Implementasi pendekatan saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA (studi kasus di SMA X Yogyakarta).

(1)

ABSTRAK

Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta; (2) Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta; (3) Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.

Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015. Sampel penelitian adalah guru fisika dan siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 26 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara, serta fieldnotes.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Pendekatan saintifik pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA diimplementasikan di SMA X Yogyakarta; (2) Terjadi aktivitas-aktivitas belajar yang sesuai dengan implementasi pendekatan saintifik pada tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan dalam kegiatan awal pembelajaran dan pemantapan pemahaman prasyarat; pada tahap instruksional/ kegiatan inti dalam pengamatan atau observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan; pada tahap evaluasi/ kegiatan penutup dalam validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikonstruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa; (3) Perbandingan implementasi pendekatan saintifik antara tahapan/ kegiatan pembelajaran dalam teori dengan realitas: guru dan siswa dalam PBM Fisika sudah melakukan semua tahapan/ kegiatan pembelajaran yang ada pada teori.

Kata kunci: pendekatan saintifik, PBM fisika, tahapan/ kegiatan belajar, aktivitas-aktivitas belajar.


(2)

ABSTRACT

Elisabeth AninditaArjanggi. 2015 “Implementation of Scientific

Approaches in The Process of Teaching and Learning on Subjects of Physics Grade XI Science High School (Case Studies in Yogyakarta X High School)”. Skripsi.Courses of Physical Education.Department of Education Math and Science.Faculty of Teacher Training and Science Education.Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to: (1) Identify the scientific approach in the form of implementation activities in the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (2) Compare between the theory with the realities of scientific approaches in the implementation of the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (3) Add insight for researchers as a teacher in the future.

The research was carried out at X Yogyakarta High School, which was carried out in March – May 2015. Samples of research is the physics teacher and students at grade XI science 1 amounted to 26 people. This research is qualitative research, with the instrument of data collection consists of video footage and interviews, as well as observation fieldnotes.

The results showed: (1) Scientific approach on subjects of physics at grade XI science implemented in X Yogyakarta High School; (2) Learning activities occur that fits the scientific approach in the implementation of preinstructional stages/ preliminary activities in the activity of the early establishment of the learning and understanding of the prerequisites; at the stage of instructional/ core activity in the observations, ask questions, gather information, process information or reasoning or associate, and communicate; at this stage of the evaluation/ closing activity in the validation concept, law, principles, the princip that students have been constructed and enrichment subject matter was studied students; (3) comparison between the scientific approach to implementation of learning stages/ learning activities in theory with reality: teacher and students have been doing all of the learning stages/ learning activities in the learning process of physics.

Keywords: scientific approach, learning process of physics, learning stages/ learning activities, learning activities.


(3)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) PADA MATA PELAJARAN FISIKA

KELAS XI IPA SMA

(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Elisabeth Anindita Arjanggi (111424013) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) PADA MATA PELAJARAN FISIKA

KELAS XI IPA SMA

(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Elisabeth Anindita Arjanggi (111424013) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntun setiap langkahku; My heroine, my best friend, my everything… she is my beloved MOM ;

Mbah Akung dan Mbah Uti yang sudah sabar mendidik dan selalu menyayangiku; Keluarga besar di Klaten dan Lampung;

Temen-temen Pendidikan Fisika 2011; Universitas Sanata Dharma;

Dan semua yang telah membantu penyusunan skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung… .


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta; (2) Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta; (3) Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.

Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015. Sampel penelitian adalah guru fisika dan siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 26 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara, serta fieldnotes.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Pendekatan saintifik pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA diimplementasikan di SMA X Yogyakarta; (2) Terjadi aktivitas-aktivitas belajar yang sesuai dengan implementasi pendekatan saintifik pada tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan dalam kegiatan awal pembelajaran dan pemantapan pemahaman prasyarat; pada tahap instruksional/ kegiatan inti dalam pengamatan atau observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan; pada tahap evaluasi/ kegiatan penutup dalam validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikonstruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa; (3) Perbandingan implementasi pendekatan saintifik antara tahapan/ kegiatan pembelajaran dalam teori dengan realitas: guru dan siswa dalam PBM Fisika sudah melakukan semua tahapan/ kegiatan pembelajaran yang ada pada teori.

Kata kunci: pendekatan saintifik, PBM fisika, tahapan/ kegiatan belajar, aktivitas-aktivitas belajar.


(11)

viii ABSTRACT

Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementation of Scientific Approaches in The Process of Teaching and Learning on Subjects of Physics Grade XI Science High School (Case Studies in Yogyakarta X High School)”. Skripsi. Courses of Physical Education. Department of Education Math and Science. Faculty of Teacher Training and Science Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to: (1) Identify the scientific approach in the form of implementation activities in the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (2) Compare between the theory with the realities of scientific approaches in the implementation of the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (3) Add insight for researchers as a teacher in the future.

The research was carried out at X Yogyakarta High School, which was carried out in March – May 2015. Samples of research is the physics teacher and students at grade XI science 1 amounted to 26 people. This research is qualitative research, with the instrument of data collection consists of video footage and interviews, as well as observation fieldnotes.

The results showed: (1) Scientific approach on subjects of physics at grade XI science implemented in X Yogyakarta High School; (2) Learning activities occur that fits the scientific approach in the implementation of preinstructional stages/ preliminary activities in the activity of the early establishment of the learning and understanding of the prerequisites; at the stage of instructional/ core activity in the observations, ask questions, gather information, process information or reasoning or associate, and communicate; at this stage of the evaluation/ closing activity in the validation concept, law, principles, the princip that students have been constructed and enrichment subject matter was studied students; (3) comparison between the scientific approach to implementation of learning stages/ learning activities in theory with reality: teacher and students have been doing all of the learning stages/ learning activities in the learning process of physics.

Keywords: scientific approach, learning process of physics, learning stages/ learning activities, learning activities.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan tuntunan yang telah dicurahkanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, kepada :

1. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing, mmemberi masukan dan saran yang bermanfaat bagi penyusunan skripsi.

3. SMA Pangudi Luhur Sedayu dan Bapak Pur, yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(13)

x

4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan. 6. Keluarga besar di Klaten dan Lampung : Ibuk Margareta Ariyani, Papa

Andreas Surono, Mbah Akung dan Mbah Uti, Adek Yunan dan Johan, Kak Angga, Lik Kunik, Lik Gandung, Lik Win dan Mba Nur untuk semua perhatian dan doanya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

7. Teman-temanku yang penuh dengan keunikannya masing-masing : Lola, Tutet, Pie, Kha chan, Yo, Fa, Helen, Tengu, Hesti, Dora, Chutit, Niken, Jo dan Je, Tika, Felby dan semua teman-teman P.Fis 2011, Mas Niko, Mas Wisnu, William, Kak Eros, Mas Tole, temen-temen KKN, temen-temen PPL, temen-temen Lektor untuk dorongan semangat dan doanya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….……. vi

ABSTRAK ……….….. vii

ABSTRACT ……….…. viii

KATA PENGANTAR ……… ix DAFTAR ISI ……….……….. xi DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 3

C. Tujuan ……….……….. 3


(15)

xii BAB 2. LANDASAN TEORI

A. Proses Belajar Mengajar ……… 5

B. Pembelajaran Fisika ……….…….….… 12

C. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran ….………. 17

D. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran Fisika ……… 21

E. Kaitan Teori dan Permasalahan ………... 29

BAB 3. METODOLOGI A. Desain Penelitian ……… 30

B. Populasi dan Sampel ……….. 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian .………. 30

D. Instrumen ………..……....………..… 31

E. Pengumpulan Data ……….……… 35

F. Metode Analisis yang Digunakan ………....….. 36

G. Waktu Penelitian ……….……….………….…. 38

BAB 4. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Data ………..……….. 40

B. Analisis dan Pembahasan .………...………. 43

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..………..……… 83


(16)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ………..……… 86


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ke Sekolah ……… 87 Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah …………. 88 Lampiran 3 Transkip Video Penelitian ………. 89 Lampiran 4 Transkip Wawancara ………. 112


(18)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap masalah tertentu (KBBI, 1989). Pendekatan saintifik menjadi pendekatan yang populer untuk diterapkan di semua mata pelajaran di Indonesia sejak adanya kurikulum 2013, di mana pendekatan ini diwajibkan. Namun dengan adanya pro kontra dengan kurikulum 2013, maka sekolah diperbolehkan melanjutkan penggunaan kurikulum 2013 atau kembali ke kurikulum 2006 (KTSP). Pada kurikulum KTSP tidak mewajibkan menggunakan pendekatan saintifik. Akan tetapi, KTSP kental dengan inkuiri. Inkuiri sendiri memiliki unsur-unsur pendekatan saintifik dalam prosesnya di pembelajaran. Perwujudan pendekatan ini adalah dengan metode ilmiah.

