Problem Based Learning PBL

13 1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek. 2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. 3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dari indikator tersebut terdapat sikap yang positif favorable dan sikap yang negatif unfavorable dalam penyusunan kuesioner.

2.1.3 Problem Based Learning PBL

Dewey dalam Rusmono, 2012: 74 menyatakan bahwa sekolah merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki mereka dan membangun secara pribadi pengetahuanya. Melalui proses ini Sanjaya dalam Rusmono 2012: 74 menyatakan bahwa sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, artinya siswa memiliki kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajaran. Selain itu pembelajaran berbasis masalah menurut Arends dalam Trianto, 2009: 92 yaitu pendekatan pembelajaran yang dimana siswa menyelesaikan permasalahan nyata untuk dapat menyusun pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri, berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Berdasarkan pengertian para ahli tentang model Pembelajaran Problem Based Learning PBL di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata untuk dapat menyusun pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Probolem Based Learning PBL yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Berbagai pegembangan pengajaran berdasarkaan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: Pengajuan pertanyaan atau masalah 1. Autentik, yaitu masalah yang berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. 2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. 3. Mudah dipahami, yaitu maslah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dnegan tingkat perkembangan siswa. 4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh amteri pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. 5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. 15 2.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn 2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan PKn Pendidikan Kewarganegaraan PKn selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar. Menurut Sumiati 2008, Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan datng menjadi patriot pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai, PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn sebagai pendidikan multukultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik. Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan mengarah pada nilai tersebut. Menurut Wahana 2004, kesadaran akan sikap yang sesuai dengan nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai. Pkn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui Pelajaran PKn di harapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa, selain itu PKn juga di harapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk mewujudkan nilai – nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik harus mengetahui cara – cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena PKn di ajarkan di semua jenjang pendidikan. Subagya, 2008 : 4 menyatakan bahwa subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : 1 pengantar, 2 hak asasi manusia, 3 hak dan 16 kewajiban waraga negara, 4 bela negara, 5 dekomkasi, 6 wawasan nusantara, 7 ketahanan nasional, 8 politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim 2010:18 kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Menurut Sumiati 2008, mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

2.1.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong