Deskripsi data tentang proses bimbingan konseling Islam dengan

bapak Asnan jarang di rumah pekerjaan yang mengharuskan bapak Asnan tidak selalu berada dirumah sehingga kurang mengetahui keadaan anaknya dalam hal ini klien Nada, jika klien pulang larut malam itu dibiarkan dan kurang teguran dari orang tua klien sehingga menjadikan kebiasaan sehari hari klien, sehingga perilaku klien sebagai anak kurang baik, sering membentak orang tuanya, mengeluh, apabila ibu Ani ada acara atau ada undangan klien Nada ibu Ani meminta tolong klien untuk menjaga warung seringkali ditinggal main sama temannya, sikap klien kepada orang tuanya yang kasar dan menunjukan sikap melawan dan membantah tetapi apabila klien menginginkan sesuatu selalu ingin di turuti semua kemauannya, sikap klien Nada sehari hari bisa dikatakan kurang mempunyai sikap patuh dan nurut kepada orang tua sehingga sering membantah dan melawan perintah orang tua. Ketika memasuki sekolah Menengah Pertama MTs prestasi konseli mulai menurun dengan keadaan tersebut, konseli merasa cuek dan enggan untuk membicarakan tentang sekolah kepada ibu konseli maupun keluarganya, konseli bersikap menolak untuk dimasukan dilembaga bimbingan belajar oleh ibunya dengan alasan membuang-buang waktu saja, konseli lebih memilih untuk bermain dengan temannya. 63 Ibu Ani ibu konseli bertempat tinggal yang sama dengan konseli, ibu konseli sebenarnya merasa prihatin dengan sikap konseli 63 Hasil wawancara dan observasi dengan konseli pada tanggal 17 Oktober 2015, di rumah konseli yang seperti itu yaitu konseli bersikap seenaknya sendiri, ibunya merasa konseli tidak mengerti dengan keadaan keluarganya. Sebenarnya ibu konseli berharap pada anaknya untuk bisa belajar mengerti dan memahami keadaan keluarganya dan juga untuk mengajarkan pada konseli tentang kemandirian. Ibu konseli juga merasa sedih dengan prestasi konseli yang mulai menurun, dengan keadaan itu ibu konseli menginginkan konseli untuk masuk pada suatu lembaga bimbingan belajar sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi prestasi konseli yang menurun, akan tetapi konseli bersikap cuek dengan hal tersebut. 64 Pada tahap ini awalnya konseli tidak mau bahkan terlihat enggan menceritakan apa yang menjadi masalah dalam dirinya kepada konselor, kemudian konselor berusaha melibatkan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan konseli, menciptakan kenyamanan dan kepercayaan dengan harapan agar konseli mau terbuka dengan konselor sehingga konseli mau menceritakan permasalahan dalam dirinya kepada konselor. b. Diagnosa Berdasarkan pengumpulan data dari informan yang terdapat pada identifikasi masalah, maka konselor menetapkan masalah utama yang dihadapi oleh konseli yaitu dalam diri konseli masih belum bisa mengontrol dirinya akibat konseli merasa kurang mendapat perhatian dari kedua orang tua konseli, seperti konseli 64 Hasil wawancara pertama dengan ibu konseli pada tanggal 17 Oktober 2015, di kedai warung kopi ibu konseli. kurang mengontrol perilakunya, konseli tidak mampu mengantisipasi peristiwa yang terjadi pada dirinya, konseli tidak mampu menafsirkan peristiwa, dan konseli tidak mampu mengontrol dalam membuat keputusan. c. Prognosa Berdasarkan data-data yang diperoleh pada proses identifikasi dan simpulan dari langkah diagnosa, dalam hal ini berusaha menetapkan sebuah alternatif tindakan sebagai jalan untuk membantu penyelesaian pada masalah konseli, yaitu konselor menggunakan terapi realitas dengan teknik yang ada pada terapi realitas, pertama yaitu dengan teknik konfrontasi pada konseli dan menolak alasan apapun dari konseli, kedua yaitu melibatkan diri dengan konseli untuk mencari kehidupan yang lebih efektif. Tujuan peneliti menggunakan terapi dan teknik tersebut adalah agar kontrol diri pada konseli dapat meningkat sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah laku dan cara berfikir yang lebih obyektif dan subyektif d. Treatment atau terapi Treatment atau terapi yaitu proses pelaksanaan pemberian bantuan atau bimbingan oleh konselor pada konseli, pada langkah ini konselor berusaha memberikan bantuan dengan beberapa teknik yang ada pada terapi realitas yaitu sebagai berikut: 1 Membantu