Masa Jabatan Hakim Ad Hoc

4. Masa Jabatan Hakim Ad Hoc

Masa Jabatan Hakim ad hoc perlu ditegaskan, yakni diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) Tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Dalam Undang-Undang No.

tidak sedikit orang yang berusia 35 Tahun (untuk PN dan PT) serta 40 Tahun (untuk MA) memiliki kemampuan sebagai hakim, dan agar lebih produktif dalam menangani perkara.

55 Larangan rangkap jabatan menjadi pegawai negeri dimaksudkan sebagaimana lazim ditafsirkan selama ini, adalah mereka yang menduduki

jabatan structural dan pengambil keputusan strategis. Misalnya, Direktur/ Kepala Bagian pada Departemen Pemerintah, Dekan di Universitas. Sedangkan pada jabatan fungsional, seperti pengajar/akademisi, tidak menghalangi menjadi hakim Ad hoc tanpa melepaskan jabatan karena tidak potensial menimbulkan conflict of interest.

Naskah Akademis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

30 Tahun 2002 terdapat ketidakjelasan mengenai masa jabatan hakim

ad hoc pada semua tingkatan. 56 Hal ini berbeda antara lain dengan pengaturan mengenai masa jabatan hakim ad hoc pada Pengadilan

HAM maupun Pengadilan Hubungan Industrial yang secara tegas mengatur masa jabatan hakim ad hoc selama 5 (lima) Tahun. 57

Dalam Keputusan Presiden No. 111/M Tahun 2004 yang mengangkat 9 hakim ad-hoc pada Tahun 2004 juga tidak disebutkan mengenai masa jabatan tersebut. Ketidakjelasan mengenai masa jabatan para hakim ad hoc tersebut tentunya menimbulkan ketidakpastian hukum, terlebih lagi dalam UU No. 30 Tahun 2004 tersebut juga tidak diatur mengenai syarat diberhentikannya hakim

ad hoc, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah jabatan hakim

ad hoc tersebut melekat seumur hidup atau tidak. Untuk itu maka dalam Rancangan Undang-Undang ini selain diatur mengenai syarat pengangkatan hakim ad hoc, diatur pula masa jabatan serta syarat- syarat pemberhentian hakim ad hoc. 58

Dua hal yang menjadi pertanyaan kemudian, bagaimana nasib hakim ad hoc yang ada sekarang setelah rancangan Undang-

56 Dalam perdebatan di DPR tampaknya hal ini memang kurang mendapatkan perhatian, walaupun dari perdebatan di tingkat Panja UU No. 26

Tahun 2000 dan rancangan UU PPHI merupakan dua hal yang menjadi bahan rujukan perdebatan khususnya pada pembahasan Bab mengenai Pengadilan Tipikor. Lihat Transkrip Rapat Panja 17 Nopember 2002.

57 Ketidakjelasan mengenai masa jabatan hakim ad hoc juga terjadi pada Pengadilan Khusus Perikanan. Dalam UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

yang merupakan landasan hukum dibentuknya Pengadilan Perikanan tidak diatur mengenai masa jabatan hakim ad hoc.

58 Saat ini jumlah hakim ad hoc pada Pengadilan Khusus Tipikor ada 21 orang. Sembilan (9) hakim ad hoc terpilih pada Tahun 2004, dan 12 hakim ad

hoc direkuit/disahkan pada Tahun 2006. Sembilan hakim ad hoc Pengadilan Tipikor yang terpilih Tahun 2004 adalah I Made Hendra Kusumah, Dudu Duswara, Achmad Linoh, Sudiro, As di Al Mahruf, Abdul Rahman Hasan, MS Lumme, Hamrat Hamid, dan Krishna Harahap. Dan 12 hakim ad hoc lainnya diangkat Tahun 2006 adalah; Andi Bahtiar, Anwar, Slamet Subagio, Hendra Yospin, Sofialdi, Ugo, Surya Jaya, Amiek Sumindriyatmi, M Hadi Widodo, Leopold Luhut Hutagalung, Odjak Parulian Simanjuntak, dan Sophian Marthabaya.

Naskah Akademis & RUU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

Undang ini disahkan dan dinyatakan berlaku, pertama apakah dengan demikian para hakim ad hoc yang telah diangkat tersebut harus mengikuti proses seleksi lagi sesuai dengan ketentuan rancangan Undang-Undang ini atau tidak. Kedua apakah hal ini berarti para hakim ad hoc yang telah diangkat baru akan berakhir masa jabatannya 5 (lima) Tahun sejak rancangan Undang-Undang ini disahkan dan dinyatakan berlaku?

Untuk permasalahan pertama, tentunya tidak bijak jika dipandang bahwa para hakim ad hoc yang telah diangkat tersebut harus dinyatakan tidak lagi sah, dan harus mengikuti proses seleksi lagi. Tentunya hal tersebut selain dapat menghambat proses penyelesaian perkara yang telah masuk ke pengadilan maupun yang tengah diperiksa, hal ini juga dapat menimbulkan pemborosan anggaran, mengingat biaya yang telah dikeluarkan sebelumnya cukup besar. Namun untuk memperjelas mengenai hal ini diperlukan adanya penegasan bahwa para hakim ad hoc tersebut tetap sah sebagai hakim ad hoc dalam ketentuan peralihan.

Untuk permasalahan kedua, terdapat tiga pilihan yang dapat diambil mengenai penghitungan masa jabatan hakim ad hoc yang telah diangkat sebelum diundangkannya rancangan ini. Pertama, masa jabatan dimulai setelah diundangkannya rancangan yang berarti total masa jabatan para hakim ad hoc tersebut adalah 5 (lima) Tahun ditambah masa jabatan sebelum rancangan ini diundangkan. Kedua, masa jabatan tersebut dihitung sejak tanggal pengangkatan para hakim ad hoc. Ketiga, setelah rancangan ini diundangkan, masa jabatan mereka tidak lagi menjadi lima Tahun namun hanya dilihat dari selisih tanggal pengangkatan dan tanggal diundangkannya rancangan ini. Pilihan atas opsi ini harus dipertegas dalam ketentuan peralihan agar tidak menimbulkan perdebatan dikemudian hari yang pada akhirnya akan mengakibatkan ketidakpastian hukum khususnya bagi para hakim ad hoc yang telah diangkat tersebut.

Naskah Akademis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi