Pembangunan Kemaritiman dan Desa Pesisir

2. Pembangunan Kemaritiman dan Desa Pesisir

Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya kelautan yang besar. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia yang memiliki ± 17.480 pulau dengan luas lautnya mencapai 5,8 juta km² dan garis pantai sepanjang ± 95,181 km².1. Sebagaimana diatur dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS, 1982), Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan satu kesatuan wilayah yurisdiksi, yang berdaulat serta mempunyai hak dan wewenang penuh yang diakui dunia internasional, untuk mengatur, mengelola dan memanfaatkan kekayaan laut yang dimilikinya bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai kepentingan yang berada di atas, di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km² .yang mengelilingi laut kedaulatan selebar 200 mil laut. Wilayah laut teritorial Indonesia berbatasan langsung dengan wilayah laut Malaysia, Singapura, Philipina, Palau, India, Thailand, Vietnam dan

Australia. Sedangkan terkait ZEE, Indonesia berbatasan dengan Philipina, Palau, India, Thailand dan Australia. Kehidupan di negara kepulauan berciri maritim, yaitu perikehidupan yang memanfaatkan laut sebagai sumber hidupnya. Sumber daya laut dari sudut ekonomi mempunyai keunggulan komparatif, sedangkan posisinya dapat menjadi keunggulan positif.2 Posisi Indonesia strategis dalam jalur perdagangan internasional sehingga Indonesia berpotensi dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik Internasional. Letak geografis yang strategis dan kekayaan alam melimpah sebagai tersebut merupakan aset bagi kesinambungan pembangunan nasional, namun sekaligus memancing pihak- pihak tertentu untuk memanfaatkannya secara illegal. Secara geografis posisi Indonesia sangat penting artinya bagi lalu lintas pelayaran internasional. Indonesia berada pada posisi strategis diantara dua benua Asia dan Australia yang memiliki karakteristik masing-masing. Selain itu, Indonesia pun berada di antara dua samudra yang menjadi jalur perhubungan berbagai bangsa, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia. Kondisi geografis tersebut menyebabkan Indonesia berperan menjadi Bufferzone, atau daerah penyangga, bagi kedua benua.

2.1. Sejarah Maritim Nusantara

Menelaah tentang Sejarah Maritim Nusantara menurut Anantatoer,Pramudya (2002) yang dikutip dalam Sarasehan ROAD MAP PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN KEMARITIMAN di UGM Yogyakarta (2014) menyatakan bahwa ; Nusantara menjadi saksi bisu, kehebatan kerajaan besar penguasa Arus Selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit, menjadi kekuatan maritim terbesar pada abadnya (1350-1389 M). Majapahit mengusai hampir seluruh Indonesia saat ini, hingga Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaka), dan beberapa negara ASEAN lainnya. Tetapi setelah keruntuhan Majapahit (1478 M) membuat Nusantara yang dulu menjadi mercusuar Selatan dan membawa arus ke arah Utara, akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus telah berbalik, dan Nusantara sekian abad lamanya terjajah. Mangkatnya Mahapatih Gadjah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa melemahkan kerajaan, dan akhirnya lenyap dengan kedatangan Islam.

Arus pun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dulu dalam kekuasaan Majapahit melepaskan diri. Keturunan Majapahit pun lebih memilih pada kekuasaan yang tersisa, seperti Raja Tuban Wilwatika. Tapi, hidupnya berubah drastis oleh bergeraknya Arus eksternal (Portugis) dan internal (Demak). Wiragaleng akhirnya

menjadi tokoh yang ditunggu untuk mengusir penjajah, menghentikan peperangan saudara, mempersatukan Nusantara seperti Gadjah Mada. Di balik kejayaan Majapahit, novel itu juga menyiratkan kenyataan, bahwa dulu kita memiliki budaya maritim yang andal. Dari berbagai belahan penjuru Nusantara tersebar banyak bandar atau pelabuhan besar. Juga banyak peninggalan budaya yang melukiskan kegagahan nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritim.

Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke Utara mengarungi laut Tiongkok, ke Barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah. Kian ramainya pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar. Sumber sejarah pelayaran Indonesia dalam masa prasejarah bisa kita lihat dari relief di candi-candi Hindu dan Budha yang dibangun setelah tahun 500 Masehi, seperti Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Di sana dapat dilihat bahwa pada masa itu sudah berlangsung pelayaran niaga. Perlayaran ini merupakan wujud aktivitas migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke Utara mengarungi laut Tiongkok, ke Barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah. Kian ramainya pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar. Sumber sejarah pelayaran Indonesia dalam masa prasejarah bisa kita lihat dari relief di candi-candi Hindu dan Budha yang dibangun setelah tahun 500 Masehi, seperti Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Di sana dapat dilihat bahwa pada masa itu sudah berlangsung pelayaran niaga. Perlayaran ini merupakan wujud aktivitas migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi

Masyarakat Indonesia telah memiliki pranata hubungan perdagangan. Budaya kemaritiman bangsa Indonesia bukanlah fenomena baru. Sejarah menunjukkan, kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informalnya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman Indonesia masa lalu. Buktinya, berdasarkan penelitian, terdapat tipe jukung yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar. Situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu layar, menggambarkan bahwa kita adalah keturunan bangsa pelaut sudah sekitar tahun 10.000 sebelum masehi.

Selain itu, ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain dengan kapal-kapal yang laik layar. Sejarah juga mencatat, bahwa Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.

2.2. Pudarnya Budaya Maritim

Negara kepulauan Indonesia memiliki wilayah perairan laut lebih luas dari pada wilayah daratannya, sehingga peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara. sebagai negara kepulauan sepatutnya memiliki budaya maritim yang kuat, baik dalam cara hidup masyarakat maupun kebijakan pembangunan nasionalnya. Bila kita kembali melihat kepada sejarah, kerajaan Sriwijaya (Nusantara I) dan kerajaan Majapahit (Nusantara

II) merupakan contoh kejayaan pemerintahan maritim di Nusantara. Kejayaan Indonesia sebagai negara kepulauan di masa lalu tersebut karena paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial dan pertahanan. Mereka mempunyai ketajaman visi maritim serta kesadaran yang tinggi terhadap keunggulan strategis letak geografi wilayah bahari Nusantara. Kemampuan tersebut dilakukan dengan segenap political will dari seluruh pemimpin dan rakyatnya. Sriwijaya mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan lautnya. Sedangkan kerajaan Majapahit mempunyai strategi politik menyatukan kepulauan Nusantara sehingga memprioritaskan pembangunan armada laut yang tangguh.

2.3. Jagad Bahari Nusantara

Pernyataan Jero Wacik bahwa dalam mengamati eksistensi dan potensi lautan, maritim ataupun bahari Indonesia selalu memunculkan gagasan-gagasan baru pembangunan masyarakat Indonesia, sebab, lautan adalah sisi terpenting dalam wawasan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan karena potensi budaya dan wisata bahari kita yang lebih unggul dibandingkan pesona pantai negara lain, telah memberikan inspirasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir/pantai.

Bila disandingkan dan disejajahkan dengan arus utama pembangunan berwawasan daratan, maka akan terjadi perbedaan titik tolak pemikiran dan argumentasi dalam menilai jagad bahari kita. Padahal warisan budaya pesisir kita telah meninggikan derajat kebudayaan masyarakat Indonesia, dengan demikian keterlibatan masyarakat pesisir/pantai dalam perlindungan dan revitalisasi budaya haruslah diberikan peran sederajat dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Selain itu, adanya paradigma dan persepsi bahwa lautan belum menjadi sumber potensial pembangunan masyarakat, menyebabkan pembangunan nasional kita masih berorientasi daratan (land based development).

Dalam dunia pewayangan ada lakon “Banyu Suci Pawitra

Sari” yang menceritakan bahwa Dewa Ruci mengajarkan ilmu kesempurnaan hidup kepada Bima di dasar samudra. Begitu pula

dalam lakon wahyon yang berisi tentang “Wahyu Hastha Brata”

yaitu delapan ajaran kepemimpinan yang menyatakan salah satunya bahwa sifat pemimpin hendaknya disesuaikan dengan keutamaan sifat samudra yang penuh kesabaran dan kasih sayang. Semua ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia menempatkan bahari sebagai bagian terpenting dari “makna tanah air Indonesia”.

Menelaah dunia bahari adalah suatu cara mengabadikan dan menghormati keberanian pelaut-pelaut ulung dan seniman budayawan pesisir pantai yang “mendamparkan” dirinya pada kreativitas untuk membangkitkan keyakinan dirinya dan masyarakatnya bahwa “dari buih-buih gelombang lautan kehidupan”

dapat pula terlahir jiwa pejuang kehidupan di bidang kebudayaan, perekonomian dan pariwisata.