Mata pelajaran fisika sudah terbiasa dengan metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut salah satunya diharapkan mampu membangun siswa bersikap dan berpikir secara ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Sehingga sudah sewajarnya dalam pembelajaran fisika dipergunakan pendekatan saintifik.

Implementasi pendekatan saintifik dalam PBM mata pelajaran fisika yang pernah peneliti alami ketika masih sekolah belumlah maksimal, dikarenakan guru lebih aktif daripada siswa. PBM lebih ke arah guru


(19)

ceramah – siswa mendengarkan kemudian mengerjakan soal-soal latihan, jarang sekali ada eksperimen, demonstrasi sederhana, diskusi, maupun presentasi dari siswa. Kemudian ketika peneliti melakukan PPL, implementasi pendekatan saintifik dalam PBM sulit diterapkan, penyebabnya ada beberapa siswa kurang menyukai cara pembelajaran yang memerlukan proses menanya, mengamati, mencoba, mengelola informasi, dan menarik kesimpulan. Siswa cenderung ingin langsung mengetahui rumus, cara, maupun jawaban dari sebuah permasalahan. Selain itu, calon guru masih kurang memahami tentang pendekatan saintifik dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dipunyai.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi implementasi pendekatan saintifik dalam PBM berupa aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA dengan mengelompokkannya dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM fisika. Penelitian akan dilaksanakan di satu SMA yang berada di daerah Yogyakarta dengan menggunakan satu kelas XI IPA dan satu guru fisika sebagai subjek penelitiannya. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan sebagai studi kasus Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta).


(20)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pendekatan saintifik diimplementasikan dalam PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta?

2. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta?

3. Bagaimana perbandingan teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta.

2. Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta.

3. Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa


(21)

 Siswa diharapkan akan lebih memiliki pemikiran ilmiah dalam PBM fisika.

 Siswa diharapkan mampu berpikir secara rasional, kritis, dan mempunyai rasa ingin tahu dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru

 Guru diharapkan lebih memahami dalam pengimplementasian pendekatan saintifik dalam PBM fisika.

 Guru diharapkan lebih bijaksana dalam pemilihan dan pengembangan metode pembelajaran yang selaras dengan pendekatan saintifik bagi siswa.

3. Bagi Sekolah

 Sekolah mendapatkan masukan untuk melihat betapa pentingnya pengimplementasian pendekatan saintifik dalam PBM secara tepat.

 Sekolah dapat memberdayakan lebih baik fungsinya sebagai tempat pendidikan dan pembinaan bagi siswa dalam hal pemikiran ilmiah.


(22)

5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian

Proses belajar mengajar (PBM) atau sering disebut proses pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata ajar yang memiliki arti petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan semua potensi yang ada, baik dari dalam diri siswa maupun yang dari luar diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2010: 26). Jadi, pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan proses menjadikan orang mau belajar dan berkompeten dalam belajar melalui berbagai pengalaman yang telah disusun sedemikian rupa.

2. Faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Belajar Mengajar

Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar di antaranya adalah guru, siswa, sarana, serta lingkungan. Berikut uraiannya menurut Wina Sanjaya (2010: 15 – 21) :

a. Faktor Guru

Keberhasilan suatu PBM tidak lepas dari peran seorang guru, disebabkan guru merupakan orang yang terlibat secara langsung dengan siswa. Dalam pembelajaran guru bisa berperan


(23)

sebagai perencana dan desainer pembelajaran yang dituangkan secara langsung di dalam RPP dan atau secara tidak langsung, atau implementator, atau bisa keduanya.

Guru sebagai implementator dari rencana dan desain pembelajaran yang telah dibuat, bukan hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian, efektivitas dan keberhasilan pembelajaran ada pada guru. Efektivitas dan keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah makhluk yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan tersebut mencakup seluruh aspek kepribadiannya, dengan tempo dan irama perkembangan pada anak berbeda-beda. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses pembelajaran, di samping karakteristik lain yang ada pada diri siswa.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial siswa, dan lain sebagainya; dan aspek sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.


(24)

Siswa memiliki aspek sifat yang berbeda-beda. Siswa yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan rendah akan menunjukkan hal-hal yang sebaliknya dari siswa yang berkemampuan tinggi. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda dalam pengelompokan siswa maupun perlakuan guru dalam menesuaikan gaya belajar. Demikian juga dengan tingkat kemampuan siswa, hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran. Selain itu, sikap dan penampilan siswa juga berpengaruh dalam proses pembelajaran. Sebab apa pun yang terjadi dalam proses pembelajaran, faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.

c. Faktor Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang secara langsung mendukung kelancaran proses pembelajaran, di antaranya adalah sumber belajar, media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Kelengkapan sarana akan membantu penyelanggaran proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Keuntungan bagi sekolah bila memiliki sarana yang lengkap adalah pertama dapat menumbuhkan gairah dan


(25)

motivasi guru mengajar, di mana mengajar dapat dilihat sebagai proses penyampaian materi pelajaran dengan tersedianya sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien, dan proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar dengan tersedianya sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang mendorong siswa untuk belajar; dan keuntungan kedua adalah dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belaja disebabkan setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajarnya masing-masing, misalnya siswa yang tipe visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan. Dengan demikian, sarana merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki dua hal yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.

Faktor organisasi kelas meliputi seluruh siswa dalam satu kelas, apabila organisasi kelas terlalu besar maka akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik karena akan memiliki beberapa kecenderung seperti di bawah ini:


(26)

1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit. 2) Kelompok belajar kurang mampu memanfaatkan

semua sumber daya yang ada, missal dalam penggunaan waktu diskusiakan semakin banyak sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa yang ada.

3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun karena perhatian guru akan semakin terpecah.

4) Perbedaan individu antar siswa akan semakin tampak sehingga akan sulit mencapai kesepakatan. Faktor lingkungan lainnya adalah faktor iklim sosial-psikologis yang juga mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor ini mempunyai arti keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, faktor ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Faktor iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan yang terlibat dalam lingkungan sekolah, missal antara siswa dengan siswa, giswa dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan pimpinan sekolah. Sedangkan secara eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, missal hubungan pihak sekolah dengan orang tua siswa. Ketika kedua faktor ini dapat


(27)

berjalan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga proses pembelajaran pun akan berjalan dengan baik. 3. Tahap atau Kegiatan dalam Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar memiliki tahap untuk tatanan praktisnya. Menurut Wina Sanjaya (2010: 174-178) terdapat tiga tahap dalam proses belajar mengajar, yaitu: tahap prainstruksional, tahap instruksional, dan tahap evaluasi. Berikut uraian dari ketiga tahap tersebut:

a. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahap di mana guru memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang umum dilaksanakan dalam tahap ini adalah:

1) Guru mengucapkan salam dan memimpin doa.

2) Guru meriview secara singkat materi pembelajaran sebelumnya sebagai pemantapan pemahaman bagi siswa dan mengkaitkannya dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari.

3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pembelajaran sebelumnya yang belum dipahami oleh siswa.

4) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai untuk materi pembelajaran yang akan dipelajari.


(28)

b. Tahap Instruksional

Tahap instruksional disebut juga tahap inti. Pelaksanaan tahap ini sangat tergantung pada strategi dan metode pembelajaran apa yang akan digunakan oleh guru.

c. Tahap Evaluasi

Tujuan dari tahap evaluasi adalah mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan pembelajaran dari materi yang dipelajari.

Kegiatan proses belajar mengajar terdiri dari 3 kegiatan (Daryanto, 2014 : 81), yaitu:

a. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal berisi tentang: 1) Motivasi

Guru memberi motivasi kepada siswa, sehingga siswa semangat dalam mengikuti PBM.

2) Apersepsi

Guru meriview materi sebelumnya dan mengkaitkannya dengan materi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan tujuan belajar

Guru menyampaikkan tujuan belajar sehingga siswa mengetahui yang ingin dicapai dari mempelajari materi pelajaran tersebut.


(29)

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti dapat dilakukan demonstrasi sederhana, tanya jawab, diskusi, melakukan percobaan/mencari informasi, menganalis data/informasi, membuat kesimpulan, serta mengkomunikasikan, contohnya dengan presentasi.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dalam PBM. Kegiatan penutup diisi dengan rangkuman dari PBM yang telah dilaksanakan dan dapat dilakukan cek pemahaman siswa secara singkat untuk materi yang baru saja dipelajari, serta siswa dapat diberi tugas lanjutan.

B. Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan ilmu yang sangat memerlukan pemahaman daripada hafalan. Fisika adalah ilmu yang pembelajarnya diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Menurut Suparno (2007: 2), belajar Fisika yang terpenting adalah:

1. Siswa yang belajar.

Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub bab proses belajar mengajar, maka siswa yang belajar adalah faktor siswa, di mana siswa merupakan pribadi yang harus aktif belajar, melakukan PBM fisika dengan prinsip-prinsip dan metode ilmiah yang memampukan siswa bersikap ilmiah, dan


(30)

siswa bukan objek pasif yang hanya menerima ceramah materi fisika yang disampaikan oleh guru. Siswa harus dihadapkan pada banyak hal yang menyangkut pada tindakan melakukan percobaan daripada hanya membaca buku, karena dengan mendapatkan pengalaman, siswa akan lebih memahami konsep fisika daripada siswa sekedar menerima pengetahuan fisika dengan membaca buku atau mendengarkan ceramah guru. Dengan menggunakan model doing science, maka hal tersebut dapat diwujudkan.

