PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT MAPPING DAN MAKE A MATCH DENGAN MEMPERHATIKAN BENTUK SOAL MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X MA MA’ARIF 9 KOTAGAJAH
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT MAPPING
DAN MAKE A MATCH DENGAN MEMPERHATIKAN BENTUK SOAL MATA PELAJARAN EKONOMI
KELAS X MA MA’ARIF 9 KOTAGAJAH TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh
HENDRA YULIANTO
Berdasarkaan hasil observasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Ma’arif 9 Kotagajah diperoleh gambaran tentang rendahnya hasil belajar dan kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran ekonomi. Dalam aktivitas belajar siswa masih menjadi pihak yang pasif dan hanya menerima informasi dari guru tanpa ada inisiatif mencari dan menambah wawasan dari sumber belajar lainnya. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan upaya dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Concept Mapping (CM) dan Make a Match (MaM) dengan memperhatikan bentuk soal (esai dan pilihan ganda) sebagai variabel moderatornya. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen semu, desain penelitiannya adalah faktorial 2x2. Populasi penelitian berjumlah 116 siswa kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah, sedangkan sampelnya adalah 2 kelas (58 orang) yang diambil melalui teknik clucter random sampling dan diberikan perlakuan yang berbeda. Data yang diperlukan diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar dengan dua bentuk soal esai dan pilihan ganda. Soal yang dites sebelumnya diuji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan untuk pengujian hipotesis digunakan Analisis Varians Dua Jalan dan T-test Dua Sampel
Independent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Concept Mapping dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam mata pelajaran ekonomi. Kedua model pembelajaran ini diterapkan di kelas yang berbeda. Model pembelajaran Concept Mapping pada kelas eksperimen dan Make a Match pada kelas kontrol.
(2)
Hendra Yulianto
Hasil penelitian menunjukkan : (1) ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match; (2) tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang dites menggunakan bentuk soal esai dengan siswa yang dites menggunakan bentuk soal pilihan ganda; (3) ada interaksi antara model pembelajaran dengan bentuk soal pada mata pelajaran ekonomi; (4) rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match jika hasil belajarnya dites
menggunakan bentuk soal esai; (5) rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match jika hasil belajarnya dites menggunakan bentuk pilihan ganda; (6) rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada
pembelajaran kooperatif tipe concept mapping; (7) rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Kata kunci : bentuk soal, concept mapping, hasil belajar, make a match, model pembelajaran.
(3)
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ... 61
2. Desain Penelitian ... 65
3. Grafik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan Bentuk Soal Pilihan Ganda.. 99
4. Grafik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan Bentuk Soal Esai ... 101
5. Grafik Hasil Belajar Kelas Kontrol Dengan Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 104
6. Grafik Hasil Belajar Kelas Kontrol Dengan Bentuk Soal Esai ... 106
(5)
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR RUMUS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 15
1. Pengertian Belajar ... 15
2. Teori Belajar ... 17
3. Hasil Belajar ... 24
4. Model Pembelajaran ... 27
5. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Concept Mapping ... 30
6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 34
7. Tes Hasil Belajar ... 36
B. Penelitian Yang Relevan ... 42
C. Kerangka Berfikir ... 45
(6)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ... 64
1. Desain Penelitian ... 64
2. Prosedur Penelitian ... 66
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 67
2. Sampel ... 68
C. Variabel Penelitian ... 69
D. Definisi Konseptual Variabel ... 69
E. Definisi Operasional Variabel ... 70
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 72
2. Dokumentasi ... 73
3. Teknik Tes ... 73
G. Uji Persyaratan Instrumen Penelitian ... 73
1. Uji Validitas ... 74
2. Uji Reliabilitas ... 75
3. Taraf Kesukaran ... 76
4. Daya Beda ... 77
H. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 78
2. Uji Homogenitas ... 79
I. Teknik Analisis Data 1. T-test Dua Sampel Independen ... 79
2. Analisis Varians Dua Jalan ... 81
3. Pengujian Hipotesis ... 82
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MA Ma’arif 9 Kotagajah ... 86
2. Visi dan Misi MA Ma’arif 9 Kotagajah ... 87
3. Letak Geografis MA Ma’arif 9 Kotagajah ... 89
4. Keadaan Madrasah ... 90
5. Kondisi Guru dan Karyawan ... 91
6. Situasi Pengelolaan Kelas dan Keadaan Siswa ... 92
7. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 94
B. Deskripsi Data ... 97
1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen ... 97
2. Deskripsi Data Kelas Kontrol ... 102
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 107
2. Uji Homogenitas ... 108
D. Hasil Belajar Ekonomi Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109
(7)
F. Pembahasan
1. Ada Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa Yang Pembelajarnnya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping dan Siswa Yang Pembela- jarannya Menggunakan Model Make a Match ... 115 2. Tidak Ada Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa
Yang dites Menggunakan Bentuk Soal Esai Dengan Siswa Yang dites Menggunakan Bentuk Soal pilihan ganda ... 118 3. Ada Interaksi Antara Model Pembelajaran Dengan Bentuk Soal
Pada Mata Pelajaran Ekonomi ... 121 4. Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa Yang Pembelajarannya
Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Concept Mapping Lebih Tinggi Dibanding Dengan Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Model Make a Match Jika Hasil Belajarnya Dites Menggunakan Bentuk Soal Esai ... 122 5. Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa Yang Pembelajarannya
Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Concept Mapping Lebih Tinggi Dibanding Dengan Siswa Yang Pembelajarannya
Menggunakan Model Make a Match Jika Hasil Belajarnya Dites Menggunakan Bentuk Pilihan Ganda ... 124 6. Hasil Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Yang Menggunakan
Bentuk Soal Esai Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Hasil Belajar Ekonomi Yang Menggunakan Bentuk Soal Pilihan Ganda Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping . 125 7. Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Yang Menggunakan Bentuk
Soal Esai Lebih Rendah Dibandingkan Dengan Hasil Belajar Ekonomi Yang Menggunakan Bentuk Soal Pilihan Ganda Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 127 G. Implikasi ... 128
