Perencanaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar fisika dan implementasi pendekatan saintifik dalam perencanaan dan pembelajaran fisika kelas XI IPA SMA (studi kasus di SMA X Yogyakarta).

(1)

ABSTRAK

Helen Puspitaningrum. 2016. “Perencanaan Guru dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar Fisika dan Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Perencanaan dan Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran fisika; (2) Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik; (3) Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif dalam pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2015. Subyek penelitian adalah guru fisika di SMA X Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara serta

fieldnotes.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Guru merencanakan pembelajaran pada bagian tujuan, sumber, metodologi, dan asesmen sudah baik dan sesuai dengan deskripsi bagian perencanaan yang dipaparkan oleh Cruishank sedangkan pada bagian membentuk induksi, penutup dan refleksi perencanaan guru kurang baik (2) Dalam perencanaannya guru sudah baik dalam merancang kegiatan yang menyentuh bagian-bagian dalam pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (3) Bagian perencanaan yang benar diaplikasikan guru saat pembelajaran adalah bagian sumber, metodologi, dan asesmen sedangkan bagian tujuan, membentuk induksi, penutup dan refleksi guru kurang mengaplikasikan dalam pembelajaran fisika. Kata kunci: perencanaan pembelajaran, pendekatan saintifik, proses pembelajaran fisika.


(2)

ABSTRACT

Helen Puspitaningrum. 2016. "Master Planning in Physics Teaching and Learning Process and Implementation of Scientific Approaches in Planning and Learning Process of Physics Subject in XI Grade of Science Class (A Case Study in Yogyakarta X High School)". Thesis. Physics Education Study Program. Department of Math and Science. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to: (1) Knowing how the teachers do lesson planning in physics learning activities; (2) Knowing how the teachers do plan learning activities physics in applying scientific activities; (3) Determine whether lesson plans drafted used effectively in learning.

The research was conducted in the Yogyakarta X High School, in March-May 2015. The subjects was physics teacher at the high school X Yogyakarta. This study is a qualitative research, with data collection instruments consist of video recording observations and interviews as well as fieldnotes.

The results showed: (1) Teachers plan learning at the destination, source, methodology, and assessment is good and fits the description of the planning department presented by Cruishank while in the form of induction, closing and reflection teacher planning less well (2) In planning the teachers already in the design activities touching parts in the learning of scientific: to observe, to question, to try, to associate and communicate (3) Part of planning is really applied a teacher while learning is part of the source, methodology and assessment while the goal, forming induction, cover and reflections of teachers less apply in learning physics. Keywords: lesson plans, scientific approach, physics learning process


(3)

PERENCANAAN GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA

(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Helen Puspitaningrum (111424010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

PERENCANAAN GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA

(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Helen Puspitaningrum (111424010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu”

(Ratapan 3:22-23)

Karyaku ini ku persembahkan untuk:

Memuji dan memuliakan namaMu Tuhan yang selalu menyertai kehidupanku

Almarhum Ibuku yang selalu memberi semangat dan contoh yang baik padaku

Bapak Syamsu dan Ibu Suprapti, terimakasih sudah menjadi orang tuaku yang

selalu mendukung dan menyayangiku.

Kakak-kakak dan saudaraku

Teman-teman terkasih


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Helen Puspitaningrum. 2016. “Perencanaan Guru dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar Fisika dan Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Perencanaan dan Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran fisika; (2) Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik; (3) Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif dalam pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2015. Subyek penelitian adalah guru fisika di SMA X Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara serta

fieldnotes.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Guru merencanakan pembelajaran pada bagian tujuan, sumber, metodologi, dan asesmen sudah baik dan sesuai dengan deskripsi bagian perencanaan yang dipaparkan oleh Cruishank sedangkan pada bagian membentuk induksi, penutup dan refleksi perencanaan guru kurang baik (2) Dalam perencanaannya guru sudah baik dalam merancang kegiatan yang menyentuh bagian-bagian dalam pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (3) Bagian perencanaan yang benar diaplikasikan guru saat pembelajaran adalah bagian sumber, metodologi, dan asesmen sedangkan bagian tujuan, membentuk induksi, penutup dan refleksi guru kurang mengaplikasikan dalam pembelajaran fisika.

Kata kunci: perencanaan pembelajaran, pendekatan saintifik, proses pembelajaran fisika.


(11)

ABSTRACT

Helen Puspitaningrum. 2016. "Master Planning in Physics Teaching and Learning Process and Implementation of Scientific Approaches in Planning and Learning Process of Physics Subject in XI Grade of Science Class (A Case Study in Yogyakarta X High School)". Thesis. Physics Education Study Program. Department of Math and Science. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to: (1) Knowing how the teachers do lesson planning in physics learning activities; (2) Knowing how the teachers do plan learning activities physics in applying scientific activities; (3) Determine whether lesson plans drafted used effectively in learning.

The research was conducted in the Yogyakarta X High School, in March-May 2015. The subjects was physics teacher at the high school X Yogyakarta. This study is a qualitative research, with data collection instruments consist of video recording observations and interviews as well as fieldnotes.

The results showed: (1) Teachers plan learning at the destination, source, methodology, and assessment is good and fits the description of the planning department presented by Cruishank while in the form of induction, closing and reflection teacher planning less well (2) In planning the teachers already in the design activities touching parts in the learning of scientific: to observe, to question, to try, to associate and communicate (3) Part of planning is really applied a teacher while learning is part of the source, methodology and assessment while the goal, forming induction, cover and reflections of teachers less apply in learning physics.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

penyertaan dan tuntunan yang telah dicurahkanNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak

pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih, kepada :

1. Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, membimbing, mmemberi masukan dan saran yang

bermanfaat bagi penyusunan skripsi.

3. SMA Pangudi Luhur Sedayu dan Bapak Pur, yang telah memberikan

kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi

Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis dan


(13)

5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan.

6. Keluargaku Bapak Syamsu dan Ibu Suprapti untuk dukungan bagi penulis

baik moril maupun materil dan atas untaian doa yang indah selama penulis

menjalani studi di Yogyakarta.

7. Keluarga besar Pujo Hartono, untuk segala doa dan dukungan yang

diberikan kepada penulis.

8. Kakak-kakakku, mas anto, mas eko, mbak siska, mbak etik terimakasih

sudah memberikan semangat yang luar biasa.

9. Sahabatku Bambang yang selalu memberi semangat dan dukungan.

10.Teman-temanku Indah, Hesti, Anggi, Maria, Ocha, Jenny, Johan, dan

teman-teman pendidikan fisika 2011 untuk setiap semangat dan bantuan

yang diberikan kepada penulis.

11.Keluargaku di jogja mbak sum, monik, mbak iik, mbak ori, mbak agnes,

epong, mbak seli, mbak angel, mbak cila, cece, dan yesi terimakasih untuk

semangat dan canda tawa selama peneliti berada di Yogyakarta.

12.Teman-temanku di lampung terimakasih untuk semangat yang diberikan.

13.Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu per satu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan

dan ilmu pengetahuan.


