Upaya yang di Tempuh Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Khalwat/Mesum.
C. Upaya yang di Tempuh Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Khalwat/Mesum.
Untuk menanggulangi kejahatan tindak Pidana Khalwat/Mesum yang terjadi di Kota Banda Aceh maka perlu kesadaran dari setiap individu, dan aparat penegak hukum harus benar-benar melaksanakan hukum itu sesuai dengan ketentuaanya jangan mendiskriminasi. Dalam menanggulangi Khalwat/Mesum ini masih banyak hambatan-hambatan bagi aparat penegak hukum yang belum secara benar melaksanakan
51 Wawancara dengan Radja Radan,mewakili Ketua Dinas Syariat Islam Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 21 April 2008 51 Wawancara dengan Radja Radan,mewakili Ketua Dinas Syariat Islam Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 21 April 2008
Sejauh ini dalam proses penerapan Syariat Islam yang sekarang dilaksanakan di Nanggroe Aceh Darussalam, pihak Wilayatul Hisbah khususnya Kota Banda Aceh, menurut Radja Radan, telah melakukan beberapa hal terhadap pelaku Khalwat/Mesum, diantaranya adalah melakukan operasi rutin setiap 24 jam di lokasi tempat-tempat yang dikunjungi oleh masyarakat seperti, cafe-cafe, hotel-hotel dan tempat wisata yang ada dalam wilayah hukum Kota Banda Aceh. Dan melakukan oprasi terpadu sebanyak 16 kali dalam satu bulan dengan cara bekerja sama dengan pihak POLRI/TNI/SATPOL, dalam memberantas kemaksiatan di Kota Banda Aceh.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Radja Radan 52 , (Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh), menurutnya dalam proses pelaksanaan Syariat
Islam di Nanggroe Aceh Darussalam Khususnya Kota Banda Aceh, maka perlu perhatian yang serieus dalam penerapannya oleh seluruh elemen masyarakat, aparat penegak hukum, baik Eksekutif, legislatif, dan yudikatif, menurunya pula yang sangat menjadi hambatan dalam penegakkan hukum Syariat Islam di Aceh
52 Wawancara dengan Radja Radan, mewakili Ketua Dinas Syariat Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 21 April 2008 52 Wawancara dengan Radja Radan, mewakili Ketua Dinas Syariat Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 21 April 2008
1. Faktor kurangnya Iman, jadi para pemuda tidak paham dengan larangan melakukan Khalwat/Mesum/pergaulan bebas.
2. Kurangnya kepedulian orang tuanya, bahkan orang tua memberikan peluang bagi anaknya untuk melakukan Khalwat/Mesum.
3. Karena adanya peluang-peluang dan tersedianya tempat-tempat untuk melakukan Khalwat/Mesum, terutama salon-salon, hotel-hotel, dan café- café.
4. Kurangnya pengawasan masyarakat.
5. Belum semua aparat penegak hukum untuk memberantas maksiat, cuma, Petugas Wilayatul Hisbah, itupun tenaganya sangat minim personelnya, cuma 63 orang.
6. Pengaruh media dan globalisasi.
7. Tidak tegasnya larangan dari pada ulama, tokoh-tokoh adat, dan juga aparat penegak hukum.
8. Yang paling dominan adalah karena tidak malu. Kalau kita melihat pada butir kelima diatas yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi hambatan yang sangat serius dalam memberantas Khalwat/Mesum adalah kurangnya Petugas Wilayatul Hisbah, yang anggotanya cuma 63 orang dalam Wilayah hukum Kota Banda Aceh. Dan tersedianya tempat- tempat yang memberikan peluang bagi pemuda untuk melakukan
Khalwat/Mesum, dan akibat hukum yang ditimbulkan dari perbuatan pelaku khalwat/mesum adalah antara lain :
