kotak ... 24 9. Hasil Uji Untuk Pembanding Dengan Kotak ... 25 10. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Sebagai Blanko Dengan

Kotak ... 25 11. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia Daun Zodia

(Eudia hortensis J. R & G. Forst) ... 37 12. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Daun Zodia (Eudia


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tanaman ... 31

2. Morfologi Tanaman ... 32

3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Zodia ... 34

4. Gambar Alat ... 35

5. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 37

6. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia ... 38

7. Contoh Perhitungan Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia ... 39


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak daun zodia (Euodia hortensis J.R. & G.Forst), karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, dan uji aktivitasnya sebagai anti nyamuk. Dengan menggunakan 2 variabel konsentrasi yaitu konsentrasi 5% dan 10% ekstrak zodia, menggunakan bahan dasar sediaan yang sama.

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun zodia diperoleh kadar air 5,33%, kadar sari yang larut dalam air 31,94%, kadar sari yang larut dalam etanol 15,55%, kadar abu total 6,11% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,52%.

Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun zodia menunjukkan adanya senyawa alkaloida, flavonoida, tanin dan glikosida.

Sediaan anti nyamuk bakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, musilago amyli 10 %.

Hasil pengujian sediaan anti nyamuk bakar yang mengandung ekstrak daun zodia telah mempunyai aktivitas sebagai anti nyamuk dengan konsentrasi 5% namun aktivitas anti nyamuk yang lebih baik pada konsentrasi 10%.


(15)

ABSTRACT

The formulation was done prepared burn anti mosquito of zodia leaves extract (Euodia hortensis J.R. & G.Forst), the characterization of simplex, the phytochemical screening and the test of activity as anti mosquito. By using two variable are concentration 5% and 10% the extract of zodia leaves to use same material base.

The examination results of simplex zodia leaves characteristics gave the water content value 5,33% , the water soluble extract value 31,94% , the ethanol soluble extract value 15,55% , the total ash value 6,11% , the acid insoluble ash value 0,52%.

The phytochemical screenings results simplex of zodia leaves shown the precense of alkaloid, flavonoid, tanin and glycoside.

The prepared burn mosquito against can to make of with by using coconut shell powder, saw powder, and mucilago amyli 10%.

The results test a prepared burn anti mosquito to ingredient extract zodia leaves had been activity as anti mosquito with concentration 5%, in spite of activity as anti mosquito is the best at concentration 10%.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Serangga adalah salah satu jenis binatang yang mempunyai jumlah anggota terbesar dalam populasi binatang yaitu lebih dari 72%. Serangga dapat dijumpai disemua daerah diatas permukaan bumi seperti darat, laut, dan udara (Putra, 1994).

Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, dan serangga penyerbuk. Meskipun demikian, tidak sedikit serangga yang justru membawa kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman dan nyamuk. Pada kelompok serangga nyamuk lebih berbahaya bagi kesehatan manusia dibandingkan dengan jenis serangga lainnya (Kardinan, 2003).

Tingginya curah hujan dapat mengakibatkan terjadinya genangan air. Genangan air ini dapat menjadi sarang bagi nyamuk yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan juga kesehatan. Masalah belumlah selesai, masih ada bahaya lain yang mengancam yakni munculnya berbagai penyakit termasuk demam berdarah (Meida, 2007).

Menghadapi penyebaran penyakit menular yang disebabkan nyamuk, sejumlah upaya telah dilakukan. Pada masyarakat dahulu upaya untuk menghindari gigitan nyamuk dilakukan dengan membakar kayu. Kini, penggunaan obat anti nyamuk dalam bentuk sediaan yang dibakar, disemprot, dioles, dan elektrik adalah cara-cara modern untuk mengusir nyamuk. Namun bahan yang digunakan adalah bahan kimia yang membahayakan. Gejala umum


(17)

yang sering kali ditemukan pada seorang yang mengalami keracunan obat anti nyamuk adalah gatal-gatal, mengeluarkan keringat yang berlebihan disertai muntah, diare dan sulit bernafas (Sisca, 2009).

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu dicari alternatif lain misalnya dengan memanfaatkan tanaman anti nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara (2007) beberapa tanaman yang dapat mengusir nyamuk yaitu zodia, rosemary, lavender, serai wangi, selasih, kenikir, dan inggu.

Zodia merupakan tanaman perdu yang berasal dari keluarga rutaceae. Tinggi tanaman 0,3-2m dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm. bentuk zodia cukup menarik sehingga digunakan juga sebagai tanaman hias. Menurut pendapat beberapa orang, tanaman ini bisa digunakan untuk mengusir nyamuk, baik di dalam ruangan maupun di pekarangan (Kardinan, 2003).

Tanaman ini memiliki kandungan evodiamin dan rutaecarpin yang tak disukai serangga. Zat tersebut menghasilkan aroma yang tajam. Jika tertiup angin, aroma itu mudah sekali tersebar ke seluruh ruangan (Anonim, 2008).

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas daun zodia sebagai anti nyamuk yang diformulasikan dalam bentuk sediaan anti nyamuk bakar dengan kriteria sediaan anti nyamuk bakar bakar harus mudah dibakar, tetapi tahan lama terbakar, serta tidak mengeluarkan asap yang berlebihan.


(18)

1.2Perumusan Masalah

a. Apakah serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10% dapat diformulasi menjadi sediaan anti nyamuk bakar.

b. Apakah ekstrak daun zodia dapat diformulasikan dalam sediaan anti nyamuk bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10%.

c. Apakah formula yang dibuat mempunyai efektivitas sebagai anti nyamuk.

1.3Hipotesis

a. Sediaan anti nyamuk bakar dapat diformulasikan dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10%.

b. Ekstrak daun zodia dapat diformulasikan kedalam sediaan anti nyamuk bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10%.

c. Sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak zodia mempunyai efektivitas sebagai anti nyamuk.


