Perpedaan Perspeftif Masyarakat Pesisir DALAM

DI KABUPATEN SIDOARJO

“ DIFFERENT PERSPECTIVE OF COASTAL COMMUNITY IN THE COASTAL VILLAGE DEVELOPMENT IN SIDOARJO REGENCY ”

PROPOSAL DISERTASI

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

OLEH

RUKIN NIM : 140930101001

DOSEN PENGAMPU :

PROF. Drs. TATANG ARY GUMANTI, M.Buss.,Ph.D. Dr. ZARAH PUSPITANINGTYAS,S.Sos.,S.E.,MM. Dr. SASONGKO,M.Si. Dr. PUJI WAHONO,M.Si.

PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan desa seringkali diartikan dengan pembangunan berskala besar di wilayah pedesaan (Muhi, 2011). Padahal pembangunan desa yang sesungguhnya tidaklah terbatas pada pembangunan berskala besar saja, akan tetapi pembangunan dalam lingkup atau cakupan yang lebih luas. Pembangunan yang berlangsung di desa dapat saja berupa berbagai proses pembangunan yang dilakukan di wilayah desa dengan menggunakan sebagian atau seluruh sumber daya (biaya, material, dan sumber daya manusia) bersumber dari pemerintah (pusat atau daerah), selain itu dapat pula berupa sebagian atau seluruh sumber daya pembangunan bersumber dari desa.

Ada dan atau tidak adanya bantuan pemerintah terhadap desa, denyut nadi kehidupan dan proses pembangunan di desa tetap berjalan. Masyarakat desa memiliki kemandirian yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan potensi diri dan keluarganya, serta membangun sarana dan prasarana di desa. Namun demikian, tanpa perhatian dan bantuan serta stimulan dari pihak-pihak luar desa dan pemerintah proses pembangunan di desa Ada dan atau tidak adanya bantuan pemerintah terhadap desa, denyut nadi kehidupan dan proses pembangunan di desa tetap berjalan. Masyarakat desa memiliki kemandirian yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan potensi diri dan keluarganya, serta membangun sarana dan prasarana di desa. Namun demikian, tanpa perhatian dan bantuan serta stimulan dari pihak-pihak luar desa dan pemerintah proses pembangunan di desa

Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) dan Pembangunan Desa (Bangdes). Kemudian di era reformasi peristilahan terkait pembangunan desa lebih menonjol yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD)”. Dibalik semua itu, persoalan peristilahan tidaklah penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan desa.

Melihat fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru, pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan yang diprogramkan negara secara sentralistik. Di mana pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri) maupun dengan dukungan

organisasi-organisasi internasional. Pada masa orde baru secara substansial pembangunan desa cenderung dilakukan secara seragam (penyeragaman) oleh pemerintah pusat. Program pembangunan desa lebih bersifat top down .

Pada era reformasi, pembangunan desa lebih cenderung diserahkan kepada desa itu sendiri. Sedangkan pemerintah dan Pada era reformasi, pembangunan desa lebih cenderung diserahkan kepada desa itu sendiri. Sedangkan pemerintah dan

Top-down Planning adalah perencanaan pembangunan yang lebih merupakan inisiatif pemerintah (pusat atau daerah). Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah atau dapat melibatkan masyarakat desa di dalamnya. Namun demikian, orientasi pembangunan tersebut tetap untuk masyarakat desa. Sedangkan Bottom up Planning adalah perencanaan pembangunan dengan menggali potensi riil keinginan atau kebutuhan masyarakat desa. Masyarakat desa diberi kesempatan dan keleluasan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. Masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Pemerintah memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat desa dapat memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan desa.

Sementara itu kombinasi antara Bottom-up dan Top-dowm Planning adalah perencanaan oleh pemerintah (pusat atau daerah) bersama-sama dengan masyarakat desa membuat perencanaan pembangunan desa. Ini dilakukan karena masyarakat masih memiliki berbagai keterbatasan dalam menyusun suatu perencanaan dan

melaksanakan pembangunan yang baik dan komprehensif. Pelaksanaan pembangunan melibatkan dan menuntut peran serta aktif masyarakat desa dan pemerintah. Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang harus diperhatikan adalah harus bertolak dari kondisi existing desa tersebut. Esensi dari pembangunan desa adalah “bagaimana desa dapat membangun/ memanfaatkan/ mengeksploitasi dengan tepat (optimal, efektif dan efisien) segala potensi dan sumber daya yang dimiliki desa untuk memberikan rasa aman, nyaman, tertib serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Pembangunan desa berkaitan erat dengan permasalahan sosial, ekonomi, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan dalam negeri. Masyarakat dinilai masih perlu diberdayakan dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan bantuan negara (dalam hal ini pemerintah) dan masyarakat umumnya untuk menstimulans percepatan pembangunan desa di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bantuan masyarakat dapat berasal dari masyarakat dalam negeri maupun masyarakat internasional. Meskipun demikian, bantuan internasional melalui organisasi- organisasi internasional bukanlah yang utama, tetapi lebih bersifat bantuan pelengkap. Semua bentuk bantuan, baik yang bersumber dari pemerintah, swasta (dalam bentuk Corporate Social

Responsibility, hibah dan sebagainya), maupun organisasi-organisasi non-pemerintah (Lembaga Sosial Masyarakat) dalam negeri maupun internasional adalah merupakan stimulus pembangunan di daerah pedesaan. Semestinya yang dikedepankan adalah kemampuan swadaya masyarakat desa itu sendiri.