2. Guru yang mengajar.

Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub bab proses belajar mengajar, maka guru yang mengajar adalah faktor guru, di mana guru harus mampu menjadi siswa aktif belajar fisika dan memberikan ruang luas bagi siswa dalam melaksanakan PBM fisika dengan prinsip-prinsip dan metode ilmiah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru perlu mengasah dan meningkatkan beberapa hal di bawah ini:

a. Guru perlu mengerti tujuan pengajaran Fisika, sehingga guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan yang efektif dan efisien, seperti dengan mengerti tujuan umum pengajaran Fisika (mengerti dan menggunakan metode ilmiah, menguasai konsep, mengunakan sikap ilmiah, memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat, dan


(31)

kesadaran akan karir masa depan), kompetensi Fisika yang diharapkan dapat dikuasai siswa, dan tuntutan sekolah atau pemerintah dalam pengajaran Fisika.

b. Guru dapat mengorganisasi pengajaran Fisika, maksudnya adalah guru Fisika yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan, tahu cara mengajar bahan dengan sesuai dan tepat, memilih alat dan sarana yang sesuai dengaan pembelajaran, dan memilih evaluasi dan latihan yang akan diberikan pada siswa selama PBM. c. Guru perlu mengerti situasi siswa. Proses pembelajaran

akan mengena dan siswa akan senang, bila situasi siswa diperhatikan. Berikut beberapa situasi siswa: konsepsi awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tinkah laku, perkembangan kognitif, mode, dan situasi psikologis siswa, dan sebagainya. Guru perlu mengerti keadaan-keadaan tersebut sehingga dapat membantu pembelajaran secara lebih kontekstual.

d. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa. Guru yang dapat berkomunikasi dengan siswa akan mampu membangun suasana yang akrab, mampu memotiivasi siswa, menegur, dan menggerakkan siswa. Sehingga PBM akan berjalan dengan baik.


(32)

e. Guru menguasai berbagai metode. Oleh karena situasi siswa berbeda-beda, maka diperlukan keterampilan guru dalam memilih dan melaksanakan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat selama PBM. Hal tersebut akan membuat siswa menyukai Fisika yang diajarkan.

3. Bahan Pelajaran.

Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub bab proses belajar mengajar, maka bahan pelajaran/ materi pelajaran adalah faktor sarana, di mana bahan pelajaran tersebut dapat disampaikan melalui media pembelajaran dan melalui sumber-sumber pembelajaran yang akan dipilih guru. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan prisip Fisika, siswa harus mampu menginterpretasikan secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak mendua arti. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi konsep-konsep Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi penggunaan konsep-konsep untuk pemecahan soal Fisika yang berkaitan dengan konsep-konsep tersebut. Soal sebenarnya dapat dipermudah pemahamannya dengan mendeskripsikannya dalam berbagai cara, seperti menggunakan kata sederhana, gambar, diagram vektor, atau simbol-simbol matematik. Namun, siswa perlu mengetahui cara mana yang paling sesuai


(33)

untuk menggambarkan situasi soal yang dihadapi. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan Fisika tergantung pada seberapa efektif pengetahuan tersebut terorganisasi, karena fisika merupakan ilmu yang terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya abstrak. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang terorganisasi, di mana ada kaitan antara satu materi dengan materi lainnya yang ada pada materi pelajaran Fisika. Dalam pemecahan soal Fisika akan menjadi semakin mudah jika banyak tersedia informasi yang diperlukan. Penting sekali untuk diperhatikan bahwa pengetahuan Fisika yang terorganisasi secara efektif akan memudahkan dalam pemecahan soal-soal Fisika. Pada kenyataannya siswa pada umumnya cenderung mengelompokkan pengetahuan Fisika yang mereka peroleh menjadi bagian-bagian yang seolah-olah tidak saling berkaitan. Pemikiran tersebut perlu diubah, sehingga siswa secara utuh dapat memahami konsep-konsep fisika. Disinilah faktor guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, memotivasi siswa, serta menggunakan faktor sarana da faktor sosial-psikologi secara internal yaitu antara guru dengan siswa dipergunakan dengan baik dan tepat, sehingga faktor siswa akan mampu melaksanakan PBM fisika secra baik dan tepat pula.


(34)

4. Hubungan antara guru dan siswa.

Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub bab proses belajar mengajar, maka hubungan antara guru dan siswa termasuk faktor lingkungan pada bagian faktor sosial-psikologi secara internal, di mana terjalinnya hubungan yang akrab dan baik akan meningkatkan gairah dan motivasi belajar fisika siswa dan memacu siswa untuk lebih mandiri dalam belajar fisika selama PBM fisika berlangsung maupun di luar PBM. Oleh karena itu, hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman siswa adalah komunikasi di antara guru dan siswa. Pada kenyataannya, pengajaran klasikal dengan jumlah siswa yang banyak akan menimbulkan kesulitan bagi guru untuk membantu semua siswa secara merata dengan baik dalam belajar Fisika. Selain itu, siswa terkadang malu untuk bertanya ketika menemukan kesulitan dalam belajar.

C. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran 1. Pengertian Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki kata dasar dekat, dengan arti pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan menjelang. Sedangkan pendekatan memiliki arti proses, cara, dan perbuatan mendekati. Sedangkan untuk kata saintifik disebut juga ilmiah. Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan ilmiah yang


(35)

menggunakan proses berpikir ilmiah dan terwujud dalam metode ilmiah. Sehingga pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses atau cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar secara ilmiah (Daryanto, 2014: 55).

2. Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang menggunakan proses berpikir ilmiah. Ilmuwan dalam melakukan penelitian biasa menggunakan penalaran induktif daripada penalaran deduktif, dimana penalaran induktif adalah penalaran dari suatu fenomena khusus yang kemudian ditarik kesimpulan secara keseluruhan/ umum. Sedangkan penalaran deduktif adalah penalaran dari fenomena umum yang kemudian ditarik kesimpulan secara khusus. Penalaran induktif memerlukan bukti-bukti secara spesifik, seperti halnya dalam metode ilmiah. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena, gejala, masalah, maupun pengetahuan baru.

Jadi, pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode ilmiah. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik sama artinya menerapkan metode ilmiah, sehingga terbentuk pula sikap ilmiah pada diri siswa.


(36)

3. Prinsip Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Prinsip pendekatan saintifik (Daryanto, 2014: 58-59) diantaranya: a. Pembelajaran berpusat pada siswa.

b. Pembelajaran membantu siswa membentuk konsep pengetahuan siswa sendiri.

c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d. Pembelajaran memberi kesempatan bagi siswa untuk menggabungkan dan mengakomodasi konsep, prinsip, asas, dan sebagainya.

e. Pembelajaran mendorong adanya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

g. Pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

4. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah yang bercirikan dimensi: pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang kebenaran. Sehingga dalam pembelajarannya harus dipandu dengan kriteria ilmiah. Kriteria ilmiah tersebut sebagai berikut:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fenomena yang logis dan dapat dinalar, bukan sebuah khayalan, legenda, maupun mitos.


(37)

b. Proses pembelajaran terhindar dari sifat-sifat non ilmiah intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan coba-coba, dan asal berpikir kritis.

5. Langkah-langkah Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013, menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:

a. Pengamatan atau Observasi

Kegiatan mengamati yaitu guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan dan memahami bentuk keterlibatan siswa. b. Mengajukan Pertanyaan

Kegiatan mengajukan pertanyaan yaitu mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi yaitu aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/


(38)

kejadian/ aktivitas wawancara dengan narasumber dan lain sebagainya.

d. Mengolah Informasi atau Menalar atau Mengasosiasikan Kegiatan pembelajaran ini adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

e. Mengkomunikasikan

Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kelima pengalaman belajar pokok tersebut terlaksana dalam tahapan/ kegiatan pembelajaran, yaitu pada tahapan instruksional/ kegiatan inti dalam implementasi pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar.

D. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran Fisika

Implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Selain itu, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu hal yang terencana dengan matang dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002: 70). Menurut Guntur Setiawan (2004: 39) dalam bukunya yang berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses


(39)

interaksi antara tujuan dan ada tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana yaitu birokrasi yang efektif.

Dengan demikian, implementasi diartikan sebagai sebuah tindakan, pelaksanaan dan penerapan dari rencana yang disusun secara matang untuk mencapai suatu tujuan. Implementasi pendekatan saintifik artinya yang dilakukan dan diterapkan dalam PBM adalah pendekatan saintifik yang sebelumnya telah dirancang di dalam Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).

