Tugas Perkembangan Anak Tahap Akhir Usia 6-12 Tahun

º» ¼ ½¾ ¿½¾ÀÁÀ  à À ÄÀ t Å ½Å Æ ½ ¾ Á ÇÀ à ÀÅ Ä ÀÇ Ã Á Æ ½¾ ÆÀ È ÀÁ ÀÉ Ä½ Ç Ç ½ ÊÁ ÃËÄ À ÂÌ Ã ÁÀ ÂÍÀ¾ À  y À Àà À ÎÀ Ê Ã ÀÅ Ä À Ç É ½ ¿ À¾ À Ê Ë Ç Ë Å y ÀÁ tu Ç ÏÂ É ½ Ç Ë½ Â É Á Å ½ÂȽ ÀÁ ÊÀ¾ t À Æ ½¾ É ÀÅ À y À Â È Ã ÁÀ tu ¾ à À Î ÀÅ ¼ ÀÉ À Î º Ð Ñ Ñ Ò Ï Ó Ô Õ ÀÊ ËÂ Ô ÖÐ » t ½ÂÍÀÂÈ ¼ ½¾ Ç À w Á  À  ×Ñ Ñ ¼ Ø y ÀÁ tu À Ä ÀÆÁ Î À Ľ¾ ¿ ½ ¾ÀÁÀ  t ½¾ ÙÀ à Á , harta bersama diatur menurut hukum yang digunakan oleh pihak yang bercerai hukum adat atau hukum agama. Berdasarkan Pasal 126 KUHPer, harta bersama dibagi dua antara suami dan istri, atau antara para ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dari pihak mana asal barang-barang tersebut. Dampak hukum lainnya berkaitan dengan masalah pemeliharaan anak setelah perceraian diatur dalam Pasal 41 UU No. 1 Tahun 1947, yaitu baik suami maupun istri memiliki kewajiban yang sama untuk memelihara dan mendidik anak meskipun telah bercerai. Selain memiliki dampak secara hukum, perceraian juga memiliki dampak psikologis, yaitu adanya gangguan emosi. Maksudnya adalah, ketika perceraian terjadi terkadang bukan merupakan keinginan dari masing-masing individu yang menikah; dan ketika perceraian itu terjadi, salah satu dari pasangan yang bercerai itu masih menyimpan perasaan cinta terhadap mantan pasangan, sehingga masih memiliki harapan untuk hidup bersama hingga tua. Namun harapan tersebut tidak dapat terpenuhi karena sudah bercerai, hal tersebut menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar dan terasa menyakitkan. Bahkan tak jarang pula muncul perasaan takut jika tidak ada lagi orang yang akan mencintai sepenuh hati atau bahkan perasaan takut ditinggalkan lagi dikemudian hari. Perasaan ÚÛ ÜÝÞß y Ý ß à áâß à ã Þ ß äÞ ÝÜÝ áÞ ÝäÝ Ü Ý å æçèÝ é Ý Ý ß t çè å Þ ß Ý Ý t Ý u æçè Ý é Ý Ý ß á Ý è Ý å äÝ ß ãçé ÝÜ Ý ã Þê Ý t é Þ ã Ý æ êâè âã æ Ý é Ý ß àÝ ß Ý t Ý u á âßà ã Þ ß áçèÝ é Ý ãç é çæ ÞÝ ß ã Ý è çß Ý é â äÝ å t ÞäÝ ã Ý ä Ý Ü Ý àÞ t ç áæ Ý t âß ëâã ê çè ê ÝàÞ ì çè Þ t Ý , mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih sayang. Serangkaian masalah kesehatan juga dapat muncul akibat depresi karena bercerai.