(19)

1.4Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sediaan anti nyamuk bakar dapat diformulasikan dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10%.

b. Untuk mengetahui ekstrak daun zodia dapat diformulasikan kedalam sediaan anti nyamuk bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10%. c. Untuk mengetahui efektivitas sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak

zodia sebagai anti nyamuk.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian akan diperoleh sediaan antinyamuk bakar dari ekstrak daun zodia yang diharapkan akan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pengusir nyamuk.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Morfologi Tumbuhan

Zodia memiliki nama latin Evodia suaveolens, Scheff, tetapi ada juga yang menyebut dengan Euodia hortensis, J. R & G. Forst. Tanaman perdu ini berasal dari keluarga Rutaceae. Tinggi tanaman 0,3-2m dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm. Bentuk zodia sangat menarik sehingga digunakan juga sebagai tanaman hias. Zodia diduga berasal dari Papua. Namun, saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau Jawa, bahkan sering dijumpai ditanam dihalaman rumah atau kebun sebagai tanaman hias.

Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400-1000 m dpl. Perbanyakannya sangat mudah yaitu menggunakan biji, bahkan biji yang jatuh dan menyebar disekitar tanaman pun dapat tumbuh menjadi tanaman dalam jumlah yang cukup banyak (Kardinan,2007).

2.1.2 Sistematika Tumbuhan Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae Genus : Euodia


(21)

2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan

Kandungan Kimia yang terdapat pada Euodia hortensis J.R. & G.Forst yaitu minyak atsiri (essential oil) yang mengandung bahan aktif (komponen utama) evodiamine dan rutaecarpine.

2.1.4 Khasiat Tumbuhan

Menurut pendapat beberapa orang, tanaman ini biasa digunakan untuk mengusir nyamuk, baik didalam ruangan maupun di pekarangan. Oleh masyarakat Papua, tanaman ini sudah lama digunakan sebagai penghalau serangga, khususnya nyamuk. Kenyataan ini juga diperkuat oleh beberapa literatur yang menyebutkan bahwa tanaman ini menghasilkan aroma yang cukup tajam yang diduga disebabkan oleh kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga tidak disukai serangga.

Daun zodia terasa pahit, kadang-kadang digunakan sebagai obat tradisional, antara lain sebagai tonik untuk menambah stamina tubuh, sementara rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria. (Kardinan,2007).

2.2 Uraian Kimia 2.2.1 Alkaloid

Alkaloid dapat didefenisikan sebagai senyawa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen heterosiklis, bereaksi alkali, dan pada dosis tertentu dapat memberikan aktivitas farmakologi (Tyler dkk, 1976).


(22)

Alkaloid adalah golongan senyawa yang dari segi kimia bersifat homogen, mengandung nitrogen, yang sering kali terdapat dalam cincin heterosiklik dan bersifat basa (Robinson,1995).

Biasanya alkaloid dalam tumbuhan terdapat sebagai garam yang larut dalam air, sehingga dalam pembuatan ekstrak kasar dengan alkohol-air akan ikut tersari dan dapat diuji dengan reaksi pengendapan alkaloid. Pada analisis senyawa alkaloid harus diingat adanya senyawa lain yang memberikan hasil positif sehingga perlu dilakukan pemurnian untuk memisahkan pengotor (Fransworth, 1966).

2.2.2 Glikosida

Glikosoida adalah suatu senyawa yang bila dihidrolisis menghasilkan komponen gula yang disebut glikon dan komponen non gula yang disebut aglikon (Tyler, dkk, 1976).

Berdasarkan atom penghubung bagian gula (glikon) dan bukan gula (aglikon), maka glikosida dapat dibedakan menjadi:

1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 2. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 3. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 4. S-glikosida, jika atom S menghubungkan bagian glikon dan aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah glukosa (Robinson,1995, Tyler, dkk,1976).

2.2.3 Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya yang


(23)

menyerupai sabun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995).

Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalm air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).

2.2.4 Steroida/Terpenoida

Steroida adalah triterpenoida yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Steroida dibentuk secara biosintesis dari isopentil pirofosfat (isoprene aktif) seperti biosintesis terpenoid (Tyler,1976).

Inti steroid sama seperti inti triterpenoida tetrasiklik. Steroida alcohol biasanya dinamakan dengan ‘sterol’, tetapi Karena praktis semua steroida tumbuhan berupa alkohol sering kali semuanya disebut sterol. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harborne,1987).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Merupakan senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif. Uji yang banyak dilakukan ialah reaksi Lieberman-Bouchardat (asetat anhidrida-H2SO4 pekat) dimana


(24)

2.2.5 Tanin

Tanin adalah senyawa turunan fenol, terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).

Tanin dalam air membentuk koloid, larut dalam alcohol dan aseton. Seperti halnya semua fenol, tanin dapat bereaksi dengan ferri klorida, dapat diendapkan dengan garam logam berat dan gelatin (Bruneton, 1995).

Tanin adalah senyawa yang berasal dai tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung-silang protein. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospemae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tannin tidak berbentuk kristal, dengan air membentuk larutan koloid yang bereaksi asam dan mempunyai rasa sepat yang tajam. Tannin menyebabkan pengendapan larutan gelatin dan alkaloid, membentuk warna biru atau hijau kehitaman dengan garam-garam besi (Harborne,1987).

Menurut Tyler (1976) ada dua jenis tannin yaitu: 1. Tanin Pirokatekol

Tanin pirokatekol membentuk warna hijau dengan FeCl3 dan membentuk endapan dengan bromine

2. Tanin Pirogalol

Tanin pirogalol membentuk warna biru dengan FeCl3 dan tidak membentuk dengan bromine (Tyler,1976).


(25)

2.2.6 Flavonoida

Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan yang ditemukan sebagai flavon, flavonol, isoflavon, flavonon, katekin, leukoantosianidin, antosianin, auron, dan kalkon (Fransworth, 1966; Robinson, 1995).

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai suatu deretan senyawa C6-C3-C6, dimana kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan


(26)

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut:

1. Selektifitas

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut 3. Ekonomis

4. Ramah lingkungan 5. Keamanan

Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan cara: 1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut a. Cara Dingin

Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.


(27)

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Perkolasi diteruskan sampai 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa.

b. Cara Panas Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekastraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatife konstan dengan adanya pendingin balik.

Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

Infus


(28)

Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

2. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinue sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian (Depkes, 2000).

2.4 Nyamuk

Nyamuk adalah golongan serangga yang termasuk suku Culicidae, ordo diptera yang berbentuk langsing, baik tubuhnya, sayapnya maupun proboscisnya. Proboscis adalah alat untuk menusuk dan mengisap cairan makanan atau darah. Nyamuk tersebar luas diseluruh dunia ulai dari daerah kutub sampai daerah tropis, dapat dijumpai 5.000 m diatas permukaan laut sampai kedalamam 1.500 m dibawah permukaan tanah didaerah pertambangan.