Euforia reformasi masih hangat dibicarakan sampai dengan saat ini, padahal itu sudah terjadi sekian tahun lamanya walaupun hasilnya masih jauh dari sempurna. Di awal reformasi digulirkan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan publik di antaranya UU No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang didalamnya sudah tampak jelas adanya sistem pemerintahan sentralisasi berubah menjadi desentralisasi yang memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah untuk menata dan mengatur proses pembangunan di segala bidang didaerahnya masing-masing. Akan tetapi, hal itu masih belum tepat pada sasaran yang tujuannya adalah untuk kemakmuran bangsa Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, telah dikeluarkan aturan yang lebih spesifik, yaitu dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005. Guna memperbaiki pelaksanaan Otonomi Daerah pada tahun 2014 dikeluarkan UU No 6 Tahun 2014 yang penyelenggaraannya di keluarkan Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2014 yang berhubungan dengan pembangunan desa secara menyeluruh.

Peraturan Pemerintah tersebut mengatur sistem pemerintahan sampai dengan pembangunan, dengan berbagai macam dana pembangunan yang dikucurkan oleh pemerintah, di antarannya adalah ADD, PNPM Mandiri, KUR/KUK serta topangan dana lainnya yang semuanya digunakan untuk pembangunan masyarakat secara luas baik secara fisik maupun nun fisik (perekonomian). Secara keseluruhan, tampak bahwa situasi sosial yang terjadi di negeri masih memiliki kekurangan.

Saat ini masih ditemukannya banyak ketimpangan antara desa/kelurahan sesuai dengan data Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013, tercatat jumlah administrasi desa mencapai 72.944 dan administrasi kelurahan sebanyak 8.309, sehingga total desa/kelurahan saat ini sejumlah 81.253 desa/kelurahan. Sebanyak kurang lebih 32 ribu desa dan di dalamnya termasuk desa maritim, masuk dalam arsiran daerah yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena itu, Undang-Undang Desa ini memiliki dua tujuan besar yaitu, perluasan kesejahteraan dan mereduksi disparitas wilayah. Undang-Undang Desa ini, diharapkan menjadi salah satu lompatan sejarah dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung.

Dijelaskan juga bahwa komitmen program pro rakyat yang dijadikan basis pembangunan dalam kurun waktu 10 tahun dalam kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono merupakan

wujud keberpihakan kepada kelompok masyarakat akar rumput yang dalam piramida kependudukan berada paling di bawah. Komitmen ini juga sudah banyak dirasakan sepanjang periode 2004-2013, seperti misalnya adanya program PNPM, KUR, Bantuan Siswa Miskin, BOS, Raskin, BPJS, dan lain sebagainya. Program-program ini didesain dengan memberi rasa keadilan serta memberi ruang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menikmati hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini, utamanya dalam memberdayakan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Sementara itu, era Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo lebih menekankan pada Pembangunan Kemaritiman. Pembangunan kemaritiman ini tidak terlepas dari Pembangunan Desa Maritim. Dahuri et al., (2001) menyatakan bahwa, wilayah pesisir merupakan kawasan sumber daya potensial di Indonesia. Kawasan ini adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai Indonesia yang mencapai sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber daya alam yang besar. Potensi itu merupakan sumber daya hayati dan non hayati. Potensi hayati dapat berupa: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi non hayati dapat berbentuk: mineral dan Sementara itu, era Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo lebih menekankan pada Pembangunan Kemaritiman. Pembangunan kemaritiman ini tidak terlepas dari Pembangunan Desa Maritim. Dahuri et al., (2001) menyatakan bahwa, wilayah pesisir merupakan kawasan sumber daya potensial di Indonesia. Kawasan ini adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai Indonesia yang mencapai sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber daya alam yang besar. Potensi itu merupakan sumber daya hayati dan non hayati. Potensi hayati dapat berupa: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi non hayati dapat berbentuk: mineral dan

Pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerja sama antara masyarakat setempat dalam bentuk pengelolaan secara bersama di mana masyarakat berpartisipasi aktif baik dalam perencanaan sampai pada pelaksanaan dan pengawasannya. Pusjianmar (2013) menyatakan bahwa kebijakan Kelautan Nasional merupakan kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang menyangkut pengelolaan laut yurisdiksi nasional secara terpadu dan komprehensif. Hal tersebut akan bertumpu pada tiga bidang pokok, yaitu Politik, Ekonomi, dan Pertahanan Keamanan. Oleh karena itu langkah awal yang harus dilakukan adalah penciptaan coastal governance guna mewujudkan ketahanan nasional.

Sedangkan empat unsur penting dari faktor keberhasilan dalam pembangunan maritim, antara lain adalah kompetisi, lokasi, jaringan, dan pemerintah. Kebijakan pembangunan maritim diukur melalui kebijakan yang dilengkapi dengan “New Vision” yang lebih kompetitif dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan kemaritiman idealnya mencakup berbagai macam komponen pembangunan diantaranya adalah pembangunan perekonomian, peningkatan pendidikan, serta pelayanan kesehatan yang memadai.