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Perencanaan Pembelajaran ... 5

1. Perencanaan Pembelajaran ... 5

2. Pengertian Pembelajaran Fisika ... 5

3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran ... 8

4. Tujuan dari Perencanaan Pembelajaran ... 9

5. Bagian-bagian Perencanaan Pembelajaran ... 13

B. Pendekatan Saintifik... 18

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 18


(15)

Pendekatan Saintifik... 22

4. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30

1. Subyek Penelitian ... 30

2. Obyek Penelitian ... 30

D. Instrumen Penelitian... 30

1. Instrumen Wawancara ... 31

2. Instrumen Observasi Perencanaan Pembelajaran... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Observasi ... 35

2. Wawancara ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Pelaksaan Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data ... 40

1. Pelaksanaan Penelitian ... 40

2. Data Penelitian ... 41

B. Analisis dan Pembahasan ... 42

1. Analisis ... 43

2. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ke Sekolah ... 69 Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah ... 70


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendekatan ilmiah (scientific approach) atau dikenal dengan

pendekatan saintifik, merupakan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

Pendekatan saintifik sangat erat dengan beberapa kegiatan, seperti

kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran fisika

selalu erat dengan eksperimen, dalam kegiatan eksperimen selalu ada

kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan sehingga fisika sebaiknya

mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran

fisika Guru berperan penting agar kegiatan-kegiatan dalam proses

pembelajaran mengimplementasikan pendekatan saintifik. Peran guru ini

dapat dilihat dari perencanaan guru tersebut terhadap proses pembelajaran

fisika yang dapat dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk memudahkan guru

karena cukup banyak materi pembelajaran fisika yang harus disampaikan

dalam waktu tertentu misalnya satu semester guru harus menyampaikan

materi-materi yang ada di satu semester tersebut. Selain itu dengan

merancang kegiatan pembelajaran, guru juga berusaha mengetahui


(18)

untuk berpikir dan melakukan aktivitas umpan balik, dan menempatkan

siswa sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk dikembangkan.

Iklim yang mendukung dan menyenangkan untuk belajar, akan membuat

siswa merasa aman, nyaman, gembira, dan menyenangkan dalam belajar,

sehingga lebih memungkinkan berkembang sesuai kebutuhannya. Dengan

dibuatnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru dapat terbantu

dalam mengalokasikan waktu agar materi-materi yang akan disampaikan

kepada siswa dapat tersampaikan dengan tepat, selain itu guru dengan

mudah mengikuti kegiatan-kegiatan yang tertulis di Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) selama proses pembelajaran fisika. Pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga terdapat tujuan yang harus tercapai

untuk setiap pertemuan. Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

proses pembelajaran dapat berjalan tepat waktu dan sesuai dengan yang

diharapkan oleh guru atau bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran

dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Kenyataannya banyak guru membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) tidak sesuai dengan tujuan dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yaitu untuk pedoman guru dalam mengajar melainkan

untuk melengkapi data-data administrasi sekolah. Kenyataan diatas

didukung juga dengan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di

sebuah sekolah X yang ada di Yogyakarta dan mendapatkan hasil bahwa


(19)

fisika. Alasannya adalah karena Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

hanya untuk melengkapi berkas administrasi sekolah yang dibuat setiap

satu tahun sekali dan menurut para guru Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) tidak efektif dan efisien karena dibuat diawal tahun

atau awal semester.

Melihat kenyataan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

kurang efektif dan efisien bagi guru sebagai pedoman dalam perencanaan

pembelajaran, peneliti melakukan studi kasus mengenai bagaimana

kegiatan perencanaan guru dalam proses pembelajaran fisika dan apakah

perencanaan yang dilakukan oleh guru dapat mengimplementasikan

kegiatan saintifik dalam proses pembelajaran fisika.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan ?

2. Apakah guru merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran fisika

yang menerapkan pendekatan saintifik?

3. Apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif

dalam pembelajaran fisika?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran


(20)

2. Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran

fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik.

3. Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan

secara efektif dalam pembelajaran.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara

lain:

1. Bagi Peneliti

a. Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam menganalisis

kegiatan-kegiatan dalam perencanaan pembelajaran apakah sudah

mengimplementasikan pendekatan saintifik.

b. Peneliti kelak jika sudah menjadi guru dapat merencanakan

kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang mengaplikasikan

pendekatan saintifik.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru dalam melakukan

perencanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan pendekatan

saintifik.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang akan


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Pembelajaran Fisika 1. Pengertian Perencanaan

Menurut kamus bahasa Indonesia, perencanaan diambil dari kata

rencana yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang hendak dikerjakan.

Jadi, perencanaan adalah proses atau perbuatan untuk merancang sesuatu

yang hendak dikerjakan. Menurut Majid, (2009) perencanaan adalah

menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan

kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat

perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat

harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Hal yang senada

diungkapkan oleh Hadari Hawawi (dalam Abdul Majid, 2009: 16) bahwa

perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah

atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan

tertentu.

2. Pengertian Pembelajaran Fisika

Kata pembelajaran menurut Ahmad Susanto (2013), merupakan

perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara


(22)

secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah

ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran

adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar

mengajar atau kegiatan belajar mengajar.

Belajar menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:1) adalah suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu

kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa

dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Bagi Gagne, belajar

dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne

juga menekankan bahwa belajar merupakan suatau upaya untuk

memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui instruksi.

Senada dengan Gagne, Harold Spears (dalam Siregar, 2010:4)

menyatakan bahwa belajar “learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction” yang berarti bahwa

belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya

sendiri, mendengar dan mengikuti peraturan. Dari pengertian belajar

sebagaimana dijelaskan diatas bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental

yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang


(23)

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong

baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini,

pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut

pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

terhadap peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan keyakinan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Gagne (dalam Siregar, 2010:12), mendefinisikan pembelajaran

adalah sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar

terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Pengertian pembelajaran

yang disampaikan oleh Gagne akan lebih memperjelas makna yang

terkandung dalam pembelajaran: Instruction is intended to promote

learning, external situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event.

Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal

harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan

mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa

pembelajaran

Jadi dengan kata lain pembelajaran fisika adalah kegiatan belajar


(24)

konsep-konsep fisika kepada siswa sehingga siswa dapat mengalami

perubahan sikap dan penambahan pengetahuan.

3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran ini memainkan peranan penting dalam

memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani

kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan

sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Perencanaan dan persiapan berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan

pembelajaran, sehingga tidak berlebihan apabila dibutuhkan pula gagasan

dan perilaku guru yang kreatif dalam menyusun perencanaan dan persiapan

mengajar, tidak hanya berkaitan dengan merancang bahan ajar atau materi

pelajaran serta waktu pelaksanaan, tetapi juga segenap hal yang terkait di

dalamnya, seperti rencana penggunaan metode atau teknik mengajar, media

belajar, pengembangan gaya bahasa, pemanfaatan ruang, sampai dengan

pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan. Terdapat beberapa

manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:

1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi

setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru


(25)

4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga

setiap saat dapat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.

5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.

6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

4. Tujuan dari Perencanaan Pembelajaran

Lepas dari apa pun pelajaran yang direncanakan, tujuan instruksional

harus dibentuk. Tujuan instruksional mendeskripsikan materi yang harus

siswa ketahui dan lakukan. Ketika seorang membentuk tujuan, seharusnya

dapat menyediakan kesempatan bagi guru untuk mengobservasi secara tepat

dan terukur mengenai kemajuan belajar, maka tujuan dan indikator menjadi

hal yang identik. Aktivitas tidak berakhir dengan sendirinya, namun

mengarah kepada sebuah akhir. Tujuan instruksi sesungguhnya adalah

mengubah perilaku para siswa dan memampukan mereka (siswa) untuk

melakukan hal-hal yang mereka (siswa) belum bisa lakukan sebelum

instruksi diberikan.

Menurut Bloom (dalam Cruickshank, 2014:200), mempelajari tujuan

pendidikan dan berada pada “tiga kumpulan pemikiran belajar”. Tiga pemikiran tersebut sebagai “tiga domain belajar” dan menyebutnya “kognitif,afektif, dan psikomotorik”.

1. Domain kognitif, tujuan pendidikan dalam domain kognitif


(26)

intelektual. Dalam domain kognitif menurut Bloom, ada enam

tingkat kompleksitas kognitif. Berikut adalah tingkatan

sederhana ke yang paling rumit.

a. Pengetahuan. Siswa memiliki pengetahuan dan kemampuan

mengingat kembali atau mengenali informasi.

b. Pemahaman. Siswa memahami dan dapat menjelaskan

pengetahuan dalam kata-kata mereka sendiri.

c. Aplikasi. Siswa mengaplikasikan pengetahuan, yaitu

mampu menggunakannya dalam situasi praktis.

d. Analisis. Siswa mampu mengurai konsep atau informasi

yang kompleks ke dalam bagian-bagian sederhana yang

berhubungan.

e. Sintesis. Siswa mampu mengombinasikan berbagai elemen

ke dalam bentuk yang baru, entitas yang baru dan orisinil

f. Evaluasi. Siswa mampu membuat penilaian.

2. Domain Afektif. Bloom menyebut domain tipe kedua atau

domain hasil pembelajaran, yaitu afektif berkaitan dengan

sikap, emosi, dan menilai tujuan bagi siswa. Meskipun para

guru sering mengaitkan hasil instruksional dengan domain

kognitif, hampir semua guru mencoba mengedepankan

perubahan afeksi siswa. Bloom mengatur domain afektif ke


(27)

a. Menerima atau menghadiri. Siswa bersedia untuk

menghadiri, berkonsentrasi, dan menerima informasi

b. Merespon. Siswa merespon positif terhadap informasi

dengan secara aktif terlibat dengannya.

c. Menghargai. Siswa mengekspresikan sikap atau

kepercayaan mengenai nilai akan suatu hal.

d. Organisasi. Siswa membandingkan dan menginttegrasikan

sikap atau nilai yang mereka ekspresikan dengan sikap dan

kepercayaan yang mereka yakini, kemudian

menginternalisasikan nilai tersebut.

e. Pembentukan karakter. Siswa beraksi berdasarkan nilai

mereka

3. Domain Psikomotorik. Menurut Bloom, tujuan ketiga atau

psikomotorik adalah domain yang terkait dengan keahlian

belajar secara fisik. Kursus mengenai psikologi anak dan

remaja mengajarkan guru bahwa seiring anak berkembang

mereka mampu meraih kesuksesan dalam tugas fisik yang

semakin kompleks. Sebagian besar pelajaran menuntut tingkat

kemampuan belajar psikomotorik . Dalam fisika siswa belajar

mengorganisasikan dan menggunakan peralatan laboratorium.

Ada tujuh tingkat domain menurut Simpson(dalam


(28)

a. Persepsi. Siswa menggunakan indra sensorik(seperti

penglihatan) untuk membimbing usahanya melakukan

keahlian tertentu di masa depan.

b. Set. Siswa siap melakukan keahlian atau perilaku.

c. Respon terbimbing. Siswa berlatih keahlian di bawah

bimbingan seorang ahli

d. Mekanisme. Siswa menjadi lebih mampu dalam keahlian

tertentu dengan pelatihan.

e. Respons yang rumit atau terlihat. Siswa menampilkan

keahlian dengan tingkat kemampuan yang tinggi.

f. Adaptasi. Siswa memodifikasi keahlian yang baru dipelajari

untuk menampilkan keahlian lain yang berkaitan.

g. Orisinalitas. Siswa menciptakan tampilan baru dan orisinil


(29)

5. Bagian-bagian Perencanaan Pembelajaran

Banyak bentuk perencanaan pembelajaran yang telah digunakan

seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Bentuk Terpilih untuk Merencanakan Pembelajaran dari Berbagai Sumber

El-Tigi (2001) Hunter (2004) Jacobson dkk(2009)

Moore (2000)

NY Times

(nytimes.com/learnin g/teacher/lessons/arc hive.html) 1. Tujuan 2. Mengukur Kesiapan siswa 3. Sumber-sumber yang dibutuhkan 4. Prosedur/Deskripsi Pelajaran 5. Penutup 6. Asesmen/Evaluasi 1. Tujuan

2. Mengatur Induksi 3. Input dan

Pemodelan 4. Memeriksa

pemahaman dan praktik bimbingan 5. Praktik Independen 1. Menentukan materi 2. Tujuan 3. Pengantar 4. Metode instruksi 5. Penutupan pelajaran 6. Asesmen Siswa 1. Ulasan Pelajaran 2. Waktu yang

dibutuhkan 3. Tujuan 4. Sumber Belajar 5. Aktivitas, prosedur 6. Asesmen 7. Aktivitas Perluasan 8. Hubungan dengan pelajaran lain 9. Hubungan dengan standar


(30)

Tabel 2.2 Bentuk Perencanaan Pembelajaran yang di Rekomendasikan Menurut Cruickshank dkk. 2014

Tujuan – Mengindikasikan tujuan pelajaran.

Sumber- Menyatakan sumber-sumber dan materi-materi yang digunakan.

Membentuk Induksi – Mendeskripsikan bagaimana pelajaran akan disampaikan

Metodologi- Mendeskripsikan bagaimana pengajaran dan pembelajaran akan berlangsung Asesmen- Memastikan dengan jelas mengenai cara penentuan pembelajaran para siswa Penutup- Menyediakan bagian penutup pada proses pembelajaran.

Refleksi- Mempertimbangkan efektivitas pembelajaran.

a. Tujuan

Pada bagian ini tantangannya adalah menuliskan tujuan pada

tingkat pelajaran yang memenuhi sebanyak mungkin kriteria tujuan

baik. Tujuan juga harus relevan dengan kurikulum; mempromosikan

hasil belajar mencakup domain kognitif, psikomotorik, dan afektif;

secara masuk akal mendukung tingkat pemahaman (tinggi atau rendah)

dalam setiap domain; ditulis secara cukup spesifik, mengenai hal yang

harus diketahui siswa dan mampu dilakukan siswa; dan dapat diraih

oleh siswa.

b. Sumber

Sumber, apa yang tersedia untuk membimbing para siswa guru


(31)

banyak guru melakukan langkah ini, sebelum menuliskan tujuan

spesifik. Dalam kasus manapun, perencanaan pelajaran harus secara

spesifik menyatakan sumber mana yang akan digunakan guru dan

siswa. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara

sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya serta yang

lainnya yang dapat mendukung suksesnya belajar.

c. Membentuk Induksi

Membentuk induksi, induksi set atau set antisipasi adalah istilah

yang digunakan untuk mengindikasi kebutuhan untuk memulai

pelajaran dengan menarik perhatian dan minat siswa. Selama bagian

perencanaan pelajaran ini, guru harus berpikir mengenai cara-cara

untuk melakukannya. Satu ide adalah untuk menghubungkan hal-hal

yang harus dilakukan terhadap minat siswa atau pengetahuan

sebelumnya. Minat berkontribusi kepada pembelajaran karena, hal ini

menstimulasi jaringan asosiasi personal dan emosional. Dengan

menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan sebelumnya,

asosiasi, dan hubungannya juga telah jelas. Para pendidik telah lama

mengetahui bahwa variasi akan meningkatkan motivasi dan

pembelajaran siswa dan para peneliti telah mendukung kepercayaan

ini. Seperti variasi materi dan aktivitas instruksional serta berinteraksi


(32)

d. Metodologi

Metodologi, dibagian ini dapat dideskripsikan bagaimana

pembelajaran berproses. Keberagaman siswa dan pembelajaran dapat

berguna dalam merencanakan metodologi. Keberagaman seperti

perbedaan sosial-ekonomi, perbedaan budaya, perbedaan gender,

perbedaan kepribadian, perbedaan gaya belajar, perbedaan potensi

belajar, serta perbedaan minat. Keberagaman siswa adalah fakta hidup

di semua sekolah dan kelas, agar efektif guru harus menyadari

pentingnya perbedaan para siswa dan secara sadar melibatkan

perbedaan ke dalam perencanaan dan memberikan instruksi.

e. Asesmen

Asesmen, bagian ini termasuk dua hal: Bagaimana guru dapat

merencanakan pengawasan pembelajaran siswa selama instruksi

diberikan dan bagaiamana guru merencanakan evaluasi pembelajaran

pada kesimpulan pelajaran. Sementara instruksi berjalan, seorang guru

harus ‘membaca’ para siswa. Sampai batasan mana para siswa tampak

tertarik dan terlibat? Apakah para siswa belajar? Perencanaan guru

seharusnya memasukkan cara guru menentukan hal-hal tersebut.

