Pengukuran Parameter Fisik, Kimia, dan Biologis Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Parameter Fisik, Kimia, dan Biologis Air

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perairan Danau Toba, didapatkan nilai rata-rata faktor fisik, kimia, dan biologis air seperti pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Nilai rata-rata parameter yang diukur pada masing-masing lokasi pengambilan sampel Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Baku Mutu 1. Suhu 24,40 C 25,80 23,97 5,57 viasi 3 2. pH 7,23 6,73 6,90 7,60 6 – 9 3. Penetrasi m 1,58 1,04 1,06 3,37 - 4. Kekeruhan NTU 1,64 21,54 8,22 0,97 - 5. DO mgL 7,23 6,33 7,23 7,30 Min. 6 6. COD mgL 6,65 1,80 7,80 6,14 10 7. BOD 5 0,78 mgL 1,29 0,89 0,65 2 8. NO 3 - 0,67 mgL 1,37 0,77 0,48 10 9. PO 4 3- 0,07 mgL 0,15 0,09 0,06 0,2 10. Deterjen mgL 0,01 0,01 0,01 0,01 200 11. Fecal Coliform MPN100 150 93 150 3 100 Ket : Stasiun 1 = Marbun Toruan Stasiun 2 = Pangururan Stasiun 3 = Napitupulu Bagasan Stasiun 4 = Parbalohan sebagai Kontrol Baku mutu berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Selanjutnya, nilai parameter lingkungan yang diukur pada masing-masing lokasi pengamatan akan diuji secara statistik dan hasilnya adalah seperti tertera pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Hasil uji statistikuji beda dari parameter lingkungan yang diamati No Parameter Nilai F F F Hitung Tabel 1 Suhu 3,71 C 4,07 2 pH 11,26 4,07 3 Kekeruhan NTU 15,29 4,07 4 DO mgL 4,34 4,07 5 COD mgL 224,21 4,07 6 BOD 5 158,24 mgL 4,07 7 NO 3 217,41 mgL 4,07 8 PO 4 3- 56,44 mgL 4,07 Hipotesis : Ho = Rata-rata nilai parameter pada lokasi pengamatan adalah identik Hi = Rata-rata nilai parameter pada lokasi pengamatan adalah identik Jika F Hitung F Tabel 4. 1.1. Suhu , maka Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari parameter yang diamati adalah berbeda nyata. Suhu perairan Danau Toba pada 4 stasiun pengamatan menunjukkan variasi rata- rata suhu yang tidak berbeda. Hasil pengukuran suhu air berkisar 24,40 – 25,57 o Menurut Effendi 2003, suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang latitude, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di pihak lain juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Huet 1971 menyatakan bahwa suhu perairan tidak menjadi faktor pembatas tetapi hanya sebagai faktor yang menentukan kelimpahan biota air di dalamnya. Kisaran suhu yang cocok untuk organisme air adalah 20 – 30 C, suatu kisaran nilai yang umum dijumpai pada perairan di daerah tropis. o C. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kisaran suhu yang diperoleh untuk masing- masing stasiun pengamatan masih optimum bagi kehidupan organisme air. Universitas Sumatera Utara Dari uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu pada masing-masing lokasi pengamatan tidak berbeda nyata F Hitung F Tabel 4.1.2. Derajat keasaman pH . Derajat keasaman pH suatu perairan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan biota air, antara lain berpengaruh terhadap respirasi, kandungan nutrisi dan produktivitas serta daya tahan organisme. Hasil pengukuran pH pada lokasi pengamatan menunjukkan nilai berkisar 6,73 – 7,60 Tabel 4.1. Nilai pH terendah berada di Pangururan yaitu 6,73 dan nilai tertinggi berada pada Kontrol yaitu 7,60. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain aktivitas biologi, suhu, dan kandungan oksigen. Adanya aktivitas masyarakat yang membuang limbah ke badan air akan meningkatkan aktivitas organisme dalam mengurai bahan organik yang menghasilkan asam organik yang lebih banyak melalui proses penguraian bahan organik secara aerob sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai pH. Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001, ambang batas pH perairan kelas I adalah 6-9. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap lokasi pengamatan, air Danau Toba masih tergolong air kelas I. Dari hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pH pada masing-masing lokasi pengamatan adalah berbeda nyata F Hitung F Tabel . Hasil analisa statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pH yang nyata antar lokasi kontrol dengan lokasi Napitupulu Bagasan dan Pangururan serta antara lokasi Marbun Toruan dengan Pangururan, seperti terlihat pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter pH antar lokasi pengamatan Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan 0,50000 Napitupulu Bagasan 0,33333 Kontrol -0,36667 Pangururan Marbun Toruan -0,50000 Napitupulu Bagasan -0,16667 Kontrol -0,86667 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan -0,33333 Pangururan 0,16667 Kontrol -0,70000 Kontrol Marbun Toruan 0,36667 Pangururan 0,86667 Napitupulu Bagasan 0,70000 Tanda menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 4.1.3. Penetrasi Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, kekeruhan air, serta kepadatan plankton suatu perairan. Dari hasil pengukuran penetrasi cahaya pada lokasi pengamatan diperoleh bahwa intensitas cahaya mampu menembus kedalaman 1,04 – 3,37 m Tabel 4.1. Nilai penetrasi tertinggi berada pada kontrol sedangkan nilai penetrasi di Marbun Toruan, Pangururan, dan Napitupulu Bagasan tidak berbeda jauh. Penetrasi dipengaruhi oleh kekeruhan dimana kekeruhan tertinggi diperoleh di lokasi Pangururan. Adanya kekeruhan yang tinggi di Pangururan disebabkan oleh limbah domestik yang dibuang secara langsung atau pun tidak langsung ke sungai yang bermuara ke Danau Toba. Wilayah perairan Danau Toba bagian selatan cenderung lebih dinamis dibandingkan dengan wilayah utara sehingga tingkat akumulasi bahan pencemar di selatan lebih kecil dibandingkan bagian utara Universitas Sumatera Utara Lukman, 2010. Tingkat akumulasi bahan pencemaran di Pangururan dimungkinkan lebih tinggi karena letaknya yang berada di arah utara perairan Danau Toba. 4.1.4. Kekeruhan Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Bahan organik meliputi tinja, urin, sabun, lemak, deterjen dan sisa makanan sedangkan bahan anorganik seperti ammonia dan garam-garam ammonium merupakan derivate dari dekomposisi tinja, urin, dan nitrat Dix, 1981. Dari hasil pengukuran kekeruhan pada lokasi pengamatan diperoleh bahwa intensitas cahaya mampu menembus kedalaman 0,97 – 21,54 NTU Tabel 4.1. Nilai terendah berada di Kontrol yaitu 0,97 NTU dan nilai tertinggi berada di Pangururan yaitu 21,54 NTU. Tingginya kekeruhan khusus di stasiun Pangururan disebabkan banyaknya partikel melayang dan larut dalam air sehingga penetrasi cahaya menjadi terhalang masuk ke perairan akibatnya aktivitas fotosintesis akan terganggu. Dari hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekeruhan pada masing-masing lokasi pengamatan adalah berbeda nyata F Hitung F Tabel . Hasil analisa statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata kekeruhan yang nyata antar lokasi Pangururan dengan ketiga lokasi pengamatan yang lain, tetapi antar ketiga lokasi pengamatan yang lain Balige, Marbun Toruan, dan Kontrol tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter kekeruhan antar lokasi pengamatan Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan -19,90000 Napitupulu Bagasan -6,58667 Kontrol 0,66667 Pangururan Marbun Toruan 19,90000 Napitupulu Bagasan 13,31333 Kontrol 20,56667 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan 6,58667 Pangururan -13,31333 Kontrol 7,25333 Kontrol Marbun Toruan -0,66667 Pangururan -20,56667 Napitupulu Bagasan -7,25333 Tanda menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 4.1.5. Oksigen terlarut Dissolved oxygen, DO Oksigen terlarut menyatakan jumlah oksigen yang berada dalam air, berasal dari hasil fotosintesis dan absorbsi udara. Jumlah oksigen di perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh organisme air. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut terlalu rendah akan menimbukan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerob yang mungkin terjadi Salmin, 2000. Kehidupan dalam air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm, selebihnya bergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran bahan pencemar, suhu air dan sebagainya. Hasil pengukuran oksigen terlarut pada lokasi pengamatan berkisar antara 6,33 – 7,23 mgL Tabel 4.1. Nilai terendah pada Pangururan dan nilai tertinggi pada lokasi Kontrol. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pembuangan limbah domestik dari berbagai lokasi pengamatan ke perairan Danau Toba akan meningkatkan jumlah Universitas Sumatera Utara limbah organik sehingga kebutuhan oksigen terlarut oleh bakteri untuk menguraikan limbah organik tersebut akan meningkat dan konsentrasi oksigen terlarut akan menurun. Untuk melihat potensi kemampuan penyerapan oksigen yang sebenarnya dari masing-masing lokasi pengamatan maka dilakukan penghitungan kejenuhan oksigen dengan cara membandingkan pengukuran DO dengan nilai DO sebenarnya yang dapat larut dalam air lampiran 5 pada temperatur lapangan yang diukur dengan menggunakan rumus : O 2 Kejenuhan = x 100 [u] O 2 [t] O 2 O [u] = Nilai konsentrasi oksigen yang diukur di lapangan mgL 2 [t] = Nilai konsentrasi oksigen sebenarnya sesuai dengan harga temperatur pengukuran Berdasarkan nilai pada lampiran 5 terlihat bahwa pada temperatur 25,57 hasil pengukuran pada lokasi kontrol, seharusnya air mampu menyerap oksigen sebanyak 8,04 mgL. Konsentrasi oksigen terlarut yang diukur di lapangan pada lokasi kontrol hanya 7,30 mgL. Dengan menggunakan rumus di atas, nilai kejenuhan oksigen pada lokasi kontrol adalah 90,79. Tabel 4.5. Nilai kejenuhan oksigen pada masing-masing lokasi pengamatan Parameter Kontrol Marbun Toruan Pangururan Napitupulu Bagasan 1. Suhu o 25,57 C 24,40 25,80 23,97 2. DO mgL 7,30 7,23 6,33 7,23 3. Kejenuhan 90,79 88,27 79,02 87,63 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa kejenuhan oksigen tertinggi diperoleh di lokasi kontrol. Hal ini semakin membuktikan bahwa kegiatan domestik di sekitar Danau Toba akan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air. Dari hasil uji statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai rata-rata oksigen terlarut pada lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan nyata F Hitung F Tabel Tabel 4.6. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter DO antar lokasi pengamatan . Hasil uji statistik lebih lanjut terhadap parameter DO menunjukkan ada perbedaan yang nyata antara lokasi Pangururan dengan ketiga lokasi lainnya. Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukura J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan 0,96667 Napitupulu Bagasan 0,06667 Kontrol 0,06667 Pangururan Marbun Toruan -0,96667 Napitupulu Bagasan -0,90000 Kontrol -0,90000 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan -0,06667 Pangururan 0,90000 Kontrol 0,00000 Kontrol Marbun Toruan -0,06667 Pangururan 0,90000 Napitupulu Bagasan 0,00000 Tanda menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 batas minimum DO untuk kriteria air kelas I adalah 6. Hal ini menunjukkan bahwa air Danau Toba pada tiap stasiun pengamatan masih tergolong kelas I. 4.1.6. Chemical Oxygen Demand COD Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air Alaerts dan Santika, 1984. Hasil pengukuran COD pada lokasi pengamatan berkisar antara 6,14 – 11,80 mgL Tabel Universitas Sumatera Utara 4.1. Nilai COD tertinggi diperoleh pada lokasi Pangururan yaitu 11,80 mgL dan terendah pada lokasi kontrol yaitu 6,14 mgL. Tingginya nilai COD pada lokasi Pangururan diduga akibat besarnya nilai polutan berupa zat organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke badan air Danau Toba karena nilai COD akan meningkat sejalan dengan meningkatnya bahan organik. Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, untuk kriteria mutu air kelas I nilai COD yang diperbolehkan adalah 10 mgL. Berdasarkan baku mutu air, nilai COD di lokasi Pangururan telah melewati ambang batas yang ditetapkan. Dari hasil uji statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai rata-rata COD pada lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan nyata F Hitung F Tabel Tabel 4.7. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter COD antar lokasi pengamatan . Hasil uji statistik lebih lanjut, pengamatan terhadap parameter COD menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari nilai rata-rata COD antara semua lokasi pengamatan kecuali lokasi kontrol dengan Marbun Toruan. Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan -4,81667 Napitupulu Bagasan -0,81667 Kontrol 0,84667 Pangururan Marbun Toruan 4,81667 Napitupulu Bagasan 4,00000 Kontrol 5,66333 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan 0,81667 Pangururan -4,00000 Kontrol 1,66333 Kontrol Marbun Toruan -0,84667 Pangururan -5,66333 Napitupulu Bagasan -1,66333 Tanda menyatakan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 Universitas Sumatera Utara Umumnya nilai COD akan selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai BOD 5 , karena nilai BOD 5 4.1.7. Biochemical Oxygen Demand BOD terbatas hanya terhadap bahan organik yang bisa diuraikan secara biologis saja, sementara nilai COD menggambarkan kebutuhan oksigen untuk total oksidasi, baik terhadap senyawa yang dapat diuraikan secara biologis maupun terhadap senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis. 5 Nilai BOD 5 menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik dalam air Alaerts dan Santika, 1984. Pemeriksaaan BOD 5 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Hasil pengukuran BOD 5 pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,65 – 1,29 mgL Tabel 4.1. Nilai terendah berada pada Kontrol yaitu 0,65 mgL dan nilai tertinggi berada di Pangururan yaitu 1,29 mgL. Peningkatan konsentrasi BOD 5 Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, untuk kriteria mutu air kelas I nilai BOD menunjukkan peningkatan jumlah polutan dari kegiatan penduduk yang masuk ke perairan Danau Toba. 5 yang diperbolehkan adalah 2 mgL. Berdasarkan baku mutu air, nilai BOD 5 Dari hasil uji statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai rata-rata BOD di semua lokasi pengamatan masih memenuhi ambang batas yang ditetapkan. 5 pada lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan nyata F Hitung F Tabel . Hasil uji statistik lebih lanjut terhadap parameter BOD 5 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari nilai rata-rata BOD 5 di semua lokasi pengamatan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter BOD antar lokasi pengamatan Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan -0,51000 Napitupulu Bagasan -0,11000 Kontrol 0,13333 Pangururan Marbun Toruan 0,51000 Napitupulu Bagasan 0,40000 Kontrol 0,64333 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan 0,11000 Pangururan -0,40000 Kontrol 0,24333 Kontrol Marbun Toruan -0,13333 Pangururan -0,64333 Napitupulu Bagasan -0,24333 Tanda menyatakan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 4.1.8. Nitrat NO 3 - Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen stabil yang digunakan untuk mensintesa senyawa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas khususnya bila konsentrasi fosfat tinggi, sehingga air kekurangan oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan Alaerts dan Santika, 1984. Hasil pengukuran nitrat pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,48 – 1,37 mgL. Nilai nitrat terendah diperoleh pada lokasi kontrol sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lokasi Pangururan. Peningkatan konsentrasi nitrat di lokasi pengamatan menunjukkan adanya pengaruh pembuangan limbah domestik ke perairan Danau Toba, walaupun secara umum konsentrasi nitrat di perairan Danau Toba masih berada dalam ambang batas yang ditetapkan menurut PP No. 82 Tahun 2001. Dari hasil uji statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai rata-rata nitrat pada lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan nyata F Hitung F Tabel . Hasil Universitas Sumatera Utara uji statistik lebih lanjut terhadap parameter nitrat menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari nilai rata-rata nitrat pada lokasi kontrol dengan ketiga pengamatan lainnya. Selanjutnya terlihat adanya perbedaan nyata antara Napitupulu Bagasan dengan Marbun Toruan dan Pangururan, demikian halnya antara Marbun Toruan dengan Pangururan. Tabel 4.9. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata- rata parameter NO 3 - antar lokasi pengamatan Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan -0,69667 Napitupulu Bagasan -0,09667 Kontrol 0,19333 Pangururan Marbun Toruan 0,69667 Napitupulu Bagasan 0,60000 Kontrol 0,89000 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan 0,09667 Pangururan -0,60000 Kontrol 0,29000 Kontrol Marbun Toruan -0,19333 Pangururan -0,89000 Napitupulu Bagasan -0,29000 Tanda menyatakan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 4.1.9. Fosfat total PO 4 3- Fosfat merupakan salah satu unsur yang penting dalam perairan untuk metabolisme sel. Secara alami fosfat di perairan berasal dari pencucian bahan-bahan yang mengandung fosfat dan dari aktivitas manusia seperti limbah domestik, deterjen dan pupuk yang mengandung fosfat, buangan industri, limbah air permukaan dan pelapukan tumbuh-tumbuhan. Poenomo dan Hanafi dalam Nurachmi, 1999 menyatakan bahwa tingkat kesuburan perairan dapat dibagi menjadi 4 yaitu : 1 kesuburan rendah konsentrasi fosfat berkisar 0,00-0,020 mgL, 2 kesuburan cukup konsentrasi fosfat berkisar Universitas Sumatera Utara 0,021-0,050 mgL,3 kesuburan baik konsentrasi fosfat berkisar 0,051-0,100 mgL, 4 kesuburan sangat baik konsentrasi fosfat berkisar 0,101-0,201. Khiatuddin 2003 menyatakan bahwa keterbatasan senyawa fosfor membatasi pertumbuhan di air, tetapi begitu pasokan fosfor meningkat maka pertumbuhan tanaman air seperti alga akan meningkat cepat. Hal inilah yang terjadi bila salah satu senyawa fosfat ion fosfat yang terdapat dalam deterjen masuk ke dalam perairan. Menurut Perkins 1974, kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mgL, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu. Hasil pengukuran fosfat pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,06 – 0,15 mgL, dengan konsentrasi tertinggi diperoleh di Pangururan dan terendah di kontrol. Peningkatan konsentrasi fosfat menandakan ada pengaruh pembuangan jumlah limbah domestik ke perairan Danau Toba. Bila dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan PP RI Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu total fosfat adalah 0,2 mgL . Walaupun hasil uji terhadap parameter total fosfat masih di bawah baku mutu, harus ada perhatian khusus terhadap besarnya konsentrasi parameter ini sebagai indikator tingginya limbah rumah tangga yang mengandung bahan-bahan fosfat. Dari hasil uji statistik seperti terlihat pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai rata-rata Fosfat pada lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan nyata F Hitung F Tabel . Hasil uji statistik lebih lanjut terhadap parameter Fosfat menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari nilai rata-rata fosfat pada semua lokasi pengamatan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Uji statistik multiple comparison untuk menunjukkan perbedaan nilai rata-rata parameter PO4 3- antar lokasi pengamatan Kelompok Pengukuran I Kelompok Pengukuran J Perbedaan rata-rata I-J Marbun Toruan Pangururan -0,07000 Napitupulu Bagasan -0,02000 Kontrol 0,01667 Pangururan Marbun Toruan 0,07000 Napitupulu Bagasan 0,05000 Kontrol 0,08667 Napitupulu Bagasan Marbun Toruan 0,02000 Pangururan -0,05000 Kontrol 0,03667 Kontrol Marbun Toruan -0,01667 Pangururan -0,08667 Napitupulu Bagasan -0,03667 Tanda menyatakan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 0,05 4.1.10. Fecal coliform Nilai fecal coliform yang diukur pada masing-masing lokasi pengamatan berkisar antara 3 – 150 MPN Tabel 4.1. Nilai terendah terdapat pada lokasi kontrol dan nilai tertinggi berada di Napitupulu Bagasan dan Marbun Toruan. Colifecal adalah bakteri coli yang berasal dari kotoran manusia dan hewan mamalia. Bakteri ini bisa masuk ke perairan bila ada buangan feses yang masuk ke dalam badan air. Kalau terdeteksi ada bakteri colifecal di dalam air maka air itu kemungkinan tercemar sehingga tidak bisa dijadikan sebagai sumber air minum Sastrawijaya, 2000 dengan demikian air Danau Toba terindikasi tercemar. Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Pergub Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009, untuk kriteria air kelas I jumlah fecal coliform adalah 100 MPN100. Hal ini menunjukkan bahwa air pada lokasi pengamatan kontrol dan Pangururan masih tergolong kelas I, sedangkan pada lokasi Napitupulu Bagasan dan Marbun Toruan tergolong kelas II. Universitas Sumatera Utara

4.2. Pengukuran Pengaruh Perilaku Masyarakat terhadap Penurunan Kualitas