Karena bilamana ketiga hal itu terpenuhi semua sudah pasti kesejahteraan masyarakat akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Sementara itu, pembangunan desa pesisir/maritim merupakan suatu ide baru yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pengembangan dan kemajuan desa-desa di Indonesia di wilayah pesisir/daerah pantai. Dan bila kita inginkan agar Indonesia menjadi pusat kemaritiman di Asia Tenggara, maka pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah bukan hanya berfokus pada area Pesisir /Pantai tapi juga harus berorintasi kepada Pesisir, laut serta daratan karena saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pembangunan Pesisir, Laut dan daratan tanpa memperhitungkan sistem hubungan ketiga area ini maka pembangunan kemaritiman tidak

akan

mendatangkan

kesejahteraan bagi rakyat.

( desamerdeka.co.id – 3/3/2015).

Sedangkan secara geografis, Jawa Timur memiliki wilayah pesisir dan pantai yang sangat luas. Wilayah pesisir dan pantai Jawa Timur mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup beragam, diantaranya potensi perikanan tangkap, budidaya tambak, industri pengolahan ikan, pertanian, perkebunan, peternakan dan wisata pantai. Namun dibalik kekayaan potensi sumberdaya alam tersebut wilayah pesisir dan pantai mempunyai beragam permasalahan yang mendasar

yaitu sumberdaya manusianya masih marginal terutama dibidang pendidikan berdasarkan hasil penelitian di salah satu wilayah di Jawa Timur bahwa tingkat pendidikan masyarakat pesisir mayoritas masih tamat SD (sekitar 45 %), yang tidak tamat SD bisa mencapai 15 %, Bekerja di sektor nelayan dan pertanian 35 %, dan pengangguran mencapai 15 %. Bagi yang berpendidikan setingkat SMP mereka banyak yang memilih menjadi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri (TKI) sebagai pilihan hidupnya untuk berjuang keluar dari kemiskinannya. Sementara pekerjaan di sektor perikanan dan pertanian merupakan pekerjaan musiman, dan mereka sebagian berperan sebagai buruh nelayan dan buruh tani yang pendapatannya cukup minim.

Sebagai salah satu upaya untuk memberikan kontribusi pada penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Jawa Timur, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010 telah melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP), yang dialokasikan pada 8 Kabupaten, 8 desa pesisir di Jawa Timur. Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi di wilayah pesisir dan pantai berlandaskan budaya dan kearifan lokal. Disamping itu, melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai diharapkan mampu Sebagai salah satu upaya untuk memberikan kontribusi pada penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Jawa Timur, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010 telah melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP), yang dialokasikan pada 8 Kabupaten, 8 desa pesisir di Jawa Timur. Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi di wilayah pesisir dan pantai berlandaskan budaya dan kearifan lokal. Disamping itu, melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai diharapkan mampu

berkelanjutan sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penanggulangan kemiskinan.

profesional

dan

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai dikelola secara terpadu dengan membuka ruang partisipasi antar stakeholders dalam rangka memfasilitasi pemberdayaan RTM maupun pengembangan perekonomian diwilayah pesisir dan pantai. Dalam implementasinya, peran serta Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki pengalaman dibidang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi sumberdaya, diperlukan sebagai fasilitator dan mediator bagi pengembangan akses dan kerjasama dalam mengembangkan potensi pesisir dan pantai untuk kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai mempunyai prioritas program yang berkaitan dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs 2015, khususnya dibidang perekonomian masyarakat perdesaan, dengan mengacu pada potensi dan permasalahan yang ada diwilayah pesisir dan pantai dengan mengusung prinsip pada pembangunan manusia, keberpihakan terhadap orang miskin, transparansi, partisipasi, kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas dan mengoptimalkan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai dikelola secara terpadu dengan membuka ruang partisipasi antar stakeholders dalam rangka memfasilitasi pemberdayaan RTM maupun pengembangan perekonomian diwilayah pesisir dan pantai. Dalam implementasinya, peran serta Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki pengalaman dibidang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi sumberdaya, diperlukan sebagai fasilitator dan mediator bagi pengembangan akses dan kerjasama dalam mengembangkan potensi pesisir dan pantai untuk kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai mempunyai prioritas program yang berkaitan dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs 2015, khususnya dibidang perekonomian masyarakat perdesaan, dengan mengacu pada potensi dan permasalahan yang ada diwilayah pesisir dan pantai dengan mengusung prinsip pada pembangunan manusia, keberpihakan terhadap orang miskin, transparansi, partisipasi, kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas dan mengoptimalkan

Sedangkan kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 diarahkan pada masing-masing misi sebagai berikut:

1. Misi Pertama, mengembangkan perekonomian modern berbasis agrobisnis diarahkan pada transformasi sistem agrobisnis; pengembangan sistem informasi agrobisnis; pengembangan sumberdaya

pembinaan sumberdaya manusia; pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan pertanian; penguatan struktur perekonomian; penguatan struktur industri; optimalisasi perdagangan; pemberdayaan koperasi dan UMKM; optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan, percepatan investasi, serta pengembangan pariwisata;

agrobisnis;

2. Misi Kedua, mewujudkan SDM yang handal, berakhlak mulia dan berbudaya

pembangunan pendidikan; pembangunan kehidupan beragama; pengembangan kebudayaan; pembangunan pemuda dan olah raga; pemberdayaan perempuan; sertapembangunan dan pemantapan jatidiri bangsa;

diarahkan

pada

3. Misi Ketiga, mewujudkan kemudahan memperoleh akses untuk meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada pembangunan kesehatan;

pembangunan

kependudukan; pembangunan kependudukan; pembangunan

4. Misi Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan diarahkan pada pengembangan keanekaragaman pemanfaatan sumber daya alam dan buatan; pengembangan energi; pendayagunaan sumber daya alam,pendayagunaan sumber daya alam tak-terbarukan; pengembangan potensi sumber daya kelautan; serta penanganan kebencanaan;