Dalam PBM terdapat tiga tahapan/ kegiatan pembelajaran secara umum yang juga diterapkan pada PBM Fisika. Ketiga tahapan/ kegiatan pembelajaran tersebut secara implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran memiliki tujuan masing-masing. Berikut uraiannya:

1. Tujuan utama tahap Prainstruksional/ kegiatan pendahuluan adalah menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa mengikuti PBM dengan baik melalui kegiatan awal pembelajaran dan memantapkan pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan materi baru yang akan dipelajari melaluai pemantapan pemahaman prasyarat.

2. Tujuan utama tahap Instruksional/ kegiatan inti adalah terkonstruksinya konsep, hukum, asas, prinsip oleh siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator dalam melakukan langkah-langkah pendekatan ilmiah, yaitu melalui kegiatan pengamatan/


(40)

observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/ menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

3. Tahap evaluasi/ kegiatan penutup memiliki dua tujuan utama, yaitu: validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikontruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa (Daryanto, 2014: 81).

Selain itu, PBM memiliki beberapa faktor yang mendukung keberhasilannya, yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, dan faktor lingkungan khususnya faktor sosial-psikologi secara internal. Keempat faktor itu sangat penting dan tidak mungkin dihilangkan dalam proses pembelajaran, sehingga dalam pengimplementasian pendekatan saintifik dalam PBM mata pelajaran Fisika keempat hal tersebut memiliki peran penting dan memiliki perannya masing-masing serta mempunyai kaitan satu dengan yang lain, dan dengan merumuskan peran-peran tersebut dari sub bab proses belajar mengajar, pembelajaran fisika dan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran, maka dapat dibuat rumusannya berupa aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa ke dalam bagian tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan pembelajaran fisika sesuai dengan tujuan implementasi pendekatan saintifik dalam tiap tahap/ kegiatan pembelajaran tersebut. Berikut uraiannya:


(41)

1. Tahap Prainstruksional/ kegiatan pendahuluan.

Tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan adalah tahap di mana guru memulai proses belajar mengajar yang mempunyai tujuan menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa mengikuti PBM dengan baik melalui kegiiatan awal pembelajaran dan memantapkan pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan materi baru yang akan dipelajari melalui pemantapan pemahaman prasyarat. Berikut uraiannya:

a. Kegiatan awal pembelajaran, aktivitas-aktivitas belajar sebagai berikut:

1) guru memotivasi siswa dengan memberi dorongan semangat/ kritik/ saran.

2) guru memberi tahu kompetensi apa saja yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut.

3) guru menyapa siswa dengan ramah.

4) guru melihat kesiapan siswa dalam PBM dan guru mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk pembelajaran pada hari tersebut. b. Pemantapan pemahaman prasyarat, aktivitas-aktivitas

belajar sebagai berikut:

1) guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi sebelumnya.


(42)

2) guru meriview materi sebelumnya sebagai pemantapan pemahaman bagi siswa dan mengkaitkannya dengan materi yang akan dipelajari.

2. Tahap Instruksional/ kegiatan inti.

Tahap instruksional disebut juga kegiatan inti. Pada pendekatan saintifik, pembelajaran berpusat pada siswa, di mana siswa yang aktif dan guru menjadi fasilitator, dan menerapkan kaidah-kaidah ilmiah berupa langkah metode ilmiah yang dilakukan dengan kegiatan pengamatan/ observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/ menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Dengan melakukan langkah metode ilmiah tersebut ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum, asas, prinsip oleh siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator dalam melakukan langkah-langkah ilmiah. Berikut uraiannya:

a. Pengamatan atau observasi. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:

1) penyediaan objek observasi oleh guru dan objek tersebut sesuai dengan materi yang dibahas saat PBM tersebut.

2) siswa dengan aktif melakukan observasi dengan memanfaatkan panca indra yang dimiliki.


(43)

3) guru dan siswa menyepakati dan menentukan cara dan prosedur pangamatan.

4) guru mengetahui posisinya beserta posisi siswa dalam observasi.

b. Mengajukan pertanyaan. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:

1) siswa aktif bertanya dan mengajukan pendapat. 2) guru bertanya dengan kualitas pertanyaan yang

baik dan tepat untuk membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik dan membentuk interaksi yang baik antara guru dan siswa.

3) guru menjawab pertanyaan siswa untuk mendorong siswa menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

4) guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.

5) guru memberi waktu kepada siswa beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan itu.

c. Mengumpulkan informasi. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:


(44)

1) siswa aktif dalam mengumpulkan informasi dapat dari berbagai sumber dan berbagai cara. 2) guru menampung semua pendapat siswa dan

membimbingnya untuk mendapatkan informasi yang tepat.

3) siswa mencatat fenomena yang terjadi dengan baik dan tepat.

d. Mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:

1) siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan.

2) siswa menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya.

3) guru mengetahui posisinya beserta siswa dalam kegiatan mengelola informasi.

4) siswa menarik kesimpulan dari kegiatan observasi sampai mengolah informasi.

e. Mengkomunikasikan. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:

1) siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari dan mengelola informasi.


(45)

2) siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

3) guru dan siswa menanggapi kesimpulan/ jawaban yang diberikan siswa.

3. Tahap evaluasi/ kegiatan penutup.

Tahap evaluasi/ kegiatan penutup memiliki dua tujuan utama, yaitu: validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikontruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:

a. Validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikontruksi siswa, aktivitas belajarnya antara lain:

1) guru dan atau siswa memberikan rangkuman dan atau refleksi dari PBM yang telah dilaksanakan. 2) guru melakukan cek pemahaman siswa, dengan

memberi latihan soal atau sekedar pertanyaan yang mampu dijawab tanpa perlu ditulis.

3) siswa menjawab soal-soal tersebut menggunakan pemahaman yang telah siswa dapatkan.

b. Pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa, aktivitas belajarnya antara lain:

1) guru memberikan tugas lanjutan pada hari tersebut.


(46)

2) rencana pemberian ulangan pada pertemuan berikutnya.

Aktivitas-aktivitas belajar pada tiap tahapan/ kegiatan pembelajaran di atas merupakan tolok ukur/ dasar pandangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran fisika.

E. Kaitan Teori dan Permasalahan

Kaitan teori tahapan/ kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas belajar yang terjadi pada tiap tahapannya, merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang permasalahan implementasi pendekatan saintifik dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian.

Penelitian ini merupkan studi kasus yang ingin mengetahui bagaimanakah implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada mata pelajaran Fisika kelas XI IPA di satu SMA Yogyakarta. Kaitan antara teori dengan permasalahan akan mempermudah dalam proses menganalisis data hingga kesimpulan penelitian ini.


(47)

30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini secara berurutan dijelaskan tentang desain penelitian, subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen, pengumpulan data, metode analisis yang digunakan, dan waktu penelitian.

A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan secara kualitatif. Menurut Suparno (2010: 153), kualitatif mempunyai seting alamiah sebagai sumber langsung data. Penelitian dilaksanakan tanpa ada ikut campur dari peneliti. Peneliti menjadi pengamat selama proses penelitian terjadi. Peneliti melihat dan memahami keadaan dengan tema tertentu.

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan dengan subjek penelitian adalah guru fisika dan siswa di kelas XI IPA 1 SMA X dengan jumlah 26 orang. Berikut perincian jumlah siswa di SMA tersebut:

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian SMA X

Guru Fisika Siswa Kelas XI IPA 1 Jumlah

1 26 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : SMA X Yogyakarta 2. Waktu : Maret - Mei 2015


(48)

D. Instrumen

Instrumen adalah alat pengumpulan data sebagai sarana untuk mendapatkan data yang diperlukan. Instrumen yang digunakan berupa instument observasi, wawancara, dan diperkuat dengan fieldnotes selama observasi dilaksanakan. Instrumen observasi berupa poin-poin pernyataan yang disusun dengan memperhatikan dasar teori yang ada yang mempunyai hubungan dengan hal yang diteliti. Instrumen ini digunakan selama observasi video yang diambil dari PBM yang berlangsung. Instrumen wawancara berupa poin-poin pertanyaan yang disusun dengan memperhatikan dasar teori yang ada dan fakta di lapangan yang mempunyai hubungan dengan hal yang diteliti. Instrumen ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk guru dan siswa. Berikut rincian penjelasan tentang instrumen observasi dan wawancara:

1. Instrumen Observasi

Observasi merupakan salah satu alat pengambilan data dalam melakukan penelitian. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang akan diambil berupa kondisi, tingkah laku, dan hasil kerja responden dalam situasi alami (Sukardi, 2003: 78-79). Instrumen observasi disusun sesuai dengan landasan teori yang digunakan di dalam BAB II.

Implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA dirumuskan dari 3 tahapan/ kegiatan pembelajaran dengan aktivitas-aktivitas


(49)

belajarnya. Rumusan tersebut menjadi dasar penyusunan instrumen observasi yang akan digunakan untuk mendapatkan data tulisan dari pengtranskipan data observasi video. Oleh sebab itu, instrumen yang disusun tersebut validitasnya dapat dikatakan terpenuhi.

Berikut merupakan kisi-kisi instrumen observasi penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Penelitian tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA

Faktor Sub Faktor

Tahapan –tahapan / Kegiatan

Pembelajaran Fisika

a. Tahap Prainstruksional/ Kegiatan Pendahuluan, meliputi:

 kegiatan awal pembelajaran

 pemantapan pemahaman prasyarat

b. Tahap Instruksional/ Kegiatan Inti, meliputi:

 pengamatan/ observasi  mengajukan pertanyaan  mengumpulkan

informasi

 mengolah informasi/ menalar/ mengasosiasi  mengkomunikasikan


(50)

Faktor Sub Faktor

c. Tahap Evaluasi/ Kegiatan Penutup, meliputi:

 validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikontruksi siswa

 pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa

2. Instrumen Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data penelitian dengan bertatap muka secara langsung dengan respoden yang diteliti. Peneliti menanyakan hal-hal yang telah dirancang untuk ditanyakan pada responden. Hasil wawancara dicatat sebagai informasi yang penting sebagai data penelitian (Sukardi, 2003: 79). Instrumen wawancara disusun sesuai dengan landasan teori di dalam bab II. Sehingga instrumen wawancara dapat dikatakan terpenuhi validasinya.

Narasumber untuk wawancara penelitian adalah guru fisika dan beberapa siswa kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta.

Kisi-kisi instrumen wawancara untuk memperkuat data observasi sama dengan kisi-kisi instrumen observasi. Berikut merupakan daftar pertanyaan untuk instrumen wawancara untuk penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA:


(51)

Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan untuk Instrumen Wawancara Penelitian tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA

Narasumber Daftar Pertanyaan

a. Guru 1) Bagaimana alur penyampaian materi ajarnya?

2) Bagaimana keterlibatan anda dalam PBM?

3) Seberapa besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas? Dan seperti apa keterlibatan siswa tersebut?

4) Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan pokok yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Apakah anda menerapkan pendekatan saintifik dalam ketiga kegiatan pokok tersebut selama PBM?

5) Dari ketiga kegiatan tersebut, mana yang paling mendukung belajar siswa selama PBM, mengapa?

6) Apakah anda menyiapkan media objek untuk diamati siswa?

7) Apakah anda sering memberikan pertanyaan untuk menggugah keingintahuan siswa tentang materi ajar?

8) Apakah anda mengadakan praktikum untuk beberapa materi yang anda ajarkan dan seberpa sering diadakan? 9) Apakah anda mengadakan

demonstrasi sederhana/penggunaan video/diskusi kelompok untuk materi yang anda ajarkan dan seberpa sering diadakan?

10) Metode belajar seperti apa yang anda pilih? Mengapa?


(52)

Narasumber Daftar Pertanyaan

gunakan untuk memacu keaktifan siswa dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bertindak secara ilmiah pada siswa?

12) Apa pendapat anda tentang pendekatan saintifik adalah hal yang lumrah dalam mata pelajaran fisika dikarenakan fisika berbasis pada metode ilmiah?

b. Siswa 1) Apakah guru menyajikan media obyek untuk diobservasi?

2) Apakah ketika kalian melakukan praktikum atau observasi kalian diberikan panduan atau arahan dalam melakukan eksperimen?

3) Apakah guru sering bertanya tentang materi selama PBM belangsung? 4) Apakah kalian sering bertanya tentang

materi selama PBM belangsung? 5) Bagaimana cara guru menjawab

pertanyaan kalian?

6) Apakah kalian melakukan persiapan sebelum pelajaran fisika?

7) Bagaimana cara mengajar guru selama PBM?

8) Apakah kalian sering melakukan praktikum?

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif, dimana data dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang, tulisan, dan benda yang dikumpulkan peneliti untuk dapat menjelaskan persoalan yang sedang didalami (Suparno, 2010:117).


(53)

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi melalui video menggunakan alat bantu handycam sambil membuat fieldnote selama 3 kali PBM Fisika. Selain itu, data diperkuat dengan wawancara guru sebanyak 2 kali, yaitu sekali sebelum pengambilan data observasi dan sekali sesudah pengambilan data observasi, serta wawancara siswa yang dilaksanakan 1 kali sesudah pemngambilan data observasi, ketiga wawancara tersebut dilaksanakan di luar PBM Fisika. Sebelum semua kegiatan pengambilan data tersebut, sudah dilaksanakan kegiatan observasi awal sebagai kegiatan pengenalan terhadap situasi dan lingkungan tempat penelitian.

F. Metode Analisis yang Digunakan

Untuk menganalisis data dari penelitian ini, peneliti menggunakan dua tahap analisis data kualitatif, yaitu analisis dalam lapangan dan analisis sesudah pengumpulan data. Analisis dalam lapangan ini adalah tahap saat melakukan observasi penelitian di lapangan. Analisis ini lebih pada apa yang diamati peneliti dan lebih pada pemilahan hal-hal penting bagi penelitian. Sedangkan pada tahap analisis sesudah pengumpulan data terdapat beberapa tahap yang harus dikerjakan yaitu membuat transkrip data, kategorisasi coding, dan mekanika mengerjakan data. Selain itu, metode analisis komperasi juga digunakan untuk membandingkan antara teori dengan realitas tentang implementasi pendekatan saintifik dalam


(54)

PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA yang terjadi di SMA X Yogyakarta.

Analisis pada data observasi dan wawancara dengan tahapan sebagai berikut, beserta informasi yang telah dicatat (fieldnotes). Berikut proses analisis yang akan dilaksanakan:

1. Mengambil data observasi dan wawancara.

2. Mentranskip data video dan rekaman suara secara umum ke dalam data tulisan.

3. Dengan panduan kisi-kisi instrumen observasi dan wawancara, maka transkip data dari video dan rekaman suara yang telah berupa tulisan dipilah-pilah pada sub faktor dan faktor yang tepat, dengan mencari kata-kata kunci yang sesuai dengan kisi-kisi.

4. Setelah mengelompokkan ke dalam sub faktor dan faktor, lalu dianalisis informasi yang didapat.

5. Menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

Kemudian, analisis untuk membandingkan teori dengan realitas tentang implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA di satu SMA Yogyakarta. Untuk membandingkan teori dengan realitas tentang implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA di SMA X Yogyakarta, maka dilakukan pembandingan antara teori dengan


(55)

hasil data yang telah diperoleh dari observasi dan wawancara. Perbandingan hasil implementasi tersebut dituliskan dalam bentuk tabel dan uraian.

Tabel 3.4 Tabel Analisis Perbandingan Teori dengan Realitas tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Tahapan-tahapan/ Kegiatan-kegiatan PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA di SMA X Yogyakarta

Sub Faktor Teori Realitas

1. Tahap

Prainstruksional/

Kegiatan Pendahuluan, meliputi:

2. Tahapan

Instruksional/ Kegiatan Inti, meliputi:

3. Tahapan Evaluasi/ Kegiatan Akhir, meliputi:

G. Waktu Penelitian

Berikut merupakan penjadwalan waktu penelitian implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA:


(56)

Tabel 3.5 Kegiatan Penelitian di SMA X

No. Tanggal Kegiatan Rincian Kegiatan 1. April 2015

Observasi pendahuluan I di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM

2. April 2015

Observasi pendahuluan II di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM

3. April 2015 Pengambilan data wawancara awal dengan guru.

4. April 2015

Pengambilan data I: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

5. April 2015

Pengambilan data II: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

6. Mei 2015

Pengambilan data III: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.

7. Mei 2015 Pengambilan data wawancara konfirmasi dengan guru.

8. Mei 2015 Pengambilan data wawancara dengan siswa.


(57)

40

BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Data

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta, yaitu SMA X Yogyakarta. Materi pembelajarannya adalah Fluida dan Teori Kinetik Gas. Subjek penelitian ini adalah guru Fisika dan siswa kelas XI IPA 1, sedangkan objeknya adalah implementasi pendekatan saintifik yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran fisika.

Penelitian dilakukan di satu sekolah, satu guru Fisika, dan satu kelas XI IPA, supaya penelitian ini fokus dalam mengetahui implementasi pendekatan saintifik yang dilakukan guru dan siswa pada PBM Fisika.

Sebelum pengambilan data penelitian melalui observasi dan wawancara, peneliti melakukan observasi awal sebanyak 2 kali pada bulan April 2015. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui situasi kelas selama PBM Fisika berlangsung dan membiasakan siswa dengan keberadaan peneliti di dalam kelas.

