Pembentukan Pengadilan

I.Pembentukan Pengadilan

Selain tempat kedudukan berdasarkan jenjang pengadilan, dalam Undang-Undang perlu diatur juga mengenai tempat kedudukan berdasarkan wilayah. Pada tingkat pertama perlu diatur bahwa kedudukan pengadilan korupsi berada pada pengadilan negeri disetiap kabupaten/kota. Namun tentunya pembentukan pengadilan korupsi membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit, yang meliputi pengadaan hakim, baik hakim karir maupun hakim ad hoc, sarana dan prasarana, serta hal-hal lainnya maka untuk tahap pertama pembentukan pengadilan korupsi tersebut hanya dibatasi pada

65 Misalnya, kesaksian “orang dalam” atau pelaku dalam kasus pembobolan BNI cabang Kebayoran, kesaksian whistleblower dalam kasus KPU 66 Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 67 Ibid., Pasal 10 ayat (2).

Naskah Akademis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

beberapa wilayah saja. Pemilihan lokasi pengadilan tersebut haruslah mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain faktor geografis, jumlah perkara korupsi, kesediaan sarana dan prasarana pengadilan, kelas pengadilan, serta hal-hal lainnya.

Pada tahap pertama pengadilan korupsi tingkat pertama dapat dibentuk setidaknya di 5 (lima) pengadilan negeri yang kewenangannya dapat meliputi beberapa wilayah. Selama ini 4 (empat) pengadilan yang sering menjadi pemilihan lokasi pengadilan khusus antara lain Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Medan, dan Pengadilan Negeri Makassar. Pemilihan 4 (empat) pengadilan tersebut untuk pengadilan Korupsi dirasa cukup tepat, karena keempat pengadilan tersebut secara geografis cukup mudah untuk diakses. Satu Pengadilan Negeri lainnya yang dapat dijadikan lokasi pengadilan korupsi yaitu pengadilan di salah satu kota/kabupaten yang berada di Kalimantan untuk dapat mengadili tindak pidana korupsi di wilayah tersebut. Salah satu Pengadilan di Kalimantan yang dapat dijadikan locus bagi Pengadilan Korupsi yaitu pengadilan Negeri Banjarmasin, Samarinda atau Balikpapan. 68

Pemilihan lima kota tersebut didasarkan pada letak geografis dan kesiapan prasarana dan sarana pengadilan yang akan dijadikan sebagai tempat pengadilan khusus. Melalui pembagian wilayah yurisdiksi ini diharapkan tidak akan terjadi penumpukan perkara tindak pidana korupsi. Pembagian wilayah yurisdiksi ini tidak menutup kemungkinan untuk memberlakukan penugasan bagi hakim pada suatu pengadilan tindak pidana korupsi untuk

68 Ditinjau dari kelas pengadilannya, ketiga pengadilan tersebut merupakan pengadilan Kelas IA. Dalam pembahasan RUU KPK Pengadilan Negeri Banjarmasin

merupakan salah satu pengadilan yang diusulkan untuk menjadi locus pengadilan korupsi. Namun ditinjau dari kemudahan akses dirasa Pengadilan Negeri Balikpapan walaupun tidak terletak di Ibukota Propinsi merupakan pengadilan yang tepat untuk menjadi locus bagi pengadilan korupsi yang mewakili wilayah Kalimantan. Namun untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas penentuan ini dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Mahkamah Agung untuk melihat pengadilan mana yang selama ini paling banyak menangani perkara korupsi.

Naskah Akademis & RUU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

ditugaskan pada pengadilan tindak pidana korupsi lainnya. Hal itu dimungkinkan apabila terdapat penumpukan perkara karena masalah kurangnya hakim yang akan memutus perkara korupsi di pengadilan yang bersangkutan. Pengadilan negeri Jakarta Pusat sebagai tempat pertama kali pembentuk pengadilan khusus tindak pidana korupsi akan menerima, memeriksa, dan memutus semua perkara korupsi yang meliputi wilayah Propinsi: DKI Jakarta; Jawa Barat; Banten; Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Empat pengadilan negeri lainnya adalah Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Makassar, Pengadilan Negeri Balikpapan, dan Pengadilan Negeri Surabaya.

Daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan meliputi wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Riau Kepulauan, Jambi, dan Sumatera Barat. Daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makasar, meliputi wilayah Propinsi Sulawesi Selatan; Sulawesi Utara; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tenggara; Gorontalo; Sulawesi Barat; Maluku; Maluku Utara; Papua; dan Papua Barat.

Daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Balikpapan, meliputi wilayah Propinsi: Kalimantan Selatan; Kalimantan Timur; Kalimantan Tengah; dan Kalimantan Barat. Daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Surabaya meliputi wilayah Propinsi: Jawa Timur; Jawa Tengah; Daerah Istimewa Yogyakarta; Bali; Nusa Tenggara Barat; dan Nusa Tenggara Timur. Dalam hal pengajuan upaya hukum banding, maka berdasarkan Undang- Undang ini pula dibentuk pengadilan khusus tindak pidana korupsi tingkat banding yang berkedudukan di pengadilan tinggi tempat pengadilan khusus tindak pidana korupsi tingkat pertama berada. Yurisdiksi pengadilan tingkat banding tersebut sama dengan yurisdiksi pengadilan tingkat pertama.

Naskah Akademis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi