Sejak kecil bapak Asnan dan ibu Ani selalu menuruti semua yang diinginkan oleh Nada, orang tua Nada selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan
keinginan Nada, jadi Nada sangat jarang apapun yang diinginkannya tidak terpenuhi.
Ketika Nada masih berada di bangku Sekolah Dasar SD Nada termasuk siswi yang berprestasi sering mendapakan juara kelas, Nada patuh
terhadap orang tuanya dan rajin belajar, jika Nada pulang terlambat selalu izin orang tuanya, jadi orang tuanya tidak mengkhawatirkan tentang
keberadaannya. Semenjak Nada mulai memasuki sekolah MTs terlihat ada perubahan pada diri Nada, Nada sering keluar malam, sering terlambat pulang
ke rumah dengan alasan yang tidak jelas, Nada sering beralasan kalau dia main ke rumah temannya, Nada menjadi malas dan jarang belajar, menjadi
sering membentak atau membangkang orang tuanya sehingga menjadikan prestasi Nada di sekolah menjadi menurun, jika ibu Nada meminta tolong
Nada untuk membersihkan rumah, belajar mencuci bajunya sering kali menundanya dan terkesan acuh, padahal ibu Nada ingin mengajarkan
kemandirian kepada Nada, dengan harapan Nada menjadi pribadi yang mandiri didewasa kelak.
Sekarang Nada duduk di kelas 3 MTs, perilaku-perilaku Nada tersebut sampai sekarang masih dilakukan yaitu sering pulang malam, membantah
orang tua, membangkang perintah orang tuanya dan tidak mau belajar. Hal tersebut diakibatkan karena orang tua yang tidak peduli dengan Nada, orang
tua Nada hanya berfikir untuk memenuhi semua kebutuhan Nada melainkan hanya berfikir dengan pekerjaan saja.
Orang tua Nada kurang memperhatikan keseharian Nada dengan teman-temannya, ibu Ani lebih mengurusi warungnya dan bapak Asnan
jarang di rumah pekerjaan yang mengharuskan bapak Asnan tidak selalu berada dirumah sehingga kurang mengetahui keadaan anaknya dalam hal ini
Nada, jika Nada pulang larut malam itu dibiarkan dan kurang teguran dari orang tua Nada sehingga menjadikan kebiasaan sehari hari Nada, sehingga
perilaku Nada sebagai anak kurang baik, sering membentak orang tuanya, mengeluh, apabila ibu Ani ada acara atau ada undangan ibu Ani meminta
tolong Nada untuk menjaga warung seringkali ditinggal main sama temannya, sikap Nada kepada orang tuanya yang kasar dan menunjukan sikap melawan
dan membantah tetapi apabila Nada menginginkan sesuatu selalu ingin di turuti semua kemauannya, sikap Nada sehari hari bisa dikatakan kurang
mempunyai sikap patuh dan nurut kepada orang tua sehingga sering membantah dan melawan perintah orang tua.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan
Nada dengan cara-cara yang bisa membantu Nada menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri
ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
6
Pribadi sehat dalam terapi realitas merupakan pribadi yang mampu berperilaku dan berfikir secara bertanggung jawab. Sedangkan pribadi tidak
6
Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Psikoterapi Bandung: PT Refika Aditama, 2013, hal. 263
sehat yaitu pribadi yang tidak mampu menunjukkan perilaku dan pikiran secara bertanggung jawab.
Secara luas tujuan dari terapi realitas adalah mencapai identitas keberhasilan success identity. Bagaimana individu mampu mencapainya?
Tentu saja ketika ia telah dapat memikul tanggung jawab, yaitu kemampuan untuk mencapai kepuasan terhadap kebutuhan dasarnya. Ringkasnya adalah
ketika individu telah mampu memuaskan kebutuhan dasarnya, maka disaat bersamaan ia akan bertanggung jawab.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana gejala yang tampak pada seorang anak yang kurang memiliki
self control? 2.
Bagaimanakah proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan self control seorang anak di Desa Gumeng Bungah
Gresik? 3.
Bagaimanakah hasil proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan self control seorang anak di Desa Gumeng
Bungah Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Dalam uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
7
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori dan Praktik Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 188.
1. Mengetahui gejala yang nampak pada seorang anak yang kurang memiliki
self control. 2.
Untuk mengetahui proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan self control seorang anak di Desa Gumeng
Bungah Gresik. 3.
Untuk mengetahui hasil dari proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan self control seorang anak di Desa
Gumeng Bungah Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain sebagai
berikut: 1.
Secara Teoritis a.
Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang bimbingan konseling Islam tentang pengembangan terapi realitas untuk
meningkatkan self control. b.
Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan bimbingan konseling islam mengenai bimbingan konseling Islam
terhadap peningkatan self control. 2.
Secara Praktis a.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk mengetahui cara mengatasi seseorang yang tidak memiliki self control.
b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengatasi seseorang yang tidak memiliki self control.
E. Definisi Konsep
Pemilihan konsep yang tepat memang mempunyai perspektif yang relatif baik dalam kesuksesan peelitian, namun untuk mencapai ke penelitian
kearah tersebut harus bisa menentukan batasan ruang lingkup permasalahan yang sesuai dengan konseptual yang hendak dilanjutkan. Sehubungan dengan
hal tersebut, agar diperolah keseragaman mengenai judul penelitian, berikut akan dijelaskan istilah-istilah dan sedikit ringkasan mengenai judul penelitian
yang diambil. 1.
Bimbingan konseling Islam Menurut Ainur Rahim Faqih bimbingan konseling Islam adalah
proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan
keagamaan senantiasa dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
8
Bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginteralisasikan nilai- nilai yang terkandung di
8
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII PRESS, 2004, hal. 4.
dalam al- qur’an dan hadist Rosulullah SAW kedalam dirinya, sehingga ia
dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan Hadist.
9
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada setiap individu
maupun kelompok secara continue dan sistematis agar dapat menghadapi persoalan atau konflik dengan lebih baik. Dalam hal ini bimbingan
konseling Islam digunakan peneliti untuk memberikan arahan dan bimbingan agar klien menyadari dirinya sebagai hamba Allah yang
senantiasa bisa lebih tegar dan sabar atas segala ketentuan-ketentuan Allah sehingga klien bisa meningkatkan kemampuan dan fungsi mentalnya.
2. Terapi realitas
Tokoh dalam teori realitas ini adalah William Glasser. Terapi realitas ini berfokus pada tingkah laku sekarang dan menolak masa lampau
sebagai variabel utama. Pendekatan terapi ini juga menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental, tetapi lebih berfokus pada apa yang
bisa dilakukan sekarang dan mempertimbangkan nilai dan tanggung jawab moral yang harus ditekankan.
Pada terapi realitas terapis berfungsi sebagi guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya ataupun orang lain.
10
Dalam terapi realitas, manusia dapat menentukan dan memilih tingkah lakunya sendiri. Ini berarti bahwa setiap individu harus
9
Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, hal. 23.
10
Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi..... hal. 263.