Mycobacterium pneumoniae sehingga penggunaan antibiotik disarankan. Lama terapi dengan antibiotik selama 5-14 hari sedangkan untuk bronkhitis kronik
optimalnya selama 14 hari Depkes RI, 2005. 6 Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkial dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pola
bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia
adalah Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Stapillococcus aureus, Streptococcus grup B, serta kuman atipik klamidia, dan mikoplasma
Depkes RI, 2005. Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti
infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotik yang dimulai secara empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah
bakteri patogen diketahui, antibiotik diubah menjadi antibiotik berspektrum sempit sesuai jenis patogennya Depkes RI, 2005.
2.2.4 Penggunaan antibiotik pada ISPA
1. Penisilin
Penisiin merupakan deriv at β-laktam tertua yang memiliki aksi
bakterisida dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri. Masalah resistensi akibat penicilinase mendorong lahirnya terobosan dengan
ditemukannya derivat penicilin seperti methicilin, fenoksimetil penicilin yang dapat diberikan oral, karboksipenicilin yang memiliki aksi terhadap
Universitas Sumatera Utara
Pseudomonas sp. Namun hanya Fenoksimetilpenicilin yang dijumpai di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Penicilin V Depkes RI, 2005.
Spektrum aktivitas dari fenoksimetilpenicilin meliputi terhadap Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae serta aksi yang kurang
kuat terhadap Enterococcus faecalis. Aktivitas terhadap bakteri Gram negatif sama sekali tidak dimiliki Depkes RI, 2005.
Terobosan lain terhadap penicilin adalah dengan lahirnya derivat penicilin yang berspektrum luas seperti golongan aminopenicilin amoksisilin
yang mencakup E. Coli, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae. Penambahan gugus
β- laktamase inhibitor seperti klavulanat memperluas cakupan hingga
Staphylococcus aureus, Bacteroides catarrhalis. Sehingga saat ini amoksisilin- klavulanat merupakan alternatif bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi
alternatif lain setelah resisten dengan amoksisilin Depkes RI, 2005. 2.
Sefalosporin Sefalosporin merupakan derivat β-laktam dengan mekanisme kerja
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif. Sefalosporin dibagi menjadi empat generasi
berdasarkan aktivitas antimikrobanya. Sefalosporin generasi pertama memperlihatkan aktivitas antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman
gram positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S. aureus
dan Streptococcus. Bakteri gram positif yang juga sensitif ialah Clostridium
Universitas Sumatera Utara
perfringens, Listeria moncytogenes dan Corynebacterium diphteriae. Sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri gram positif
dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif, misalnya H. influenza, P. mirabilis, E. Coli dan Klabsiella.
Sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaciae, termasuk strain penghasil penisilinase. Sefalosporin generasi keempat mempunyai aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih
stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotik tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga
Istiantoro dan Rianto, 2007. 3.
Makrolida Golongan makrolida menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversibel dengan ribosom sub unit 50S, dan umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisidal untuk
kuman yang sangat peka Setiabudy, 2007. Aktivitas antimikroba golongan makrolida secara umum meliputi gram
positif coccus seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus spp, Enterococci, H. influenzae, Neisseria spp, Bordetella spp, Corynebacterium spp,
Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella spp. Batang gram positif yang peka terhadap eritromisin ialah C. Perfringens, C. Diptheriae dan L.
monocytogenes. Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif, namun ada beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin
Universitas Sumatera Utara
yaitu N. gonorrhoeae, Campylobacter jejuni, M. Pneumoniae, Legionella Pneumophilla, dan C. trachomatis. Depkes RI, 2005.
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis yang memiliki spektrum aktivitas luas. Mekanisme kerjanya yaitu blokade terikatnya
asam amino ke ribosom bakteri sub unit 30S. Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas terhadap gram positif, gram negatif, chlamydia,
mycoplasma, bahkan ricketsia Depkes RI, 2005. Generasi pertama meliputi tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin.
Generasi kedua merupakan penyempurnaan dari sebelumnya yaitu terdiri dari doksisiklin, minosiklin. Generasi kedua memilki karakteristik farmakokinetik
yang lebih baik yaitu antara lain memiliki volume distribusi yang lebih luas karena profil lipofiliknya. Selain itu bioavailabilitas lebih besar, demikian pula
waktu paruh eliminasi lebih panjang 15 jam. Doksisiklin dan minosiklin tetap aktif terhadap stafilokokus yang resisten terhadap tetrasiklin, bahkan
terhadap bakteri anaerob seperti Acinetobacter spp, Enterococcus yang resisten terhadap vankomisin sekalipun tetap efektif Depkes RI, 2005.
5. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikroba oral memberikan pengaruh yang baik dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat
berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif
infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lomefloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktivitas yang lebih luas untuk terapi infeksi
community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparat parenteral yang
memungkinkan penggunaannya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain Depkes RI, 2005.
Mekanisme kerja golongan quinolon secara umum adalah dengan menghambat DNA-gyrase. Aktivitas antimikroba secara umum meliputi,
Enterobacteriaceae, P. aeruginosa, staphylococci, enterococci, streptococci. Aktivitas terhadap bakteri anaerob pada generasi kedua tidak dimiliki.
Demikian pula dengan generasi ketiga quinolon seperti levofloksasin, gatifloksasin, moksifloksasin. Aktivitas terhadap anaerob seperti B. fragilis,
dan Gram-positif baru muncul pada generasi keempat yaitu trovafloksacin Depkes RI, 2005.
6. Sulfonamida
Sulfonamida merupakan salah satu antimikroba tertua yang masih digunakan. Preparat sulfonamida yang paling banyak digunakan adalah
Sulfametoksazol yang dikombinasikan dengan trimetoprim yang lebih dikenal dengan nama Kotrimoksazol. Mekanisme kerja sulfametoksazol adalah dengan
menghambat sintesis asam folat, sedangkan trimetoprim menghambat reduksi asam dihydrofolat menjadi tetrahydrofolat sehingga menghambat enzim pada
alur sintesis asam folat. Kombinasi yang bersifat sinergis ini menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
pemakaian yang luas pada terapi infeksi community-acquired seperti sinusitis, otitis media akut, infeksi saluran kencing Depkes RI, 2005.
Aktivitas antimikroba yang dimiliki kotrimoksazol meliputi kuman gram-negatif seperti E. coli, klebsiella, enterobacter sp, M morganii, P.
mirabilis, P. vulgaris, H. Influenza, Salmonella serta gram-positif seperti S. Pneumoniae, Pneumocystis carinii., serta parasit seperti Nocardia sp Depkes
RI, 2005.
2.3 Penggunaan Antibiotik Pada Anak–Anak