Hasil Uji Anava

C. Hasil Uji Anava

Tabel 17. Hasil pengujian nilai kekerasan grinding ball hasil pengecoran

Taraf

Faktor A

Jumlah keseluruhan

Rata-rata Temperatur Pemanasan keseluruhan

1867.44 Jumlah keseluruhan

Rata-rata keseluruhan

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa data pengaruh variasi media pendingin / quenching terhadap nilai kekerasan material grinding ball hasil pengecoran disusun

berdasarkan baris, sedangkan pengaruh variasi temperatur pemanasan terhadap nilai kekerasan grinding ball hasil pengecoran disusun berdasarkan kolom, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 18. Hasil pengujian nilai kekerasan grinding ball pengecoran

Variasi temperatur

pemanasan

Variasi media pendingin / Quenching

800°C 850°C 900°C

Dari tabel di atas didapat bahwa nilai kekerasan paling optimal terjadi pada interaksi media pendingin /Quenching SAE 40 dan temperatur pemanasan 850°C yaitu sebesar 777,24 kg/mm² sedangkan nilai kekerasan paling rendah terjadi pada interaksi media pendingin / Quenching SAE 40 dan temperatur pemanasan 800°C yaitu sebesar 360,94 kg/mm².

Untuk memahami lebih jelas perbandingan pengaruh dari masing – masing variasi media pendingin / quenching maupun variasi temperatur pemanasan, dapat kita lihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 15. Grafik hubungan variasi media quenching dengan temperature pemanasan terhadap nilai kekerasan

Gambar 16. Grafik hubungan variasi media quenching dengan temperature pemanasan terhadap nilai kekerasan

Media Quenching

800°C 850°C 900°C

Media Quenching

800°C 850°C 900°C

Gambar 17. Grafik hubungan variasi temperature pemanasan dengan media qunching terhadap nilai kekerasan

Gambar 18. Grafik hubungan variasi temperature pemanasan dengan media qunching terhadap nilai kekerasan.

Temperatur Pemanasan

Temperatur Pemanasan

SAE 20 W SAE 30 W SAE 40 W

Uji Normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang didapatkan mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk uji ini dilakukan.

dengan menggunakan uji normalitas Lilliefors, dengan taraf signifikansi 1 %. Selanjutnya mencari harga L maks { |F(Zi) - S(Zi)| } pada masing-masing kelompok perlakuan. Kemudian harga L maks dikonsultasikan dengan harga L Tabel yang didapatkan pada Tabel dengan N = 9 dan diperoleh L Tabel sebesar 0,311. Jika hasil perhitungan mendapatkan harga L maks lebih kecil dari harga L Tabel , maka data berdistribusi normal. Adapun keputusan uji normalitas data selengkapnya adalah tersebut dalam Tabel 13. Tabel 19. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors

Sumber Perlakuan

Data Hasil Uji

Keputusan

Baris A 1 (SAE 20)

L obs = 0.227 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Baris A 2 (SAE 30)

L obs = 0.199 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Baris A 3 (SAE 40)

L obs = 0.217 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Kolom B 1 (800 0 C)

L obs = 0.269 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kolom B 2 (850 0 C)

L obs = 0.374 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kolom B 3 (900 0 C)

L obs = 0.32 < L 0.01; 15 = 0,257

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Uji Homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa buah rata- rata. Pada penelitian ini, digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas. Dan

pengambilan kesimpulan dengan taraf signifikansi 1 %. Jika didapatkan harga X 2 Hitung lebih besar dari harga X 2 Tabel {X 2 (0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang didapatkan berasal pengambilan kesimpulan dengan taraf signifikansi 1 %. Jika didapatkan harga X 2 Hitung lebih besar dari harga X 2 Tabel {X 2 (0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang didapatkan berasal

yang homogen. Data hasil pengujian homogenitas dengan Metode Bartlet yang telah dilakukan adalah terlihat seperti dalam Tabel 14.

Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Bartlet Sumber Variasi

X 2 X 2 (1- α)(k-1)

Keputusan Uji Baris

H o diterima

H o diterima

Table rangkuman rata-rata nilai kekerasan

Media Quenching

(Oli)

Temperatur Pemanasan

Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji F Untuk Anava Dua Jalan

Sumber Variasi

F tabel P Rata-rata perlakuan

AB Kekeliruan(E)

Berdasarkan rangkuman hasil Uji F untuk anava dua jalan pada Tabel 15 dapat diambil keputusan uji sebagai berikut : Berdasarkan rangkuman hasil Uji F untuk anava dua jalan pada Tabel 15 dapat diambil keputusan uji sebagai berikut :

Tabel 15 menunjukkan bahwa F observasi = 11,98123 dan dengan taraf signifikasi 1%, F tabel = 5,25 sehingga F observasi >F tabel . Jadi dapat disimpulkan bahwa temperatur pemanasan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai kekerasan.

b. Perbedaan Variasi Media quenching Terhadap Nilai Kekerasan. Tabel 15 terlihat bahwa F observasi = 0,60868 dan dengan taraf signifikasi 1%,

F tabel = 5,25 sehingga F observasi < F tabel . Jadi dapat disimpulkan bahwa gerak pemakanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai kekerasan.

c. Perbedaan Interaksi Variasi Temperatur pemanasan dan Variasi Media quenching Terhadap Nilai Kekerasan.

Tabel 15 terlihat bahwa F observasi = 1,14433 dan dengan taraf signifikasi 1%,

F tabel = 3,89 sehingga F observasi < F tabel . Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi

temperatur pemanasan dan variasi media quenching tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai kekerasan.

d. Rangkuman Tabel 12 Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan. Kombinasi variasi temperatur pemanasan 800 0 C dan media quenching SAE

40 W yang memghasilkan rerata kekerasan paling kecil 360,94 VHN. Dan kombinasi variasi temperatur pemanasan 850 0 C dan media quenching SAE W 40 yang memghasilkan rerata kekerasan paling besar 777,24 VHN.