Ke-Tuhanan (Rabbâni)
1. Ke-Tuhanan (Rabbâni)
Firman Allah Swt di dalam al-Quran adalah petunjuk bagi kehidupan manusia,sumber rujukan utama dalam menetapkan suatu pilihan. Al- Quran merupakan sumber ilmu,tidak terkecuali bagi ilmu manajemen.Al-Quran memberikan panduan bagaimana mengelola sesuatu secara baik dan benaragar tercapainya tujuan yang diharapkan. Berbicara tentang tujuan itu, berbicara output dan outcome dan ini ranahnya takdir, keputusannya mutlak milik Allah Swt. Domainnya manusia adalah mengoptimalkan usaha dan ikhtiyar. Tentang bagaimana akhir dari usaha, ini adalah rahasia ilahiy. Namun Islam mengajarkan bahwa apapun hasil dari kerja-kerja manajemen, disikapi dengan dua perilaku; syukur dan sabar. Bersyukur atas segala kesenangan yang dicapai dan bersabar atas segala kesulitan yang dirasakan.
Keputusan Allah Maha Adil! Allah Swt memerintahkan manusia untuk mengoptimalkan potensi agar tercapainya maksimalisasi kinerja. Ikhtiyar yang tertata itu adalah 'sebab' akan lahirnya kesuksesan.
Pengantar Manajemen Syariah Pengantar Manajemen Syariah
KARAKTER DAN PRINSIP MANAJEMEN ISLAM
BAB II
Pengantar Manajemen Syariah
logika Anda dan tidak perlu adanya agama dalam bisnis Anda. Jika Bermanajemen hakikatnya adalah belajar dan mengajar.Menjadikan Anda berbicara politik, maka berpolitklah sesuka logika Anda dan
organisasi sebagai learning organization (organisasi pembelajar), tidak perlu adanya agama pada kerja-kerja politik Anda. Jika Anda
kegiatan belajar dan mengajar tidak boleh berhenti dalam berbicara pendidikan, maka didiklah orang tanpa perlu iringan agama.
berorganisasi.Seperti organisasi perusahaan, harus selalu berfikir Disinilah titik perbedaan karakter manajemen Islam dengan
sesuatu yang berbeda lagi unik, berusaha melakukan perubahan besar konvensional. Bahwa manajemen Islam memastikan segala perilaku
dan bekerja cerdas. Kreativitas lahir dari pembelajaran yang kontinu, manajemennya sesuai dengan apa yang Allah firmankan dan
agar mampu meraih nilai-nilai unggul bagi perusahaan. Terkait dengan Rasulullah sabdakan. Manajemen Islam mengembalikan si pelaku
belajar dan mengajar, Al-Quran surah ali-Imran ayat 79 menyampaikan kepada fitrahnya. Manajemen Islam itu menyatukan unsur-unsur yang
dimana Allah Swt membimbing dan mengarahkan kepada siapa pun dimiliki manusia secara harmoni.
yang melakukan proses belajar dan mengajar agar melekat dalam jiwa dan kepribadiannya karakter rabbani (pembelajar yang
Tantangannya adalah, apakah keinginan manusia seirama dengan rabbani).Rabbâni harus melekat pada karakter orang yang berilmu, kehendak Tuhan? Apakah keputusan-keputusan struktural yang
pemimpin (manajer), ahli hikmah, ahlu takwa, ahli ibadah, para diambil manajer sesuai dengan aturan-aturan Tuhan? Jika terjadi
pendidik.Merekalah insan-insan rabbâni yang selalu memberikan benturan kepentingan antara kepentingan manusia -keinginan
manfaat mulia bagi manusia.
duniawinya- dengan kehendaknya Tuhan, mana yang selayaknya diprioritaskan? Sejenak kita membaca firman Allah Swt, “Katakanlah,
Manfaat Rabbâni
jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri- isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
a) Terjaga dari perselisihan destruktif. Perbedaan cara pandang perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
terhadap suatu objek memang sering terjadi, bahkan perbedaan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
cara berfikir tersebut dapat terjadi dalam rumah tangga, daerah, Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
kota, provinsi, bahkan lebih besar dari itu. Perbedaan lingkungan, sampai Allah mendatangkan keputusannya.” (QS. Al-Taubah: 24).
pengetahuan dan pengalaman seseorang menjadikan mereka Kata “fatarabbashu...” bermakna tunggulah sampai Allah
berbeda. Tidaklah perbedaan itu selamanya tercela. Yang mendatangkan keputusannya, yaitu berupa azab dan sanksi-Nya yang
terpenting bagi manajemen Islam adalah bagaimana cara mencari akan tiba pada waktunya (cepat maupun lambat) ketika manusia
solusi terhadap perbedaan? Segala keputusan manajemen memposisikan cinta Allah dan Rasul-Nya di bawah dari kecintaannya
akhirnya harus sejalan dengan pedoman hidup muslim; al-Quran kepada objek-objek cinta yang tersebut di atas. Ini adalah peringatan
dan al-Hadits. Para pihak penentu keputusan harus memiliki satu yang keras dari-Nya.
kesepahaman bersama tentang sumber menuju solusi yaitu al- Quran dan al-Hadits serta pemikiran para ahli yang kompeten.