2.4. Pembangunan Masyarakat Pesisir Indonesia

Memasuki pasca orde baru, pembangunan nusantara dievaluasi kembali di mana pengembangan kawasan pesisir mendapat perhatian serius. Pada saat Presiden RI yang ke-4, Abdurahman Wahid pernah dicanangkan pembangunan masyarakat pesisir sebagai Memasuki pasca orde baru, pembangunan nusantara dievaluasi kembali di mana pengembangan kawasan pesisir mendapat perhatian serius. Pada saat Presiden RI yang ke-4, Abdurahman Wahid pernah dicanangkan pembangunan masyarakat pesisir sebagai

Terkait dengan argumen basis kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat. Indonesia adalah negara dengan pantai terpanjang di dunia, yang perlu mengubah cara pandang berbangsa dan bermasyarakat serta berekonomi dari darat ke lautan/pesisir. Kedua berhubungan dengan argumen kebutuhan akan orientasi nilai budaya kelautan dan pesisir. Indonesia perlu mencari format cara berpikir kelautan yang implementable, termasuk bagi para calon pemimpin bangsa yang akan segera memimpin di tahun 2014. Cara pandang baru itu diperlukan bagi Indonesia yang segera memasuki masa pembangunan jangka menengah ketiga 2015-2019 yang sangat menentukan arah perjalanan bangsa sepanjang pembangunan jangka panjang 25 tahun terakhir. Ketiga berkaitan dengan perubahan sosial tingkat lokal dan global. Indonesia berada dalam pusaran perubahan sosial yang berlangsung baik di tingkat lokal, regional hingga global yang tidak terelakkan. Perubahan sosial Terkait dengan argumen basis kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat. Indonesia adalah negara dengan pantai terpanjang di dunia, yang perlu mengubah cara pandang berbangsa dan bermasyarakat serta berekonomi dari darat ke lautan/pesisir. Kedua berhubungan dengan argumen kebutuhan akan orientasi nilai budaya kelautan dan pesisir. Indonesia perlu mencari format cara berpikir kelautan yang implementable, termasuk bagi para calon pemimpin bangsa yang akan segera memimpin di tahun 2014. Cara pandang baru itu diperlukan bagi Indonesia yang segera memasuki masa pembangunan jangka menengah ketiga 2015-2019 yang sangat menentukan arah perjalanan bangsa sepanjang pembangunan jangka panjang 25 tahun terakhir. Ketiga berkaitan dengan perubahan sosial tingkat lokal dan global. Indonesia berada dalam pusaran perubahan sosial yang berlangsung baik di tingkat lokal, regional hingga global yang tidak terelakkan. Perubahan sosial

perubahan perilaku individu/masyarakat, perubahan struktur sosial, perubahan kelembagaan, hingga perubahan relasi kuasa ekonomi dan politik.

konsekuensi

2.5. Pembangunan Desa Pesisir

Desa 1 atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti

keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1 Penjelasan undang-undang no 6 tahun 2014

Keberagaman karakteristik dan jenis Desa, atau yang disebut dengan nama lain termasuk didalamnya adalah desa maritim atau bisa dikatan desa yang ada diwilayah pesisir pantai, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding fathers) ini untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan Desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya bahwa “Susunan dan tata cara

penyelenggaraan

diatur dalam undang- undang”.

Pemerintahan

Daerah

dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Negara

mengakui

Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai Desa tersebut belum dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan. Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal usul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.

Secara umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama, yaitu :

1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa.

2. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan yang objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani ini selanjutnya disebut sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.

mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi. Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan program sektoral dan program daerah yang masuk ke Desa. Program tersebut diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif.

Pembangunan kawasan perdesaan terdiri atas: a)penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif; b)pengembangan pusat pertumbuhan antar desa secara terpadu; c)penguatan kapasitas masyarakat; d)kelembagaan dan kemitraan ekonomi; dan e)pembangunan infrastruktur antar perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan kewenangan Pembangunan kawasan perdesaan terdiri atas: a)penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif; b)pengembangan pusat pertumbuhan antar desa secara terpadu; c)penguatan kapasitas masyarakat; d)kelembagaan dan kemitraan ekonomi; dan e)pembangunan infrastruktur antar perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan kewenangan

Perencanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan aset Desa dan tata ruang dalam pembangunan kawasan perdesaan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah Desa yang selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa. Pembangunan kawasan perdesaan yang memanfaatkan aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa. Pelibatan Pemerintah Desa dalam pembangunan ini diantaranya: a. memberikan informasi mengenai rencana program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan; b. memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan menyepakati pendayagunaan aset Desa dan tata ruang Desa; dan c. mengembangkan mekanisme penanganan perselisihan sosial.

Pemberdayaan masyarakat Desa dan partisipasi bertujuan memampukan Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan pihak Pemberdayaan masyarakat Desa dan partisipasi bertujuan memampukan Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan pihak