Indikator informal akan minat dan keterlibatan dapat termasuk

ekspresi, bahasa tubuh, dan responsivitas verbal. Pengukuran informal

dapat juga dibuat dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang


(33)

seberapa sering para siswa mengaplikasikan apa yang telah mereka

pelajari. Pengukuran formal, sering digunakan dalam bagian

penyimpulan pelajaran, termasuk lembar kerja, tugas pekerjaan rumah,

dan kuis.

f. Penutup

Penutup, semua pelajaran membutuhkan penyelesaian yang baik.

Dalam bagian ini biasanya membutuhkan formulir ulas balik yang

membuat siswa meringkas materi yang telah dipelajari dan

menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya dan di masa depan.

Ketika informasi diatur dengan baik dan berhubungan pada

pengetahuan siswa yang sebelumnya, maka akan cenderung masuk

dalam memori jangka panjang. Guru perlu mempelajari bahwa sebuah

ulas balik akan dibutuhkan siswa untuk berpikir mengenai informasi

baru, untuk merefleksikan aplikasi dan tujuan pribadi siswa. Banyak

guru melakukan ulas balik dengan menanyakan kepada para siswa apa

yang telah mereka pelajari dan temui.

g. Refleksi

Refleksi adalah proses yang terjadi terus menerus dalam

memeriksa secara kritis dan membentuk ulang praktik pengajaran

dengan mempertimbangkan aspek pribadi, pendidikan, sosial, dan etis

dalam pengajaran dan sekolah. Refleksi, guru perlu


(34)

guru itu sendiri maupun yang akan dipelajari. Dalam pengajarannya,

guru efektif akan menanyakan pertanyaan seperti:

 Apakah siswa-siswa belajar dan apakah mereka puas?Apa yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan

kepuasan?

 Apa beberapa hal yang guru pelajari dari pengalaman mengajar ini?

B. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Dalam

praktiknya siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas selayaknya

langkah-langkah penerapan metode ilmiah. Serangkaian aktivitas dimaksud

meliputi (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3)

mengumpulkan data, (4) mengolah dan menganalisis data, dan (5) membuat

kesimpulan. Model pembelajaran proses saintifik dapat dikatakan sebagai

proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah

melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat,

dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna

mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya

terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan


(35)

dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang

diajukan.

Pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang

menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya

memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

Pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan

masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif,

melakukan aktivitas penelitian, dan membangun konseptualisasi

pengetahuan. Dari pengertian diatas model pembelajaran saintifik proses

dikembangkan dengan berdasarkan pada konsep penelitian ilmiah, hal ini

berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian

yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan.

Sejalan dengan definisi diatas Creswell (dalam Abidin, 2014:127)

mengatakan bahwa “Research is a process of steps used to collect and analyze information to increased our understanding of topic or issue.”

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa “ Research is a process in which you

engage in a small set of logical steps (1) pose a question, (2) collect data to answer the question, and (3) present an answer to the question.”

Pengertian di atas memandang penelitian sebagai tahapan proses yang

dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk

meningkatkan pemahaman kita atas topik atau isu tertentu. Penelitian

hanya seperangkat tahapan logis yang sederhana mulai dari mengajukan


(36)

Menurut Lowe (dalam Abidin, 2014:128) mengungkapkan bahwa

penelitian adalah jalan ketiga bagi kita untuk memahami dunia disekitar

kita. Melalui karakteristik yang terkandung didalamnya, penelitian sangat

bermanfaat untuk mempelajari dan memahami dunia dan pengetahuan yang

berkembang di dalamnya. Berdasarkan tujuan penelitian ini, jelaslah bahwa

pembelajaran dengan menerapkan model saintifik memang ditujukan untuk

membangun kompetensi siswa dalam memecahkan masalah melalui

pendayagunaan pengetahuan kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan

berpikir kreatif.

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai

berikut.

 Berpusat pada siswa

 Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

 Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khusunya kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa

 Dapat mengembangkan karakter.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki


(37)

(1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa.

(2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik.

(3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan

(4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi

(5) Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide,

khususnya dalam menulis artikel ilmiah

(6) Untuk mengembangkan karakter siswa

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut.

(1) Pembelajaran berpusat pada siswa

(2) Pembelajaran membentuk student self concept

(3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme

(4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

(5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa

(6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

(7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan


(38)

3. Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam

proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) meliputi:

menggali informasi observing/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,

dilanjutkan dengan menganalisis, assiciating/menalar, kemudian menyimpulkan..

a. Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientifik approach)

adalah langkah pembelajaran mengamati (observing). Metode

observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan

pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan

siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan

mengamati, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa

keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa

menantang. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru

membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk


(39)

melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal

yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang

diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari

informasi.

b. Menanya (Questioning)

Langkah ke dua pada pendekatan ilmiah atau scientific

approach adalah question (menanya). Kegiatan belajarnya adalah

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari

apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati . Bertanya merupakan salah satu

pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu, bertanya

dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik

untuk memberikan jawaban yang benar pula.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang apa yang diamati. Adapun kompetensi

yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk


(40)

sepanjang hayat. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga

menggambarkan tingkatan kognitif, seperti apa yang disentuh, mulai

dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan

yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga

yang lebih tinggi disajikan berikut ini

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut

dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

Bagi peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,

memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan

melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah

informasi. Dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas

mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca

sumber lain selain buku teks, mengamati objek, kejadian atau aktivitas

wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi

yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,

menghargai pendapat orang, kemampuan berkomunikasi, menerapkan

kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang


(41)

d. Mengasosiasikan (Associating)

Langkah berikutnya pada scientific approach adalah

associating (menalar/mengolah informasi). Istilah “menalar”

(associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan

bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya

tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari

pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan

penalaran ilmiah, meskipun penalaran non ilmiah tidak selalu tidak

bermanfaat.

Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan eksprimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan

informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan

dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi


(42)

kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan

kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

e. Mengkomunikasikan Pembelajaran

Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang

telah mereka pelajari. Pada tahapan ini diharapkan peserta didik dapat

mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara

bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil

kesimpulan yang dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini

dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan

mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah

benar atau ada yang harus diperbaiki.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di

kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau

kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengomunikasikan” dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud


(43)

kesimpulan berdasarkan hasil analisi secara lisan, tertulis, atau media

lainnya.

4. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan

bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang

memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa siswa dengan

nada bersemangat dan gembira, mengecek kehadiran para siswa dan

menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah

memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah

dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari

oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang

belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan

siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat

dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan

fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat

menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.

Kegiatan ini merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran

atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience)


(44)

pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan

dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan

untuk terkonstruksikan konsep, hukum, atau prinsip oleh siswa dengan

bantuan dari guru melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

diberikan.

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi

terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis data dan metode analisis dalam penelitian,

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Suparno (2010), penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan

penjelasan atau uraian akan suatu hal. Sedangkan penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti kondisi obyek secara alamiah, lebih menekankan

makna dari generalisasi.

Didalam penelitian ini peneliti berusaha mendiskripsikan

bagaimana guru menjelaskan perencanaan pembelajaran dari

kegiatan-kegiatan pada materi tertentu dan bagaimana guru dapat melakukan

kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dalam proses pembelajaran

fisika. Selain itu peneliti juga mendeskripsikan apakah dalam proses

pembelajaran fisika guru menerapkan pendekatan saintifik atau tidak.

Analisis kualitatif digunakan oleh peneliti didalam penelitian tentang studi

kasus perencanaan pembelajaran dan implementasi pendekatan saintifik

dalam proses pembelajaran di SMA X Yogyakarta. Data kualitatif

diperoleh melalui observasi kegiatan belajar mengajar, wawancara guru,


(46)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA X di Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga Mei

2015.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seorang guru di SMA X di Yogyakarta

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:

1). Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru di SMA X di

Yogyakarta.

2). Hubungan perencanaan pembelajaran fisika dengan kegiatan

pembelajaran fisika dikelas apakah mengacu pada pendekatan

saintifik.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai


(47)

1. Instrumen Wawancara

Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti kepada guru dan siswa untuk mengetahui perencanaan seorang

guru dalam kegiatan belajar mengajar fisika dan beberapa pertanyaan

yang diajukan kepada beberapa siswa:

a. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Guru Sebelum

Proses Pembelajaran Fisika.

 Bagaimana pengalaman bapak selama mengajar baik suka duka selama mengajar? Terkhusus di kelas XI

SMA X Yogyakarta?

 Apakah bapak membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)?

 Apakah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang bapak buat anda gunakan dalam setiap kegiatan

pembelajaran di kelas?

 Bagaimana bapak merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam suatu materi fisika (contoh fluida)

tanpa menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran)?

 Dari kegiatan-kegiatan yang bapak rencanakan apa tujuan yang ingin bapak capai? Terkhusus apa yang

bapak harapkan dari siswa dengan rancangan kegiatan


(48)

 Bahan ajar apa saja yang bapak gunakan untuk mendukung proses pembelajaran fisika?

 Bagaiamana mengaktifkan dan meningkatkan minat siswa dalam belajar fisika?

 Bagaimana cara bapak agar proses pembelajaran fisika dapat membuat kemauan belajar siswa meningkat dan

sesuai dengan yang bapak harapkan?

b. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Guru Sesudah

Proses Pembelajaran Fisika.

 Ketika bapak tidak menggunakan RPP, apa pedoman bapak dalam kegiatan belajar mengajar dikelas?

 Pertemuan dikelas minggu lalu praktikum tentang tegangan permukaan, hal apa yang bapak harapkan dari

siswa ketika mereka melakukan praktikum itu?

 Bagaimana cara bapak menuangkan kegiatan-kegiatan eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi pada proses

pembelajaran fisika?

 Bagaimana bapak membuat bahan ajar dalam kegiatan praktikum ini dan pertimbangan apa yang bapak

pikirkan?

 Tujuan dari pembuatan bahan ajar tersebut?


(49)

 Bagaimana cara bapak dalam menyimpulkan materi yang sudah dipelajari?

 Bagaimana evaluasi yang bapak lakukan dilihat dari segi mereka puas dengan yang diajarkan? Dan dari

pembelajaran ini apa yang mungkin dilakukan untuk

meningkatkan prestasi dan kepuasan?

c. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Beberapa Siswa

 Bagaimana cara bapak x dalam mengajar fisika?

 Apakah sering melakukan kegiatan eksperimen?

 Bagaimana minat kalian dalam belajar fisika? Apakah kalian tertarik belajar fisika?

 Apakah kalian puas dalam proses pembelajaran fisika?

2. Instrumen Observasi Perencanaan Pembelajaran

Instrumen observasi perencanaan pembelajaran yang dilakukan

peneliti seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Instrumen Observasi tentang Perencanaan Pembelajaran Fisika

No Daftar Kegiatan

1 Perencanaan pelajaran sesuai kurikulum 2 Tujuan jelas dan dapat diukur

3 Tujuan mendukung pembelajaran yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotorik

4 Tujuan disesuaikan dengan keberagaman siswa

5 Sumber-sumber pembelajaran tersedia, sesuai, kaya, dan bervariasi


(50)

6 Tersedianya sumber tekhnologi yang sesuai 7 Tersedianya pembentukan induksi

8 Aktivitas belajar jelas

9 Aktivitas belajar memperhitungkan pengetahuan mengenai belajar

10 Aktivitas belajar disesuaikan terhadap masing-masing siswa

11 Aktivitas belajar akan membina siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

12 Terdapat perencanaan untuk pengawasan yang terus menerus mengenai pembelajaran para siswa

13 Terdapat perencanaan untuk menilai keberhasilan para siswa pada bagian kesimpulan

14 Pengawasan diciptakan untuk merangkum materi yang telah dipelajari, serta keterhubungannya dengan pembelajaran masa lalu dan masa depan.

15 Perencanaan memasukkan perhitungan mengenai pengetahuan tentang pelajaran yang baik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini adalah berupa data kualitatif, dimana data dalam

riset kualitatif adalah semua hal, barang, atau tulisan dan benda yang

dikumpulkan peneliti untuk dapat menjawab persoalan yang dialami

(Suparno, 2010:117).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi


(51)

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan bantuan handycam, handphone dan

fieldnote. Observasi ini melihat bagaimana keadaan awal siswa dalam

mengikuti pelajaran fisika di dalam kelas. Selain itu observasi yang

dilakukan peneliti juga melihat bagaimana guru dapat mengaplikasikan

apa yang sudah direncanakan aatau dipersiapkan sebelum proses

pembelajaran berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai guru dan beberapa

siswa. Wawancara guru dilakukan dua kali yaitu sebelum rangkaian

proses pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran. Sedangkan

wawancara siswa dilakukan satu kali untuk memastikan jawaban dari

guru dan observasi yang peneliti lakukan selama kegiatan

pembelajaran fisika.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dari observasi dan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti yang sudah didapatkan dari rekaman video, rekaman suara

dan fieldnote dapat dianalisis dengan menstranskip data video dan data

suara ke data yang berbentuk tulisan. Kemudian dari data yang berbentuk

tulisan peneliti dapat menganalisis bagaimana perencanaan pembelajaran


(52)

Tabel 3.2 Analisis Perencanaan Pembelajaran Fisika pada Seorang Guru di SMA X Yogyakarta

No Bentuk Perencanaan Deskripsi Kegiatan Perencanaan

1 Tujuan  Tujuan relevan dengan

kurikulum yang dapat diandalkan para siswa

 Tujuan mendorong hasil belajar yang mencakup semua domain sesuai ketepatannya (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

 Tujuan cukup spesifik, sehingga siswa sadar secara tepat mengenai apa yang harus diketahui dan dilakukan.

 Tujuan berkaitan dengan tingkat kesiapan dan kemampuan siswa.

 Tujuan memperhitungkan perbedaan individual di dalamnya.

2 Sumber  Guru mempersiapkan

sumber daya materi dan manusia yang dapat membantu siswa meraih tujuan

3 Membentuk Induksi  Guru memulai pelajaran dengan menarik perhatian dan minat siswa


(53)

saintifik dengan beberapa tahap pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013. Proses pembelajaran saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasikan, dan menyimpulkan.