Pengantar Manajemen Syariah
Maka, apa pun suku, bahasa, warna kulit dan bangsa kaum merasa merekalah penentu segala sesuatu, pemiliki dunia seisinya. muslim, sesungguhnya yang menyatukan mereka adalah al-
Mereka lupa dan dilupakan bahwa disana ada Allah Swt yang Quran.
Maha Tinggi, Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Kaya dan pemiliki sifat 99 yang MahaSempurna. Oleh karena itu, seseorang
b) Terjaga dari hawa nafsu. Kecenderungan seseorang beragam. yang melekat dalam jiwanya nilai-nilai rabbâni tidak akan pernah Keinginannya sangat liar atau bahkan tanpa batas. Hasrat baik dan
menyembah kepada makhluk, pemimpin yang melekat dalam buruk selalu saling berselisih di dalam jiwanya. Syetan bersumpah
jiwanya nilai-nilai rabbâni tidak pula merasa dirinya khaliq. kepada Allah ta'ala akan senantiasa menggoda manusia hingga
Penghargaan terhadap manusia baik dilakukan namun masih hari Akhir tiba. Syetan memiliki langkah-langkah untuk
dalam batas-batas kewajaran dan tidak berlebihan.
menguasai hati dan jiwa manusia. Maka, agar terhindar dari hawa nafsu syaitan, para pelaku menejemen muslim harus memperbaiki
2. Komprehensif (Syumûliyyah)
interaksinya dengan Allah ta'ala. Mengoptimalkan agar nilai-nilai rabbâni hadir dalam lingkungan kerja.
Manajemen Islam berlaku untuk seluruh lini kehidupan manusia. Ruang kerja manajemen Islam komprehensif; pemerintahan,
c) Responsif terhadap aturan agama. Seseorang yang melekat pendidikan, ekonomi, sosial, pertahanan, politik, budaya. Lawannya kepadanya karakter rabbani, selalu menampilkan respon ketaatan
adalah parsial. Hal ini didasari oleh karakter ajaran Islam yang terhadap segala ajaran Allah dan Rasul-Nya. Organisasi yang telah
universal, Firman Allah Swt, “dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab membudayakan karakter rabbâni, akan selalu merespon segala
(al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta aturan Allah dan Rasul-Nya melalui perilaku taat terhadap
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” perintah dan larangan. Pemimpin dan yang dipimpin saling
(QS. Al-Nahl: 89). Maka bermanajemen pun tidak sekedar pada sektor bekerjasama dan tolong menolong mentaati perintah agama. Siapa
bisnis dan industrial saja.
pun yang memahami Islam secara holistik tentunya piawai menjadikan segala aktivitas manajemen sebagai bentuk ketaatan
Pegawai di kantor harus merealisasikan nilai jujur saat berada di luar kepada-Nya, bahkan ini adalah jalan menuju keberkahan
kantor, pedagang di pasar dituntut selalu ramah saat hadir bersama manajemen.
keluarganya, manager perusahaan mencintai kedisiplinan ketika berinteraksi bersama lingkungan masyarakatnya. Seorang guru tetap
d) Terhindar dari penyembahan terhadap manusia. Sering terjadi mengamalkan nilai kasih sayang saat bersama keluarga dan kerabat perilaku berlebih-lebihan, seruan pimpinan lebih dipatuhi
karibnya. Inilah dinamika keutuhan manajemen Islam.
daripada seruan Allah ta'ala. Ada istilah manajemen kebapak-an, Asal Bapak Senang. Para pemimpin muslim menjauhi al-Quran,
Manajemen Islam hadir untuk mendidik manusia secara utuh; hati, akal lemah hasil kinerja ibadahnya kepada Allah ta'ala. Para pemimpin
Pengantar Manajemen Syariah
dan perbuatan. Manajemen Islam hadir menyentuh segala penjuru Apabila manusia mendekati Allah melalui interkasi yang baik bersama wilayah dan negara. Tanpa perlu batasan geografis. Risalah manajemen
al-Quran, niscaya akan mengundang kasih sayang dan ridha-Nya. Jika Islam eksis selama berabad-abad, yang dimulai sejak zaman nabi Adam
Allah meridhai hambanya, segala sesuatu dapat terwujud atas izin- hingga nabi Muhammad Saw serta dilanjutkan oleh generasi
Nya. Budaya ini yang masih terlihat lemah di lingkungan perusahaan Rasulullah Saw hingga saat ini. Risalah Islam ini telah mengatur setiap
berbasis syariah. Syariah hanya disadari sebatas kepentingan kantor tahapan kehidupan manusia sejak ia lahir hingga wafat. Betapa
dan bisnis saja, belum menyatu secara utuh dalam kehidupan sehari- universalnya manajemen dalam perspektif Islam.
hari.