Pelaksanaan penelitian untuk mengambil data observasi video dilakukan pada tanggal 03 Mei 2015, 08 Mei 2015, dan 11 Mei 2015. Sedangkan untuk data wawancara guru dilakukan pada tanggal 21 April 2015 dan 23 Mei 2015, serta data wawancara siswa pada tanggal 19 Mei 2015. Penelitian pengambilan


(58)

data observasi dilaksanakan di dalam lab pada observasi pertama dan di dalam kelas XII IPS 3 pada observasi kedua dan ketiga. Wawancara dilakukan di luar kelas, yaitu wawancara guru dilakukan di ruang tamu sekolah dan wawancara siswa dilakukan di ruang tamu asrama putri. Wawancara tersebut telah dilakukan peneliti dan direkam dalam bentuk video dan rekaman suara. Sementara, fieldnotes dikumpulkan selama kegiatan penelitian berlangsung.

Setelah proses pengambilan data melalui observasi yang didokumentasikan melalui video, peneliti memutar rekaman video berulang-ulang kali untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik yang dilakukan oleh guru dan siswa selama PBM Fisika berlangsung dan menemukan bentuk-bentuknya, lalu mentranskipnya. Peneliti mentranskip data wawancara yang telah didapatkan dengan memutarnya berulang-ulang dan menuliskannya dengan kata-kata yang sama dengan yang dikatakan selama proses wawancara berlangsung.

2. Data Penelitian

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pengambilan data video dan wawancara dalam PBM Fisika yang berlangsung, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Data Penelitian

Data video PBM dan wawancara guru, serta wawancara siswa dipaparkan dalam tabel di bawah ini :


(59)

Tabel 4.1 Kegiatan yang Diobservasi/ Direkam

Kegiatan yang Diobservasi/ Direkam 1. Tahap Prainstruksional/

Kegiatan Pendahhuluan

a. Kegiatan Awal Pembelajaran b. Pemantapan Pemahaman Prasyarat 2. Tahap Instruksional/ Kegiatan

Inti

a. Pengamatan atau Observasi b. Mengajukan Pertanyaan c. Mengumpulkan Informasi

d. Mengasosiasikan atau Mengolah Informasi atau Menalar

e. Mengkomunikasikan 3. Tahap Evaluasi/ Kegiatan

Penutup

a. Validasi Konsep, Hukum, Asas, Prinsip yang Telah Dikontruksi Siswa b. Pengayaan Materi Pelajaran yang Telah Dipelajari Siswa

Guru Fisika yang dijadikan subjek dalam penelitian ini merupakan guru yang telah berpengalaman mengajar selama 22 tahun dan sudah selama 5 tahun mengajar di SMA X Yogyakarta, serta siswa-siswa merupakan siswa yang telah 2 tahun mendapatkan pelajaran Fisika.

b. Transkipsi

Pembuatan transkipsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan mengamati rekaman video PBM Fisika dan rekaman wawancara guru serta wawancara siswa. Peneliti mengamati aktivitas dan tutur kata guru dan siswa yang merupakan bentuk-bentuk implementasi pendekatan saintifik dalam PBM Fisika. Kemudian video observasi dan wawancara tersebut disalin dalam bentuk tulisan.


(60)

B. Analisis dan Pembahasan

Seperti yang terumuskan dalam BAB 2, implementasi pendekatan saintifik dalam PBM Fisika oleh guru dan siswa dilaksanakan dalam 3 tahapan/ kegiatan pembelajaran, yaitu: Tahap Prainstruksional/ Kegiatan Pendahuluan, Tahap Instruksional/ Kegiatan Inti, dan Tahap Evaluasi/ Kegiatan Penutup.

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana seorang guru melakukan implementasi pendekatan saintifik dan mengarahkan siswa untuk melakukan implementasi pendekatan saintifik tersebut dalam PBM Fisika. Penelitian ini tidak memuat penilaian implementasi pendekatan saintifik dari seorang guru dan para siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas belajar yang menunjukkan implementasi pendekatan saintifik dalam PBM Fisika dan membandingkannya antara teori dengan praktek di lapangan.

Keterangan yang perlu dipahami, sebagai berikut: G = Guru, P = Peneliti, S = Siswa, S1 = Siswa 1, dan S2 = Siswa 2.

Uraian analisis dan pembahasan untuk implementasi pendekatan saintifik dalam PBM fisika pada tiap tahapan/ kegiatan pembelajarannya, di mana pengalaman khusus/ pokok tentang pendekatan saintifik ada di tahap instruksional/ kegiatan inti, sebagai berikut:


(61)

1. Tahap Prainstruksional/ Kegiatan Pendahuluan a. Kegiatan Awal Pembelajaran

Seorang guru pada umumnya dituntut harus mampu membuat suasana awal pembelajaran yang kondusif melalui kegiatan awal pembelajaran dengan harapan PBM berjalan dengan efektif. Dalam implementasi pendekatan saintifik hal tersebut dapat dilaksanakan oleh guru, dengan cara melaksanakan aktivitas belajar yang memotivasi siswa dengan memberi dorongan semangat/ kritik/ saran, bisa juga dengan memberi tahu kompetensi apa saja yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan guru adalah menyapa siswa dengan ramah, melihat kesiapan siswa dalam PBM, serta guru mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk pembelajaran pada hari tersebut.

Selama observasi, guru menunjukkan murah senyum dan nada suaranya halus, serta sapaan yang ramah. Guru mempersiapkan perlengkapan untuk pembelajaran. Seperti dalam rekap video pada pertemuan pertama (Lampiran 3):

Guru telah menyediakan alat dan bahan eksperimen. Lalu Guru mengambil kertas dari atas meja yang ada di depan lalu berdiri di depan kelas sambil menjelaskan aktivitas PBM hari ini.

G : Hari ini kita akan eksperimen. Jarum yang dimasukkan ke dalam air apakah terapung atau tenggelam. Silahkan anda baca. Sampai nanti membuat laporan.


(62)

a.

b.

Gambar 4.1.a Peralatan Eksperimen yang telah disediakan oleh guru, b. Guru menjelaskan apa yang

akan dilakukan dalam eksperimen secara singkat.

Dalam rekap video pada pertemuan kedua, guru menunjukkan tindakan menunggu kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran. Guru masuk ke ruang kelas XII IPS 3 pukul 10:25 WIB dan siswa baru beberapa yang masuk karena baru selesai istirahat, dan PBM dimulai pukul 10:30 WIB. Selama 5 menit tersebut guru mempersiapkan perlengkapan PBM. Berikut rekap video pertemuan kedua (Lampiran 3):


(1)

kelas 1, 2, ya itu. Kadang-kadang pendekatan yang saya terapkan tidak dibutuhkan kadang ya juga melihat situasi kelas. Misalkan saja kelasnya rame, mungkin ya sudah lain. Yakin. Benar tho ya? ketika anak rame suasananya kan jadi lain, yakin. Mesti berubah situasinya. (kereta lewat). Untuk membuat suasana tenang itu butuh waktu setengah jam. Kemudian saya juga mengalami adalah apa guyon seperti teman-teman. Ya intinya fisika itu kadang-kadang sulit ya. Pernah merasakan to? Otak kita kadang sulit untuk diajak berpikir logis, kadang kalo gak logis (guyon) - saya gak, hanya membuang-buang waktu. Kadang-kadang gitu e. Wah eman-eman waktune. Kita yang biasa diajak untuk berpikiran di fisika kayak gitu. Anak untuk misalkan logika saya selesai, anak belum. Hanya kadang-kadang lama sekali. Merasakan to ya? Gitu mbak.

P :iya kalo dalam segi penggunakaan buku ajar, itu kan dari bumi aksara. Nah kenapa bapak memilih buku tersebut? pertimbangannya itu seperti apa?

G :oh ya, kita memilih itu kan harus sesuai dengan kemampuan anak. dari banyak buku, bumi aksara paling mudah. Kalau kita pelajari dari buku erlangga, dari buku erlangga itu sulit-sulit. Tingkat kesulitannya tinggi. Soalnya variasinya tinggi. Dan sekarang kadang-kadang kepikiran yang sederhana saja sulit, apalagi yang sulit. Kalu anda belajar dari buku erlangga, erlangga itu sudah bagus betul, tetapi bagi ukuran sekolah mana dulu. Diakan mencantumkan soal lama ujian, kadang soal olimpiade. UN dengan olimpiade kan rentangnya jauh sekali. Soal UN itu soalnya sederhana. Bahkan penggunaan buku itu adalah diukur dengan ya kemampuan anak. Mengapa sekolah-sekolah, sebenarnya kalau hanya satu buku maaf ya tidak ada ilmu baru. Satu buku. oh ya, pasti ada kelebihan dan kekurangan. Pasti ada. Cuma kadang-kadang guru menggunakan, oh ini sederhana.

P :dan penggunaan buku ajar sudah lama belum pak?