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 129 B. Saran ... 132 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi Madrasah 2. Analisis Kesenjangan (SWOT) 3. Keadaan Umum Madrasah 4. Denah Lokasi Madrasah 5. Daftar Nama Guru
6. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 7. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol 8. Program Satuan Pembelajaran
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 10. Soal Post-Test
11. Kunci Jawaban Post-Test
12. Kisi-kisi Instrumen Soal Post-Test
13. Perhitungan Hasil Uji Coba Butir Soal Pilihan Ganda 14. Perhitungan Uji Validitas
15. Perhitungan Uji Reliabilitas 16. Tingkat Kesukaran
17. Daya Beda
18. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Butir Soal Esai 19. Korelasi Butir Soal Esai
20. Tingkat Kesukaran 21. Daya Pembeda
22. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen 23. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Kontrol 24. Uji Normalitas Data
25. Uji Homogenitas
26. Tabel Perhitungan Anava Dua Arah Uji F 27. Tabel Perhitungan Hipotesis Uji T
28. Tabel Distribusi Liliefors 29. Tabel Harga Kritis Distribusi F 30. Tabel Harga Kritis Distribusi t
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Ujian Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi ... 5
2. Data Jumlah Siswa Kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah ... 68
3. Definisi Operasional Variabel ... 71
4. Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 76
5. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 81
6. Daftar Sarana dan Prasarana MA Ma’arif 9 Kotagajah ... 90
7. Jumlah Guru dan Karyawan ... 91
8. Data Keadaan Siswa dari Kelas X sampai Kelas XII ... 93
9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Ekperimen Dengan Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 98
10. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan Bentuk Soal Esai ...100
11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol Dengan Bentuk Soal Pilihan Ganda ...103
12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol Dengan Bentuk Soal Esai ...105
13. Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...107
14. Uji Homogenitas Varian Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...109
15. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...110
(10)
(11)
(12)
Moto
“Awali dengan Bismillah”
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan
semangat.” (Winston Chuchill)
“Jalani prosesnya, nikmati apa yang ada sekarang, suatu saat
nanti akan ada hasilnya”
(Motivasiku)
“Dalam keadaan-keadaan yang sulit kita harus tetap tenang –
woles aja-”
(motivasiku)
“Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin”
(Napoleon)
“Cukup bicara secukupnya”
(13)
Persembahan
Alhamdulillahi robbil’alamin. Dengan izin Allah SWT,
Seiring doa dan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT Kupersembahkan karya kecilku ini kepada yang tercinta:
Bapak dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberi doa, semangat, motivasi,
dan dukungan untukku
Mbak, mas dan adik tersayang yang selalu memberikan motivasi dan perhatiannya selama ini
Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan kalian untuk menemani dan berada disampingku disaat suka dan duka
Para pendidik yang kuhormati
(14)
o
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rejo Basuki Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah tanggal 02 Juli 1991 dan merupakan buah hati ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Warsito dan Ibu Murniati.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu :
1. SD Negeri 03 Rejo Basuki Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2004 2. SMP Negeri 02 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2007 3. SMA Negeri 01 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML). Pada bulan
Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Lampung-Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Yogyakarta-Bandung. Pada bulan Juli, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-Kependidikan Terintegrasi) di Desa Kibang Yekti Jaya, kecamatan Lambu
Kibang, Tulang Bawang Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Lambu Kibang.
(15)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala atas segala rahmat, kasih sayang, dan kemurahan yang tiada pernah putus, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini dengan segala
kekurangan dan kelebihannya. Penulis mengakui banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, semangat, dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.Si., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Unila.
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, dan selaku Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah membantu mengarahkan, membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(16)
7. Bapak Dr. Hi. Edy Purnomo, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan motivasi, meluangkan waktu, memberikan arahan dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Erlina Rupaidah, S.E., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
10. Om Herdi dan Kak Wardani yang telah memberikan pengarahan, dukungan dan motivasinya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Bapak Drs. Hi. Ali Mustofa, M.Pd.I., selaku kepala MA Ma’arif 9 Kotagajah, Bapak Eko Nurono selaku waka kurikulum dan seluruh Bapak dan Ibu guru serta staf pengajar yang telah membantu mengumpulkan data penelitian. 12. Kedua orang tuaku, Bapak Warsito dan Ibu Murniati terima kasih atas do’a,
kasih sayang, keringat, air mata, semangat, senyum, motivasi dan semua pengorbananmu untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. 13. Mbak dan Mas tersayang, Mbak Erna-Mas Irul, Mbak Eli-Mas Dian,
adik-adikku tercinta, Erles, Elsa dan keponakanku Salma dan Dila terima kasih atas segala kasih sayang dan waktu serta pengorbanan kalian selama ini untukku, semoga kita dapat sukses dunia akhirat. Amin Allahuma Amin. 14. Sahabat-sahabatku Devi (ke’embo), Jodi, Heni (s@estu), Imel, 13 force,
Imbas, Joky, tole, pakde, paklek, mbah, aki. Keep our frienship.
15. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2010 Ana, Ayu, Dulan, Kiki, Lianti, Reni, Rika, Sinta, Anjani, Arif, Bachtiar, Kasri, Eka, Fitma, Imbas,
(17)
Joko, Levi, Mela, Nida, Novi, Nuning, Nuy, Pemi, Putri, Renita, Rima, Riza, Sis, Sri, Tety, Listi, Brian, Anggi, Dwi, Dhila, Amel, Rizki, Wulan, Ncus, Ardi, Ali, Jajat, Rama, Ang, Made, Riyan, Burhan, Fitri, Ika, Muti, Vevy, Adjeng, Suki, Tria, Nira, Rie, Selvi, semua teman seperjuanganku di ECOUTION 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
16. Kakak tingkat 2007, 2008, 2009 yang telah memberikan masukan dan
informasi dalam menyelesaikan skripsi ini, adik tingkat angkatan 2011-2013, yang telah menjadi keluarga besar FKIP Ekonomi, semoga kalian cepat lulus. 17. Teman-teman kelompok KKN-PPL Kibang Yekti Jaya mas Singgih, mak
U’ung, aunty Nesya, kakak Ditta, cimu Galuh, ami Iza, adek Ala, Yadi, dan Siti, terima kasih atas kebersamaannya. Salam piereee...