5. Misi Kelima, mengembangkan infrastruktur bernilai tambah tinggi diarahkan pada pembangunan transportasi; pengelolan sumber daya air; perumahan dan permukiman; pengembangan wilayah; serta penyelenggaraan penataan ruang;

6. Misi Keenam, mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik diarahkan pada pembangunan hukum; penyelenggaraan pemerintahan; pembangunan politik; pembangunan komunikasi dan informasi; pembangunan keamanan dan ketertiban ; serta pembangunan keuangan daerah.

Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki wilayah pesisir cukup luas, selain sebagai

penopang kota Surabaya dikarenakan kedua daerah tersebut saling mendukung dan saling menopang termasuk rencana pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang kedua daerah ini biasanya

saling berkesinambungan. Secara berkesinambungan kabupaten ini melakukan pembangunan di bidang kemaritiman diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat pesisir dalam berbagai bidang guna menuju swasembada dan peningkatan ekonomi kerakyatan. Dalam perencanaan pembangunan desa termasuk desa yang berada di pesisir pantai atau desa maritim, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sudah melakukan sosialisasi kepada semua komponen. Komponen masyarakat ini meliputi masyarakat secara individu, kelompok serta organisai yang ada di masing-masing desa seperti Karang Taruna, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Organisasi Keagamaan (Pengurus Masjid/Majelis Ta’lim) agar selalu diikut sertakan dalam setiap proses pembangunan desa. Untuk mengetahui secara jelas adanya perbedaan tentang pembangunan desa pesisir ini, maka akan di ambil dua desa yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Dusun Kepetingan Desa Sawoan Kecamatan Buduran dan Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati dan keduanya ada diwilayah Kabupaten Sidoarjo.

Dusun Kepetingan Desa Sawohan merupakan desa terisolir dan tertinggal di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hidup dengan akses yang terbatas sudah menjadi “makanan” sehari-hari warga Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran. Jalur darat hanya bisa dilewati kala siang dan musim kemarau. Sedangkan akses sungai Dusun Kepetingan Desa Sawohan merupakan desa terisolir dan tertinggal di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hidup dengan akses yang terbatas sudah menjadi “makanan” sehari-hari warga Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran. Jalur darat hanya bisa dilewati kala siang dan musim kemarau. Sedangkan akses sungai

Letak dusun itu cukup tertutup dari kawasan lain. Selain jarak yang lumayan jauh, akses menuju dusun yang terdiri atas dua RT tersebut sangat terbatas. Jalur darat memang tersedia. Namun, penduduk setempat hanya menggunakannya sebagai alternatif, sebab jalur darat hanya bisa ditempuh saat musim kemarau. Jalur yang lebarnya tidak lebih dari 2 meter itu tidak layak disebut sebagai jalan. Sebagian jalan tersebut memang sudah di paving, akan tetapi sudah banyak yang rusak dikarenakan gemburnya tanggul dipematang tambak. Selebihnya jalur tersebut memanfaatkan pematang tambak yang berupa tanah dan rerumputan dan tidak bisa dilewati ketika musim hujan. Apalagi kalau malam jalan tersebut gelap gulita. Tidak ada satu penerangan pun di sana. Meski demikian, di jalan itu jarang, bahkan tidak pernah, ada tindak kriminal. Lebih banyak warga dusun yang menggunakan jalur air untuk bepergian ke daerah lain. Beberapa warga setempat menyediakan perahu tradisional yang digerakkan oleh tenaga diesel. Warga membangun sedikitnya lima dermaga sederhana Letak dusun itu cukup tertutup dari kawasan lain. Selain jarak yang lumayan jauh, akses menuju dusun yang terdiri atas dua RT tersebut sangat terbatas. Jalur darat memang tersedia. Namun, penduduk setempat hanya menggunakannya sebagai alternatif, sebab jalur darat hanya bisa ditempuh saat musim kemarau. Jalur yang lebarnya tidak lebih dari 2 meter itu tidak layak disebut sebagai jalan. Sebagian jalan tersebut memang sudah di paving, akan tetapi sudah banyak yang rusak dikarenakan gemburnya tanggul dipematang tambak. Selebihnya jalur tersebut memanfaatkan pematang tambak yang berupa tanah dan rerumputan dan tidak bisa dilewati ketika musim hujan. Apalagi kalau malam jalan tersebut gelap gulita. Tidak ada satu penerangan pun di sana. Meski demikian, di jalan itu jarang, bahkan tidak pernah, ada tindak kriminal. Lebih banyak warga dusun yang menggunakan jalur air untuk bepergian ke daerah lain. Beberapa warga setempat menyediakan perahu tradisional yang digerakkan oleh tenaga diesel. Warga membangun sedikitnya lima dermaga sederhana

Sedangkan Desa Segoro Tambak walaupun merupakan desa yang ada dipesisir pantai, desa ini cukup mudah untuk dijangkau. Selain akses jalan lingkar yang menghubungkan Sidoarjo dan Kota Surabaya melintasi desa ini, akses jalan di desa ini pun sudah relatif sempurna. Penerangan serta akses informasipun sudah tidak ada kendala dikarenakan desa ini angan berdekatan dengan bandara Internasional Juanda, selain itu proses pembangunanpun sudah berjalan dengan baik.

Dari kondisi yang berbeda inilah menjadikan peluang untuk diteliti tentang kemungkinan adanya perbedaan pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa pesisir ini. Dari sinilah yang menghantarkan peneliti untuk mengetahui secara signifikan tentang apakah ada perbedaan yang menonjol tentang pembangunan desa pesisir yang dilakukan oleh masyarakat di dua desa ini.

Pembangunan pedesaan termasuk desa maritim tidak terlepas dari pembangunan insan manusia yang mencakup seluruh dimensi kemanusiaan seutuhnya, rohaniyah, aqliyah dan jasmaniyah. Rohaniyahnya dibangun dengan iman dan takwa menerusi orientasi ketekunan beribadah, pupukan sifat-sifat keutamaan dan Pembangunan pedesaan termasuk desa maritim tidak terlepas dari pembangunan insan manusia yang mencakup seluruh dimensi kemanusiaan seutuhnya, rohaniyah, aqliyah dan jasmaniyah. Rohaniyahnya dibangun dengan iman dan takwa menerusi orientasi ketekunan beribadah, pupukan sifat-sifat keutamaan dan

Di samping itu manusia diinsafkan bahwa akal adalah anugerah istimewa yang mencirikan kemanusiaannya dan sekaligus amanah Tuhan yang harus dipelihara kewarasannya. Pembangunan insan tidak hanya terbatas pada tahap individu tetapi mencakup juga pembangunan insan pada tahap kolektif. Dengan ungkapan lain, pembangunan insan fardiah dan jamaiyyah. Diaturnya kehidupan berkeluarga dengan segala hukum hakamnya sehingga kehormatan keluarga terjamin dan terkawal. Seterusnya diatur pula kehidupan bermasyarakat dengan dasar-dasar persaudaraan dan keadilan, permuafakatan, dan ketaatan. Dengan prinsip-prinsip ini terbangunlah masyarakat unggul dengan rakyat yang sahih dan imam yang adil.

Dalam Surat Al-Qasas ayat 77 Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan nasibmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmat-Nya yang melimpah-limpah) dan janganlah engkau

melakukan kerusakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang- orang yang berbuat kerusakan”. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa sesungguhnya pembangunan itu sulit terjadi tanpa adanya rasa kebersamaan. Partisipasi masyarakat secara luas diharapkan dapat menjadikan proses pembangunan berjalan dengan baik dan tujuan dari pembangunan desapun berhasil sesuai dengan perencanaan. Selain itu masyarakat bisa menjadi kontrol pelaksanaan pembangunan tersebut. Seperti yang terdapat di dalam Al Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 telah diperintahkan kepada manusia "Bertolong menolonglah kamu di dalam berbuat kebajikan dan takwa dan janganlah bergolong royong dalam berbuat dosa dan perusuhan ". Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengungkap beberapa fenomena tersebut secara mendalam.

B. Perumusan Masalah

Melihat berbagai hal yang terjadi dalam latar belakang masalah diatas, menghantarkan peneliti untuk melakukan pengkajian secara mendalam dan penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pandangan masyarakat pesisir tentang pembangunan desa pesisir?

2. Bagaimana sistem pembangunan desa pesisir yang telah dilakukan oleh kedua desa sasaran?

3. Bagimanakah keinginan masyarakat pesisir serta harapan apa agar dapat bermanfaat dalam peningkatan perekonomian, peningkatan pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat pesisir?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perbedaan pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa pesisir.

2. Mendeskripsikan tentang proses sistem pembangunan desa pesisir yang diinginkan oleh kedua desa sasaran.

3. Mendeskripsikan keinginan masyarakat pesisir tentang pelaksanaan pembangunan desa pesisir dan manfaat apa yang bisa diambil dalam peningkatan pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

Seperti apa yang dipaparkan Sugihastuti (2000) bahwa “tulisan ilmiah merupakan wujud buah pikiran penulis yang akan

dikomunikasikan kepada pembaca. Penyusunan karya ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis maupun bagi masyarakat pada umumnya. Sekurang-kurangnya ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penulisan tersebut diantaranya :

1. Secara Akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian tentang Pemahaman dan Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pembangunan Desa Pesisir sebagai salah satu program utama pemerintahan Presiden Joko Widodo.

2. Dalam wilayah praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi publik untuk melihat bagaimanakah sebenarnya kita membangun desa pesisir, serta bagaimana masyarakat pesisir membangun desa dan hasil apa yang telah dicapainya, bagaimana dukungan pemerintah diatasnya, bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Sedangkan bagi penentu kebijakan mencoba melihat fenomena masyarakat pesisir bahwa dalam menentukan kebijakan publik tidak melulu Top Down akan tetapi sesekali Botton Up dengan 2. Dalam wilayah praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi publik untuk melihat bagaimanakah sebenarnya kita membangun desa pesisir, serta bagaimana masyarakat pesisir membangun desa dan hasil apa yang telah dicapainya, bagaimana dukungan pemerintah diatasnya, bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Sedangkan bagi penentu kebijakan mencoba melihat fenomena masyarakat pesisir bahwa dalam menentukan kebijakan publik tidak melulu Top Down akan tetapi sesekali Botton Up dengan

3. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, rekomendasi serta solusi-solusi konkrit yang diberikan agar menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembangunan desa maritim agar pembangunan ini dapat berjalan sebenar-benarnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh pemerintah. Bagi para peneliti lainnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk bahan pertimbangan atau tindak lanjut penelitian berikutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN PENGAJUAN HEPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam berfikir serta sebagai gambaran dalam pengembangan penelitian yang sedang dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Penelitian yang berhubungan dengan Implementasi Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Sipahelut (2010), menyimpulkan Program PEMP di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara telah berkontribusi memicu perubahan sosial budaya, teknologi, ekonomi dan kelembagaan masyarakat pesisir. Program PEMP memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan nelayan dan terjadinya mobilitas vertikal nelayan dari status buruh menjadi nelayan pemilik unit penangkapan (pengusaha). Masyarakat pesisir di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara memiliki potensi sebagai kekuatan dan peluang, disamping kendala sebagai kelemahan dan ancaman. Kekuatannya, yaitu: tenaga kerja cukup tersedia, usia

potensial, tingkat pendidikan dan ketekunan/motivasi; peluangnya, yaitu: potensi SDI, kesempatan kerja di bidang perikanan terbuka, keberadaan koperasi LEPP-M3 dan dukungan pemerintah daerah; kelemahannya, yaitu: keterbatasan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran, tidak berkembangnya kelompok masyarakat pesisir dan keterbatasan fasilitas penunjang usaha perikanan; dan ancamannya, yaitu: harga ikan rendah, harga BBM tinggi, Cuaca dan musim yang buruk; dan Illegal Fishing. Prioritas strategi perbaikan pemberdayaan masyarakat nelayan di Kabupaten Halmahera adalah sebagai berikut: (1) pengembangan akses permodalan; (2) pengembangan teknologi dan skala usaha perikanan; (3) pengembangan akses pemasaran; (4) penguatan kelembagaan masyarakat pesisir; (5) pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat; (6) pembangunan sarana prasarana penunjang usaha perikanan; dan (7) pengembangan diversifikasi pengolahan ikan.

2. Wasak (2012), menyimpulkan bahwa Penduduk desa Kinabuhutan tercatat 1.089 jiwa di mana 90% beragama islam, berpendidikan formal

besar (78,55%) bermatapencaharian sebagai nelayan, dengan menggunakan alat tangkap soma pajeko, pukat pantai dan pancing, di mana sekitar 51% nelayan berpendapatan Rp. 610.000 - Rp 800.000 per bulan,

tamat

SD,

dan

sebagian sebagian

3. Indarti, et al, (2013), menyimpulkan bahwa tugas pokok perusahaan

menyelenggarakan pelayanan-pelayanan barang dan jasa yang menunjang perbaikan ekonomi rumah tangga anggota. Tugas koperasi untuk mempromosikan anggota perlu diformulasikan ke dalam ukuran- ukuran yang realistik dan operasional yang disebut sebagai cooperative effects. Tugas tersebut hanya dapat dilakukan apabila koperasi mampu bekerja dengan efisien. Nelayan memutuskan untuk bergabung dengan nelayan lain dan mendirikan koperasi didasarkan kepada keyakinan akan memperoleh manfaat ekonomis yang lebih besar dibanding dengan bekerja sendiri. Apabila sekelompok nelayan bergabung membentuk kerjasama koperasi, maka mereka dapat meraih manfaat dari pencapaian skala ekonomi dan penguatan daya tawar di pasar input dan output. Manfaat-manfaat dari skala ekonomi tersebut diperoleh melalui economies of materials, economies of machinery, economies of highly organized buying and selling dan economies of skill. Nelayan dalam kedudukannya sebagai anggota koperasi, berperan ganda yaitu sebagai pelanggan sekaligus pemilik koperasi. Nelayan

