Provinsi Jawa Tengah Pertumbuhan PDRB Migas dan Non Migas 1. Nasional

17 Tahun 2008. Penurunan tersebut terutama didorong oleh turunnya belanja pemerintah pusat, dari sebelumnya Rp693,4 t riliun 14,0 persen PDB di tahun 2008 menjadi Rp645,4 triliun 12,1 persen PDB di tahun 2009. Dengan demikian, meskipun transfer ke daerah mengalami peningkatan dari Rp292,4 triliun 5,9 persen PDB di tahun 2008 menjadi Rp308,6 triliun 5,8 persen PDB di tahun 2009, secara keseluruhan belanja negara mengalami penurunan. Dari sisi pendapatan negara dan hibah, sampai dengan 31 Desember 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2009 hanya mencapai Rp866,8 triliun 16,3 persen PDB atau turun sebesar Rp114,8 triliun dibandingkan dengan realisasinya di tahun 2008. I .3-78 Realisasi pendapatan negara dan hibah di tahun 2009 ini sangat dipengaruhi oleh resesi ekonomi dunia. Salah satu faktor yang berdampak cukup besar adalah lebih rendahnya harga minyak I ndonesia di pasar internasional karena turunnya permintaan global yang mengakibatkan menurunnya penerimaan dari sumber daya alam minyak bumi dan gas SDA Migas. Selain itu, melambannya aktivitas perekonomian domestik telah menurunkan kinerja penerimaan pajak bila dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, sejalan dengan upaya untuk mendorong perekonomian domestik, defisit APBN meningkat menjadi 1,6 persen PDB, dari sebelumnya sebesar 0,1 persen PDB tahun 2009. Walau defisit cukup tinggi, pemerintah mampu menjaga surplus pada keseimbangan primer sebesar Rp6,6 triliun 0,1 persen PDB sehingga tingkat stok utang pemerintah di akhir tahun 2009 berkurang menjadi sekitar 28 persen PDB. Pada tahun 2010, perekonomian domestik diperkirakan mulai pulih dari pengaruh krisis ekonomi global. Mulai pulihnya perekonomian domestik diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kinerja APBN. Pendapatan negara dan hibah diperkirakan meningkat menjadi Rp949,7 triliun 15,9 persen PDB di tahun 2010 atau lebih t inggi Rp82,9 triliun dibandingkan realisasinya di tahun 2009. Sementara itu dari sisi pengeluaran negara, alokasi belanja negara pada APBN Tahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar Rp93,7 triliun dibanding realisasi APBN Tahun 2009. Dengan perkembangan tersebut, defisit APBN tahun 2010 ditetapkan sebesar 1,6 persen PDB. Dengan defisit anggaran sebesar 1,6 persen PDB, APBN diharapkan mampu memberikan stimulus terhadap aktivitas perekonomian domest ik. Peningkatan defisit tersebut sebagian besar akan dibiayai melalui penerbitan Surat Berharga Negara. Namun demikian, stok utang pemerintah diharapkan akan turun secara bertahap menjadi sekitar 27 persen PDB di akhir tahun 2010.

2. Provinsi Jawa Tengah

Produk Domestik Regional Bruto PDRB Jawa Tengah pada tahun 2009 mencapai Rp 380,359 trilyun rupiah atas dasar harga berlaku, lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 362,938 trilyun. PDRB atas dasar 18 harga konstan pada tahun 2009 sebesar Rp 175,844 trilyun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 167,790 trilyun. Struktur perekonomian di Jawa Tengah masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, dengan kontribusi terhadap total PDRB ADHB sebesar 33,08 , diikuti sektor pertanian sebesar 19,60 , dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,73 . Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga masih menj adi pendorong PDRB Jawa Tengah tahun 2009. I nvestasi tumbuh relatif sama dengan periode tahun 2008. Kinerja ekspor sedikit melambat dari periode sebelumnya karena permintaan luar negeri semakin berkurang. Penurunan ekspor juga terjadi akibat negara pengimpor sedang mengalami krisis finansial dan krisis ekonomi, sehingga mengurangi berbagai konsumsi dan impor barang dari Jawa Tengah seperti tekstil, mebel, produk-produk kayu dan lain- lain. Perkembangan perekonomian global dan nasional yang terus menunjukkan perkembangan positif diharapkan berdampak pada pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah. Pada tahun 2010 Bank I ndonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi regional Jawa Tengah akan berada pada kisaran 5,25 - 5,75 yoy. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan naik pada kisaran 5,75 -6,25 . Secara sektoral, sektor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor industri akan mengalami perbaikan seiring dengan dampak krisis global yang semakin mereda. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi pendorong pertumbuhan PDRB. I nvestasi diperkirakan mulai naik, seiring berangsur pulihnya aktivitas perekonomian, terutama didorong investasi domestik. Sementara itu ekspor diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan pulihnya aktivitas industri pengolahan.

3. Kota Surakarta