18. Teman-teman kosan Madu-Koro, mas Heru, mas Ari, mas Antun, mas Edy, mas Bugi, Mangun, Nando, Aquin, Fery, Nurhi, terima kasih atas
kebersamaan kalian selama ini.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan, dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin....
Bandarlampung, April 2014 Penulis
(18)
(19)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai dasar pembentuk pribadi manusia merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan, dan sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) mengartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprititual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu tujuan pendidikan adalah penanaman pengetahuan dan keterampilan kepada individu dalam membentuk pribadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, serta memiliki rasa tanggung jawab. Cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik adalah dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan pembelajaran yang tepat dan baik akan mampu memberikan pencapaian suatu proses pembelajaran secara aktif sehingga akan tercapai hasil yang baik.
(20)
2 Lembaga pendidikan seperti sekolah memiliki peranan penting dalam
melaksanakan program pendidikan. Selain lembaga pendidikan yang
berstatus sekolah menengah atas atau SMA, terdapat tingkatan yang sederajat yaitu Madrasah Aliyah (MA) yang sering lepas dari pandangan masyarakat. Pendidikan yang diberikan di madrasah tidak kalah saing dengan sekolah, selain mempelajari pengetahuan umum, di madrasah juga dibekali dengan ilmu agama yang bisa menjadi bekal di masa yang akan. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berbasis sekolah dan spiritual diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik untuk mempersiapkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga dapat menyukseskan program
pendidikan dan menghasilkan lulusan siap saing dengan sekolah menengah atas atau yang sederajat lainnya. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian di MA Ma’arif 9 Kotagajah sehingga dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi di madrasah ini dan dapat dilakukan evaluasi atau perbaikan yang pada akhirnya dapat membantu mencapai tujuan pendidikan dan digunakan untuk menentukan strategi di masa akan datang.
Madrasah Aliyah Ma’arif 9 Kotagajah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sederajat dengan SMA di kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah. Madrasah Berbasis Sekolah (MBS) ini mengajarkan dua bidang ilmu, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) selain dalam ilmu keagamaannya. Salah satu kompetensi dari Ilmu Sosial yang diberikan di Sekolah Menengah Atas adalah mata pelajaran ekonomi, yang diberikan di kelas X, XI IPS, dan XII IPS. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran inti sehingga siswa dituntut memiliki
(21)
3 hasil belajar yang tinggi agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan mata pelajaran ekonomi di sekolah adalah untuk menanamkan pemahaman siswa mengenai kaitan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, baik dalam diri individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara. Mempelajari mata pelajaran ekonomi bertujuan untuk membentuk sikap yang rasional terhadap ilmu ekonomi yang dipelajarinya di masa sekolah untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masa yang akan datang.
Pendidikan yang berlangsung saat ini pada kenyataanya banyak dihadapkan oleh beberapa persoalan, di antaranya berkaitan dengan kualitas dan mutu dalam proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Persoalan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah kurangnya kreativitas guru dalam menerapkan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Padahal kegiatan dalam proses pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai model-model pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan minat, motivasi, aktivitas, dan hasil belajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan matang mulai dari persiapan, memilih strategi
pembelajaran, model pembelajaran, sampai pada tahap yang terakhir adalah dengan evaluasi.
Kemampuan dan kreativitas yang dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Seorang guru yang mampu dalam mengkombinasikan berbagai model pembelajaran dengan
(22)
4 tepat sesuai materi pelajaran akan mempengaruhi terjadinya interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada waktunya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa akan dapat diketahui meningkat atau rendah setelah dilaksanakan sebuah evaluasi. Proses evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran bersifat kuantitatif sedangkan penilaian bersifat kualitatif. Menurut Cronbach dan Stifflebeam dalam Arikunto (2009: 03) menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Bentuk tes ini bermacam-macam di antaranya adalah tes lisan, tes tertulis, dan tes tindakan. Tes tertulis menekankan pada penggunaan alat seperti pensil kertas sebagai instrumen utamanya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah Lampung Tengah menunjukan bahwa pencapaian kompetensi siswa kurang optimal. Kondisi pembelajaran di sekolah yang masih menggunakan metode konvensional atau yang lebih dikenal dengan
(23)
5 metode ceramah, yaitu metode mengajar dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada peserta didik yang umumnya mengikuti secara pasif, sehingga kurang menumbuhkan semangat dan kreativitas siswa. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran ekonomi, akibatnya selain siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), motivasi, atau minat siswa untuk lebih berprestasi juga kurang optimal. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai siswa dapat dilihat pada tabel 1 yang merupakan nilai ujian semester tahun 2013/2014.
Tabel 1. Hasil Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Siswa MA Ma’arif 9 Kotagajah Kelas X Tahun 2013/2014
Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas X Madrasah Aliyah Ma'arif 9 Kotagajah No Kelas Nilai < 72 Nilai ≥ 72 Jumlah Siswa
1 X A 17 12 29 Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
sebesar 72
2 X B 18 11 29
3 X C 17 12 29
4 X D 17 12 29
Jumlah Siswa 69 47 116
Prosentase 59,48% 40,52 % 100 %
Sumber : Arsip nilai siswa kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013.