Nyamuk dewasa hidup diudara, telur diletakkan di air sedangkan larva dan pupa hidup didalam air (aquatic). Tempat berkembang biak adalah (Breeding place) adalah air yang sangat bervarisai jenisnya. Tubuh nyamuk dibagi dalam tiga bagian yaitu: kepala, thorax dan abdomen (Soedarto, 1989).


(29)

Siklus Hidup Nyamuk

Semua nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dengan 4 tahap yaitu dari telur, larva (jentik), pupa hingga imago (dewasa). Selama bertelur, seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Masa inkubasi telur berlangsung selama beberapa hari dan sesudah masa tersebut lengkap, telur segera menetas bila diletakkan di air. Biasanya telur diletakkan dibagian yang berdekatan dengan permukaan air dan tidak berhubungan langsung dengan tanah (Soedarto, 1992).

Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu temperature, tempat keadaan air dan kandungan zat kimia yang ada didalam tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari (Soegijanto, 2004).

Telur menetas menjadi larva (jentik) setelah tujuh hari. Didalam air jentik menjadi sangat aktif, yakni membuat gerakan ke atas dan ke bawah jika air terguncang. Namun jika sedang istirahat, jentik akan diam dan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Jentik akan mengalami empat kali proses pergantian kulit (instar). Proses ini menghabiskan waktu 7-9 hari. Setelah itu jentik akan berubah menjadi pupa. Bentuk pupa bengkok dan kepalanya besar. Pupa bernafas melalui rongga dada. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Selama fase ini, pupa tidak makan. Setelah melewati fase ini, pupa berubah menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. Nyamuk dewasa jantan


(30)

2.5 Sediaan Anti Nyamuk Bakar

Sediaan anti nyamuk bakar adalah suatu sediaan padat berbentuk spiral yang mengandung bahan aktif insektisida, dengan sifat bahan mudah dibakar, harus berasap tanpa menimbulkan nyala ulang dan percikan. Pada umumnya anti nyamuk bakar yang diperdagangkan bahan aktif insektisidanya berasal dari bahan sintetis yang biasanya tidak ramah lingkungan bila dibandingkan bahan aktif insektisida alami (Zulnely, 2009).

Pemanfaatan sumber daya alam yang optimum merupakan program pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini merupakan tantangan pada sektor kehutanan karena pemanfaatan sumber daya alam belum maksimal, terbukti dari banyaknya limbah kayu baik yang berasal dari eksploitasi hutan maupun dari industri pengolahan kayu. Serbuk gergaji merupakan salah satu limbah dari industri penggergajian kayu yang jumlahnya cukup banyak. Menurut Rachman dan Karnasudirdja (1982) besar limbah serbuk gergaji yang berasal dari industri penggergajian adalah 15% yang terdiri dari 2,5% serbuk dari unit utama,13% serbuk dari unit kedua dan 0,1% dari unit trimmer. Limbah serbuk gergaji ini dapat dimanfaatkan sehingga memberi nilai tambah dengan cara mengolah menjadi suatu produk, seperti untuk pembuatan anti nyamuk bakar. Dalam pembuatan anti nyamuk bakar ini serbuk gergaji berfungsi sebagai bahan tambahan (Zulnely, 2009)

Musilago adalah larutan kental dari zat yang disari dari tumbuh-tumbuhan dengan air dingin atau air panas. Musilago amyli, dibuat dengan mencampur 2 bagian Amylum Tritici dengan 98 bagian air, diaduk terus-menerus sambil dididihkan sampai diperoleh masa homogen dan air yang hilang diganti sampai


(31)

berat 100 bagian. Lebih baik dibuat secara berikut, mendidihkan air yang diperlukan untuk membuat Musilago, tambahkan amilumnya yang sebelumnya dicampur dengan air sebanyak 10 x berat amilum. Didihkan sampai masa menjadi homogen dan tambahkan air bila berat yang sebenarnya kurang. Dapat pula digunakan Amylum Solani, Amylum Oryzae atau Amylum Manihot.


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metodologi penelitian meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, dan uji antinyamuk dari anti nyamuk bakar.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Neraca analitik (Mettler Toledo), blender, lemari pengering, neraca kasar, lumpang porselin, stamper, alat-alat gelas, penangas air, stopwatch, mikroskop, objek glass, deck glass, sudip, spatula, ,alat perkolator, freeze dryer (Modulyo, Edwars, serial no.3985), seperangkat alat pengujian nyamuk, kotak untuk memelihara nyamuk.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun zodia, serbuk kayu, serbuk tempurung, amilum manihot, toluen, kloroform, etanol 96%, etanol 70% (teknis), asam asetat anhidrat, asam asetat glasial, asam nitrat, etil asetat, iodium, kalium iodida, bismuth (II) nitrat, isopropanol, raksa (II) klorida, timbale (II) asetat, serbuk magnesium, serbuk seng, α-naftol, n-heksan, asam sulfat pekat, FeCl3, HCl(p), HCl 2N, natrium sulfat anhidrat, dan air suling.


(33)

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi determinasi tumbuhan, pengambilan sampel dan pengolahan sampel.

3.2.1 Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

3.2.2 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daun zodia yang terdapat didaerah Tanjung Morawa Km 12,5. Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Bagian yang digunakan adalah daun zodia. Pengolahan daun zodia dilakukan dengan cara daun zodia yang masih segar dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian dicuci dengan air bersih, ditiriskan dan ditimbang kemudian dikeringkan di dalam lemari pengering selama ± 1 minggu, ditimbang dan selanjutnya disimpan dalam wadah plastik.

3.3Pembuatan Larutan Pereaksi 3.3.1 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 gram kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling secukupnya sampai larut sempurna, lalu masukkan iodium sedikit-sedikit


(34)

3.3.2 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 gram bismuth (II) nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang 27,2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian campurkan kedua larutan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM,1995).

3.3.3 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,3596 gram raksa (II) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 gram kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian keduanya dicampur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.4 Larutan Pereaksi Besi (III) Klorida 1%

Sebanyak 1 gram besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml (Ditjen POM, 1989).