koperasi

adalah

sebagai pelanggan memperoleh manfaat harga koperasi sebagai hasil efisiensi dari pencapaian skala ekonomi melalui koperasi. Tetapi di dalam kedudukan nelayan sebagai pemilik koperasi, maka ia harus menanggung beban biaya organisasi koperasi. Manfaat koperasi merupakan output dari pelaksanaan fungsi-fungsi kegiatan koperasi di dalam melayani anggota. Koperasi melaksanakan kegiatan produksi yang menekankan kepada entrepreneurial-organisational aspects (aspek kewirausahaan dan pengorganisasian). Sebagai perusahaan yang bermain di dalam pasar yang bersaing, maka koperasi perlu menerapkan strategi biaya rendah sebagai strategi dasar untuk menghasilkan keunggulan kompetitif bagi anggota. Karena itu dalam jangka panjang koperasi harus selalu mena- warkan harga beli dan harga jual yang paling menguntungkan anggota. Hal ini berarti koperasi harus mampu bekerja pada skala yang ekonomis dan efisien di dalam mengeluarkan biaya-biaya organisasinya. Skala kegiatan ekonomis tercapai melalui koperasi karena koperasi merupakan kerjasama kegiatan ekonomi yang sama dari seluruh anggota yang tergabung di dalamnya. Karena itu pembentukan suatu koperasi merupakan keputusan untuk membangun suatu aliansi strategis atau intercompany cooperation di antara nelayan guna mencapai keunggulan kompetitif. Dengan demikian, keputusan nelayan sebagai pelanggan memperoleh manfaat harga koperasi sebagai hasil efisiensi dari pencapaian skala ekonomi melalui koperasi. Tetapi di dalam kedudukan nelayan sebagai pemilik koperasi, maka ia harus menanggung beban biaya organisasi koperasi. Manfaat koperasi merupakan output dari pelaksanaan fungsi-fungsi kegiatan koperasi di dalam melayani anggota. Koperasi melaksanakan kegiatan produksi yang menekankan kepada entrepreneurial-organisational aspects (aspek kewirausahaan dan pengorganisasian). Sebagai perusahaan yang bermain di dalam pasar yang bersaing, maka koperasi perlu menerapkan strategi biaya rendah sebagai strategi dasar untuk menghasilkan keunggulan kompetitif bagi anggota. Karena itu dalam jangka panjang koperasi harus selalu mena- warkan harga beli dan harga jual yang paling menguntungkan anggota. Hal ini berarti koperasi harus mampu bekerja pada skala yang ekonomis dan efisien di dalam mengeluarkan biaya-biaya organisasinya. Skala kegiatan ekonomis tercapai melalui koperasi karena koperasi merupakan kerjasama kegiatan ekonomi yang sama dari seluruh anggota yang tergabung di dalamnya. Karena itu pembentukan suatu koperasi merupakan keputusan untuk membangun suatu aliansi strategis atau intercompany cooperation di antara nelayan guna mencapai keunggulan kompetitif. Dengan demikian, keputusan nelayan

4. Othman, et.al (2011), menyimpulkan bahwa Masyarakat industri maritim Malaysia dapat dianggap sebagai cluster maritim dan menuju tingkatan yang kuat. Karena kekuatan industri maritim berubah dari waktu ke waktu, apabila kita menganalisis pola kekuatan industri ini maka akan sangat membantu dalam mengembangkan kebijakan nasional dan strategi industri. Kekuatan Model indikator dapat digunakan untuk mempelajari kekuatan klaster industri maritim. Metode ini untuk mengungkapkan kekuatan industri maritim Malaysia dan memiliki kemampuan untuk mengukur pengembangan kebijakan industri maritim ke arah yang lebih kompetitif dan berkelanjutan serta merangsang pemikiran seputar konsep cluster dan penggunaan model ini perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan adanya upgrade dari penelitian ini.

5. Kali (2011), menyimpulkan bahwa : Partisipasi masyarakat kampung Paneki terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara persentase mayoritas sangat rendah karena proses sosialisasi dari aparat pemerintah tidak 5. Kali (2011), menyimpulkan bahwa : Partisipasi masyarakat kampung Paneki terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara persentase mayoritas sangat rendah karena proses sosialisasi dari aparat pemerintah tidak

temuan bahwa keberhasilan dan kegagalan pembangunan dan pengelolaan prasarana air bersih pasca pembangunan di Desa Wawoosu dan Desa Mataiwoi Kecamatan Kolono dipengaruhi sangat dipengaruh ioleh: Ketersediaan Anggaran Pembangunan, Pemilihan Teknologi Tepat

Proses Pembangunan dan Pengelolaan yang menyesuaikan dengan kapasitas masyarakat setempat.

7. Adrianto (2006), menghasilakan kesimpulan dan temuan bahwa pengurus pada organisasi sosial kemasyarakatan di tingkat RT, RW dan LPM yang paling sering dilibatkan dalam menyusun usulan rencana kegiatan pembangunan. Masyarakat masih kurang aktif dalam memberikan masukan baik berupa saran maupun pendapat. Terhadap hasil pembangunan pada dasarnya masyarakat merasa cukup puas dan merasakan manfaatnya. Besarnya stimulan yang diberikan oleh pemerintah belum menjamin nilai swadaya yang 7. Adrianto (2006), menghasilakan kesimpulan dan temuan bahwa pengurus pada organisasi sosial kemasyarakatan di tingkat RT, RW dan LPM yang paling sering dilibatkan dalam menyusun usulan rencana kegiatan pembangunan. Masyarakat masih kurang aktif dalam memberikan masukan baik berupa saran maupun pendapat. Terhadap hasil pembangunan pada dasarnya masyarakat merasa cukup puas dan merasakan manfaatnya. Besarnya stimulan yang diberikan oleh pemerintah belum menjamin nilai swadaya yang

8. Iqbal (2008), menghasilkan kesimpulan bahwa Sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik sampai tingkat kecamatan, namun hanya sedikit yang menindaklanjuti dengan mengadakan sosialisasi di tingkat desa/kelurahan. Materi yang disampaikan kurang lengkap, terutama masalah verifikasi data nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sosialisasi juga tidak melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu karang taruna, taruna siaga bencana, pekerja sosial masyarakat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Keterampilan sumber daya manusia, dinilai rendah karena segan dalam memberikan sosialisasi, menyarankan untuk tidak melaksanakan proses verifikasi data nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS), adanya kejadian pelanggaran prosedur pembagian kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan tidak ada pembuatan laporan disebabkan oleh ketidaktahuan pelaksana dalam pembuatan 8. Iqbal (2008), menghasilkan kesimpulan bahwa Sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik sampai tingkat kecamatan, namun hanya sedikit yang menindaklanjuti dengan mengadakan sosialisasi di tingkat desa/kelurahan. Materi yang disampaikan kurang lengkap, terutama masalah verifikasi data nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sosialisasi juga tidak melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu karang taruna, taruna siaga bencana, pekerja sosial masyarakat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Keterampilan sumber daya manusia, dinilai rendah karena segan dalam memberikan sosialisasi, menyarankan untuk tidak melaksanakan proses verifikasi data nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS), adanya kejadian pelanggaran prosedur pembagian kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan tidak ada pembuatan laporan disebabkan oleh ketidaktahuan pelaksana dalam pembuatan

9. Sutami (2009), menyimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara berada pada tingkat therapy.

10.Sugiana (2012), menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menyarankan untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan kelompok sasaran. Selain itu Pendampingan terhadap KUBE perlu ditingkatkan dan dikembangkan sehingga efektivitas KUBE dalam meningkatkan keterampilan para anggota menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan sasarannya secara lebih besar. Hambatan dari pelaksanaan program ini adalah pada 10.Sugiana (2012), menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menyarankan untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan kelompok sasaran. Selain itu Pendampingan terhadap KUBE perlu ditingkatkan dan dikembangkan sehingga efektivitas KUBE dalam meningkatkan keterampilan para anggota menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan sasarannya secara lebih besar. Hambatan dari pelaksanaan program ini adalah pada

11. Deviyanti (2013), menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kelurahan Karang Jati belumlah optimal karena belum sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat di dalam perencanaan tersebut. Realisasi pembangunan itu sendiri dilaksanakan oleh pihak pemerintah setempat tanpa adanya swadaya dari masyarakat terutama dalam bentuk materi (dana), masyarakat hanya memberikan swadaya dalam bentuk tenaga. Selain itu pemanfaatan pembangunan dapat dilihat dari hasil pembangunan yang ada di kelurahan karang jati ini sudah banyak memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat. Dan masyarakat juga ikut terlibat dalam mengawasi dan menilai hasil pembangunan tersebut. Selain itu untuk faktor yang mendukung masyarakat sebenarnya berada pada kemauan dari masyarakat itu sendiri, Sedangkan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat secara aktif di Kelurahan Karang Jati masih dihadapkan oleh berbagai hambatan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala internal yang dihadapi yaitu ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi terhadap pihak pemerintah, pengetahuan masyarakat yang masih terbatas mengenai peran serta mereka dalam 11. Deviyanti (2013), menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kelurahan Karang Jati belumlah optimal karena belum sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat di dalam perencanaan tersebut. Realisasi pembangunan itu sendiri dilaksanakan oleh pihak pemerintah setempat tanpa adanya swadaya dari masyarakat terutama dalam bentuk materi (dana), masyarakat hanya memberikan swadaya dalam bentuk tenaga. Selain itu pemanfaatan pembangunan dapat dilihat dari hasil pembangunan yang ada di kelurahan karang jati ini sudah banyak memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat. Dan masyarakat juga ikut terlibat dalam mengawasi dan menilai hasil pembangunan tersebut. Selain itu untuk faktor yang mendukung masyarakat sebenarnya berada pada kemauan dari masyarakat itu sendiri, Sedangkan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat secara aktif di Kelurahan Karang Jati masih dihadapkan oleh berbagai hambatan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala internal yang dihadapi yaitu ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi terhadap pihak pemerintah, pengetahuan masyarakat yang masih terbatas mengenai peran serta mereka dalam

Dari keseluruhan penelitian di atas sudah mencakup aspek pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan, akan tetapi belum ada satu pun penelitian yang menitik beratkan pada perbedaan antara pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh desa satu dan desa lainnya. Oleh karena itu, di sinilah adanya celah yang menurut peneliti pantas untuk diteliti dengan pengkajian secara mendalam.

B. Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, dituntut adanya alur berfikir yang sistematis, logis dan metodologis. Untuk menjawab berbagai hal tersebut diperlukan adanya pandangan teoritis yang akan mendasari pemikiran peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian.

Singaribun, et al, (1989) menerangkan bahwa “ konsep yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial”. Konsepsi dasar meupakan

landasan teori yang akan dipakai untuk menentukan langkah-langkah penelitian, karena dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian sosial diperlukan adanya konsepsi dasar/landasan teori yang digunakan untuk menerangkan dan memecahkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Dengan demikian tujuan dari konsepsi dasar/landasan teori adalah untuk menyederhanakan pemikiran kita dan memberi landasan pokok kerangka berfikir yang akan digunakan untuk membahas dan mengkaji masalah inti suatu penelitian.

Dalam penelitian ini maka konsepsi dasar/landasan teori yang akan digunakan adalah sebagai berikut : (1) Administrasi Pembangunan, (2) Pembangunan Kemaritiman dan Desa Pesisir, (3) Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

1. Administrasi Pembangunan

Administrasi Pembangunan merupakan salah satu disiplin ilmiah dalam rumpun “Administrasi Negara”. Fokus analisis Administrasi Pembangunan adalah proses pembangunan yang diselenggarakan oleh satu masin dalam rangkapencapaian tujusn dan cita-cita negara tertentu, termasuk cara-cara ilmiah yang dipergunakan dalam pemecahan masalah, menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan menyingkirkan ancaman.

Administrasi Pembangunan mencakup dua pengertian, administrasi merupakan

proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

keseluruhan

sebelumnya. Sedangkan pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh satu negara menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nations-building).