1. Rusaknya moral.
2. Terjadinya pergaulan bebas dalam masyarakat.
3. Terjadinya pendangkalan aqidah.
4. Runtuhnya semangat mengamalkan agama.
5. Munculnya anak-anak di luar nikah.
6. Lahirnya pelacur-pelacur di tengah masyarakat yang sedang mengamalkan Syariat Islam.
7. Datangnya bala dari pada Allah itu tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan manusia itu sendiri.
Menurut Marzuki 53 , hambatan yang sangat dampak dalam menanggulangi Khalwat/Mesum adalah karena tindak Pidana Khalwat/Mesum kesempitan para
saksi untuk memberikan keterangan, disini berarti sudah jelas bahwa baik dari masyarakat maupun aparat penegak hukum sendiri masih belum serius dalam malaksanakan Syariat Islam, padahal dalam Qanun Nomor 14 tahun 2003 dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (2) dan Pasal 13 ayat (1) adalah :
Pasal 8 : Ayat (1) Masyarakat berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan perbuatan Khalwat/Mesum. Ayat (2) Masyarakat wajib melapor kepada pejabat yang berwenang baik secara lisan maupun tulisan apa bila mengetahui adanya pelanggaran larangan Khalwat/Mesum.
53 Wawancara dengan Marzuki, Petugas Wilayatul Hisbah, Kota Banda Aceh pada tanggal 21 april 2008
Pasal 13 : Ayat (1) Gubernur, Bupati/wali Kota, Camat, Imum Mukim, dan Keuchik berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penerapan larangan sebagaimana di maksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6.
Menurutnya 54 pula Radja Radan , mengatakan tindak pidana Khalwat/Mesum tidak semuanya dilimpahkan ke- Mahkama Syar’iyah karena ada
dua alasan yaitu :
1. Alasan Penyelesaian dengan Hukum Adat :
a. Karena kasus-kasus pelanggaran terhadap Khalwat/Mesum yang terjadi
bersifat ringan dan haya cukup di bina oleh petugas Wilayatul Hisbah.
b. Karena adanya tuntutan dari masyarakat untuk di selesaikan secara adat melaului perdamaian secara kekeluargaan atau dikawinkan atau membayar denda sebagai penutup malu.
2. Alasan Peneyelesaian Melalui Hukum Syariat Islam Berdasarkan Qanun Nomor 14 tahun 2003 :
a. Proses penyidikan melalui oleh kepolisian
b. Tuntutan oleh jaksa penuntut umum.
c. Putusan hukuman oleh hakim Mahakamh Syar’iyah Upaya penanggulangan terhadap pelaku Khalwat/Mesum, Dinas Syariat Islam dan Keluarga Sejahtera Kota Banda Aceh dengan segala keterbatasan terus membenahi dan memaksimalkan fungsinya dan kewenangan yang di milikinya. Sesuai dengan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 9 tahun 2004. Dinas Syariat Islam dan Keluarga Sejahtera diberikan kewenangan untuk malaksanakan
54 Wawancara dengan Radja Radan. mewakili Ketua Dinas Syariat Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, pada tanggal 21 April 2008 54 Wawancara dengan Radja Radan. mewakili Ketua Dinas Syariat Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, pada tanggal 21 April 2008
bidang Syariat Islam. Dinas Syariat Islam berdasarkan keterangan Radja Radan 55 , telah melakukan berbagai terobosan untuk mensukseskan pelaksanaan Syariat
Islam, antara lain :
1. Siaran jum’at keliling termasuk operasi jum’at untuk mengarahkan kaum laki- laki melaksanakan shalat jum’at dan menutup tempat-tempat usaha.