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa pada ujian semester ganjil kurang optimal. Hal ini terlihat dari siswa yang berhasil memperoleh nilai ≥ 72 atau yang memenuhi KKM adalah 40,52% (47 siswa), selebihnya siswa yang memperoleh nilai < 72 atau 59,48% (69 siswa) di bawah KKM yaitu 72. Menurut Djamarah (2006: 107) apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60% maka keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Artinya siswa belum mencapai seluruh indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
(24)
6 Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah diduga disebabkan belum diterapkannya berbagai model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan tersebut berlangsung satu arah, dari guru kepada siswa dan tidak terjadi interaksi. Memang selain
menggunakan metode konvensional masih terdapat pembelajaran variasi, seperti pembelajaran melalui tanya jawab dan tugas tetapi tidak melibatkan siswa secara aktif. Metode tanya jawab hanya melibatkan beberapa siswa aktif dalam pembelajaran di kelas tersebut dan pertanyaan guru diajukan ke siswa secara terarah dan individual, tidak dengan memgelompokkan siswa untuk bekerjasama dalam menjawab pertanyaan. Akan lebih baik dalam pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Interaksi saling membutuhkan atau hubungan kerjasama antar anak di dalam kelas inilah yang menghasilkan suasana belajar kooperatif.
Berdasarkan pemikiran dan pengamatan terhadap hasil belajar yang belum optimal, maka perlu upaya perubahan dalam proses pembelajaran yang bertujuan meningkatkan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan oleh guru diubah dengan melibatkan peran siswa, baik dengan memberikan tugas kelompok maupun individu.
(25)
7 Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Adanya unsur-unsur belajar yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Terdapat beragam model pembelajaran kooperatif. Hal ini akan lebih memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan materi, tujuan pembelajaran, kondisi kelas, sarana dan kondisi internal peserta didik seperti minat belajar. Dua diantara model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan yaitu Concept Mapping dan Make a Match.
Model pembelajaran concept mapping merupakan suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan belajar bermakna/menyenangkan bagi peserta didik. Dalam belajar bermakna tersebut siswa dapat menghubungkan/mengaitkan informasi pada pengetahuan yang telah dimilikinya. Menurut Dahar (1996: 154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Model peta konsep mambantu siswa dalam memahami konsep yang akan dipelajari. Dengan memahami materi maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Untuk menyusun peta konsep menurut Dahar (1996: 125) diperlukan pemahaman tentang ciri atau karakteristik peta konsep, informasi dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk penerimaan, mengaitkan informasi pada pengetahuan yang dimilikinya, siswa juga dapat menghapalkan informasi itu tanpa menghubungkannya pada konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
(26)
8 Pembelajaran dengan menggunakan model concept mapping dapat
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir dan memahami informasi berdasarkan kemampuan dirinya sendiri. Pelaksanaan proses pembelajaran ini dapat melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam mengembangkan
pengetahuannya secara bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil.
Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah teknik/metode pembelajarandengan mencari pasangan. Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Komalasari, 2010: 85). Model ini bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Langkahnya adalah dengan membagi kelompok A dan B dalam kelas, membagi kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban, setiap siswa harus mencari pasangan (soal/jawaban), lalu mempresentasikan di depan, siswa lain mencatat dan menanggapi, langkah terakhir adalah guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
Model pembelajaran make a match cukup baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan PAIKEM. Karena dalam pembelajaran ini ada unsur permainannya dengan membuat pasangan sehingga diharapkan memotivasi siswa dan membuat proses pembelajaran tidak membosankan.
Bentuk tes adalah sebuah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang dites. Dalam pendidikan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran salah satunya adalah dengan tes. Dengan tes
(27)
9 yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran, baik untuk membantu guru menentukan strategi pembelajaran dan
meningkatkan motivasi siswa meningkatkan kemampuannya.
Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping dan Make a Match (Dengan Memperhatikan Bentuk Soal) Mata Pelajaran Ekonomi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa tergolong masih sangat rendah. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.
3. Kurangnya penerapan pola pembelajaran khusus/kooperatif dalam pencapaian tujuan pembelajaran ekonomi oleh guru.
4. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang menarik untuk membuat siswa menjadi semangat dan kreatif.
(28)
10 5. Guru kurang memperhatikan bentuk tes dalam menilai hasil belajar. 6. Suasana belajar yang pasif membuat siswa kurang tertarik dan berminat
untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.
7. Kegiatan belajar mengajar belum melibatkan siswa secara aktif.
8. Belum diketahuinya interaksi antara model pembelajaran dengan bentuk soal.
9. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar ekonomi yang menggunakan model pembelajaran concept mapping dan make a match.
10.Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar ekonomi dengan
menggunakan model pembelajaran concept mapping dan make a match apabila bentuk soalnya esai dan pilihan ganda.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada kajian hasil belajar ekonomi (Y) siswa antara yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Concept Mapping (X1) dengan siswa yang pengajarannya menggunakan model pembelajaran Make a Match (X2) dengan memperhatikan bentuk soal (sebagai variabel
moderatornya) pada siswa kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2013/2014.
(29)
11 D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ?
2. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang dites menggunakan bentuk soal esai dengan siswa yang dites
menggunakan bentuk soal pilihan ganda ?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan bentuk soal pada mata pelajaran ekonomi ?
4. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match jika hasil belajarnya diukur menggunakan bentuk soal esai ? 5. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match jika hasil belajarnya diukur menggunakan bentuk soal pilihan ganda ?
6. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang
(30)
12 menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran kooperatif tipe concept mapping ?
7. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran kooperatif tipe make a match ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping dan make a match.
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang dites menggunakan bentuk soal esai dengan siswa yang dites
menggunakan bentuk soal pilihan ganda.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan bentuk soal pada mata pelajaran ekonomi.
4. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi yang dites dengan bentuk soal esai pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe make a match. 5. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi yang dites
(31)
13 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept mapping dan siswa yang menggunakan model kooperatif tipe make a match.
6. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai dengan hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran kooperatif tipe concept mapping.
7. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi yang menggunakan bentuk soal esai dengan hasil belajar ekonomi yang
menggunakan bentuk soal tes pilihan ganda pada pembelajaran kooperatif tipe make a match.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat secara teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengembangkan khasanah ilmu-ilmu pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bermanfaat untuk memperbaiki mutu
(32)
14 b. Bagi Guru dan Calon Guru
Sebagai bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa.
c. Sebagai bahan referensi untuk kepustakaan dan semua pihak sebagai pertimbangan guna menghasilkan penelitian yang lebih baik.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
1. Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Ma’arif 9 Kotagajah Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Concept Mapping dan Make a Match dengan menggunakan penilaian bentuk soal esai dan pilihan ganda. 3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah MA Ma’arif 9 Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah.
