Pe n ye s u aian Po s tu r APBN 2 0 0 9

IV.1 Pe n ye s u aian Po s tu r APBN 2 0 0 9

Dengan adanya perubahan beberapa asum si ekonom i m akro yang secara signifikan berpengaruh terhadap besaran-besaran APBN, baik pada pendapatan negara m aupun belanja negara sebagai im plikasi adanya tam bahan program stim ulus sebagaim ana diuraikan sebelum n ya, m aka terhadap APBN 20 0 9 sebagaim an a ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 20 0 8, diusulkan untuk dilakukan penyesuaian sebagai berikut:

Pe rtam a, pendapatan negara dan hibah diperkirakan m engalam i penurunan sebesar Rp137,2 triliun, yakni dari sebesar Rp985,7 triliun seperti ditetapkan dalam APBN 20 0 9 m enjadi Rp8 48 ,6 triliun. Perubahan besaran pendapatan negara dan hibah tersebut bersum ber dari penurunan penerim aan perpajakan karena m elam batnya pertum buhan ekon om i, dan pen erim aan m igas dan dividen Pertam in a terutam a sebagai akibat perubahan asum si harga m inyak m entah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) dari US$ 8 0 per barel m enjadi US$ 45 per barel.

Ke du a, belanja negara diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp49,0 triliun, yaitu dari yan g sem ula ditetapkan dalam APBN 20 0 9 sebesar Rp1.0 37,1 triliun m en jadi Rp98 8 ,1 triliun. Penurunan tersebut terjadi pada belanja Pem erintah Pusat sebesar Rp31,3 triliun, yaitu dari Rp716,4 triliun m enjadi Rp685,0 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp17,6 triliun, yaitu dari Rp320 ,7 triliun m enjadi Rp30 3,1 triliun.

Walaupun anggaran belanja negara secara keseluruhan m engalam i penurunan yang cukup besar, tetapi alokasi anggaran belanja kem enterian negara/ lem baga (K/ L) dan anggaran pendidikan tetap dipertahankan, m asing-m asing sebesar Rp322,3 triliun dan Rp 2 0 7,4 t r iliu n sep er t i ya n g d it et a p ka n d a la m APBN 2 0 0 9 . H a l in i t er u t a m a dim aksudkan agar pelaksanaan kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat ber jalan secar a tepat waktu , d an kecepatan pen yer apan an ggar an belan ja d apat ditingkatkan, sehingga diharapkan mampu memberikan stimulasi bagi kegiatan ekonomi. Sejalan dengan itu, rasio volume anggaran pendidikan terhadap volume APBN meningkat dari 20 ,0 persen sesuai dengan putusan Mahkam ah Konstitusi dan am anat UUD 1945 m enjadi 21,1 persen. Bahkan, alokasi anggaran belanja K/ L m engalam i peningkatan s eb es a r Rp 11,2 t r iliu n b er ka it a n d en ga n a d a n ya t a m b a h a n b ela n ja s t im u lu s infrastruktur K/ L, sehingga secara keseluruhan belanja K/ L m enjadi sebesar Rp333,5 triliun.

Di sisi belanja Pemerintah Pusat, perubahan pagu belanja tersebut antara lain bersumber dari hal-hal sebagai berikut: (1) m eningkatnya beban pem bayaran bunga utang sebesar Rp9,0 triliun (8 ,8 persen), yaitu dari sebesar Rp10 1,7 triliun m enjadi sebesar Rp110 ,6 tr iliun ; (2) ber kur an gn ya beban subsidi sebesar Rp43,2 tr iliun , yan g ter dir i atas penurunan beban subsidi energi sebesar Rp36,6 triliun, dan subsidi non-energi sebesar Rp6,6 triliun; (3) berkurangnya belanja lain-lain sebesar Rp8,4 triliun, yaitu dari sebesar Rp65,1 triliun m enjadi sebesar Rp56,8 triliun; dan (4) tam bahan dana stim ulus untuk infrastruktur padat karya pada belanja K/ L sebesar Rp11,2 triliun.