G :kalo dari bumi aksara sudah dari dulu. Cuma ada perubahan-perubahan. He’e. Dulu 2010 kalau gak salah, tapi dulu kan bumi aksara A dan B, sama, Cuma kalau yang dulu soal UN ga pernah dicantumkan, Cuma sekarang dicantumkan. Tetapi sebenarnya semua buku yang beda kan hanya latihan soal, gambar, teorinya ya konsepnya sama. Sebenernya buku fisika menggunakan apa saja gak masalah.

P :disesuaikan dengan kondisi siswanya?

G :betul. Kalau saya ambil soal latihan itu yang sederhana. Kalo di gramed itu banyak buku pilihan ya? Uh banyak sekali buku fisika disana, ah kadang-kadang bedanya disitu. Kan kalo, maaf yo mbak yo saya juga ngeles. Anak itu kalau dapat fisika senang, kemudian mengapa kalau anak les kadang-kadang mengatakan kalau fisika itu mudah ya? Kenapa? Karena dia semangat. Lain dengan di kelas. Loh begitu menariknya karana apa dia punya semangat untuk belajar fisika. Tetapi ketika di kelas harus belajar fisika, ya menjadi sulit. Beda ya? Karena ada kemauan dari anak. menyenangkan to? Artinya anak, dia keinginannya tinggi. Ketika tidak belajar ini ya menjadi beban yang sangat sulit. Saya


(2)

mengamati, maaf, untuk pelajaran akademik itu tidak begitu beban, tetapi untuk kegiatan lain anak lebih mengandalkan itu apalagi hari jumat, pelajaran fisika itu anak sudah sibuk memikirkan kegiatan. Betul. Sudah sibuk dengan kegiatan, dan anak-anak rata-rata takut dengan kegiatan ekstra. Saya heran. Kenapa? Karena dia kalau melanggar dihukum, disuruh push up dan sebagainya. Mungkin loh yo, tapi kalau pelajaran pagi kan ya gak mungkin. Maka kalau buku mengapa buku yang digunakan adalah bumi aksara, adalah ya karena apa ya kita sesuaikan dengan kemampuan anak. Kalau saya yo buku erlangga yo punya, buku yudhistira yo punya. Tapi kadang-kadang buku di perpus itu bervariasi. Teorinya sama cuman latian soalnya yang beda. Cuma itu kan yang membedakan. Kelebihan dari buku erlangga itu dari soal yang mudah sampai soal yang sulit. Anak juga diajak berpikir dari yang sederhana ke yang sulit. Akan lebih baik jika anak mengerjakannya di rumah. Tetapi jika pak guru hanya mengajar fisika bernoulli, tak beri rumus ini, latihan soal 1 atau 2 selesai. Anak tidak mencoba sendiri yang lain. Ya mandek. Beda dengan mahasiswa, dulu jika dosen seperti itu, hal ini sudah dikeluarkan, gak mungkin ujian itu keluar. Loh iyo to? Gak mungkin, mesti harus mengerjakan soal yang lain. Bedanya kan disitu. Anak SMA lain juga kadang-kadang mengerjakan ini, ini dari sekolah sudah dikeluarkan mintanya yang lain. Lha bedanya disitu. Kalau kita kan tidak. Apalagi ya XI IPA 1, IPA 2 soalnya mintanya yang persis plek, angkanya pun persis sama gak mau dirubah. Saya sampai, maaf, berat sekali ya nak ya, saya beri 12 soal, besoknya saya keluarkan 5, hanya saya rubah angkanya, sudah mengeluh kok. Loh kalau di fisika kan variasinya kan banyak ya, dari 12 soal sudah dibahas, sudah dikerjakan, dikeluarkan 5, pak guru hanya merubah angka, angka sebenernya sudah gak fisika lagi sebenernya hanya bermain angka, itu saja sudah murung. Maka kalau buku itu, sesuai dengan kemampuan anak.dengan kondisi anak.

P : berarti siswanya itu lebih pada menerapkan rumus ya pak ya? Daripada konsep?

G :ho’o betul. Bukan konsep berarti, kan saya mengamati ya, anak itu, beberapa anak tapi ya gak semua, penjabaran itu ya kadang anak mengeluh. Penjabaran kadang itu gak penting yang penting rumus yang terakhir yang di kotak’i.

P :hahahahhaha

G :pak guru itu kan ada gambar tak gambarke, kemudian tak jabarke, kemudian rumus terakhir kan tak kotak, anak itu mintanya yang dikotak. Nah kalau mintanya gak dikotak, saya yakin gak bisa mengerjakan soal variasi. Anak bisa mengerjakan soal yang diketahuinya persis plek gtu.

G : yang penting ditulis dipapan tulis, nah itu yang salah. Sebenarnya setiap langkah itu akan menjadi apatis, tapi anak, pak guru selesai dia juga selesai menulis. Karena apa penjabaran tu kadang-kadang bisa salah kita. Lohhh bisa salah lo ya? bisa salah..kok gak ketemu di akhir, ohh ada yang salah. Ketika di soroti bareng-bareng dengan anak tu enak. Ketika GLBB bisa menghasilkan rumus (vt) kuadrat sama dengan (vo) kuadrat plus minus


(3)

dua a s. Kan saya jabarkan dari gambar, anak nggak mau yang ditulis hanya rumus yang paling akhir. Dan mesti saya sudah berpikiran kalo yang ditulis rumus akhir mesti mandek untuk soal yang bervariasi. Dikelas tiga anak terpaksa menghafalkan rumus, mengapa? Karena apa? rumus yang sederhana saja tidak apal, logikanya kalau sudah kelas tiga rumus tu ya sudah menjadi hapal dari rumus kelas 1 dan kelas 2. Apal rumus belum tentu bisa memasukkan. Lo kan gitu,,fisika itu apal rumus belum tentu bisa memasukkan. Misalnya vt kuadrat sama dengan vo kuadrat plus dua a s, yang a yang mana? Sudah menjadi masalah lagi makanya saya menyadari. Rata-rata saya, sebagai anak SMA, mengapa dulu kok memandang seperti ini tidak bisa, pak guru kan 10 tahun hanya mempelajari itu terus angkanya sampe apal yo. Lo iya apalagi,,,bahkan membuat soal, kalau membuat soal fisika ngawur tu kadang-kadang nggak layak, ...itungannya betul tapi kan kadang-kadang tidak layak. Maka anak itu ya proses itu lebih penting menurut saya, daripada menulis rumus yang akhir. Tapi anak kan kalau saat ini sulit untuk memahami ooo proses itu lebih penting, yang penting paham, catat rumus yang dikotak dibawah. Beda dengan mahasiswa, mahasiswa itu adalah buktikan yo to kok isa rumus seperti ini yo to?,,ada pembuktian. Kalo disini caranya yo rumus ketemu ini dijabarkan dulu bagaimana kalau mahasiswa tidak kok bisa ketemu ini silahkan buktikan kan gituu. Sama too?(bertanya kepada P, P menanggapi dengan

tersenyum) disuruh membuktikan maka buku-buku perGan tinggi itu ya

pendek-pendek banget ya rumus-rumus itu wong disuruh membuktikan dewe. Ujian kan ngitungnya kan buktikan waktu saya dulu kalau sudah buktikan tu ya ...(jeda)

P : Kira-kira kegiatan bapak, untuk mengaktifkan siswa bagaimana caranya bapak ?

G : Cara mengaktifkan siswa itu ya ketika anak tidak apatis sulit betul tetapi ketika anak memang punya keinginan untuk maju itu lebih enak.

P :Lalu bagaimana cara bapak untuk mengaktifkan siswa?

G : loh kita liat bagaimana mengaktifkan kan situasional menurut saya lo ya, tidak bisa misalkan harus menjadi sama semua caranya. Topiknya tadi seperti apakah anak-anak ini. Kalo anak sudah bagus ya sudah , gak perlu dituntut yang lain. Tetapi menjadi ketika anak sudah mulai apatis sudah mulai jenuh atau anak nah,,,, ya,,, diberi semangat. Mengaktifkan itu menurut saya gini ya liat kondisi kemudian kalo anak biarkan anak mau belajar fisika ya harus di paksa,jujur,,,harus dipaksa. Anak kalau tidak dipaksa untuk belajar maaf ya nanti gak mau belajar saya tu sampe jelek. Fisika tu ulangan paling sering harapannya ya satu memaksa anak untuk mau belajar. Nah itulah karena apa ketika tidak pernah ulangan yo yakin anak tu ya gak belajar. Karena apa? konsennya guru dengan anak beda kalo anak itu yang di kejar adalah nilai baik. Sebenarnya kalo guru kan yang penting dikuasai dengan baik, maka biar bisa terpake itu adalah anak dipaksa untuk belajar, caranya memaksa belajar mau tidak mau apa ya dengan ulangan sesering mungkin. Kalo saya lebih baik ulangan ato yang kedua pak guru juga menghormati tugas anak, artinya apa ada tugas ya kita hormati. Ketika tugas tidak pernah dihormati atau tidak pernah dinilai