4. Waktu Penelitian
(33)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Poerwadarminta dalam Masruroh (2009: 7) adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian (ilmu). Pendapat lain menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 13).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia secara keseluruhan yang terjadi dari lahir sampai akhir hayatnya. Belajar dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal yaitu pendidikan dari keluarga dan lingkungannya sampai dalam pendidikan sekolah yang memiliki tujuan untuk merubah tingkah laku, sikap, keterampilan, kebiasaan serta perubahan seseorang menuju arah yang lebih baik.
Menurut Hamalik (2008: 154) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses. Belajar bukan satu tujuan, tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan, menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 29) belajar merupakan kegiatan yang
(34)
16 kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Pendapat lain Ahmadi (2004: 128) mengatakan belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah dan belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :
1) menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa. 3) pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4) belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam proses belajar.
(35)
17 6) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa
mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka belajar adalah suatu proses dalam menemukan perubahan dari dalam diri seseorang, baik berupa tingkah laku, keterampilan, maupun pengetahuan dari hasil
interaksi dengan lingkungan yang akan menciptakan hasil yang disebut hasil belajar yang dapat diukur melalui sistem penilaian tertentu.
2. Teori Belajar
Berbagai teori mengenai belajar tidak terlepas dari pengertian dasar belajar itu sendiri yang merupakan suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Secara umum teori belajar dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok atau aliran yaitu :
a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)
Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
(36)
18 bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain : Thorndike (1911), Watson (1963), Hull (1943), dan Skinner (1968). sumber(http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/)
1) Teori Behaviorisme Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud suatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak bisa
diamati). Teori Thorndike dikenal dengan “aliran koneksionis”.
2) Teori Behaviorisme Menurut Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua yang terjadi itu penting, tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa
(37)
19 3) Teori Behaviorisme Menurut Clark Hull
Teori Hull dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanya Incentive motivation dan drive reduction (pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiahnya (revaro) berubah.
4) Teori Behaviorisme Menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu. Selanjutnya Edwin Guthrie berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dengan respons merupakan faktor kritis dalam belajar. Guthrie juga mengemukakan bahwa
“hukuman” memegang peran penting dalam proses belajar. menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama setelah Skiner makin mempopulerkan ide
(38)
20 5) Teori Behaviorisme Menurut Skinner
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reiforcement punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Dari semua pendukung teori tingkah laku, teori Skiner mungkin yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan belajar. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Berdasarkan teori behaviorisme yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, menekankan pada sebuah proses perubahan tingkah laku berdasarkan apa yang diberikan (dalam bentuk stimulus) dan diterima melalui respon. Perubahan yang terjadi tersebut merupakan perubahan yang bersifat nyata ataupun tidak nyata. Dari teori ini yang mungkin berpengaruh terhadap proses belajar adalah dari teori Skiner.
b. Aliran Kognitif
1) Teori Kognitif Menurut Piaget
Menurut Jean Piaget seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni : asimilasi; akomodasi; dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses
(39)
21 asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke informasi struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
2) Teori Kognitif Menurut David Ausubel
Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar: 1996).
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari materi itu memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Bedasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausubel mengajukan 4 prinsip pembelajaran, yakni : (1) pengatur awal (advance organizer); (2) diferensiasi progresif; (3) belajar superordinat, dan (4) penyesuaian integratif .
3) Teori Kognitif Menurut Bruner
Menurut pandangan Bruner, bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.
(40)
22
Berdasarkan teori kognitif di atas, memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar yang mengacu pada kognitif yaitu pengetahuan yang struktur dan telah ada dalam benak siswa yang kemudian akan disesuaikan oleh kemampuannya dalam mengintreprestasikan pengetahuan tersebut. Penelitian ini merujuk pada teori kognitif dari Piaget dan David Ausubel.
c. Aliran Humanistik
1) Teori Humanistik Menurut Bloom dan Krathowl
Teori dalam Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin telah dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut:
a) Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu : (1) pengetahuan (mengingat); (2) pemahaman (menginterpretasikan); (3) aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah); (4) analisis (menjabarkan konsep); (5) sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh); (6) evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya).
b) Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan yaitu : (1) peniruan (menirukan gerak); (2) penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak); (3) ketepatan (melakukan gerak dengan benar); (4) perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar); (5) naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). c) Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu : (1) pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu); (2) merespon (aktif berpartisipasi); (3) penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu); (4) pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya); (5) pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). (sumber : http://rahayuchem.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-humanistik-dan.html)
(41)
23
2) Teori Humanistik Menurut Kolb
Seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu; pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimen aktif. pada tahap awal pembelajaran siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Pada tahap kedua, siswa secara lambat laun akan mulai mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya. Pada tahap ketiga,
siswa mulai belajar membuat konsep “teori” tentang hal yang
diamatinya. Dan pada tahap terakhir, siswa mampu untuk mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.
3) Teori Humanistik Menurut Honey dan Mumford
Berdasarkan teori yang diterapkan oleh Kolb ini, Honey and Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu : aktivis; reflektor; teoris; dan pragmatis.
4) Teori Humanistik Menurut Habernas
Habernas merupakan seorang ahli psikologis yang menurut
pandangangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama. Dengan asumsi ini, Habernas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu : belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
(42)
24 Berdasarkan teori belajar humanistik oleh beberapa ahli di atas,
menyatakan bahwa belajar itu terjadi karena adanya pengalaman dalam hidupnya. Pengalaman yang terjadi akan memberikan suatu
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan kemudian menjadi suatu perubahan terhadap tingkah laku dalam diri seseorang. Dari teori tersebut, teori yang dikemukakan oleh Bloom dan Krathowl adalah yang paling dikenal atau sering disebut dalam Taksonomi Bloom.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
(43)
25 pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Sedangkan menurut Djaali (2008: 99) mendefinisikan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dalam belajar yaitu: a) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) antara lain :
kesehatan; intelegensi; minat dan motivasi; cara belajar. b) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) antara lain :
keluarga; sekolah; masyarakat; lingkungan sekitar.