3.3.5 Larutan Pereaksi Molish

Sebanyak 3 gram alfa naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5N hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.6 Larutan Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 gram timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.7 Larutan Pereaksi Lieberman-Burchard

Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrida dan 1 bagian asam sulfat pekat (Ditjen POM, 1995).


(35)

3.3.8 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.9 Larutan Pereaksi Asam Sulfat 2 N

Asam sulfat pekat sebanyak 18 ml diencerkan dengan air suling secukupnya hingga volume 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.10 Larutan Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 gram kristal natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia

Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap simplisia dengan mengamati morfologi luar tumbuhan.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia

Pemeriksaan dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi (destilasi toluene). Cara penetapan: Kedalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluene dan 2 ml aquadest, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluene didinginkan dan volume air


(36)

Setelah toluene mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluene yang telah jenuh. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluene memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (WHO, 1992).

3.4.4 Penetapan Kadar Abu Total

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 2 g dengan seksama dan dimasukkan kedalam krus porselin bertutup yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar berlahan-lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM,1989).

3.4.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca maser atau kertas saring bebas abu lalu dicuci dengan air panas. Kemudian residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dan ditimbang beratnya (Ditjen POM,1989). 3.4.6 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml air-kloroform dalam aquades sampai 1 liter) dengan menggunakan botol bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, disaring, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam


(37)

cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dalam eksikator, dan ditimbang. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air (Ditjen POM,1995).

3.4.7 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dengan menggunakan botol bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (Ditjen POM,1995).

3.5 Skrining Fitokimia 3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit. Dinginkan dan disaring. Filtrat digunakan untuk percobaan berikut :

- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.

- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.


(38)

Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga percobaan diatas (Ditjen POM, 1989).

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram simplisia disari dengan 10 ml metanol, lalu direfluks selama 10 menit. Kemudian disaring panas-panas melalui kertas saring kecil berlipat. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter, dikocok hati-hati dan didiamkan. Lapisan metanol diambil, lalu diuapkan pada suhu 400C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtrat digunakan untuk uji flavonoida dengan cara berikut:

a. Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1 sampai 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,5 gram serbuk seng dan 2 ml HCl 2N, didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 ml HCl(p), dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoida.

b. Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium dan 10 ml HCl(p), terjadi warna merah jingga, menunjukkan adanya flavonoida (Ditjen POM,1989).

3.5.3 Pemeriksaan Saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Ditjen POM, 1989).


(39)

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida

Disari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran etanol 96 % dengan air (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N. Direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml Timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok dan didiamkan selama 5 menit, disaring. Disari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2). Pada kumpulan sari di tambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Dilarutkan sisa dengan 2 ml etanol. Larutan sisa dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunujukkan adanya gula, dengan demikian menunjukkan adanya glikosida (Ditjen POM, 1989).

3.5.5 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, disari dengan 10 ml air suling lalu dipanaskan, disaring. Filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman, menunjukkan adanya tanin (Ditjen POM, 1989).

3.5.6 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoida

Sejumlah 1 g serbuk dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan di cawan penguap. Sisanya ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). Apabila terbentuk warna ungu


(40)

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Zodia

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 200 g, dimasukkan kedalam bejana tertutup dan dimaserasi selama 3 jam dengan etanol 96%. Masa dipindahkan kedalam perkolator, kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai terdapat selapis cairan penyari diatas batas simplisia, perkolator ditutup, diperkolasi selama 24 jam. Perkolasi dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit, cairan penyari ditambahkan berulang-ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Perkolat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 500C hingga diperoleh ekstrak kental, lalu dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer pada suhu -400C selama ± 24 jam hingga diperoleh ekstrak yang lebih kental lagi.

3.7 Formulasi Sediaan Anti Nyamuk Bakar 3.7.1 Formulasi Bahan Dasar Anti Nyamuk Bakar

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sediaan anti nyamuk bakar adalah :

- serbuk tempurung kelapa - serbuk kayu

- serbuk kertas

- musilago amyli 10%

Bahan dasar sediaan anti nyamuk bakar dapat diformulasikan seperti pada tabel dibawah ini.


(41)

Tabel 1. Formulasi Bahan Dasar Antinyamuk Bakar.

Komposisi Formula I Formula II Formula III

Serbuk tempurung kelapa 2 g 2 g 1 g

Serbuk kayu 2 g 1 g 1 g

Serbuk kertas - 1 g 2 g

Musilago amyli 10% qs qs qs

Cara pembuatan : Formula I

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dibuat musilago amyli (ditara cawan penguap dan batang pengaduk, ditimbang 10 gram amilum manihot, ditambahkan aquadest 100 ml kemudian dipanaskan diatas penangas air sambil diaduk-aduk sampai menjadi masa yang kental yang transparan). Digerus satu per satu bahan didalam lumpang hingga homogen dan ditambahkan musilago amyli dan digerus lagi sampai terbentuk masa yang dapat dikempal. Kemudian dicetak, dikeringkan pada suhu 105 oC selama 2 jam dan ditimbang.

Sediaan anti nyamuk bakar yang telah jadi mempunyai kriteria sebagai berikut:

- panjang sediaan anti nyamuk bakar 20 cm - mudah dibakar

- tahan lama terbakar dengan lama pembakaran 1 jam untuk panjang 9 cm atau api tidak cepat padam sehingga tetap mengeluarkan asap


(42)

Formula II

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dibuat musilago amyli (ditara cawan penguap dan batang pengaduk, ditimbang 10 gram amilum manihot, ditambahkan aquadest 100 ml kemudian dipanaskan diatas penangas air sambil diaduk-aduk sampai menjadi masa yang kental yang transparan). Digerus satu per satu bahan didalam lumpang hingga homogen dan ditambahkan musilago amyli dan digerus lagi sampai terbentuk masa yang dapat dikempal. Kemudian dicetak, dikeringkan pada suhu 105 oC selama 2 jam dan ditimbang.

