1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan di Indonesia semakin berkembang dalam berbagai hal, baik dari materi, media, model pembelajaran, dan metode
pembelajaran. Dulu kebanyakan guru hanya mengajar dengan metode ceramah yang sangat membosankan bagi siswa, namun sekarang banyak guru
yang melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran agar siswa semakin bersemangat dalam belajar. Hal ini dilakukan untuk semakin
meningkatakan mutu pendidikan di Indonesia. Pada hakekatnya, belajar adalah memahami sesuatu dengan percobaan
berulang-ulang hingga seseorang dapat paham, mengerti, dan menguasai suatu hal dengan baik. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Siswa akan lebih menguasi materi pelajaran jika siswa menemukan dan menggali sendiri pengetahuannya tersebut, sehingga hasilnya pemahaman
siswa diharapkan lebih mendalam. Fisika adalah ilmu yang memahami fenomena alam. Dalam
pembelajaran di sekolah, khususnya jenjang SMP dan SMASMK, siswa diharapkan dapat aktif membentuk pemikiran mereka sehingga dapat
menjelaskan gejala fisis di kehidupan sekitarnya secara logis. Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat berpikir secara induktif. Menurut Suparno, dalam
pembelajaran fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar 2007: 2.
Dengan siswa aktif, siswa dapat menemukan sesuatu sendiri, karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam Suparno,
2007: 72. Berdasarkan hal di atas, guru seharusnya menggunakan model
pembelajaran yang mendukung kegiatan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan ini pertama kali dicetuskan oleh Galileo Galilei, seorang fisikawan yang memiliki banyak sumbangan
pada zamannya dan digunakan sampai saat ini. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah sendiri sudah akrab dikenal pada pembelajaran fisika
sebagai metode ilmiah. Pendekatan saintifik ini menerapkan metode ilmiah pada proses pembelajaran fisika. Pada metode ilmiah, siswa dituntut untuk
lebih mengedepankan penalaran induktif. Penalaran induktif melihat fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Pendekatan saintifik ini bertujuan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan secara mandiri pengetahuan yang didapatnya agar siswa
tersebut dapat lebih memahami materi yang dipelajarinya, tidak hanya sekedar tahu saja.
Dalam suatu pembelajaran perlu diadakan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur sampai di mana tingkat kemampuan siswa selama proses
pembelajaran yang telah berlangsung dan mengetahui tingkat keberhasilan
program pengajaran. Karena pendekatan saintifik lebih menitikberatkan pada proses penemuan pengetahuan oleh siswa, maka diperlukan evaluasi yang
tidak hanya menilai pada hasil belajar siswa saja, tapi juga menilai dalam proses belajar-mengajar. Teknik evaluasi yang dipakai pun harus disesuaikan
dengan pendekatan saintifik itu sendiri yang sesuai dengan metode ilmiah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan
judul “ANALISIS
EVALUASI PADA
PEMBELAJARAN FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA KELAS
XI IPA SMA STUDI KASUS DI SMA P YOGYAKARTA ”.
B. Rumusan Masalah