2. Malalui Radio RRI, melakukan dialog interaktif Syariat Islam, nuansa Islami dan siraman Qalbu.
3. Melalui Radio Toss, melakukan dialog interaktif Syariat Islam, nuansa Islami, dan iklan layanan masyarakat.
4. Melalui Radio swasta (megah FM), iklan layanan masyarakat.
5. Melalui TVRI, talk show Syariat Islam.
6. Melalui media cetak-media cetak.
7. Melalui brosur, selebaran, sticker, seruan bersama, maklumat, spanduk, billboard.
55 Wawancara dengan Radja Radan, mewakili Ketua Dinas Syariat Islam selaku Kasubdin Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 21 april 2008
8. Melalui ceramah kemasjid dan mushalla-mushalla dan juga kesekolah- kesekolah dalam Wilayah hukum Kota Banda Aceh.
9. Pembekalan /penyuluhan Qanun-qanun Syariat Islam. Petugas Wilayatul Hisbah telah berusaha semaksimal sesuai dengan kewenangannya pada tahun 2006/2007 petugas Wilayatul Hisbah telah menangani kasus sebagai berikut :
a. Qanun, No, 11 tahun 2003 tentang aqidah, ibadah, dan Syiar Islam sebanyak 2034 orang/pelanggar.
b. Qanun No, 14 tahun 2003 tentang Khalwat/Mesum sebannyak 590 pasang/pelanggar. Pelaksanaan Syariat Islam yang sedang di galakkan di NAD pada
umumnya dan khususnya Kota Banda Aceh akan tegak dan sukses apabila mendapat dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, semua stake holder (sesuai dengan kapasitasnya masing-masing) harus ambil bagian dan berpartisipasi aktif demi kelangsungan Syariat Islam yang rahmatan lil’alamin.
Lebih lanjut sebagaimana hasil wawancara dengan Abdul Halim 56 , mengenai tidak seriusnya dari aparat penegak hukum dalam memberantas
Khalwat/Mesum, karena dalam sistem penerapan hukuman cambuk yang sekarang berlaku di Kota Banda Aceh hanyalah berlaku bagi golongan bawah saja atau bagi masyarakat biasa, disini berarti masih adanya sistem mendiskriminasi bagi aparat penagak hukum dan kurangnya keseriusan dari para Eksekutif, Legislatif dan
56 Wawancara dengan Abdul Halim, Kasat Reskrim Poltabes, pada tanggal 25 April 2008
Yudikatif dalam melaksanakan Syariat Islam yang kaffah di NAD khsususnya Kota Bnada Aceh.
Dalam putusan hukuman atau vonis yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku Khalwat/Mesum, yang terjadi di Wilaayah hukum Kota Banda Aceh, maka hakim melihat pada kasus-kasusnya yang di hadapkan ke persidangannya untuk di putuskan, karena yang sangat menjadi kendala bagi hakim adalah karena belum adanya hukum acara bagi Qanun Khalwat/Mesum jadi hakim berpedoman pada hukum acara Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan hakim tidak bisa menahan terdakwa karena dasar hukum untuk menahan para pelaku Khalwat/Mesum tidak diatur dalam Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat/Mesum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Salahuddin, maka yang sangat menjadi kendala bagi hakim adalah disini masih kurangnya keseriusan para elit, atau Eksekutif dan Legislatif yang sampai sekarang belum bisa melahirkan hukum acara terhadap Qanun Khlawat/Mesum.
Terhadap putusan hukuman atau vonis yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku Khalwat/Mesum, menurut Salahuddin 57 , yang kadang-kadang relatif
sedikit terhadap ‘uqubat ta’zir dan tidak sesuai dengan apa yang telah di tentukan dalam Qanun, karena dalam proses persidangan hakim melihat pada kasusnya, apakah kasus Khalwat/Mesum yang terjadi bersifat ringan, sedang atau beratnya pelanggaran dalam Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat/Mesum. Jadi hakim dalam memutuskan perkara Pidana Khalwat/Mesum maka akan menilai beberapa hal antara lain :
57 Wawancara dengan Salahuddin. Sebagai Wakil Ketua dan Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh pada tanggal 28 April 2008 57 Wawancara dengan Salahuddin. Sebagai Wakil Ketua dan Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh pada tanggal 28 April 2008
a. Setelah di pereiksa oleh hakim ternyata pelanggaran yang di lakukan oleh pelaku Khalwat/Mesum hanya bersifat sedang, seperti berciuman antara laki-laki dan perempuan contohnya di café-café, tempat-tempat rekreasi atau didalam sebuah rumah yang tidak ada orang ini disebut jenis Khalwat/Mesum sedang.