Sediaan anti nyamuk bakar yang telah jadi mempunyai kriteria sebagai berikut:

- panjang sediaan anti nyamuk bakar 20 cm - mudah dibakar

- tidak tahan lama terbakar atau api cepat padam setelah lama pembakaran 30 menit, sisa panjang sediaan anti nyamuk bakar 15 cm sehingga tidak mengeluarkan asap lagi

- dan asap yang dihasilkan tidak berlebihan. Formula III

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dibuat musilago amyli (ditara cawan penguap dan batang pengaduk, ditimbang 10 gram amilum manihot, ditambahkan aquadest 100 ml kemudian dipanaskan diatas penangas air sambil diaduk-aduk sampai menjadi masa yang kental yang transparan). Digerus satu per satu bahan didalam lumpang hingga homogen dan ditambahkan musilago amyli dan digerus lagi sampai terbentuk masa yang dapat dikempal. Kemudian dicetak, dikeringkan pada suhu 105 oC selama 2 jam dan ditimbang.


(43)

Sediaan anti nyamuk bakar yang telah jadi mempunyai kriteria sebagai berikut:

- panjang sediaan anti nyamuk bakar 20 cm - lebih mudah dibakar

- sangat cepat terbakar atau lama pembakaran 1 jam untuk panjang sediaan anti nyamuk bakar 15 cm

- dan mengeluarkan asap lebih banyak dari formula I. 3.7.2 Formula Anti Nyamuk Bakar

Sediaan anti nyamuk bakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan dasar pada formula I yaitu:

- serbuk tempurung kelapa - serbuk kayu

- serbuk kertas

- musilago amyli 10%

- Ekstrak zodia dengan konsentrasi 5 dan 10%.

3.8 Pembuatan Sediaan Anti Nyamuk Bakar

Setelah dilakukan orientasi terhadap beberapa bahan dasar anti nyamuk bakar, maka pembuatan sediaan anti nyamuk bakar dilakukan sebagai berikut. Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dibuat musilago amyli (ditara cawan penguap dan batang pengaduk, ditimbang 10 gram amilum manihot, ditambahkan aquadest 100 ml kemudian dipanaskan diatas penangas air sambil diaduk-aduk


(44)

Kemudian ditambahkan ekstrak zodia dan digerus lagi hingga homogen. Ditambahkan musilago amyli dan digerus lagi sampai terbentuk masa yang dapat dikempal. Kemudian dicetak, dikeringkan pada suhu 105 oC selama 2 jam dan ditimbang.

3.9 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Alat yang digunakan :

- Pipa kaca.

- Kotak nyamuk yang telah dibuat ventilasi udara. Penyiapan hewan uji (nyamuk)

Nyamuk yang digunakan untuk pengujiaan dibiakkan didalam wadah gelas. Pembiakan dilakukan dengan cara memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam wadah berisi air gula 1 % sebagai media. Dibiarkan satu hari hingga jentik-jentik berubah menjadi nyamuk, pengujian dilakukan setelah nyamuk dewasa dengan membiarkan selama satu hari lagi.

3.9.1 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Pipa Kaca.

Dalam hal ini digunakan alat berupa pipa kaca yang dihubungkan dengan penyungkup transparan yang menyelubungi sediaan anti nyamuk bakar yang telah dibakar dan dilengkapi dengan keran untuk mengumpulkan asap sehingga asap akan masuk kedalam pipa kaca setelah keran di buka. Alat dirangkai sedemikian rupa sehingga nyamuk tidak dapat keluar. Pada pipa kaca dibuat zona-zona sampai 5 zona yaitu zona A, B, C, D dan E. Masing-masing zona mempunyai panjang 20 cm. Zona A terletak paling dekat dengan keran asap selanjutnya zona B, C, dan D sedangkan zona E berada paling jauh dengan keran asap atau berada


(45)

pada ujung pipa kaca yang mempunyai sirkulasi udara. Nyamuk yang telah dibiakkan menjadi dewasa dimasukkan kedalam pipa kaca. Kemudian sediaannya dibakar dan asapnya dialirkan kedalam pipa kaca. Dilakukan selama 60 menit selang waktu 10 menit. Kemudian dilihat berapa nyamuk yang menjauh ataupun mati pada masing-masing zona.

3.9.2 Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Kotak.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kotak yang telah dibuat sirkulasi udara pada masing-masing sisi kotak sehingga udara dapat berganti. Ke dalam kotak dimasukkan nyamuk yang telah dewasa kemudian sediaan anti nyamuk dibakar. Pembakaran dilakukan selama 3 jam selang waktu 30 menit. Selanjutnya dilihat berapa nyamuk yang menjauh ataupun mati.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Skrining Fitokimia

Hasil dari identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Euodia hortensis J.R. & G.Forst famili rutaceae.

Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun zodia diketahui bahwa daun berbentuk lanset, ujungnya runcing, tepi daun berombak, tinggi tanaman 0,3-2 m dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm.

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia terlihat fragmen berupa tetes minyak, rambut penutup, parenkim berisi rongga minyak.

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia diperoleh kadar air 5,33%, Kadar sari yang larut dalam air 31,92%, Kadar sari yang larut dalam etanol 15,55%, kadar abu total 6,11%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,52%. Penetapan kadar air dilakukan terhadap simplisia yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kandungan air yang masih terdapat dalam simplisia yang juga dapat mempengaruhi mutu simplisia. Persyaratan kadar pada karakterisasi simplisia ini tidak terdapat dalam Materia Medika Indonesia

Pada skrining fitokimia menunjukkan adanya beberapa golongan senyawa yang memberikan hasil positif yaitu alkaloida, tanin, flavonoida, glikosida.


(47)

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia

No Pemeriksaan Hasil

1 Alkaloida +

2 Saponin -

3 Tanin +

4 Flavonoida +

5 Steroida/Terpenoida +

6 Glikosida +

Keterangan : + = memberikan reaksi - = tidak memberikan reaksi

Setelah dilakukan pembuatan bahan dasar untuk sediaan anti nyamuk bakar maka formula yang tepat untuk membuat sediaan anti nyamuk bakar adalah formula I karena formula I telah memenuhi kriteria sediaan anti nyamuk bakar yaitu harus mudah dibakar, tetapi tahan lama atau api tidak cepat padam sehingga dapat tetap mengeluarkan asap dan asap yang dihasilkan tidak berlebihan. Untuk formula II dan formula III tidak memenuhi kriteria sebagai sediaan anti nyamuk bakar dimana pada formula II setelah 30 menit terbakar api padam sehingga sediaan tidak berasap lagi sedangkan untuk formula III sangat cepat terbakar atau lama pembakaran 1 jam untuk panjang sediaan anti nyamuk bakar 15 cm dan mengeluarkan asap lebih banyak dari formula I.


