Unit Pengolahan Limbah UTILITAS

massa refrigerant = Qc H 2 – H 1 = 240029,0907 kjjam 10,708 kjkg – 2,688 kjkg = 29928,8143 kgjam - Panas kompressor, Qc Qc = H 2 – H 1 = 10,708 kjkg – 2,688 kjkg = 8,0203 kjkg = 3,448 btulb Kerja kompressor, Wc = Q x m = 8,0203 kjkg x 29928,8143 kgjam = 240038,0693 kjjam = 66,6772 KW efisiensi kompressor = 80 W = 66,6772 KW 0,8 = 83,3465 KW - Coefficient of performance COP = 2,52 Dietrich, 2005

7.7 Unit Pengolahan Limbah

Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau atmosfer, karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup, maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah. Pada pabrik pembuatan Xylitol menghasilkan limbah cair dan limbah padat meliputi : 1. Limbah cair hasil hidrolisis tongkol jagung Limbah ini mengandung senyawa anorganik yakni asam klorida yang perlu dinetralkan sebelum dibuang ke badan sungai. 2. Limbah domestik Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamar mandi di lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah cair langsung dibuang melalui selokan ataupun got yang terdapat dipabrik. Sedangkan limbah dari kakus ditampung dalam septik tank. 3. Limbah laboratorium Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa mutu bahan baku yang digunakan, mutu produk Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses. Limbah laboratorium termasuk limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun sehingga dalam penanganannya harus dikirim ke pengumpul limbah B3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam pengelolaan limbah B3 dikirim ke PPLI Cileungsi, Bogor. 4. Limbah Padat Limbah padat dalam pabrik pembuatan xylitol berupa ampas tongkol jagung yang merupakan hasil keluaran dari filter press. Limbah padat ini tidak membutuhkan pengolahan khusus dan dapat langsung dibuang karena dapat mengalami proses pembusukan oleh jamur dan bakteri pengurai lainnya. Pengolahan limbah cair pabrik ini dilakukan dengan proses netralisasi sebelum dibuang ke badan sungai. Perhitungan : Laju alir limbah yang mengandung HCl = 1743,1674 kgjam Jumlah HCl = 365,4992 kgjam Sehingga dapat dihitungkan jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan HCl + NaOH → NaCl + H 2 O Jumlah mol HCl = 10,0137 kmoljam Jumlah mol NaOH = 10,0137 kmoljam Jadi kebutuhan NaOH = 10,0137 x 40 = 400,5471 kgjam Universitas Sumatera Utara

BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Tata letak peralatan dan fasilitas dalam suatu rancangan pabrik merupakan syarat penting untuk memperkirakan biaya secara akurat sebelum mendirikan pabrik yang meliputi desain sarana perpipaan, fasilitas bangunan, jenis dan jumlah peralatan dan kelistrikan. Hal ini secara khusus akan memberikan informasi yang dapat diandalkan terhadap biaya bangunan dan tempat sehingga dapat diperoleh perhitungan biaya yang terperinci sebelum pendirian pabrik.

8.1 Lokasi Pabrik

Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan. Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan perhitungan biaya produksi dan distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi dan budaya masyarakat di sekitar lokasi pabrik Peters Timmerhaus, 1991. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka Pabrik Pembuatan Xylitol ini direncanakan berlokasi di daerah Kawasan Industri Medan, Medan Labuhan, Sumatera Utara. Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah : a. Bahan baku Suatu pabrik sebaiknya berada di daerah yang dekat dengan sumber bahan baku dan daerah pemasaran sehingga transportasi dapat berjalan dengan lancar. Bahan baku utama yang digunakan yaitu tongkol jagung, yang disuplai dari berbagai daerah pusat produksi jagung di Indonesia, yaitu Medan dan daerah sekitarnya di propinsi Sumatera Utara. Sedangkan bahan kimia pendukung lainnya diperoleh dari daerah lokal. Universitas Sumatera Utara