Pelaksanaan Pemantauan Penataan Ruang di Kota Malang

Pelaksanaan Pemantauan Penataan Ruang di Kota Malang

Kota Malang telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No.

4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun 2010-2030. Penyusunan RTRW Kota Malang mengacu kepada arahan RTRW Provinsi Jawa Timur dan diintegrasikan dengan RPJMD Kota Malang. Pada proses penyusunannya, RTRW Kota Malang belum mengakomodir Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dikarenakan RTRW Kota Malang direncanakan tidak terdapat sawah (berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Timur yang menargetkan 0

ha sawah untuk kota Malang dan kota Surabaya), meskipun dalam kondisi eksisitingnya masih terdapat sekitar 700 ha sawah di Kota Malang.

Informasi ini didapat dari hasil telaah dan pemantauan dalam penyelenggaraan penataan ruang di kota Malang yang dilakukan oleh Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), pada Jumat, 23 Mei 2014.

“Implementasi RTRW Kota Malang belum cukup efektif, terutama dalam hal perizinan dikarenakan belum adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),” ungkap Kabid Tata Kota Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang Diah A. Kusumadewi.

Saat ini, RDTR Kota Malang sedang dalam tahap Persetujuan Substansi (Persub) ke Provinsi, namun masih terkendala penyediaan peta dikarenakan peta yang disajikan belum informatif dan masih terdapat beberapa kesalahan teknis.

Pada Tahun 2003, Kota Malang mendapat bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk penyediaan peta udara dengan skala 1:1.000. Peta ini kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan peta untuk RDTR. Pada tahun yang sama, Pemerintah Kota Malang menggunakan citra satelit untuk pemutakhiran peta yang sudah ada dengan menggunakan teknik quick bird.

Beberapa permasalahan pun kerap dialami dalam penyelenggaran penataan ruang tersebut, salah satunya termasuk perizinan. Belum kuatnya perizinan berdampak pada sulitnya Pemerintah Kota Malang dalam mengendalian pemanfaatan ruang, terutama jika menyangkut penindakan pelanggaran penataan bangunan.

Selama ini, Bappeda Kota Malang hanya dapat memberikan rekomendasi pelanggaran, namun untuk penindakan pelanggaran hanya dapat dilakukan oleh Satpol PP setelah mendapat arahan dari Walikota Malang. Penindakan yang dilakukan oleh Walikota Malang pun sebatas pada tindak pindana ringan berdasarkan putusan pengadilan. Demi memperkuat pengendalian pemanfaatan ruang, saat ini sedang disusun Rancangan Peraturan Walikota Malang mengenai Insentif dan Disinsentif Penataan Ruang Kota Malang.

Mengingat bahwa Perda RTRW Kota Malang ditetapkan pada tahun 2011, maka Pemkot Malang merencanakan untuk mempersiapkan peninjauan kembali (PK) RTRW pada tahun 2015, untuk kemudian melakukan PK pada tahun 2016 [oc/cw].

sumber: dokumen Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

www

.tataruangpertanahan.com

Lokakarya Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Melanjutkan rangkaian kegiatan dari Focus Group Discussion penyempurnaan. Ridwan dari BNPB, dan Tavip dari Ditjen Bina yang telah dilakukan sebelumnya di Jakarta pada 10 Juni 2014,

Bangda Kementerian Dalam Negeri, yang menjelaskan penguatan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas

kelembagaan.

menyelenggarakan Lokakarya dengan tema “Materi Teknis Revisi Rekomendasi yang dihasilkan pada lokakarya ini diusulkan untuk Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Perspektif BNPB dan BKPRN. Dalam mendukung pengarusutamaan PRB

Pengurangan Risiko Bencana”. dalam RTR, BNPB diharapkan berkoordinasi dengan BKPRN dalam Lokakarya yang dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014 di Hotel

menetapkan daerah yang perlu diprioritaskan pembuatan peta Akmani ini bertujuan untuk mendiseminasi materi teknis revisi

dasarnya berdasarkan kelas risiko suatu daerah, mendorong agar pedoman penyusunan RTR berdasarkan perspektif PRB dan

Pemerintah Daerah memrioritaskan pembentukan dan penguatan membangun komitmen perlunya pengarusutamaan PRB ke

BPBD baik itu sumber daya manusia maupun anggaran, mendorong dalam RTR dan perumusan rencana tindak lanjut hasil kajian dan

percepatan penyusunan RPB di kabupaten/kota; dan merumuskan lokakarya.

kelas risiko yang lebih rinci (tidak hanya tinggi, sedang, rendah). Pada sambutannya, Direktur Kawasan Khusus dan Daerah

Secara umum, baik K/L maupun pemerintah daerah mendukung Tertinggal, Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi, menjelaskan

pengarusutamaan PRB ke dalam RTR, namun harus dimuat proyek Safer Communities through Disaster Risk Reduction

ke dalam 1 (satu) pedoman saja. Mengingat selain kajian ini, (SCDRR) di Kementerian PPN/Bappenas telah dimulai sejak tahun

Kementerian Pekerjaan Umum sudah membuat legal drafting 2003. Proyek ini merupakan kerjasama antara UNDP, BNPB, dan

penyusunan RTR di kawasan rawan bencana, dan Kementerian Kementerian PPN/Bappenas. Aryawan memaparkan pula bahwa

Dalam Negeri bekerjasama dengan Badan Geologi sedang proyek SC-DRR ini dilakukan oleh dua Direktorat di Kementerian

menyusun pedoman serupa untuk penerapannya ke daerah [gp/ay]. PPN/Bappenas, yakni Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal dan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.

Pada lokakarya ini, Gita Chandrika selaku tenaga ahli kajian dari SC-DRR, menyampaikan Materi teknis yang meliputi: 1) kedudukan materi teknis; 2) integrasi dokumen/proses dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTRW Provinsi dan RTR KSN; 3) koordinasi kelembagaan; 4) keterkaitan KLHS dan kajian risiko bencana dalam rencana tata ruang; dan 5) penyepakatan rencana tindak lanjut.

Hadir pula Eka Aurihan, Kasubdit Pengaturan Dit. Binda II Kementerian PU, yang menjelaskan standar Perencanaan Tata

sumber: dokumen Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Ruang di Kawasan Rawan Bencana yang tengah dalam proses

on

landspatial bappenas

buletin tata ruang & pertanahan 33

Menyusun Babak Baru Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan:

RPJMN 2015-2019

buletin tata ruang & pertanahan i