(48)

4.2Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar

4.2.1 Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Pipa kaca Tabel 3. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 5%

Zona (pengamatan)

Waktu (menit)

0 10 20 30 40 50 60

A 7 5 3 1 1* 1** -

B 1 2 2 2 2* 2** -

C 1 2 2 3 3* 3* 3**

D 2 2 3 4 3 3* 3**

E 2 2 3 3 5 3 2* 3** 2*

Tabel 4. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Untuk Konsentrasi 10% Zona

(pengamatan)

Waktu (menit)

0 10 20 30 40 50 60

A 4 3 3 3* 3** - -

B 2 3 2 2* 2** - -

C 1 1 2 1* 1** - -

D 3 3 2 3 2* 1** 2** -

E 3 3 4 1* 3 1** 3* 3** -

Keterangan :

- Jumlah nyamuk yang digunakan adalah 13 ekor.

- * adalah nyamuk yang tidak bergerak, tidak bisa terbang tetapi bukan mati


(49)

Tabel 5. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Untuk Blanko Zona

(pengamatan)

Waktu (menit)

0 10 20 30 40 50 60

A 3 2 2 2 1 1* 1**

B 1 2 1 3 2 2* 2**

C 2 1 2 - 3 3 2* 1

D 3 2 1 3 2 1 1*

E 1 3 4 2 2 3 3

Tabel 6. Hasil Uji Untuk Pembanding Zona

(pengamatan)

Waktu (menit)

0 10 20 30 40 50 60

A 2 2* 2** - - - -

B 2 1*1 2** - - - -

C - - 1* 1** - - -

D 3 1* 2 1** 1* 2** - - -

E 3 3 3* 3** - - -

Keterangan :

- Jumlah nyamuk yang digunakan untuk blanko dan pembanding adalah sebanyak 10 ekor.


(50)

berada paling dekat dengan keran asap. Sehingga 10 menit berikutnya nyamuk mati. Pada zona C dimenit ke-40 sampai 50 terdapat 3 ekor nyamuk yang tidak bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati sedangkan dimenit ke-60 nyamuk kemudian mati. Zona D terdapat 3 ekor nyamuk yang tidak bergerak, tidak bisa terbang tetapi belum mati pada menit ke-50, sedangkan 10 menit berikutnya nyamuk mati. Pada zona E terdapat 2 ekor nyamuk yang tidak bisa bergerak , tidak dapat terbang, tetapi belum mati dan terdapat nyamuk yang masih aktif dimenit ke-50 sedangkan pada 10 menit berikutnya terdapat 3 ekor nyamuk yang mati dan 2 ekor nyamuk yang tidak bisa bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati ini dikarenakan pada zona E terdapat sirkulasi udara sehingga masih ada nyamuk yang belum mati.

Sediaan antinyamuk bakar untuk konsentrasi 10 % pada menit ke-30 terdapat 5 eekor nyamuk yang tidak dapat bergerak, tidak bisa terbang tetapi belum mati pada zona A dan B yang berada paling dekat dengan keran asap. Sehingga 10 menit berikutnya nyamuk mati. Zona C terdapat 1 ekor nyamuk yang tidak dapat bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati pada menit yang sama dengan zona A dan B. Pada zona D terdapat 2 ekor nyamuk yang tidak dapat bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati dan 1 ekor nyamuk yang mati dimenit ke-40 dan setelah 10 menit kemudian terdapat 2 ekor nyamuk yang mati. Pada zona E terdapat 1 ekor nyamuk yang tidak dapat bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati dimenit ke-30, pada menit ke-40 terdapat 1 ekor nyamuk mati dan 3 ekor nyamuk yang tidak bisa bergerak , tidak dapat terbang, tetapi belum mati ini dikarenakan pada zona E terdapat sirkulasi udara dan pada 10 menit selanjutnya terdapat 3 ekor nyamuk yang sudah mati.


(51)

Untuk sediaan antinyamuk sebagai blanko di menit ke-50 pada zona A dan B terdapat 1 dan 2 ekor nyamuk yang tidak dapat bergerak, tidak bisa terbang, tetapi belum mati pada 10 menit berikutnya semua nyamuk mati. Ini dikarenakan zona A dan B terletak didekat keran asap. Sedangkan pada zona C, D dan E tidak terdapat nyamuk yang mati. Ini dikarenakan didalam sediaan anti nyamuk tidak terdapat bahan aktif.

Sedangkan pada pembanding (baygon) lebih cepat membunuh nyamuk yaitu dimenit ke-20 pada masing-masing zona terdapat nyamuk yang mati.

4.2.2 Hasil Uji Aktivitas Sediaan Anti Nyamuk Bakar Dengan Kotak Tabel 7. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Untuk konsentrasi 5 %

Jumlah nyamuk Keterangan

20 ekor Aktif, untuk digunakan 3 ekor 1,5 jam mati

9 ekor 1,5 jam nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati dan mati setelah 2 jam


(52)

Tabel 8. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Bakar Untuk konsentrasi 10 %

Jumlah nyamuk Keterangan

20 ekor Aktif, untuk digunakan 7 ekor 1 jam mati

8 ekor 1 jam nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati dan 1,5 jam mati

5 ekor 1,5 jam nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati dan 2 jam mati

Tabel 9. Hasil Uji Untuk Pembanding

Jumlah nyamuk Keterangan

20 ekor Aktif, untuk digunakan 10 ekor 45 menit mati

6 ekor 45 menit nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati dan 1 jam mati

4 ekor 1 jam nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati dan 1,5 jam kemudian mati

Tabel 10. Hasil Uji Sediaan Anti Nyamuk Untuk blanko

Jumlah nyamuk Keterangan

20 ekor Aktif, untuk digunakan 20 ekor 2,45 jam masih aktif

2 ekor Di jam ke-3 nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati


(53)

Dari tabel hasil uji sediaan anti nyamuk dengan menggunakan kotak yang telah dilengkapi dengan sirkulasi udara yang baik dapat dilihat untuk sediaan antinyamuk bakar dengan konsentrasi 5% sudah ada nyamuk yang mati setelah lama pembakaran 1,5 jam sebanyak 3 ekor dan setelah lama pembakaran 2,5 jam semua nyamuk mati. Sediaan antinyamuk bakar dengan konsentrasi 10% nyamuk mati setelah lama pembakaran 1 jam sebanyak 7 ekor dan setelah 2 jam pembakaran semua nyamuk mati. Sediaan antinyamuk bakar sebagai blanko setelah 2,45 jam nyamuk mati sebanyak 6 ekor sedangkan 14 ekor lagi masih aktif dijam ke-2 dan pada jam ke-3 nyamuk tidak dapat bergerak/terbang, tetapi belum mati. Ini dikarenakan didalam sediaan anti nyamuk tidak terdapat bahan aktif.

