Regresi Linear Berganda ANALISIS DAN EVALUASI DATA

tahun 2004, hal ini disebabkan karena harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan selama tahun 2004. PT Duta Pertiwi Tbk. memiliki return saham sebesar 1,25 pada tahun 2002, kemudian mengalami kenaikan menjadi 12,97 pada tahun 2003. Hal ini terjadi karena harga saham perusahaan cenderung mengalami kenaikan selama tahun 2003. Sebaliknya, return saham perusahaan berkurang menjadi 0,08 pada tahun 2004, hal ini disebabkan karena harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan selama tahun 2004. PT Summarecon Agung Tbk. memiliki return saham sebesar -1,87 pada tahun 2002, kemudian mengalami kenaikan menjadi 20,55 pada tahun 2003. Hal ini terjadi karena harga saham perusahaan cenderung mengalami kenaikan selama tahun 2003. Sebaliknya, return saham perusahaan berkurang menjadi 0,60 pada tahun 2004, hal ini disebabkan karena harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan selama tahun 2004.

B. Regresi Linear Berganda

Tabel 4.6 berikut menunjukkan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan SPSS 12.0 for Windows. Tabel 4.6 Hasil Estimasi Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant ,010 1,431 ,007 ,995 ROA ,387 ,153 ,333 2,538 ,014 DTA ,026 ,032 ,104 ,791 ,433 a Dependent Variable: Return_Saham Sumber: Hasil olahan SPSS Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.6 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y= 0,010 + 0,387 ROA + 0,026 DTA + e Dimana: Y = Return Saham 1 X = Return on Assets ROA 2 X = Debt to Total Assets DTA Interpretasi model: 1. Konstanta bernilai 0,010. Hal ini menyatakan bahwa jika tidak ada pengaruh variabel independen yaitu ROA dan DTA maka Return Saham akan tetap sebesar 0,010. 2. Variabel ROA bernilai 0,387. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 ROA, maka akan mendorong kenaikan Return Saham sebesar 0,387. Dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. 3. Variabel DTA bernilai 0,026. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 DTA, maka akan mendorong kenaikan Return Saham sebesar 0,026. Dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi agar model persamaan regresi berganda dapat digunakan dalam menganalisis pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap Return Saham. Syarat-syarat tersebut antara lain: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak, yang dapat dilakukan melalui analisis grafik dan statistik Ghozali, 2005:110. a. Analsis Grafik Uji normalitas yang digunakan dalam analisis grafik ini adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. -2 -1 1 2 3 4 Regression Standardized Residual 3 6 9 12 15 F re q u e n c y Mean = 1.73E-17 Std. Dev. = 0.981 N = 55 Dependent Variable: Return_Saham Histogram Sumber: Hasil olahan SPSS Gambar 4.1 Histogram Dependent Variable Return Saham Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Hal ini berarti data residual mempunyai distribusi normal. Selain melihat grafik histogram, uji normalitas dapat juga dilakukan melalui grafik normal p-p plot of regression standardized residual seperti yang disajikan pada Gambar 4.2. 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 E x p e c te d C u m P ro b Dependent Variable: Return_Saham Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Sumber: Hasil olahan SPSS Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable Return Saham Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual mempunyai distribusi normal. Universitas Sumatera Utara Selain analisis grafik histogram dan normal probability plot, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan analisis statistik. Analisis statistik memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan analisis grafik. b. Analisis Statistik Uji normalitas yang digunakan dalam analisis statistik ini adalah uji statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.7 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 55 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 5,48077628 Most Extreme Differences Absolute ,107 Positive ,107 Negative -,063 Kolmogorov-Smirnov Z ,793 Asymp. Sig. 2-tailed ,556 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Hasil olahan SPSS Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa nilai Asymp. Sig 2-tailed taraf nyata α , yaitu 0,556 0,05. Hal ini berarti H diterima, yang berarti data residual berasal dari distribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear di antara variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi atau dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF. Dalam penelitian ini, sebelumnya data peneliti mengalami masalah Universitas Sumatera Utara multikolinearitas, yang kemudian diperbaiki dengan mengeluarkan variabel bebas yang memiliki nilai VIF yang paling tinggi. Berikut ini ditampilkan dua buah tabel yaitu Tabel 4.8 sebelum perbaikan dari multikolinearitas dan Tabel 4.9 sesudah perbaikan dari multikolinearitas. Tabel 4.8 sebelum perbaikan dari multikolinearitas Collinearity Statistics Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant ROA ,092 10,866 ROE ,087 11,483 DTA ,830 1,205 a Dependent Variable: Return_Saham Sumber: Hasil olahan SPSS Tabel 4.8 menunjukkan adanya masalah multikolinearitas, dimana hasil uji Variance Inflation Factor VIF variabel ROA dan ROE masing-masing menunjukkan nilai lebih dari 5 VIF 5. Nilai VIF yang lebih besar dari 5 menyatakan adanya masalah multikolinearitas dalam model. Masalah multikolinearitas tersebut harus diperbaiki untuk mendapatkan model regresi yang baik. Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan variabel yang mempunyai nilai VIF yang paling tinggi yaitu ROE. Perbaikan dari masalah multikolinearitas ini dapat dilihat pada Tabel 4.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 sesudah perbaikan dari multikolinearitas Collinearity Statistics Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant ROA ,964 1,037 DTA ,964 1,037 a Dependent Variable: Return_Saham Sumber: Hasil olahan SPSS Tabel 4.9 menunjukkan sudah tidak ada masalah multikolinearitas, dimana hasil uji Variance Inflation Factor VIF variabel ROA dan DTA masing-masing menunjukkan nilai kurang dari 5 VIF 5. Nilai VIF yang lebih kecil dari 5 menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dalam model. 3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya periode t-1. Dalam penelitian ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson Test. Secara umum uji Durbin-Watson memiliki patokan sebagai berikut Santoso, 2002:218: • Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. • Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. • Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,367a ,135 ,102 5,58518 1,052 a Predictors: Constant, DTA, ROA b Dependent Variable: Return_Saham Sumber: Hasil olahan SPSS Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,052 dan nilai ini berada diantara -2 sampai +2. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan sudah bebas dari masalah autokorelasi, baik korelasi positif maupun korelasi negatif. Nilai Adjusted R Square pada Tabel 4.10 menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar. Adjusted R Square pada model adalah bernilai 0,102 berarti pengaruh ROA dan DTA terhadap Return Saham adalah 10,2 saja, sedangkan 89,8 lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model. 4. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu residual pengamatan ke residual pengamatan lain. Dalam penelitian ini, gejala heterokedastisitas dideteksi dengan menggunakan grafik scatterplot dan uji Glejser. Universitas Sumatera Utara a. Grafik Scatterplot -2 -1 1 2 3 4 5 Regression Standardized Predicted Value -2 -1 1 2 3 4 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l Dependent Variable: Return_Saham Scatterplot Sumber: Hasil olahan SPSS Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable Return Saham Gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat beberapa plot yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heterokedastisitas dalam model regresi ini. Selain melihat grafik, uji heterokedastisitas dapat juga dilakukan melalui uji Glejser. Uji Glejser memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan menganalisis grafik scatterplot. Universitas Sumatera Utara b. Uji Glejser Dalam uji Glejser diusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Hipotesisnya sebagai berikut: H : data bebas dari indikasi adanya gejala heterokedastisitas 1 H : data bebas terdapat adanya indikasi gejala heterokedastisitas Tabel 4.11 Uji Glejser Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 3,739 ,928 4,029 ,000 ROA ,046 ,099 ,066 ,468 ,642 DTA ,007 ,021 ,045 ,321 ,750 a Dependent Variable: absut Sumber: Hasil olahan SPSS Berdasarkan Tabel 4.11 tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut absut. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel ROA dan DTA masing-masing lebih besar dari tingkat signifikan α = 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dalam model regresi ini.

C. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas (ROE) Dan Leverage keuangan Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 8 112

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 4 16

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAN MANUFAKTUR YANG Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 2 11

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 3 7

ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2011-2013

0 12 11

PENGARUH INFORMASI FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN DAN PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 27

Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Sub Sektor Konstruksi Dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 49

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 89

ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Kasus pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di PT. Bursa Efek Indonesia).

0 0 103

Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15