b. Selama dalam persidanga berkelakuan baik dan tidak pernah melakukan pelanggaran sebelumnya.
b. Telah terbukti dalam persidangan dan patut di duga bahwa seseorang atau telah melakukan hubungan intim dengan yang bukam mahramnya. Ini di sebut jenis Khalwat/Mesum yang sifatnya berat.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Idris Abdullah 58 . Pada tahun 2006/2007 terdapat 5 (lima) jenis Khalwat/Mesum yang diputuskan oleh hakim
Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh, mengenai putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku Khalwat/Mesum tidak mencapai batas maksimal, seperti dalam putusan hakim dalam perkara khasus Khalwat/Mesum, dengan Nomor perkara 01/JN/2006/MASY/BNA, maka hakim memutuskan 5 (lima) kali cambuk bagi laki-laki dan 3 (tiga) kali cambuk bagi perempuan, dan Nomor perkara 01/JN/2007/MASY/BNA, dengan hukuman cambuk bagi laki-laki
58 Wawancara dengan Idris Abdullah, Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh pada tanggal 28 april 2008
8 (delapan) kali dan perempuan 6 (enam) kali, itu karena semata-mata hakim menilai bahwa jenis Khalwat/Mesum yang dilakukan oleh pelaku bersifat sedang dan berat. Akan tetatpi begitu pula apabila dalam hal terjadinya pengulangan jarimah. Dalam hal terjadi pengulangan jarimah dalam istilah hukum positif adalah dikerjakannya suatu jarimah oleh seseorang , setelah ia melakukan jarimah lain yang telah mendapatkan putasan terakhir. Pengulangan berbeda dengan gabungan jarimah. Dalam gabungan jarimah, pelaku melakukan jarimah untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya, namun jarimah sebelumnya belum mendapat keputusan terakhir. Maka hakim dapat menjatuhkan hukuman kepada pelaku sebagaimana ketentuannya dalam Pasal 24 Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat/Mesum yang berbunyi : Pengulangan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, ‘uqubatnya dapat ditambah 1/3 (sepertiga) dan ‘uqubat maksimal.
Dalam Bab II telah di uraikan tentang penggulangan jarimah yang ketentuan ‘uqubat ini dapat ditambah apa bila orang yang sama melakukan pengulangan pelanggaran yang sama, maksud pengulangan pelanggaran yaitu pelanggaran yang tersebut dalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) sebagaimana bunyinya:
(1). Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa dicambuk paling tinggi9 (sembilan) kali, paling rendah 3 (tiga) kali dan/atau denda paling banya Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), paling sedikit Rp. 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah). (2). Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa kurungan paling lama 6 (enam) bulan, paling singkat 2 (dua) bulan dan/atau paling banyak Rp. 15.000.000-(lima belas juta upiah), paling sedikit Rp. 5000.000-(lima juta rupiah).
Dengan demikian Salahuddin, mengtakan bahwa apa bila terjadi pengulangan jarimah maka berdasarkan Pasal 22 Qanun Nomor 14 tahun 2003 maka hukumana dapat ditambah 1/3 (sepertiga) dan ‘uqubat sebelumnya. Salahuddin, berharap kepada seluruh pihak aparat penegak hukum dan seluruh lapisan masyarakat harus benar-benar melaksanakan Syariat Islam, yang sekarang diterapkan di Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Kota Banda Aceh, dan dalam pelaksanaannya semua pihak tidak boleh ada mendiskriminasi siapun dia, guna mewujudkan syariat Islam yang Kaffah dan perlu dengan cepat pihak Eksekutif, Legislatif untuk segera membuat atau mengesahkan Qanun Acara tentang Qanun Khalwat/Mesum.
Salahuddin 59 , juga juga berharap kepada aparat penegak hukum dan masyarakat untuk mengamalkan syariat Islam yang sekarang di terapkan Di
Nanggroe Aceh Darussalam, guna mewujudkan hukum Islam yang benar dan di ridhai Allah swt.
59 Wawancara dengan Saluhuddin, Wakil Ketua dan Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh 28 April 2008