Sumatera Barat

Sumatera Barat

Akselerasi Penyelesaian Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan Integrasinya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

melihat dari dekat

P Tahun 2007 jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Untuk mendukung

ada Tahun 2014, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) memiliki program kerja akselerasi penyelesaian penetapan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 27

program tersebut, Kementerian PPN/Bappenas, sebagai anggota Pokja 3 Bidang Koordinasi Perencanaan dan Program Penataan Ruang, melaksanakan kajian best practice penyusunan dan pelaksanaan Perda RZWP-3-K, salah satu lokasinya adalah Provinsi Sumatera Barat.

Sumatera Barat telah menyelesaikan RZWP-3-K, dan telah percontohan penyusunan dokumen perencanaan pesisir melalui menetapkan RZWP-3-K dan Rencana Tata Ruang Wilayahnya

kegiatan survei dan pemetaan dasar, yaitu kabupaten Padang (RTRW) dalam 1 (satu) Perda, yaitu Peraturan Daerah Nomor

Pariaman, kabupaten Pesisir Selatan, dan kota Padang. Hasilnya

13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi menjadi cikal bakal diterbitkannya Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Sumatera Barat Tahun 2012-2032. Secara geografis, Provinsi

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K) Provinsi Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah Pulau

Sumatera Barat. Pihak yang menginisiasi penyusunan regulasi Sumatera dengan garis pantai sepanjang 2.420.357 km dengan

dan naskah akademik Perda PWP3-K Sumatera Barat ini adalah luas perairan laut 185.850 km2. Kondisi ini menjadikan Sumatera

Bappeda Provinsi Sumatera Barat yang kemudian dilanjutkan oleh Barat memiliki wilayah pesisir di sebagian besar wilayahnya.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Provinsi Sumatera Barat memiliki 7 kabupaten/kota yang memiliki

Dalam pengumpulan data, Provinsi Sumatera Barat menggunakan wilayah pesisir, namun belum ada kabupaten/kota yang telah

data-data yang sudah tersedia sejak tahun 2004 yang menetapkan Perda RZWP3-K. Kabupaten yang sudah masuk ke

dimutakhirkan kembali. Penyediaan data ini juga merupakan dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah kabupaten

hasil dari program MCRP di tahun 2004. Untuk wilayah pesisir Agam, kabupaten Padang Pariaman, kabupaten Pasaman Barat;

dan pulau-pulau kecil, dibutuhkan 12 set peta untuk menyusun sedangkan yang masih dalam proses review materi teknis adalah

dokumen RZPWP3-K, diantaranya:

kabupaten Pesisir Selatan; dan yang belum proses perda adalah kota Padang, kota Pariaman, dan kabupaten Kepulauan Mentawai.

a) Peta Dasar berupa: peta terestrial (peta tanah, topografi, dan kelerengan) serta bathimetri;

Proses dan prosedur penyusunan RZWP-3-K dan RTRW

b) Peta Tematik: peta geologi, peta geomorfologi, peta geografi RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan

(peta arus, gelombang, data fisika dan kimia perairan), peta sumber daya disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang

penggunaan lahan, status lahan, dan rencana tata ruang wilayah, di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat kegiatan

peta pemanfaatan wilayah laut, peta sumberdaya air, peta yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. RZWP-3-K ini

ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan, peta infrastruktur, peta mencakup wilayah perencanaan daratan dari kecamatan pesisir

demografi dan sosial, serta peta ekonomi wilayah. sampai wilayah perairan paling jauh 12 mil laut diukur dari garis

pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. RZWP-3-K berlaku hingga 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

Penyusunan RTRW Provinsi Sumatera Barat diinisiasi pada tahun 2007 dan ditargetkan selesai pada tahun 2009. Namun karena belum mendapatkan persetujuan substansi kehutanan, RTRW ini baru dilegalkan pada tahun 2012. RTRW ini telah mengintegrasikan muatan perencanaan wilayah pesisir, yang muatan RZWP3-K nya masuk di dalam dokumen naskah akademis RTRW. Tahap penyusunan RZWP-3-K sama dengan RTRW, yakni melalui proses pengumpulan data, penyusunan naskah akademis, proses persetujuan substansi, dan proses legalisasi. Untuk jangka waktu, idealnya proses penyusunan RZWP3-K ini dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 tahun. Dengan rincian, tahun pertama untuk membentuk pokja dan mengumpulkan data, tahun kedua untuk menyusun dokumen materi teknis dan Raperda, dan tahun ketiga untuk legalisasi perda.