Pada subsidi energi, beban subsidi BBM akan m engalam i penurunan sebesar Rp33,1 triliun yaitu dari sebesar Rp57,6 triliun dalam APBN 20 0 9 m enjadi Rp24,5 triliun, sedangkan alokasi anggaran untuk subsidi listrik akan berkurang Rp3,5 triliun, dari Rp46,0 triliun dalam APBN 20 0 9 menjadi Rp42,5 triliun. Pada subsidi non-energi terjadi penurunan sebesar Rp6,6 triliun, dari sem ula Rp63,1 triliun dalam APBN 20 0 9 m enjadi Rp56,5 triliun. Penurunan beban subsidi ini terutam a karena m enurunnya subsidi pajak atas PPN BBM dalam negeri bersubsidi sejalan dengan m enurunnya subsidi BBM akibat penurunan ICP dan harga BBM bersubsidi. Selain itu, dalam subsidi non-energi ini,

Sem entara itu, perubahan belanja lain-lain antara lain m enam pung tam bahan anggaran untuk luncuran kegiatan Pem ilu sebesar Rp2,9 triliun, PNPM tahun 20 0 8 sebesar Rp0 ,6 triliun, serta revitalisasi dan rehabilitasi gudang komoditi primer Rp0 ,1 triliun. Tambahan anggaran untuk luncuran kegiatan Pem ilu m erupakan kegiatan persiapan Pem ilu yang belum dapat diselesaikan sam pai den gan akh ir tah un 20 0 8 seh in gga dilan jutkan p e n ye le s a ia n n ya k e t a h u n 2 0 0 9 , d a la m r a n gk a m e n ja ga k e s in a m b u n ga n pen yelen ggaraan Pem ilu tahun 20 0 9. Sem en tara itu, lun curan PNPM tahun 20 0 8 m erupakan luncuran bantuan langsung m asyarakat (BLM) dalam program / kegiatan P NP M ya n g t er d ir i a t a s p r ogr a m p en gem b a n ga n keca m a t a n (P P K), p r ogr a m penanggulangan kem iskinan perkotaan (P2KP), program pengem bangan infrastruktur perdesaan (PPIP), dan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan khusus (P2DTK) tahun 20 0 8 yang diluncurkan ke tahun 20 0 9, dalam rangka kesinambungan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk m em percepat penanggulangan kem iskinan.

Selain itu, perubahan pada belanja lain-lain tersebut juga bersum ber dari penurunan dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp11,7 triliun (73,9 persen), yaitu dari sebesar Rp15,8 triliun dalam APBN 20 0 9 menjadi Rp4,1 triliun. Penyesuaian dana cadangan risiko fiskal tersebut dilakukan akibat adanya perubahan asum si ekonom i m akro tahun 20 0 9 dan penurunan penerim aan perpajakan.

Sementara itu, sejalan dengan penurunan dana bagi hasil (DBH) migas akibat perubahan asum si ICP dari sem ula US$ 8 0 per barel m enjadi US$ 45 per barel m aka anggaran transfer ke daerah turun sebesar Rp17,6 triliun (5,5 persen), yaitu dari yang ditetapkan dalam APBN 20 0 9 sebesar Rp320 ,7 triliun m enjadi Rp30 3,1 triliun. Penurunan asum si ICP tersebut berpengaruh kepada penurunan anggaran transfer ke daerah untuk DBH SDA migas dan DBH PBB migas, karena perhitungan DBH tersebut berdasarkan realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan penerimaan PBB migas. Dengan perubahan tersebut alokasi dana bagi hasil dalam tahun 20 0 9 diperkirakan m enjadi Rp68 ,1 triliun atau turun sebesar Rp17,6 triliun (20 ,6 persen) dari yang ditetapkan dalam APBN 20 0 9 sebesar Rp85,7 triliun. Khusus untuk DBH cukai hasil tembakau yang meningkat menjadi Rp1,1 triliun dari yang ditetapkan dalam APBN 20 0 9 sebesar Rp1,0 triliun, sebagian akan digunakan untuk m endukung pendanaan kelem bagaan pelatihan kerja.