Dikarenakan semua umat Islam memiliki sumber rujukan hukum yang Manajemen Islam secara tegas mengungkapkan bahwa Allah Swt sama, maka ukuran benar dan salah, baik dan buruk juga sama. Dalam
menilai perilaku si pelaku manajemen dengan ukuran Taqwa. hal kita bermanajemen syariah, ukuran kebenaran itu adalah al-Quran
Kesuksesan manajemen disaat bersama ketaqwaan. Kesuksesan mega dan al Hadits. Akal yang sehat akan selaras dengan ketentuan syariat.
proyek yang diraih organisasi tanpa taqwa, bernilai kerdil di sisi-Nya. Syariat sama sekali tidak dalam rangka men-jumud-kan kreativitas dan
Taqwa ukuran keadilan, ia merupakan nilai umum yang siapapun dapat inovasi manusia. Adanya syariat mampu mendukung kejayaan bagi
meraihnya. Diskriminasi berdasarkan perbedaan suku, ras, jabatan, manusia pada berbagai bidang tugasnya. Karena tidak ada satu syariat
kasta, warna kulit untuk mengukur kesuksesan dilarang dalam pun yang Allah tetapkan bagi kehidupan manusia dan makhluk-Nya,
implementasi manajemen Islam. Praktiknya dalam organisasi bahwa melainkan memiliki manfaat dan maslahatmulia bagi kehidupan
basis penilaian kinerja terdapat pada perilaku yang ditampilkan, bukan manusia.
kepada orangnya. Apakah kerja-kerja karyawan sesuai dengan gayanya perusahaan?
Siapapun yang ingin mengembangkan usahanya berdasarkan prinsip manajemen syariah, maka ia harus memperbaiki interaksinya bersama
Orang yang bertaqwa mencintai profesionalitas dalam bekerja, orang al-Quran dan al Hadits secara gradual. Memperbaiki tilawah al-Quran,
yang bertaqwa mencintai inovasi dan kreasi, orang yang bertaqwa meningkatkan pemahaman terhadap al-Quran dan al hadits, dan
bertanggung jawab terhadap permasalahan yang muncul, orang yang menjadikan keduanya sumber dalam bersikap dan mengambil
bertaqwa tidak galau menghadapi hari esok yang penuh dengan keputusan. Misalnya, kesuksesan kinerja perbankan Islam, tidak
ketidakpastian, orang yang bertaqwa tidak putus harapan dan tidak mutlak dipengaruhi oleh ikhtiyar manajemen semata, namun lebih
berprasangka buruk kepada Allah disaat badai krisis menimpa daripada itu, dipengaruhi juga oleh kuantitas dan kualitas interaksi
perusahaannya. Bagi orang yang bertaqwa bermanajemen itu ibadah. sumber daya insaninya bersama al-Quran dan al-Hadits. Hal yang sama dapat dilakukan pada ranah politik, kesuksesannya tidak semata melalui desain strategi yang handal, namun sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi para ahli politik kepada Tuhannya.
Ketiga, kebutuhan terhadap akal (al-'aql). Setiap manusia niscaya membutuhkan kebaikan akalnya. Agama dan akal merupakan pembeda antara manusia dan hewan. Melindungi akal berarti memeliharanya melalui kegiatan belajar dan mengajar segala ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia dan agamanya. Akal akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang mulia yang produknya berupa konsep,
teori, hukum dan kebijakan. Ide-ide cerdas sangat dibutuhkan manusia dalam rangka memerankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Melindungi akal juga berarti mencegah segala bentuk perilaku yang dapat merusak fitrah akal, seperti meminum khamar dan sejenisnya yang memabukkan lagi dapat merusak akal manusia, menuntut ilmu- ilmu yang tidak bermanfaat bagi jiwa dan agama manusia.
Keempat, kebutuhan terhadap keturunan (al-nasl). Islam sangat memperhatikan kebutuhan akan keturunan, agar bertahannya peradaban manusia di muka bumi, yang akan mewarisi tugas memakmurkan bumi. Memelihara keturunan berarti melahirkan generasi-generasi shaleh yang diwali dengan pernikahan yang sah antara pria dan wanita. Rasulullah Saw sangat bangga dengan banyaknya keturunan. Memelihara keturunan juga berarti mencegah segala bentuk perilaku yang dapat merusak lahirnya keturunan dan generasi yang tangguh. Seperti perilaku zina, aborsi.
Kelima, kebutuhan terhadap harta (al-mal). Melindungi harta melalui transaksi muamalah yang dibenarkan, seperti jual-beli, sewa menyewa, distribusi harta kepada zakat, infak, sedekah dan wakaf. Melindungi harta juga berarti mencegah segala perbuatan yang dapat merusak dan menghilangkan harta, seperti pencurian, penipuan, perampasan harta orang lain, menahan harta benda dari kewajiban zakat. Lalu Ibnu 'Asyur (w. 1379 H) menambahkan satu prinsip lagi yaitu melindungi kebebasan (hifzh al-hurriyyah).