konseli dengan teknik konfrontasi dan menolak alasan apapun dari konseli Membantu permasalahan yang dihadapi konseli dengan menggunakan teknik konfrontasi konselor mencoba menentang pertanyataan yang berasal dari konseli, pernyataan yang diberikan oleh konselor kepada konseli adalah konseli harus bisa menerima pernyataan bahwa keadaan keluarganya yang awalnya ketika konseli berada dibangku sekolah dasar ayahnya masih sering dirumah, akan tetapi keadaan sekarang ayahnya jarang pulang dirumah dan ibunya sibuk mengurusi kedai warungnya, dengan keadaan tersebut seharusnya konseli bisa menyadari keadaan sehingga dia mampu mengontrol dirinya untuk menerima dan belajar memahami keadaan tersebut. Konseli diajak untuk menilai tindakannya sendiri selama ini, apakah tindakan yang dilakukannya itu efektif dan subjektif, sehingga konseli tidak mengalami masalah pada dirinya. Konselor mengkonfrontasi dan menilai tindakan konseli, konseli bertindak yang tidak sesuai dengan keadaan, seharusnya konseli bisa mengerti dengan keadaan ibunya yaitu ibunya menginginkan pada konseli dapat meringankan bebannya dengan cara membantu dalam pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau menyapu. Dalam hal ini konselor membantu merubah pola perilaku konseling yang kurang baik sehingga konseli berperilaku baik, konselor berargumen “bagaimana jika konseli harus bisa menyadari dengan keadaan keluarganya, ibu konseli ingin konseli menjadi anak yang mandiri bsertanggung jawab dan bisa mengerti keadaan orang tua“. Langkah ini dilakukan konselor karena konselor menginginkan terdapat perubahan yang lebih baik dan positif pada diri konseli. 2 Melibatkan diri dengan konseli dengan cara bertindak sebagai guru Konselor dalam hal ini lebih menekankan dalam tindakan memberikan contoh kepada konseli, konselor memberikan gambaran kepada konseli tentang perilaku yang baik terhadap orang yang lebih tua darinya, konselor melakukan hal ini karena dirasa konseli kurang memiliki ketawadhu’an atau rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Memberikan pengetahuan tentang orang-orang yang mempunyai sikap yang baik dan mempunyai sifat tawadhu„ kepada orang yang lebih tua seperti memperlihatkan contoh disekitar tempat tinggal konseli tentang orang-orang yang mempunyai sifat tersebut. Selain melakukan hal tersebut konselor memerintahkan konseli untuk tidak melakukan hal-hal yang seharusnya tidak baik untuk dilakukan kepada orang tua seperti tidak berkata kasar karena dengan berkata kasar sebenarnya hati orang tua itu merasa sedih, konselor menganjurkan konseli untuk sabar dengan keadaan yang ada dalam keluarganya dan memberikan pernyataan bahwasanya keinginan orang tuanya terhadap dirinya adalah konseli menjadi anak yang baik, orang tuanya menginginkan konseli menjadi anak yang rajin, pintar, mandiri dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, karena dengan hal tersebut dapat membahagiakan orang tuanya. e. Evaluasi atau follow up Setelah terapi dilakukan selanjutnya adalah melakukan langkah evaluasi atau follow up, pada langkah ini konselor melihat sejauh mana keberhasilan dalam proses konseling yakni dengan cara mengamati perubahan yang terjadi pada konseli setelah proses terapi yang dilakukan konselor kepada konseli. Sehingga dengan langkah ini dapat diketahui efektif tidaknya proses terapi dengan menggunakan terapi realitas, apabila proses terapi dengan menggunakan beberapa teknik realitas tidak dapat dikontrol dengan baik maka mengadakan evaluasi. Setelah diadakan proses konseling, konseli mengalami banyak perubahan pada dirinya baik perubahan pada pikiran maupun perilaku dalam sehari-hari, walaupun perubahan tersebut tidak terlihat secara langsung melainkan secara bertahap, sekarang konseli lebih bisa mengontrol emosinya, cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua juga lebih baik dan sopan santun, perubahan perilakunya pada konseli lebih bisa menerima keadaan. Perubahan sikap dan perilaku konseli yang demikian sudah menunjukan kemajuan yang lebih baik pada diri konseli, meskipun ada beberapa sikap yang kurang baik masih ada pada dirinya seperti sholatnya masih belum tepat waktu dan terkadang masih pulang malam.