Sekalipun alokasi anggaran transfer ke daerah m engalam i penurunan tetapi untuk DAU, DAK, serta Dana Otonom i Khusus dan Penyesuaian tidak m engalam i perubahan, karena perhitungan dana tersebut telah m encerm inkan kebutuhan keuangan dan kem am puan keuangan daerah. DAU 20 0 9 tetap akan disalurkan sebesar Rp18 6,4 triliun, karena pada um um nya telah dialokasikan dalam APBD sebagai belanja gaji pegawai negeri sipil daerah. Di sam ping itu, perhitungan DAU 20 0 9 dilakukan berdasarkan form ula yang terdiri atas alokasi dasar dan celah fiskal tanpa m engalokasikan dana penyeim bang DAU (Non-Hold Harm less Policy ), sehingga telah mencerminkan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. Demikian pula, alokasi DAK 20 0 9 tetap dipertahankan sebesar Rp24,8 triliun, yang diarahkan untuk m endukung pem bangunan daerah, khususnya dalam

Sejalan dengan itu, Pem erintah juga berupaya untuk m endorong pem erintah daerah untuk m em percepat waktu penetapan peraturan daerah (Perda) tentang APBD agar APBD dapat dilaksanakan secara tepat waktu. Ketepatan waktu penetapan Perda tentang APBD akan berdampak kepada percepatan realisasi belanja daerah, yang pada gilirannya akan m en in gkatkan efektivitas belan ja daerah dalam m en stim ulasi perekon om ian daerah.

Mengingat pentingnya peranan daerah dalam penanganan krisis keuangan global dan pem bangunan ekonom i m aka Pem erintah akan m engupayakan sem aksim al m ungkin agar gejolak perekonom ian global tersebut tidak terlalu m em bebani daerah. Meskipun dem ikian, daerah harus juga tetap siap dengan strategi yang tepat untuk m enyiasati gejolak harga m inyak dan krisis keuangan global yang dapat berim bas ke daerah. APBD seh ar usn ya m en cer m in kan kem am puan daer ah un tuk m em biayai kebutuh an n ya, sehingga paradigm a bahwa APBD selalu m eningkat besarannya harus dipertim bangkan dengan hati-hati dan m ulai secara realistis m engukur kem am puan keuangan daerah. Dengan dem ikian, dim ungkinkan APBD suatu daerah lebih kecil dari tahun sebelum nya dan m engalam i penurunan dari anggaran yang telah ditetapkan pada tahun anggaran berjalan.

Selain itu, percepatan realisasi belanja daerah juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas belan ja daerah. Upaya pen in gkatan kualitas belan ja daerah tersebut telah dilakukan, antara lain m elalui pola penganggaran yang berbasis kinerja, penganggaran dalam kerangka pem bangunan jangka m enengah, dan sistem pelaporan yang akuntabel. Penyusunan dan penggunaan anggaran transfer ke daerah dalam APBD harus tetap diarahkan untuk pencapaian sasaran pem bangunan daerah. Pem erintah Pusat dan pem erintah daerah m em punyai tanggung jawab untuk secara sinergis m em benahi dan m eningkatkan kualitas pengelolaan anggaran yang telah didesentralisasikan ke daerah.

Ke tiga , defisit APBN tahun 20 0 9 diusulkan m engalam i peningkatan dari yang telah disepakati sebelum nya, yaitu dari Rp51,3 triliun (1,0 persen terhadap PDB) m enjadi Rp139,5 triliun (2,5 persen terhadap PDB). Peningkatan defisit tersebut diharapkan tidak akan m engganggu kesinam bungan fiskal dalam jangka panjang, m engingat bahwa sebagian besar tam bahan defisit tersebut akan dibiayai dari sisa lebih pem biayaan anggaran (SILPA) 20 0 8 .

Ke e m p at, dengan peningkatan target defisit APBN tahun 20 0 9 tersebut m aka target pem biayaan an ggaran disesuaikan dari kesepakatan sem ula sebesar Rp51,3 triliun m enjadi Rp139,5 triliun. Perubahan target pem biayaan anggaran tahun 20 0 9 tersebut berasal dari (a) kenaikan pem biayaan perbankan dalam negeri sebesar Rp49,2 triliun, ya n g selu r u h n ya b er su m b er d a r i t a m b a h a n p en ggu n a a n SI LP A t a h u n 2 0 0 8 ; (b) peningkatan penarikan pinjam an program Rp5,5 triliun, dari kesepakatan sem ula Rp26,4 triliun menjadi Rp31,9 triliun, dan (c) tambahan pembiayaan utang Rp44,5 triliun.

Ta be l 13