5 Asesmen  Guru menentukan

bagaimana pengawasan kepada siswa selama pembelajaran diberikan. Seberapa siswa tertarik dan terlibat selama proses pembelajaran.

 Guru merencanakan bagaimana evaluasi pembelajaran pada kesimpulan pelajaran

6 Penutup  Guru melakukan ulas

balik dan bertanya kepada siswa apa yang telah mereka pelajari atau temui.

7 Refleksi  Dalam pengajaran, guru perlu menanyakan apakah siswa-siswa belajar dan apakah siswa-siswa puas.


(54)

mempelajari pengalaman dalam pembelajaran, agar pembelajaran selanjutnya dapat berjalan secara efektif

Dari tabel diatas peneliti akan menganalisis bagaimana

perencanaan yang direncanakan oleh guru di SMA X Yogyakarta dengan

menggunakan tahapan-tahapan perencanaan pembelajaran menurut

Cruishank. Peneliti akan membahas dan membandingkan beberapa

pemikiran guru yang dituangkan dalam wawancara dengan fakta yang

terjadi selama proses pembelajaran fisika saat peneliti melakukan

penelitian. Fakta yang terjadi selama proses pembelajaran fisika dapat

dinyatakan dalam bentuk rekaman video yang sudah ditranskipkan

(lampiran 3) dan wawancara siswa (lampiran 4) yang akan mendukung


(55)

G. Pelaksanaan Penelitian

Berikut ini merupakan penjadwalan atau waktu penelitian yang

dilakukan peneliti yang tertuang dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian di SMA X Yogyakarta tentang Bagaimana Guru di SMA X Yogyakarta Melakukan Perencanaan

Pembelajaran Fisika No. Tanggal Kegiatan Rincian Kegiatan

1. April 2015

Observasi pendahuluan I di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM

2. April 2015

Observasi pendahuluan II di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM

3. April 2015 Pengambilan data wawancara awal dengan guru.

4. April 2015

Pengambilan data I: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

5. April 2015

Pengambilan data II: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

6. Mei 2015

Pengambilan data III: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

7. Mei 2015 Pengambilan data wawancara konfirmasi dengan guru.

8. Mei 2015 Pengambilan data wawancara dengan siswa.


(56)

BAB IV

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Data

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta

yang menggunakan kurikulum KTSP, dengan meneliti seorang guru fisika

di sekolah tersebut. Peneliti melihat bagaimana guru merencanakan proses

pembelajaran fisika yang akan berlangsung di dalam kelas dengan

melakukan wawancara awal. Setelah peneliti melakukan wawancara awal,

peneliti mengobservasi kondisi di dalam kelas saat guru tersebut mengajar.

Pada observasi di dalam kelas ini bertujuan untuk melihat apakah

rencana-rencana yang disampaikan guru saat wawancara awal dapat terlaksana atau

tidak. Wawancara untuk konfirmasi dilakukan setelah observasi di dalam

kelas, peneliti melakukan wawancara dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang mengkonfirmasi realita sebenarnya dengan proses

pembelajaran di dalam kelas.

Wawancara awal dan wawancara konfirmasi dilakukan di luar kelas

atau di luar jam pelajaran fisika, pada tanggal 21 April 2015 dan 23 Mei

2015 di ruang tamu SMA X Yogyakarta. Observasi proses pembelajaran

dilakukan pada tanggal 3 Mei 2015, dengan materi praktikum tentang

tegangan permukaan di laboratorium SMA X Yogyakarta dan observasi


(57)

kegiatan wawancara awal, wawancara konfirmasi dan observasi proses

pembelajaran, peneliti melakukan observasi awal untuk melihat keadaan

atau kondisi siswa terlebih dahulu. Peneliti tidak hanya melakukan

wawancara kepada guru, tetapi juga melakukan wawancara kepada

beberapa siswa untuk mengkonfirmasi beberapa pernyataan dari

kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran yang diungkapkan dan dilakukan

oleh guru tersebut. Wawancara siswa dilakukan diluar jam sekolah yaitu di

asrama.

Wawancara dan observasi telah dilakukan peneliti dan direkam dalam

bentuk rekaman suara dan rekaman video. Peneliti juga menggunakan

fieldnote selama kegiatan penelitian berlangsung. 2. Data Penelitian

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara guru dan

pegambilan data video dalam proses belajar mengajar Fisika, di dapatkan

hasil penelitian sebagai berikut:

a. Data Penelitian

Data wawancara guru, wawancara siswa, dan video proses belajar

mengajar fisika yang mendukung apakah guru di SMA X tersebut

melakukan perencanan pembelajaran fisika sudah di kategorikan baik dan

dapat terlihat dan dapat dianalisis dengan menggunakan tabel 3.2.

Data-data penelitian seperti transkip wawancara, transkip video, dan


(58)

Guru Fisika yang dijadikan subjek dalam penelitian ini merupakan

guru yang mempunyai pengalaman mengajar selama 22 tahun dan sudah 5

tahun mengajar di SMA X Yogyakarta, serta siswa-siswa merupakan

siswa yang telah 2 tahun mendapatkan pelajaran Fisika.

b. Transkip

Pembuatan transkipsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan

mengamati dan mendengarkan rekaman wawancara guru dan wawancara

siswa serta mengamati rekaman video proses belajar mengajar fisika.

Peneliti mengamati dan menganalisis rencana guru dan

pernyataan-pernyataan dari guru mengenai perencanaan yang dilakukan oleh guru

sebelum proses pembelajaran. Begitu juga dengan video selama proses

belajar mengajar fisika, peneliti mengamati bagaimana guru dapat

mengaplikasikan kegiatan –kegiatan yang sudah di rencanakan di dalam proses pembelajaran fisika. Data wawancara guru, wawancara siswa, dan

video disalin dalam bentuk tulisan.

B. Analisis dan Pembahasan

Seperti yang terumuskan dalam BAB 2, perencanaan pembelajaran

menurut Cruickshank ada 7 bagian yaitu Tujuan, Sumber, Membentuk

Induksi, Metodologi, Asesmen, Penutup, dan Refleksi. Penelitian ini

difokuskan bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran Fisika

dan menganalisis apakah kegiatan-kegiatan yang direncanakan guru dapat


(59)

penulis akan memaparkan analisis perencanaan guru menurut

Cruickshank.

1. Analisis

a. Tahap Perencanaan bagian Tujuan

Guru X diawal pembelajaran tidak pernah menyebutkan atau memberi

tahu kepada siswa tujuan dari pembelajaran, ini didukung juga dengan

wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa.

P : “Emang kalo bapaknya ngajar tuh kalau misalkan bab baru masuk kelas tuh langsung jelasin?”

S1 : “dia nulis BAB trus habis itu...”

S2 : “apa misalnya apa adalah titik-titknya disuruh nyari.” (Penggalan wawancara 1)

P : “Terus misalnya pak X, kaya kemarin belajar tentang tegangan permukaan. Pernah gak nanya ke kalian , “Ini kira -kira belajarnya kayak gimana ya?”