Nasution (2008: 183) mengungkapkan agar belajar berhasil baik, maka harus dipenuhi kondisi intern dan kondisi ekstern. Kondisi intern terdiri atas penguasaan konsep-konsep dan aturan-aturan yang merupakan prasyarat untuk memahami bahan pelajaran yang baru atau
memecahkan suatu masalah. Kondisi ekstern mengenai hal-hal dalam situasi belajar yang dapat dikontrol oleh pengajar. Kondisi ekstern ini terutama terdiri atas komunikasi verbal.
Menurut Bloom dalam Sardiman A.M. (2008: 23) ada tiga ranah yang dipakai untuk mempelajari jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar. Masing-masing ranah ini dirinci lagi menjadi beberapa
(44)
26 jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat
disebutkan sebagai berikut.
a) Kognitif Domain yang terdiri dari : knowledge (pengetahuan, ingatan); comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas); analysis (menguraikan, menentukan hubungan); synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); evaluation (menilai); dan application (menerapkan).
b) Affective Domain meliputi : receiving (sikap menerima); responding (memberikan respons); valuing (nilai); organization (organisasi); dan characterization (karakterisasi).
c) Psychomotor Domain meliputi : initiatory level; pre-routine level; dan routinized level.
Cara mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut :
a) istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
b) baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.
c) baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. d) kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%
(Djamarah, 2006: 107).
Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan mengahadapi ujian. Guru harus mempertimbangkan berapa banyak dari yang diajarkan itu akan masih diingat kelak oleh subjek belajar, setelah lewat satu minggu, satu bulan, satu tahun dan seterusnya.
b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).
Suatu pengajaran disebut berhasil baik jika pelajaran itu
(45)
27 belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2004: 11).
4. Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Joyce, (Trianto, 2007: 5) mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,kurikulum dan lain-lain.
(46)
28 Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Kardi dan Nur (Trianto, 2007: 6) mengemukakan ciri-ciri tersebut adalah :
a) rasional teoritik logis yang disusun oleh pencipta atau pengembangnya.
b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dibalas).
c) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pembelajaran secara umum dibagi menjadi dua yakni secara kooperatif (kelompok) dan secara individual. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk
hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Pembelajaran
kooperatif di dalamnya setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, dan tentu ada saling ketergantungan yang positif antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih
termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah ataupun berprestasi rendah begitupun yang tingkat kemampuan tinggi atau berprestasi tinggi yang mengerjakan tugas akademik bersama-sama.
(47)
29 Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2006: 239). Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerjasama antar kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya ialah sebagai berikut :
1) pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara tim yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan, dan karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
2) didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif.
3) kemampuan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. 4) keterampilan bekerjasama, kemauan untuk bekerjasama itu
kemudian dipraktikan memalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama.
Sanjaya (2006: 247) menjelaskan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Diantaranya ialah sebagai berikut. 1) Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukn informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari sisea yang lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
(48)
30 c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
2) Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa saling membelajarkan, oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif maka dibandingkan pembelajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe Concept Mapping
Concept Mapping (CM) adalah model pembelajaran yang merupakan strategi dalam pembelajaran yang baik sekali sebab memaksa peserta didik untuk secara aktif memikirkan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep atau faktor-faktor sains (ilmu pengetahuan), dengan kata lain bahwa sebagai strategi untuk mengakses struktur pengetahuan peserta didik. Concept Mapping (peta konsep) ini dikembangkan oleh Novak pada tahun 1998 dari grup penelitinya pada awal 1970-an di Universitas
Cornell.
Konsep merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan obyek-obyeknya. Carrol dalam Hamalik (2010: 162) mendefinisikan konsep
(49)
31 sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimulu adalah objek-objek atau orang.
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas maka menurut Dahar (1996: 125) terdapat beberapa ciri peta konsep :
a) peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi suatu mata pelajaran. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu jelas dan bermakna.
b) peta konsep tidak hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga hubungan antara konsep-konsep itu.
c) pada peta konsep, konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus. d) bila dua atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih
inklusif.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe concept mapping merujuk pada cara penyusunan. Menurut Dahar (1996: 154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
b) mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
c) menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut. d) mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang
secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
e) berpikir bersama untuk memahami secara menyeluruh materi yang dipelajari. (Dahar, 1996: 158)
(50)
32 Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan model concept mapping (peta konsep) bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur dari struktur umum ke khusus yang dirancang khusus untuk mempengaruhi pola interaksi dan pemahaman siswa. Modifikasi dari pembelajaran model concept mapping adalah dengan memberikan kesempatan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama dalam memahami konsep materi pembelajaran. Dalam hal ini dapat menunjukkan hubungan antara ide-ide dan membantu
memahami lebih baik apa yang dipelajari. Tipe ini juga dimaksudkan agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang sudah
dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman belajar.
Langkah-langkah dalam pembelajaran peta konsep adalah sebagai berikut : 1) menentukan kelompok siswa 2-3 orang untuk menentukan materi
kepada tiap-tiap kelompok.
2) memilih suatu bahan bacaan/topik yang akan dibahas 3) menentukan konsep-konsep yang relevan.
4) mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif.
5) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. 6) menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata hubung. 7) setiap kelompok harus mampu menjelaskan materi yang diampunya
(51)
33 8) guru dan siswa saling menyimpulkan hasil yang dilakukan selama
proses pembelajaran.
Kelebihan Pembelajaran peta konsep menurut Gibson (1996), menyatakan bahwa pendekatan peta konsep dapat bermanfaat dalam pembelajaran konsep di kelas. Dengan pendekatan ini, konsep ditata dalam tatanan hirarkis dengan hubungan yang menunjukkan keterkaitan konsep. Adapun kelebihan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang
dinyatakan Novak dan Gowin (1984), adalah sebagi berikut. Bagi Guru
1) Pemetaan konsep dapat menolong guru megorganisir seperangkat pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan. 2) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi
pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan.
3) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran
berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.
4) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.
Bagi Siswa
1) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingatnya.
2) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. 3) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik
yang akan memudahkan dalam belajar.
4) Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan.
(52)
34 Selain kelebihan yang dimiliki dalam peta konsep terdapat beberapa
kelemahan, adapun kelemahan atau hambatan yang mungkin dialami siswa dalam menyusun peta konsep, antara lain :
a) perlunya waktu yang cukup lama dalam menyusun peta konsep, sedangkan waktu yang tersedia di kelas sangat terbatas.
b) sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari.
c) sulit menentukan untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain.
(sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241988-kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-peta/)
6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (MaM) adalah suatu tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu
permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85). Metode make a match ini dikembangkan oleh Lurna Curran pada tahun 1994, berawal dari banyaknya siswa di tingkat dasar (young student) yang mempunyai kesulitan untuk mengembangkan social skill (keterampilan sosial) siswa dalam bekerjasama dengan orang lain dalam pelajaran berhitung
(matematika). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
(53)
35 Langkah-langkah penerapan metode make a match menurut Lurna Curran (Komalasari, 2010: 85) adalah sebagai berikut:
1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3) tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang dengan
mencari materi tersebut.
4) setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5) setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin, dan membentuk kelompok kecil sesuai topik.
6) jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7) setelah satu babak, kartu diundi lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8) guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik atau sempurna. Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Demikian metode make a match juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode make a match adalah sebagai berikut:
1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. 4) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
5) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
6) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Kekurangan Metode make a match.
1) Jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang.
(54)
36 2) Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa
berpasangan dengan lawan jenisnya.
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
(sumber : http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html)
7. Tes Hasil Belajar
Istilah tes berasal dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Dalam perkembangan dan kemajuan zaman ini, istilah tes berarti ujian atau percobaan terhadap suatu benda untuk mengetahui hasil baik atau tidaknya. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan tes, yaitu tes, testing, testee, dan tester yang masing-masing memiliki arti yang berbeda namun saling berkaitan dengan tes di atas.
1) Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan.
2) Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan atau saat pengambilan tes.
3) Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
4) Tester adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. (Arikunto, 2009: 53)
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian tes.
1) Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2) Lee J. Cronbach (1970) dalam bukunya Essenstial Of Psycological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.
(55)
37 3) F.L. Gronlund (1950), tes adalah suatu tugas atau serangkaian yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
(Sumber : http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/01/alat-evaluasi-tes.html)
Berdasarkan beberapa pengertian tes menurut para ahli di atas, tes adalah cara atau prosedur berupa alat ukur yang dapat digunakan dalam
pemberian serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes yang hasilnya akan dapat melambangkan tingkah laku atau perilaku testee. Selain itu ada beberapa aspek yang berkaitan dengan pengertian tes yaitu suatu instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur tingkah laku, dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Prosedur yang sistematis itu berarti adanya aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes objektivitas, standar, dan syarat-syarat kualitas lainnya.
1) Isi tes merupakan sampel dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh sejauh mana butir-butir soal yang terdapat dalam tes tersebut mewakili kawasan yang hendak diukur.
2) Hal yang akan diukur oleh tes adalah perilaku. Hal ini bermakna bahwa butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes. 3) Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya
pendidikan, tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan.
(sumber:http://bhimashraf.blogspot.com./search/label/Evaluasi%20Pr oses%20dan%20Hasil%20Belajar%20Biologi).
(56)
38 Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan ke dalam tiga jenis tes berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid, tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan suatu unit kerja.
Sedangkan tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis merupakan teknik pengukuran yang banyak digunakan dalam menilai pencapaian kompetensi mata pelajaran sebagai hasil belajar. Penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
a) mengidentifikasi materi yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum siswa dapat mengukur perilaku yang disebutkan di atas; b) membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis
dan mengukur keterampilan pemecahan masalah; dan
c) menyajikan dasar pertanyaan (stimulus) pada setiap pertanyaan, misalnya dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh, tabel dan sebagainya.
(57)
39 Bentuk soal dan kemungkinan jawaban dalam tes dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes uraian adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan yang terstruktur dan bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Dengan kata lain adalah tes ini memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan menggunakan bahasa sendiri. Dan tes ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemajuan belajar siswa. Bentuk tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Bentuk tes ini adalah jenis tes buatan yang digunakan untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian yang dipelajari.
Tes bentuk uraian memiliki beberapa kelebihan yaitu : a. mudah disiapkan dan disusun.
b. tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c. mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d. memberi kesempatan siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. dapat diketahui sejauh mana siwa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Selain memiliki kelebihannya, tes uraian memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
a. kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai. b. kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
(58)
40 d. pemeriksanaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
e. waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
(Arikunto, 2009: 163)
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun secara objektif, maksudnya ialah sebuah soal disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Dalam pemeriksanaanya, tes objektif dilakukan secara objektif. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes uraian. Sifatnya yang objektif, cara penskorannya dapat dilakukan dengan bentuan mesin. Bentuk soal ini tidak memberikan peluang untuk memberikan penilaian yang subjektif mempengaruhinya. Dalam penilaian jawaban hanya mengenal sistem benar atau salah, jika benar diberi skor.
Tes objektif memiliki berbagai macam bentuk, yaitu : a. Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes objektif bentuk benar salah adalah salah satu bentuk tes
objektif dimana butir-butir soal berupa pernyataan benar atau salah. Tugas testee adalah mengisi jawaban dengan simbol tertentu atau mencoret huruf B jika benar dan mencoret huruf S jika salah. Tes objektif jenis ini bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, benar atau salah, dan testee diminta untuk menentukan pendapatnya mengenai pernyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam perintah mengerjakan soal.