3. Ibu sebagai Orangtua Tunggal

Pada umumnya suatu keluarga terdiri dari ayah suami, ibu istri, dan anak-anak. Di dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari anak-anak. Pada kenyataannya, di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu dari orangtua tidak ada, baik karena perceraian, perpisahan atau meninggal dunia. Di dalam suatu keluarga dimana hanya seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering dinamakan sebagai single mother. Pada masa lalu, peran selain sebagai istri dan ibu bagi seorang perempuan dewasa dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan hanya diperlukan apabila tidak ada laki-laki yang mampu memberikan cukup uang untuk dirinya dan anak-anaknya Lemme, 1995. Namun, Lemme 1995 mengatakan lebih lanjut bahwa karena adanya perubahan sosial, maka seorang perempuan mempunyai pilihan peran yang lebih luas. Perubahan sosial tersebut memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengkombinasikan peran domestiknya dengan peran sebagai seorang pekerja. íî ï ðñòó ut ô õöõ÷øõ ù úûû üý , single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anak seorang diri. Anderson dalam Mash Wolfe, 1999, mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perceraian, perpisahan, maupun kematian dan menjadi tulang punggung keluarga. Exter dalam Mash Wolfe, 1999, mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain. Qaimi 2003 mengemukakan bahwa seorang wanita sebagai orangtua tunggal adalah suatu keadaan dimana seorang wanita akan menduduki dua jabatan sekaligus; sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah. Dalam hal itu seorang ibu yang menjadi orangtua tunggal akan memiliki dua bentuk sikap, sebagai wanita, harus bersikap lembut terhadap anak, dan sebagai ayah harus bersikap jantan dan bertugas memegang kendali aturan dan tata tertib, serta berperan sebagai penegak keadilan dalam kehidupan rumah tangga. Tolok ukur keberhasilan seorang wanita dalam mendidik anak terletak pada kemampuannya dalam menggabungkan kedua peran dan tanggung jawab tersebut, tanpa menjadikan sang anak bingung dan resah dalam Laksono, 2008. þÿ t y t t y y t t t y tu t t u t y u y t y t tu y y t t y t t y y u y y t tzman, 1985. Berdasarkan definisi diatas maka pengertian single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami karena kematian, perceraian atau ditinggalkan pasangan hidupnya yang tanpa ada ikatan pernikahan dan berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosi maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh individu tersebut. Kecerdasan Emosi Anak-anak dengan Ibu sebagai Orangtua Tunggal Akibat Perceraian Shapiro 1997 berpendapat bahwa tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi yang ditinjau melalui tahap-tahap perkembangan anak lebih bervariasi dibandingkan perkembangan anak secara fisik maupun kognitif. +, - . . . + - - 0 t - . t .- 0 - . 1 2 1. + , +3 .1. 43 54 3 u 6 3 + 7 - y 2 - , 2003 . Menurut Hurlock 1988, kemampuan anak untuk bereaksi secara emosional sudah ada semenjak bayi baru dilahirkan. Karakteristik anak pada akhir masa kanak-kanak adalah anak sudah memiliki kontrol diri yang tinggi, mampu memotivasi diri serta mengendalikan diri Wenar Kerig, 2000. Kontrol diri melibatkan aspek perkembangan emosional yaitu regulasi emosi. Selain itu, anak-anak pada akhir masa kanak-kanak juga sudah memahami bahwa perilaku emosional ditentukan oleh aturan-aturan budaya anak seharusnya terlihat bahagia ketika menerima hadiah meskipun tidak menyukai hadiah tersebut dan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu anak harus tersenyum meskipun sedang tidak merasa baik jika ingin diizinkan oleh ibu menghadiri pesta ulang tahun teman Bukatko, 2008. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa meskipun emosi anak pada tahap usia pertengahan dan akhir kanak-kanak sedang berkembang. Namun demikian, anak-anak pada masa tersebut pada dasarnya telah memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dan mengontrol emosi yang dirasakan. Dari latar belakang dan uraian sebelumnya, jelas bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama yang berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak, dalam pembentukkan karakteristik dan watak anak serta kecerdasan emosinya. Dari keluargalah semua aktivitas dimulai. Santrock 2003 mengatakan bahwa lingkungan keluarga, khususnya orangtua, dapat mengajarkan kecerdasan emosi kepada anak sejak masih bayi meskipun 89 : ; = : ? ; A= ? B CD? = w ; E ; F G ? ?H;H = tu , pengalaman emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa. Idealnya seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, namun hal tersebut akan berbeda jika salah satu atau bahkan kedua orangtua mereka tidak ada, apakah disebabkan oleh meninggalnya salah satu orangtua ataupun karena perceraian. Berdasarkan berbagai sumber, jumlah wanita yang menjadi orangtua tunggal lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pria yang menjadi orangtua tunggal. Menurut Kimmel 1980, hal ini terjadi karena wanita memiliki usia rata-rata yang lebih panjang dan pada umumnya wanita menikah dengan pria yang lebih tua usianya. Di samping itu, lebih banyak duda yang menikah kembali sehingga lebih banyak jumlah janda dibandingkan duda dalam Hetherington Parke, 1999. Wanita yang menjadi orangtua tunggal mempunyai beban dan tanggung jawab yang berat karena harus memegang dua peran sekaligus. Peran yang harus dijalankan adalah peran sebagai ibu yang harus mengasuh dan mendidik anak, serta menggantikan figur ayah yang harus mencari nafkah Bird dalam Gass-Sternas, 1995. Oleh karena peran ganda yang dipegang sekaligus tersebut, ibu cenderung memiliki perasan khawatir terhadap anak sehingga memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anak. Di sisi lain, ibu juga cenderung tidak memiliki waktu yang cukup lagi untuk anak karena harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan finansial.