3. Deskripsi data tentang hasil proses bimbingan konseling Islam

dengan terapi realitas untuk meningkatkan Self Control seorang anak Setelah proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan self control pada seorang anak di desa Gumeng Bungah Gresik, maka hasil dari bimbingan konseling Islam dapat diketahui dengan adanya perubahan yang terjadi pada konseli, meskipun perubahan tersebut tidak secara langsung melainkan bertahap. Hal tersebut didapatkan peneliti berdasarkan pengamatan secara langsung dan wawancara dengan informan, yaitu wawancara dengan konseli serta hasil wawancara dan informasi dari ibu konseli. Perubahan yang terjadi pada diri konseli yaitu konseli sudah lebih bisa mengontrol emosinya, cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua juga lebih baik dan sopan santun, perubahan perilakunya pada konseli lebih bisa menerima keadaan. Konseli sudah mulai mampu mengontrol perilakunya, konseli mampu mengantisipasi peristiwa yang terjadi pada dirinya, konseli mampu menafsirkan peristiwa dan dapat membuat keputusan sendiri. Walaupun terdapat beberapa tindakan yang kurang baik seperti belum bisa sholat tepat waktu dan terkadang masih pulang malam. Mengenai hasil akhir dari pemberian proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas terhadap konseli, dibawah ini merupakan tabel tentang perubahan yang terjadi pada diri konseli setelah proses konseling dilakukan. Tabel diperoleh dari pengamatan atau obserfasi konselor terhadap konseli. Tabel 3.3 Penyajian data hasil proses Bimbingan Konseling Islam No. Indikasi yang Terjadi Sesudah Konseling A B C 1. Mampu mengontrol perilaku mudah marah, membentak orang tua √ 2. Mampu mengantisipasi peristiwaketika keinginannya tidak tercapai menyalahkan orang lain √ 3. Mampu menafsirkan peristiwatidak belajar dari pengalaman √ 4. Mampu membuat keputusan tidak memperhitungkan efek setiap tindakan √ Keterangan: A : Tidak mampu B : Cukup Mampu C : Mampu Hasil ini didapatkan dari pengamatan konselor dengan melakukan wawancara kepada klien, orang tua klien, selain itu juga data diperoleh dari hasil observasi konselor ke rumah klien untuk memastikan keabsahan dari data tersebut. BAB IV BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan analisis deskriptif komparatif, yakni membandingkan antara pelaksanaan bimbingan konseling Islam dilapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi pada konseli sebelum dilakukannya proses konseling dan sesudah dilaksanakannya proses konseling. Berikut merupakan hasil analisis data mengenai kondisi seorang anak yang kurang mampu mengontrol dirinya sendiri, analisis data tentang proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan Self Control pada seorang anak, dan analisis data tentang hasil proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas untuk meningkatkan Self Control seorang anak.

A. Analisis data tentang gejala seorang anak yang kurang mampu

mengendalian diri Self Control Berdasarkan hasil di lapangan, maka peneliti dapat menganalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yakni membandingkan antara teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yang akan peneliti bandingkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.1. Perbandingan antara Teori dan Lapangan mengenai gejala-gejala seorang anak yang kurang memiliki self control Data Teori Data EmpirisLapangan Averill dalam Winda, ciri-ciri kontrol diri mengacu pada ciri-ciri control personal yaitu: 1. tidak bisa mengontrol perilaku dan stimulusnya. 2. tidak bisa menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa. 3. mengontrol dirinya dalam membuat keputusan. Orang yang masuk pada kategori mempunyai kontrol diri tinggi ketika ia mampu mengontrol ketiga varian itu. Sedangkan orang memiliki system kontrol diri yang rendah ketika orang itu tidak bisa mengontrol perilaku dan stimulusnya, tidak bisa menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa serta tidak bisa mengontrol dirinya dalam membuat keputusan. 1. Konseli kurang bisa mengontrol perilaku di buktikan dengan sikap mudah marah, membentak orang tua 2. Konseli kurang mampu mengantisipasi peristiwa yaitu ketika keinginannya tidak tercapai malah menyalahkan orang lain 3. Konseli kurang mampu menafsirkan peristiwa karena tidak belajar dari pengalaman sehingga mengulangi kesalahan yang sama. 4. Konseli tidak mampu membuat keputusan tidak bisa memperhitungkan efek setiap tindakan. Berdasarkan tabel diatas, mengenai gejala-gejala sesorang yang kurang memiliki kontrol diri maka konselor mengambil kesimpulan bahwa konseli kurang memiliki kontrol diri sehingga perlu untuk di lakukan proses konseling.

B. Analisis data tentang proses bimbingan konseling Islam dengan terapi

realitas untuk meningkatkan Self Control seorang anak Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Berdasarkan Teori BKI dan Pelaksanaan BKI Data Teori Data Empiris a. Identifikasi Masalah Langkah digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada klien. b. Diagnosa Langkah dalam menetapkan masalah a. Konselor mengumpulkan data diperoleh dari berbagai sumber yakni: klien dan ibu klien. Sehingga data yang diperoleh tersebut dirasa cukup untuk melihat masalah yang nampak pada klien. Dari hasil yang diperoleh dari wawancara dan observasi konselor dengan klien dan sumber lain, menunjukkan bahwa klien memang kurang memiliki self Control. b. Melihat dari hasil identifikasi masalah maka dapat disimpulkan bahwa seorang

Dokumen yang terkait

TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI SEORANG TAHANAN ANAK DI RUTAN MEDAENG SURABAYA.

0 0 138

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

3 22 135

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN KONSELING KARIR DENGAN TERAPI REBT UNTUK MEWUJUDKAN SELF REGULATED LEARNING SEORANG MAHASISWA BROKEN HOME DI DESA GESIKHARJO PALANG TUBAN.

0 0 117

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK.

0 3 114

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO.

0 0 97

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK.

0 0 149

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS PADA SEORANG LELAKI DEPRESI YANG PACARNYA MENINGGAL DUNIA DI DESA KEBALANDONO BABAT LAMONGAN.

0 4 137