(59)
41 b. Tes Menjodohkan (Matching Test)
Tes objektif bentuk menjodohkan ini adalah tes yang mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mnecocokan dan tes
mempertimbangkan. Tes ini memiliki ciri-ciri yaitu: (a) memiliki satu seri jawaban, (b) testee mencari dan menempatkan jawaban yang telah tersedia. Dalam bentuk tes ini disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk dalam tes tersebut.
c. Tes Melengkapi (Completion Test)
Tes melengkapi ini adalah tes yang diberikan untuk melengkapi atau menyempurnakan, yaitu tes terdiri dari susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan slanjutnya bagian-bagian yang hilang diganti dengan titik-titik (...) dan di isi dan dilengkapi atau disempurnakan oleh testee.
d. Tes Isian (Fill in Test)
Tes ini hampir sama dengan bentuk tes melengkapi, tes ini
biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa diantaranya dikosongkan (tidak dinyatakan), sedangkan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
(1)
131
pembelajaran CM memberikan kesempatan siswa untuk bisa memahami materi sesuai kemampuan dirinya dengan terstruktur dan soal esai memberikan kesempatan siswa untuk menjawab sesuai dengan
kemampuannya. Sedangkan pada pembelajaran MaM memberikan siswa untuk memahami materi secara menyeluruh tetapi tidak terstruktur sehingga siswa akan melihat soal yang dirasa mudah untuk dikerjakan terlebih dahulu.
6. Hasil belajar ekonomi yang dites menggunakan bentuk soal esai lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang dites
menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran kooperataif tipe Concept Mapping. Dimana pada pembelajaran CM memberikan kesempatan siswa untuk bisa memahami materi sesuai kemampuan dirinya dengan terstruktur dan soal esai memberikan kesempatan siswa untuk menjawab sesuai dengan kemampuannya.
7. Hasil belajar ekonomi yang dites menggunakan bentuk soal esai lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar ekonomi yang dites
menggunakan bentuk soal pilihan ganda pada pembelajaran koopertaif tipe Make a Match. Pada pembelajaran MaM memberikan siswa untuk memahami materi secara menyeluruh tetapi tidak terstruktur sehingga siswa akan melihat soal yang dirasa mudah untuk dikerjakan terlebih dahulu.
(2)
132
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan. 1. Kepada Siswa
a. Siswa lebih meningkatkan aktivitas belajar di kelas, dapat memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. b. Siswa hendaknya lebih menghargai dan menghormati guru, misalnya
memberi salam dan berjabat tangan karena guru selain sebagai pendidik juga merupakan orang tua siswa di sekolah.
c. Hendaknya siswa turut serta dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan melaksanakan pembelajaran yang PAIKEM sesuai perintah guru.
2. Kepada Guru
a. Perlu adanya variasi dan pengembangan model pembelajaran agar proses pembelajaran lebih menjadi menyenangkan dan menjadi kegiatan belajar yang bermakna.
b. Sebaiknya guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi sesuai dengan materi guna menciptakan peserta didik yang aktif dan berprestasi.
3. Kepada Sekolah
a. Kepala madrasah hendaknya dapat memberikan penghargaan kepada guru yang mempunyai dedikasi tinggi dalam mengabdi kepada sekolah.
(3)
133
b. Pihak madrasah hendaknya dapat menambah dan melengkapi sarana dan prasarana, misalkan menambah ruang belajar, perbaikan toilet, pemberdayaan laboratorium yang lebih optimal, dll.
4. Kepada peneliti yang berminat untuk mengembangkan hasil penelitian atau mengembangkan jenis variabel ini atau dengan menggunakan variabel lain mungkin agar lebih disesuaikan baik itu objek maupun subjek yang akan diteliti.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Saiful. 2011. Tujuan, Persiapan, dan Implementasi Pembelajaran Make a Match. From http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html diakses 17 November 2013.
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi,
Cetakan 9). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aziz, Zahara. 2009. Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar Tingkatan Dua. Jurnal Pendidikan Malaysia 34 (1)(2009): 3 – 15. Universitas Kebangsaan Malaysia. Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mujiono. 2004. Strategi dan Teknik Pembelajaran. Jakarta :
Grafika.
_____________. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
_____________. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. _____________. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
(5)
Haryanto. 2012. Teori Belajar Behaviorisme. From
http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/ diakses 7 Desember 2013.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama.
Kusuma Sari, Masruroh. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar Ekonomi Melalui Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Devision (penelitian pada siswa kelas viii SMP N 2 Kartasura tahun 2009 /2010). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UM Surakarta.
Liza dan Prihastuti. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Jasa Boga Pada Mata Pelajaran Diklat Pelayanan Makan dan Minum SMKN 4 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Rahayuchem. 2012. Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya. From
http://rahayuchem.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-humanistik-dan.html diakses 7 Desember 2013.
Riduan. 2009. Penggunaan Peta Konsep Dalam Pendidikan Awal. Journal Research-Vol 3 No. 1. Universitas Negeri Surabaya.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Jakarta: Rineka Cipta.diakses
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalime Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo.
________. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Solihatin, Etin. 2008. Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenata Media Group.
(6)
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
_______. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_______. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Suhardi, Rizal. 2012. Alat Evaluasi Tes. From
http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/01/alat-evaluasi-tes.html diakses 17 April 2013
Suharni, Sri Endang,& Bambang. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Make a Match Pada Mata Pelajaran IPS dikelas VIII A SMP Negeri 1 Kec. Belimbing Kab. Melawi. FKIP Untan. Supriono. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa . Jurnal Pendidikan Inovatif Vol 3 No. 2. Balikpapan.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
______. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Jakarta: Prenada Media.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Sumber www.hukumonline.com. diakses 12 Maret 2012
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung.
Wibawa Santoso, Bima. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. From
http://bhimashraf.blogspot.com/search/label/Evaluasi%20Proses%20dan%2 0Hasil%20Belajar%20Biologi. diakses 8 Desember 2013.
Yusfy0527. 2011. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep. From
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241988-kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-peta/ diakses 2 Juni 2013.