S : “Gak”

P : “Gak pernah? Misalnya diawal semester kaya gitu, dia pernah gak, selama satu tahun kita belajar fisikanya tuh ini, ini, ini.” S : “Gak”

(Penggalan wawancara 2)

Wawancara di atas didukung kembali dengan penggalan wawancara 2

yang menunjukkan bahwa guru memang tidak menyebutkan tujuan pada

setiap pembelajaran dalam satu kali pertemuan bahkan guru X diawal

semester juga tidak memberi tahu para siswa dalam satu semester ini

mereka akan belajar apa saja. Kedua penggalan wawancara ini diperkuat

dengan observasi yang dilakukan peneliti dan memang benar bahwa

ketika guru pertama kali masuk ke dalam kelas, guru X menuliskan BAB


(60)

Dibawah ini peneliti menganalisis apakah guru X melakukan

perencanaan pembelajaran bagian tujuan dengan baik dengan

berpedoman pada 5 hal tujuan baik yang disesuaikan dengan tabel 3.2

pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap guru.

a.1. Tujuan relevan dengan kurikulum yang dapat diandalkan para siswa

Perencanaan pada bagian tujuan yang dibuat guru saat wawancara

relevan dengan kurikulum yang berlaku, dimana saat wawancara guru

menyatakan sebenarnya pak guru ingin menggali kekritisan anak.”

dan harusnya mengapanya itu” . Pernyataan diatas menunjukkan

kegiatan yang direncanakan guru sebenarnya menuntut siswa untuk

berpikir kritis setelah siswa mencoba dan mengamati dengan

melakukan praktikum tegangan permukaan dan mengapa hal itu bisa

terjadi, hal ini sesuai dengan pembelajaran pendekatan saintifik . Hal

diatas menunjukkan kesesuaian bahwa tujuan yang dinyatakan oleh

guru relevan dengan kurikulum dan dapat diandalkan oleh siswa.

b.1. Tujuan mendorong hasil belajar yang mencakup semua domain sesuai

ketepatannya (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

Dari pernyataan yang disampaikan oleh guru tentang rencana

pembelajaran, tujuan dapat mendorong siswa meningkatkan hasil

belajar dari segi kognitif ini dinyatakan guru dalam wawancara

“sebenarnya praktek bukan tentang mengadakan praktikum selesai langsung titik, mengumpulkan laporan lalu selesai. Sebenarnya


(61)

pernyataan guru tersebut mendukung tujuan guru agar siswa berpikir

kritis ini adalah salah satu aspek kognitif yang ingin guru capai. Dari

pernyataan guru diatas selain kognitif guru ingin hasil belajar juga

menjurus pada aspek afektif dan psikomotorik. Aspek afektif ini salah

satunya dapat berupa rasa ingin tahu untuk “membuktikan” dan untuk aspek psikomotorik ketika siswa melakukan praktikum dan

mendebatkan atau mengkomunikasikan ini merupakan salah satu

dari aspek psikomotorik. Dari penggalan wawancara di atas dapat

mendukung tujuan pembelajaran yang mendorong kepada tiga aspek

hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

c.1. Tujuan cukup spesifik, sehingga siswa sadar secara tepat mengenai

apa yang harus diketahui dan dilakukan.

Rencana tujuan yang dibuat oleh guru dibuat secara spesifik yaitu

untuk praktikum tegangan permukaan, ini juga didukung dengan

adanya Lembar Kerja Siswa yang dibuat oleh guru Nah kalo LKS kalo praktik seperti itu anak kan nyata dialami anak, disuruh untuk

mencoba mengerjakan sendiri.” Sehingga tujuan yang direncanakn

guru dan dibantu dengan adanya LKS dapat membuat siswa mengerti

apa yang harus dilakukan dan setelah melakukan mereka akan tahu

sesuatu.

d.1. Tujuan berkaitan dengan tingkat kesiapan dan kemampuan siswa

Pada perencanaan tujuan praktikum tegangan permukaan ini, guru


(62)

siswa yang dinyatakan pada pernyataan guru disamping ini Pertama kok mengapa tegangan permukaan yang dipilih, siswa bisa

melakukan”. Dari pernyataan guru ada kata “siswa bisa melakukan”,

jadi pada kata ini guru merencanakan praktikum dimana siswa bisa

melakukan dan ketika siswa melakukan maka kegiatan praktikum

akan sesuai dengan tujuan. Selain siswa dapat melakukan praktikum

tegangan permukaan, alat-alat untuk melakukan praktikum tegangan

pemukaan juga tersedia di laboratorium fisika di SMA X Yogyakarta.

e.1. Tujuan memperhitungkan perbedaan individual di dalamnya

Di dalam rencana, tujuan pembelajaran disini guru kurang

memperhatikan perbedaan individual dalam pembelajaran. Terlihat

dari guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, pembagian

kelompok ini guru kurang memperhatikan lebih detail. Pada kenyataan

di lapangan ada kelompok yang aktif semua dan ada kelompok yang

bermalas-malasan melakukan praktikum ( dilihat dari observasi dan

rekaman video).

b. Tahap Perencanaan bagian sumber

Guru X pada tahap perencanaan ini dapat mempersiapkan sumber

daya materi dan manusia yang dapat membantu siswa meraih tujuan. Pada

saat wawancara guru menyatakan bahwa guru X menggunakan buku dari

salah satu penerbit (buku B) untuk mendukung dalam mempersiapkan

materi selain itu ada beberapa buku dari penerbit lain yang juga beliau


(63)

wawancara “Maka kalau buku mengapa buku yag digunakan adalah buku B, adalah ya karena apa ya kita sesuaikan dengan kemampuan anak. Kalo saya yo buku E yo punya, buku Y yo punya”. Dari pernyataan wawancara dari guru, didapatkan informasi bahwa guru X memilih buku B itu

disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Hal ini dibenarkan oleh siswa

bahwa buku B memang mudah dimengerti oleh mereka dan dapat

membantu mereka di dalam belajar yang di perlihatkan dalam wawancara

siswa berikut ini

P : trus menurutmu itu buku ajarnya itu mudah kamu mengerti

apa gak?

S : mudah gak ya mik? Ya lumayan sih mbak.

P :bahasanya itu sederhana? S : iya sederhana

P : gambarnya tuh membuat kalian memahami meteri tersebut apa gak?

S : memahami, kalau kita pelajari sendiri tanpa pak X, sama kakak kelas, misalnya sama kakak kelas kemaren dari mbak Sanata Dharma juga mbak .... kan dong gitu loh mbak. Oh maksudnya gini, duh Pak X jelasinnya kayak gini gitu loh.

Dari wawancara diatas guru X dapat memilih buku pembelajaran

yang bisa membuat siswa terbantu dalam memahami pelajaran bahakan

disebutkan “tanpa pak X” atau tanpa guru X atau siswa bisa memahami bersama teman dan kakak kelasnya di saat di luar sekolah.

Pada pengamatan yang dilakukan peneliti, peneliti melihat bahwa

guru menggunakan buku B selama proses pembelajaran fisika dan peneliti

juga mengamati saat praktikum tegangan permukaan guru X menyediakan

Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membimbing siswa dalam melakukan


(64)

membawa laptop dapat mencari informasi-informasi yang terkait dalam

pembelajaran melalui internet.

c. Tahap Perencanaan Membentuk Induksi

Pada tahap ini guru X sangat baik dalam merencanakan dalam

membentuk induksi, hal ini terlihat dari penggalan wawancara guru

berikut ini “Pak guru bisa aja membayangkan fluida kita belajar fluida contohnya diawal penggunaan keran air, kemudian kapal kok tidak karena rasanya membayangkan itu dulu.” Dari penggalan wawancara tersebut guru X ingin membuat siswa membayangkan terlebih dahulu kejadian

atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih mudah

untuk memahamnya. Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil

observasi, rekaman video dan wawancara siswa guru kurang baik dalam

tahap ini atau dapat dikatakan tidak ada kesesuaian antara perencanaan

dengan pelaksanaan saat pembelajaran fisika berlangsung.