(4)

yakinnnn,,,tidak bakal dikerjakan anak. Kadang malah menjadi...ketika mengerjakan apapun ya harus dihormati, bahkan harus dinilai anak yang majupun saya beri nilai tetapi lama kelamaan gak praktis. Karena yang mau maju itu ya anak-anak yang pintar, ya hanya itu-itu saja. Dulu pernah saya lakukan tipe eee model itu anak yang maju saya nilai tapi itu saya beri kesepakatan awal, anak yang maju saya hormati saya beri nilai benar saya beri nilai 100, banyak cara,,, tapi ya mau tidak mau ya dipaksa untuk belajar. Sebenarnya yang paling bagus adalah menggugah anak supaya mau belajar kan ada bagaimana anak mau belajar. Kadang-kadang kalo istilahnya dipaksa untuk belajar itu jelek, anak diberi diajak untuk ulangan itu kan sebenernya ya dipaksa kalo untuk belajar. Gak mungkin besok pagi ulangan kok anak gak mau belajar, sama aja bunuh diri ya to. Loh,,malu jujur saja mesti malu, maka kalo pak ada teman ya mungkin anak itu mau belajar tapi bagaimana caranya mau belajar ya dipaksa dengan adanya ulangan, harus itu kalo saya. Karena apa, anak kalo tidak seperti itu ya yakin buku fisika itu ya gak mau dibuka dan yang kedua adalah begini, kadang-kadang dengan adanya ulangan ini anak mesti yakin mesti mau belajar,yakin. Bahkan saya kadang-kadang kalo ulangan tu saya, kadang kan saya buat beda artinya apa IPA satu dan IPA 2, harapannya,,,,pernah saya keluarkan anak tu sebenarnya kalo setelah IPA 2 sudah ulangan IPA1 belum harapan bapak, IPA1 mau bertanya di IPA2 kalo itu langsung bertanya bukan mendapat bocoran tapi adalah oo materinya sama Cuma angkanya beda. Logikanya anak yang ulangan terakhir kan lebih baik, wong ceto sebelah-sebelahan gini lo kok gak tanya materinya sama yakin hanya berbeda angka. Kan anak harusnya enak sekali oo ternyata beda karena beda atau mungkin dia tanya kelas sebelah ya dipaksa untuk belajar. Anda pun belajar karena apa karena dipaksa untuk lulus, ya gak?yakin,,saya juga dulu waktu kuliah la kenapa belajar karena ditarget harus lulus 3 tahun karena saya D3 waktu itu, maka kalo gak lulus kuliahnya di gunung merapi, dulu kan di kelud dekat kayat itu sekarang kan digunung merapi. Wah ya menderita ya gak mau harus lulus. Loh karena apa kan sudah ada penjelasan yang lulus pindah gunung merapi tahun 1991 woh kalo gak lulus kan berarti harus pindah. Lo kan gitu,,karena sudah tau ya harus dipaksa belajar . lohh anak itu segera dipaksa daripada mendapat nilai dua malu to, ya mesti belajar. Tetapi kadang-kadang yang paling hebat adalah menurut saya bagaimana anak mau belajar menurut saya mau belajar fisika tidak harus banyak tetapi mau belajar fisika dulu.

P : minatnya ya pak?

G : Nahh betul dari dalam, kalo sudah seperti itu sumbernya tidak hanya guru bahkan teman pun sudah bisa menjadi sumber. Nah beda kalo kelas 3 karena sudah mau ujian yang menjadi sumber adalah teman-temannya dia sudah cukup untuk sudah mencari referensi dimana-mana. Nah tapi itu munculnya dikelas 3 mendekati ujian. Lohhh,,,, betul to? Harusnya kan sejak kelas 2 anak itu sudah mau belajar kalo sudah mau belajar dikelas 2 banyak dikelas 3 tidak begitu berat. Tapi anak kan gak mendengarkan itu yang didengarkan ya nanti di kelas selanjutnya. Bagaimana memotivasi anak belajar ya anak itu mau belajar. Bahkan saya tu ya di anak kelas 3 kemaren selalu jelek, sudah silahkan semua dikuasai yang mudah jangan


(5)

yang sulit. Loh beda lo ya 22 yang mudah bukan yang sulit. Beda dengan anak-anak pandai, anak pandai kalo mudah sudah ditinggal lalu mengerjakan yang sulit lo beda beda jauh. Karena apa? ada satu soal yang tidak terpecahkan saja nilainya jelekk. Dulu pernah ada nilai kayak gitu 4, o dan itu 3,75. 3,75 tidak lulus 4,0 bisa lulus. Makanya kalo saya sebagai guru itu ya prinsipnya bagaimana bisa menumbuhkan bagaimana anak itu mau belajar,udah itu aja . Tidak harus pandai tapi anak mau belajar. Termasuk tugas anda besok bagaimana menumbuhkan anak mau belajar. Paling sulit ya bagaimana anak mau belajar. Beda dengan mahasiswa kalo mahasiswa gak belajar yakin gak lulus. Dan fisika itu enak kok soal 5 mengerjakan benar 2 yakin keluar E udah yakin. Gak bakal protes.

P : Bapak apakah kemauan belajar bisa ditingkatkan melalui metode belajar yang bapak gunakan?

G : Ya bisa sekali, mungkin dengan metode ini anak gak mau belajar dikelas dengan metode yang lain anak mau belajar, tapi kadang metode itu kan ya tidak metode. Tidak semua metode kan bisa ditunjukkan dengan keterampilan proses kita nanti belajar termodinamika sebentar lagi ya hanya membayangkan ya In ya? Bagi mahasiswa pun ya sulit termodinamika itu.

P :Bapak menggunakan metode ilmiahnya pada materi fluida?

G : Fluida, eksperimen? Gak pernah . Pak guru bisa aja membayangkan fluida kita belajar fluida contohnya diawal penggunaan keran air, kemudian kapal kok tidak karena rasanya membayangkan itu dulu. Sebenernya ya kalo kita diajak melihat nyata, ada kolam kapal-kapal kecil tidak tenggelam. Kemudian baru diletakkan nah itu baru dibagi secara praktek ya, misalkan jarum diletakkan diatas air kok tidak tenggelam. Tapi anak itu kadang-kadang....jarum diletakkan diatas air kok tidak tenggelam mengapa? Sebenernya mengapanya itu harus dianalisis bukan berhasil atau tidaknya meletakkan jarum diatas air. Lohhh jujur lo ya, fisika kan begitu, ketika gelas kimia diisi air dan diberi jarum kok tidak tenggelam mengapa itu kan harusnya mengapanya itu. Kemudian saya meletakkan jarum miring kok tenggelam mengapa kan harusnya yang diketahui itu. Tapi anak kan mandeknya setelah selesai ya sudah pak sudah selesai jarumnya tenggelam. Sebenarnya itu kan diperbatas(suara kereta). Sebenernya kalo aktif kalo dimasukkan miring tenggelam sebenernya tidak berguna mengapanya itu lo.

P : Untuk itu apakah bapak menyediakan LKS atau menggunakan ...?

G : yang mana? Ooo yang itu saya beri kalo itu nanti. Kalo LKS untuk ujian untuk tantangan anak. Tetapi kadang-kadang pas diberi seperti itu berapa persen ya anak mengerjakan LKS selesai.

P : yang di LKS nya itu kira-kira mengarahkan anak untuk praktikum sendiri atau memikirkan sendiri atau gimana?

G : Nah kalo LKS kalo praktik seperti itu anak kan nyata dialami anak, disuruh untuk mencoba mengerjakan sendiri. Contoh kalo pak guru


(6)

mengajar ayunan disuruh mentukan percepatan gravitasi di lab. Loh kadang-kadang setiap anak kan beda-beda ada yang 9.0 ada yang 9,7 da yang 8 ternyata sampai mengamati anak pengukuran bandul itu tidak tepat. Yang diukur tali, lupa bandul itu pusat massanya dimana ditengah atau disepertiganya kan gak tau, kadang anak saya beri beberapa ada yang bentuknya segitiga, kalo bunder yakin ditengah tengah yo? Tetapi ketika segitiga lupa bahwa sepertiga titik beratnya. Lohh kadang-kadang anak kan tidak sekritis dalam pengukuran kok salah ya , tidak pernah berpikiran kok punya saya berbeda ya. Cuman anak itu gini ketika dia mengerjakan dihitung sudah selesai sudah titik. Tidak penasaran kok pak X memberi ini segitiga, ini balok, ini bandul. Loh bandul yang buner ada yang kotak ada yang segitigakok diberi seperti ini maksudnya . Sebenernya kalo dari pihak guru kan penegn penasaran anak yang selesai dengan bola itu kan idealnya wah aku kok tak pengen pake kalo begini mesti anak ingin tahunya tinggi. Tapi pak guru sederhana ketika sudah praktik ya sudah titik pak guru sebenarnya ingin ow brati keingintahuan anak itu tidak ada. nah anak yang keingintahunya tinggi ingin coba-coba, yang lain kok beda-beda ya pak.