Proses inisiasi penyusunan RZWP3-K di Sumatera Barat sudah dimulai sejak Tahun 2001 – 2004 melalui bantuan program MCRP ( Marine and Coastal Resources Management Project). Dalam program ini dipilih juga tiga kabupaten/kota yang menjadi

sumber: dokumentasi Direktorat TRP, Bappenas

24 buletin tata ruang & pertanahan

buletin tata ruang & pertanahan 25

Penyusunan RTRW melibatkan seluruh anggota BKPRD, ditetapkan melalui SK Gubernur Sumatera Barat No. 050- 395-2013. BKPRD Provinsi Sumatera Barat cukup aktif dan melibatkan banyak SKPD terkait, sehingga tidak ada pembentukan pokja secara khusus untuk menyusun RZWP- 3-K. Penyusunan RTRW dilakukan melalui diskusi reguler, dan hasilnya telah melalui proses konsultasi publik, proses pembahasan oleh DPRD, serta persetujuan substansi (persub) dari Kementerian Pekerjaan Umum (untuk ruang darat) dan proses pemberian tanggapan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (untuk ruang laut). Untuk menjaga kesinambungan penyusunan antara matra darat dan matra laut, penyusunan RTRW yang sudah terintegrasi ini dilakukan oleh tim yang sama, yakni anggota pokja yang menyusun RTRW sekaligus menyusun RZWP3-K.

Kendala Selama proses pengintegrasian, Pemerintah Provinsi Sumatera

Barat mengalami kesulitan yang disebabkan beberapa kendala. Pertama, perbedaan nomenklatur yang digunakan UU 26/2007 dan UU 27/2007, misal untuk nomeklatur zona. Kondisi ini menimbulkan kebingungan, termasuk saat pembahasan dengan DPRD. Untuk mengatasinya, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengusulkan agar pembahasan dan penyusunan naskah akademis antara ruang laut dan ruang darat terpisah. Misal pola dan struktur ruang darat dibahas tersendiri, demikian pula pola dan struktur ruang laut, kemudian dilanjutkan proses harmonisasi, sehingga penyusunan rencana tata ruang yang mengintegrasikan keduan`ya dapat dilakukan.

Kendala selanjutnya adalah RTRW yang sifatnya masih arahan umum, termasuk muatan RZWP-3-K. Hal ini menyebabkan belum dapat digunakannya dokumen ini sebagai pedoman perizinan, sehingga dibutuhkan rencana rinci untuk mendetailkan zona-zona pemanfaatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Meskipun RZWP-3-K sudah berbicara zonasi, tapi perlu diperhatikan mengenai kedetailan peta yang dihasilkan.

Perbedaan terjadi bukan saja pada nomenklatur, tapi juga dalam penggunaan peta. Peta yang digunakan dalam penyusunan RTRW adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), sedangkan dalam penyusunan RZWP3-K adalah peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI). Perbedaannya adalah dalam menentukan batas wilayah pesisir; peta RBI menggunakan acuan penetapan garis pantai berupa 100 m dari muka rata-rata air laut, sedangkan peta LPI menggunakan acuan penetapan garis sempadan pantai yaitu 100 m dari titik air pasang laut tertinggi. Kondisi ini menyebabkan kesenjangan ruang di lapangan yang berbeda jaraknya untuk setiap daerah. Dalam penyusunan RTRW, Provinsi Sumatera Barat menggunakan peta LPI.

Banyak pembelajaran yang diperoleh dari Provinsi Sumatera Barat. Selain dapat meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan, pengintegrasian RTRW dan RZWP-3-K dapat mencegah terjadinya tumpang tindih penataan ruang darat dan ruang laut dan mengantisipasi konflik pemanfaatan ruang, terutama di kecamatan pesisir.

Akselerasi penyusunan dan penetapan Perda RZWP- 3-K juga banyak diharapkan oleh berbagai pihak, salah satunya lokasi yang dikunjungi, yaitu lokasi Konservasi Penyu di desa Ampar, kota Pariaman, Sumatera Barat, karena akan memiliki kekuatan hukum mengikat dalam perizinan pemanfaatan ruang di kawasan tersebut yang merupakan zona konservasi [rt/zh/gp].

sumber: dokumentasi Direktorat TRP, Bappenas

Sumber: dokumentasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Lokakarya Pengelolaan Pengetahuan ( Knowledge Management -KM)

dalam berita