Pada kenyataannya saat pembelajaran fisika, ketika guru pertama

kali memasuki kelas suasana kelas kaku karena guru X tidak senyum atau

menunjukkan muka yang sumringah. Dan saat memulai pelajaran pun

guru tidak berbicara tujuan dari pelajaran hari itu (seperti pada tahap

perencanaan bagian tujuan) dan mengajak siswa untuk membicarakan

fenomena-fenomena yang terkait pada pelajaran tersebut. Hal ini juga

didukung pernyataan siswa saat peneliti melakukan wawancara dengan

siswa sebagai berikut:


(65)

S : dia nulis BAB trus habis itu....

S : apa misalnya apa adalah titik-titiknya disuruh nyari (Pernyataan 1)

P : Pak X tuh ngajar, itu membuat kalian penasaran gak? S : enggak

(Pernyataan 2)

S : Kalau ibu Z itu enak mbak.

P : Jadi gimana pertama mengajar, masuk kelas lalu?

S : masuk kelas itu sudah sumringah, tersenyum. Dia crita dulu sebentar. Lanjut ya?lanjut.”

(Pernyataan 3)

Dari ketiga pernyataan ini sudah membuktikan bahwa guru dalam

tahap membentuk induksi ini kurang baik dan dapat dilihat bahwa siswa

senang jika guru ketika masuk kelas guru tersebut bisa menunjukkan

sikap yang menenangkan siswa dengan tersenyum.

d. Tahap Perencanaan bagian Metodologi

Proses pembelajaran dibagi dengan beberapa tahap pembelajaran

saintifik dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.

Walaupun SMA X Yogyakarta menggunakan kurikulum KTSP peneliti

menggunakan dasar pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 karena

tahapan-tahapan dalam pembelajaran jelas. Pada tahap metodologi ini guru

X merencanakan tahap ini dengan baik, guru melihat keberagaman siswa

hal ini terlihat saat peneliti melakukan wawancara guru X menyatakan

bahwa:

P :” bagaimana persiapan bapak?”

G: “persiapan yang saya lakukan seperti, bagaimana materi ini bisa diterima anak”

(Pernyataan 1)

P : “ iya kalo dalam segi penggunaan buku ajar, itu kan dari buku X. Nah kenapa bapak memilih buku tersebut? Pertimbangan itu seperti apa?”


(66)

G : “ oh ya, kita memilih itu kan harus sesuai dengan kemampuan anak, dari banyak buku, buku B yang paling mudah. “

(Pernyataan 2)

Dari pernyataan 1 dan pernyataan 2 pada wawancara di atas,

disini dapat terlihat bahwa guru merencanakan baik materi dan sumber

belajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Perencanaan guru di dalam

pembelajaran fisika pun sudah baik ini didukung dari pernyataan guru di

bawah ini

“Misalkan kita belajar fluida keseharian, melihat keran air

mancur tapi anak sudah diajak untuk membayangkan “oh itu belajar fluida”, tapi kan sebenarnya gak pernah memperhatikan, memperhatikan kalo ternyata keran lubangnya kecil padahal yang bak itu kan besar...anak pertama kan diajak membayangkan ...Anak diajak untuk mengamati, mengamati pipa yang disalurkan, kok yang disalurkan hanya kecil-kecil.” (Pernyataan 3). “ untuk menentukan kecepatan gerak GLBB,

anak saya ajak keluar pas kereta lewat kan kecepatannya stabil kereta itu. Logikanya sudah ada gambaran seperti itu, tapi ya butuh waktu lama. Loh itu pada belajar GLB kan logis sekali. Dengan menggunakan bendera dari sana dan melihat, oh ya jarak bisa diukur pake meteran.” (Pernyataan 4). Dari pernyataan 3 dan 4 yang diperoleh dari wawancara guru

dapat kita lihat bahwa guru merencanakan pembelajaran ini dengan

terlebih dahulu mengajak siswa untuk mengamati lalu membuat siswa

bertanya. Dimana rencana guru X ini sangat sederhana dan tidak lepas dari

kehidupan sehari-hari.

Selain itu juga hal yang menarik yang peneliti dapatkan adalah

guru menghargai proses siswa belajar saat pembelajaran fisika

berlangsung yang terlihat dari pernyataan guru,

“kan saya mengamati ya, anak itu, beberapa anak tapi ya gak semua, penjabaran itu ya kadang mengeluh. Penjabaran kadang itu gak


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berikut merupakan kesimpulan perencanaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar fisika dan imlementasi pendekatan saintifik dalam perencanaan dan pembelajaran fisika (studi kasus di SMA X Yogyakarta) yang dilakukan oleh guru:

1. Guru merencanakan pembelajaran pada bagian tujuan, sumber, metodologi, dan asesmen sudah baik dan sesuai dengan deskripsi bagian perencanaan yang dipaparkan oleh Cruishank dan guru merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan siswa. Sehingga hampir semua rencana guru yang tertuang dalam wawancara benar-benar diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pada bagian membentuk induksi, penutup dan refleksi guru belum melakukan perencanaan dengan baik.

2. Dalam perencanaannya guru sudah baik dalam merancang kegiatan yang menggali kekritisan siswa dan menyentuh bagian-bagian dalam pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.


(2)

mengaplikasikan perencanaan tersebut dalam proses pembelajaran fisika.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sumbangkan sehubungan dengan penelitian perencanaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar fisika dan imlementasi pendekatan saintifik dalam perencanaan dan pembelajaran fisika ( studi kasus di SMA X Yogyakarta) sebagai berikut:

1. Bagi Calon Guru

Calon guru dapat menambah pengetahuan bagaimana merencanakan pembelajaran yang baik dan tidak melupakan kondisi dan kemampuan siswa. Sehingga rencana-rencana yang dibuat dapat terealisasi dengan baik saat pembelajaran berlangsung.

2. Bagi Guru

Guru perlu menggali kembali hal-hal yang baik dan kreatif agar perencanaan yang dibuat oleh guru dapat berjalan secara efektif saat pembeajaran fisika.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema sama dan menambahkan subyek yang akan diteliti atau tahapan perencanaan lain.


(3)

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung:PT Refika Aditama.

Cruickshank, Donald R., dkk. 2014. The Act of Teaching 6th edisi 6 buku 1, terj. Gisella Tani. Jakarta:Salemba Humanika.

Cruickshank, Donald R., dkk. 2014. The Act of Teaching 6th edisi 6 buku 2, terj. Gisella Tani. Jakarta:Salemba Humanika

Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi pembelajaran. Bandung: Refika Adhitama.

Hosnan. 2014. Pendekatan saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A tahun 2013.

Sani, Ridwan Abdullah Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi

Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Pranada Media.

Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 3 45

Peran guru IPA/Fisika dalam upaya untuk mempersiapkan karier siswa dalam bidang IPA/Fisika : studi kasus pada 5 guru Fisika SMA di Yogyakarta.

0 3 115

Pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di kelas.

1 1 146

Implementasi pendekatan saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA (studi kasus di SMA X Yogyakarta).

0 1 142

Analisis evaluasi pembelajaran Fisika dan implementasi pendekatan saintifik dalam evaluasi pembelajaran Fisika kelas XI IPA SMA : studi kasus di SMA P Yogyakarta.

0 0 94

Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

0 1 154

Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah

2 2 152

Perangkat Mengajar Fisika dan bahan ajar powerpoint SMA Kelas X, XI, XII Bab 8 Fisika Atom

0 0 42

Pengetahuan guru fisika tentang strategi mengajar dalam pembelajaran fisika yang dimiliki oleh 3 orang guru fisika SMA di Yogyakarta - USD Repository

0 21 380

KEMAMPUAN GURU DALAM MENJELASKAN MATERI PEMBELAJARAN FISIKA: (STUDI KASUS PADA 3 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)

0 21 380