BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Perpustakaan merupakan pusat informasi, penelitian, sumber ilmu pengetahuan, rekreasi, sebagai sarana pelestarian khasanah budaya bangsa serta
memberikan berbagai layanan jasa lainnya. Tentu saja sebuah perpustakaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya bahan pustaka dan sumber daya
manusia. Perpustakaan merupakan hasil karya cipta manusia sehingga informasi- informasi yang terdapat di dalamnnya juga diolah dan diorganisir oleh staf-staf
yang terdiri dari individu-individu yang bekerja pada satuan unit kerja masing- masing yang saling berhubungan dan mempunyai keterkaitan antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Perpustakaan Politeknik Negeri Medan POLMED berdiri pada tahun 1983
merupakan sarana penunjang bagi civitas akademika sebagai pusat sumber daya informasi yang menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh civitas
akademika. Untuk mendukung proses belajar mengajar Perpustakaan POLMED harus mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pemustakanya karena
perpustakaan menjadi tulang punggung gerak majunya suatu institusi, terutama institusi pendidikan. Perpustakaan POLMED Tahun 2013, memiliki koleksi
sebanyak 4.575 judul dan 14.242 eksemplar, memiliki jumlah anggota perpustakaan sebanyak 4.305 orang dengan jumlah pengunjung rata-rata setiap hari
sebanyak 117 orang.laporan tahunan Perpustakaan POLMED Tahun 2013 Dalam pengelolaan perpustakaan dibutuhkan sumber daya manusia yaitu
pustakawan dan non pustakawan, dan salah satu komponen paling penting dalam pengelolaan perpustakaan adalah pustakawan. Kata pustakawan merujuk pada
kelompok atau perorangan dengan karya atau profesi di bidang dokumentasi, informasi. Perpustakaan POLMED memiliki 12 dua belas sumber daya manusia
yang terdiri dari 3 tiga orang pustakawan dan 8 delapan orang non-pustakawan. Pustakawan perlu melakukan penyesuaian dengan perkembangan zaman.
Pustakawan bukan lagi orang yang dianggap tidak penting, tidak perlu dan tidak kompeten, karena semua urusan yang ditangani perpustakaan membutuhkan
pustakawan yang memiliki kompetensi khusus dan integritas yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 34 dan Pasal 35 disebutkan pustakawan membentuk organisasi profesi yang berfungsi
untuk memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan. Organisasi profesi mempunyai kewenangan menetapkan dan menegakkan kode
etik pustakawan, kode etik yang dimaksud berupa norma atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra dan
profesionalitas Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara SK Menpan No. 18 tahun 1988 dan diperbaharui dengan SK Menpan No.33 tahun 1990 yang kemudian
diperbaharui kembali dengan SK Menpan No. 132 tahun 2002. Meskipun telah diakui secara formal sebagai jabatan fungsional, akan tetapi pada kenyataan profesi
pustakawan masih kalah pamor dengan profesi-profesi lain seperti profesi pengacara dan dokter, di Indonesia, profesi pustakawan dapat dikatakan belum
menjadi pilihan pertama bagi kaum muda, demikian pula bagi kebanyakan pustakawan yang sekarang sedang aktif, belum tentu sejak awal mengenal,
memahami, dan menyukai profesi sebagai pustakawan. Pustakawan sebagai profesi, berarti secara moral harus dapat bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya, baik terhadap sesama profesi pustakawan, terhadap profesi pustakawan, terhadap organisasi, maupun terhadap dirinya sendiri.
Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan di berbagai
kota. Ikatan Pustakawan Indoesia IPI menyadari perlu adanya kode etik yang dapat dijadikan sebagai pedoman prilaku bagi para anggotanya dalam
melaksanakan tugas melayani masyarakat. Penyusunan kode etik pustakawan dimulai sejak tahun 1993, kemudian diperbaharui pada tahun 1997 dan
disempurnakan pada 19 September 2002, dan disempurnakan kembali pada 15 November 2006 di Denpasar Bali.
Meskipun kode etik sudah lama dikenal dikalangan pustakawan tetapi belum bisa menjadi patokan bahwa kode etik sudah diterapkan dengan baik oleh
pustakawan. Kode etik pustakawan merupakan panduan prilaku dan kinerja pustakawan dalam menjalankan profesinya, dengan demikian kode etik sangat
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan oleh pustakawan sebagai landasan kerja dan sebagai pedoman tingkah laku pustakawan dan sebagai sarana kontrol sosial untuk meningkatkan
kepercayaan pemustaka kepada perpustakaan sehingga mengangkat citra pustakawan itu sendiri.
Banyak pustakawan yang masih kurang memahami tugas dan profesinya sebagai pustakawan yaitu antara lain berupa melaksanakan tugas sesuai harapan
pemustaka. Pustakawan seharusnya bersikap ramah, sopan, dan bijaksana dalam melayani kebutuhan pemustaka perpustakaan baik dalam ucapan dan perbuatan,
pustakawan bekerja secara profesional, selalu membina hubungan yang baik dengan rekan kerjanya dan selalu berupaya mengembangkan perpustakaan.
Pustakawan yang handal akan terwujud jika pustakawan bekerja secara profesional dan menjalankan kode etik yang berlaku, namun sayangnya tidak
semua pustakawan mengerti apa itu kode etik apalagi jika kode etik tersebut menyangkut pustakawan sebagai sebuah profesi. Berdasarkan pengamatan awal
pustakawan Perpustakaan POLMED sudah bersikap ramah dan sopan dalam melayani pemustaka di lingkungan Perpustakaan POLMED.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melihat apakah kode etik pustakawan pada Perpustakaan POLMED sudah diterapkan atau tidak. Pustakawan
harus terikat dengan etika pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai pustakawan, dan setiap pustakawan mempunyai tanggung jawab moral untuk
melaksanakan kode etik dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan itu penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang “Penerapan Kode Etik Pustakawan
Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan”.
1.2 Rumusan Masalah