Sedangkan pada pembanding (baygon) lebih cepat membunuh nyamuk yaitu pada 45 menit sudah ada nyamuk yang mati dan pada 1,5 jam semua nyamuk mati.

Sediaan anti nyamuk bakar yang telah dibuat dan diuji baik dengan menggunakan pipa kaca maupun menggunakan kotak yang dilengkapi dengan sirkulasi udara menunjukkan adanya efektivitas sebagai anti nyamuk dengan konsentrasi 5%. Namun efektivitas yang lebih baik ditunjukkan pada konsentrasi 10%. Jika dibandingkan dengan baygon yang digunakan sebagai pembanding baygon lebih cepat membunuh nyamuk dikarenakan baygon menggunakan bahan kimia transflutrin 0,03 %.

Sedangkan pada sediaan antinyamuk bakar yang dibuat dalam penelitian menggunakan bahan alami yang dapat menolak serangga yaitu evodiamin dan


(54)

menggunakan pipa kaca dikarenakan nyamuk berada pada zona A dan B yang terletak dekat dengan keran asap atau nyamuk mati karena asap. Sedangkan pada pengujian dengan menggunakan kotak tidak terdapat nyamuk yang mati setelah 3 jam pengasapan dikarenakan pada kotak dibuat sirkulasi udara. Transflutrin merupakan senyawa kimia berbahaya bagi manusia yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA). Seluruh obat anti nyamuk yang beredar di pasaran dalam negeri baik berupa obat semprot, bakar maupun cair mengandung senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia yaitu propoxur, transflutrin, bioaleterin, diklorvos, dalletherine, octachlorophil eter. Berdasarkan telusuran referensi diketahui bahwa senyawa tersebut bersifat karsinogenik. Indonesian Pharmaceutical Watch (IPhW) memperingatkan kemungkinan bahaya keracunan syaraf untuk penggunaan yang tidak hati-hati.). Toksisitas obat anti nyamuk bakar lebih ringan dibandingkan tipe cair dan semprot karena sifatnya mengusir nyamuk, meskipun demikian dapat mengganggu pernapasan (Anonim, 2009)


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada pemeriksaan karakteristik simplisia daun zodia (Euodia hortensis J.R. & G.Forst) diperoleh kadar air 5,33%, kadar sari yang larut dalam air 31,94%, kadar sari yang larut dalam etanol 15,55%, kadar abu total 6,11%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,52%.

Pada skrining fitokimia menunjukkan adanya beberapa golongan senyawa yang memberikan hasil positif yaitu alkaloida, tannin, flavonoida, glikosida.

Sediaan anti nyamuk bakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan dasar dengan formula I yang mempunyai kriteria sediaan harus mudah dibakar tetapi tahan lama terbakar atau api tidak padam serta tidak mengeluarkan asap yang berlebihan, terbuat dari serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, musilago amyli 10% dan ekstrak zodia 5 dan 10%.

Sediaan anti nyamuk bakar yang telah dibuat dengan ekstrak zodia telah mempunyai aktivitas sebagai antinyamuk dengan konsentrasi 5%, namun aktivitas sebagai anti nyamuk yang lebih baik pada konsentrasi 10%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya melakukan formulasi dengan menggunakan minyak atsiri dari daun zodia sehingga dapat dibuat menjadi bentuk


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Mengenal Tanaman Pengusir Nyamuk.

Anonim. (2009). Hot News Obat Anti Nyamuk. http://www. suharjawanasuria.tripod.com.

Balitbang Prov.Su. (2007). Pemanfaatan Tanaman-Tanaman Yang Mempunyai Aktivitas Sebagai Anti Nyamuk Dalam Mengurangi Penyebaran Penyakit Menular Di Provinsi Sumatera Utara. Halaman 28

Bruneton, J. (1995). Pharmacognosy, Phytochemistry,Medical Plants. Paris. Lavoisier Publishing. Page 275-277, 314-316

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Halaman 8,333

Ditjen POM. (1989). Materia Medica Indonesia. Jilid V. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Halaman 177,534,583

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11

Fransworth, N. R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plant Journal of Pharmaceutical Science. Volume 55. Number 3. Chicago. Reheins Chemical Company. Pages 262-263

Harborne,J.B.,(1987). Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K Padmawinata dan I. Soediro. Terbitan kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 6-7, 147, 152

Kardinan, A.,(2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta. Agromedia Pustaka. Halaman1, 26

Meida, I. (2007). Tanaman Pengusir Nyamuk.

Putra, N.S. (2004). Serangga Di Sekitar Kita. Cetakan pertama. Jakarta. Penerbit Kanisius. Halaman 13, 90

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi IV. Penerjemah K Padmawinata. Bandung. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Halaman 190


(57)

Sisca. (2009). Obat Antinyamuk, Amankah?

Soedarto. (1992). Entomologi Kedokteran. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 63-67

Soegijanto, S. (2004). Demam Berdarah Dengue Tinjauan dan Temuan Di Era 2003. Cetakan Pertama. Surabaya. Airlangga University Press. Halaman 99, 100-101

Tyler,V.E., Brady L. R., dkk. (1976). Pharmacognosy. Sixth Edition. Len & Febier. Philadelphia. Page 87, 105, 197, 201

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. WHO/PHARMS/92-559. Switzerland. Geneva. Pages 25-26 Zulnely., Martono, D. (2009). Pemanfaatan Kulit Gemor (Alseodaphne sp)

Sebagai Bahan Untuk Pembuatan Anti Nyamuk Bakar. http:// jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org


(58)

Lampiran 1


(59)

Lampiran 2 Morfologi Tanaman


(60)

Lampiran 2 (Lanjutan)

Gambar 3. Simplisia Daun Zodia ( Euodiae hortensis folium)


(61)

Lampiran 3

Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Zodia

1 2

3 4

Gambar 5. Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Zodia Keterangan:

1. Kelenjar minyak 2. Rambut Kelenjar 3. Rambut penutup


(62)

Lampiran 4 Gambar Alat


(63)

Lampiran 4 (Lanjutan)


(64)

Lampiran 5

Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Tabel 11. Hasil pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Zodia (Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

No Pemeriksaan Kadar

(%)

1 Kadar air 5,33

2 Kadar sari yang larut dalam air 31,92 3 Kadar sari yang larut dalam etanol 15,55

4 Kadar abu total 6,11


(65)

Lampiran 6

Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Tabel 12. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Daun Zodia

(Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

No Pemeriksaan Hasil

1 Alkaloida +

2 Saponin -

3 Tanin +

4 Flavonoida +

5 Steroida/Terpenoida +

6 Glikosida +

Keterangan :

+ (Positif) : Mengandung golongan senyawa - (Negatif) : Tidak mengandung golongan senyawa


(66)

LAMPIRAN 7

Contoh Perhitungan Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia 7.1Perhitungan Kadar Air

% Kadar air =

1. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,3 ml % Kadar Air =

2. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,2 ml % Kadar Air =

3. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,3ml % Kadar Air =

% Kadar Air rata-rata =

7.2Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100%

1. Berat simplisia = 5,000 gram Berat sari = 0,324 gram


(67)

2. Berat simplisia = 5,003 gram Berat sari = 0,314 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 31,38%

3. Berat simplisia = 5,001 gram Berat sari = 0,32 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 31,99%

% Kadar sari larut dalam air rata-rata =

7.3Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100%

1. Berat simplisia = 5,004 gram Berat sari = 0,152 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 15,18%

2. Berat simplisia = 5,002 gram Berat sari = 0,157 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 15,69%


(68)

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol rata-rata =

= 15,55% 7.4Perhitungan Kadar Abu Total

% Kadar Abu Total = x 100%

1. Berat simplisia =2,002 gram Berat abu = 0,1225gram

% Kadar Abu Total = x 100% = 6,11%

2. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 0,1181 gram

% Kadar Abu Total = x 100% = 5,90%

3. Berat simplisia = 2,003 gram Berat abu = 0,1319 gram

% Kadar Abu Total = x 100% =6,59%

% Kadar Abu Total rata-rata =

7.5Perhitungan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam % Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100%

1. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 1,2998 gram


(69)

2. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 1,2354 gram

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% =0,50%

3. Berat simplisia = 2,003 gram Berat abu = 1,2385 gram

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% =0,52%

% Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam rata-rata =


(70)

LAMPIRAN 8

SEDIAAN ANTINYAMUK BAKAR

Konsentrasi 10 %

Konsentrasi 5%


(1)

Lampiran 6

Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Tabel 12. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Daun Zodia

(Euodia hortensis J.R. & G.Forst)

No Pemeriksaan Hasil

1 Alkaloida +

2 Saponin -

3 Tanin +

4 Flavonoida +

5 Steroida/Terpenoida +

6 Glikosida +

Keterangan :

+ (Positif) : Mengandung golongan senyawa - (Negatif) : Tidak mengandung golongan senyawa


(2)

LAMPIRAN 7

Contoh Perhitungan Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia 7.1Perhitungan Kadar Air

% Kadar air =

1. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,3 ml % Kadar Air =

2. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,2 ml % Kadar Air =

3. Berat Sampel : 5,000 gram Volume Air : 0,3ml % Kadar Air =

% Kadar Air rata-rata =

7.2Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100%

1. Berat simplisia = 5,000 gram Berat sari = 0,324 gram


(3)

2. Berat simplisia = 5,003 gram Berat sari = 0,314 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 31,38%

3. Berat simplisia = 5,001 gram Berat sari = 0,32 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 31,99%

% Kadar sari larut dalam air rata-rata =

7.3Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100%

1. Berat simplisia = 5,004 gram Berat sari = 0,152 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 15,18%

2. Berat simplisia = 5,002 gram Berat sari = 0,157 gram

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 15,69%

3. Berat simplisia = 5,002 gram Berat sari = 0,158 gram


(4)

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol rata-rata =

= 15,55% 7.4Perhitungan Kadar Abu Total

% Kadar Abu Total = x 100%

1. Berat simplisia =2,002 gram Berat abu = 0,1225gram

% Kadar Abu Total = x 100% = 6,11%

2. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 0,1181 gram

% Kadar Abu Total = x 100% = 5,90%

3. Berat simplisia = 2,003 gram Berat abu = 0,1319 gram

% Kadar Abu Total = x 100% =6,59%

% Kadar Abu Total rata-rata =

7.5Perhitungan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam % Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100%

1. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 1,2998 gram


(5)

2. Berat simplisia = 2,002 gram Berat abu = 1,2354 gram

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% =0,50%

3. Berat simplisia = 2,003 gram Berat abu = 1,2385 gram

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% =0,52%

% Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam rata-rata =


(6)

LAMPIRAN 8

SEDIAAN ANTINYAMUK BAKAR

Konsentrasi 10 %

Konsentrasi 5%


Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Bunga Tumbuhan Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) Pada Sediaan Lotion

10 128 84

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

9 82 87

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN ZODIA DAN ROSEMARY SEBAGAI ANTI NYAMUK DALAM BENTUK REFILL DENGAN Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia dan Rosemary sebagai Anti Nyamuk dalam Bentuk Refill dengan Memanfaatkan Limbah Mat Elektrik.

0 2 15

UJI EFEK REPELLENT EKSTRAK DAUN ZODIA (Evodia suaveolens Scheff) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Uji Efek Repellent Ekstrak Daun Zodia (Evodia Suaveolens Scheff) Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti.

1 1 12

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

0 1 12

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

0 0 2

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

0 2 4

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

0 0 18

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

2 2 2

Analisis Komponen Senyawa Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Zodia (Euodia Hortensis J.R & G. Forst)

0 0 19