Analisis Deskriptif Data

C. Analisis Deskriptif Data

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden dan dan hasil kuisioner dalam penelitian ini, diperoleh data tentang pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan. Data-data tersebut antara lain mengenai pendapatan, modal, lama usaha, pendidikan dan lokasi tempat stand berjualan.

Data-data tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Pendapatan Dari data Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langan Bogan Surakarta, diketahui bahwa pendapatan tertinggi adalah Rp.700.000 dan terendah adalah Rp.100.000 perhari, dari data tersebut didapatkan pembagian kelas dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :

Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan

70 100 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 70 responden terdapat

10 responden (14,2%) yang memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp.150.000, pada pendapatan antara Rp.150.000 sampai lebih kecil dari Rp.300.000 berjumlah 33 responden (47,2%), pada pendapatan antara Rp.300.000 sampai lebih kecil dari Rp.450.000 terdapat 19 responden (27,2%) pada pendapatan antara Rp.450.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.600.00 terdapat 7 responden (10%) sedangkan responden yang memiliki pendapatan lebih besar sama dengan Rp.600.000 sebesar 1 responden (1,4%).

Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pendapatan yang terbesar pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta antara Rp.150.000 sampai lebih kecil dari Rp.300.000 dan pada kelas berikutnya frekuensi pendapatan antara Rp.300.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.450.000 juga cukup besar, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta memperoleh pendapatan rata-rata yaitu antara Rp.150.000 s/d Rp.300.000 tiap harinya.

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usahanya. Modal terdiri dari modal lancar berupa uang kas dan barang dagangan berupa makanan ataupun minuman, sedangkan modal tetap berupa tenda atau gerobak dan peralatan seperti piring, gelas, panci, kompor, bleder, termos dan perlengkapan lainnya. Modal merupakan modal awal pada saat membuka usaha yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam melakukan usaha pada tiap harinya dan diukur dalam satuan rupiah.

Dari hasil penelitian dapat diketahui modal tertinggi adalah sebesar Rp.5.000.000 dan modal terendah sebesar Rp.500.000 dari data tersebut didapatkan kelas dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Modal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan

70 100 Sumber : Data Primer, diolah.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi modal terbesar adalah pada jumlah modal antara Rp.1000.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.2000.000 yaitu sebanyak 29 responden (41,4%),dan kelas diatasnya juga mempunyai jumlah yang cukup besar yakni 23 responden

Rp.3000.000. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata modal yang dikeluarkan oleh sebagian besar pedagang untuk berjulan di Gladag Langen Bogan adalah antara Rp.1000.000 sampai lebih kecil dari Rp.3000.000.

3. Lama Usaha Lama usaha adalah jangka waktu yang telah ditempuh pedagang dari sebelum membuka cabang di Gladag Langen Bogan Surakarta, sampai pada saat penelitian ini dilakukan di Gladag Langen Bogan Surakarta. Lama usaha diukur dalam satuan tahun. Dari hasil penelitian diperoleh data lama usaha pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan berkisar 0,5 –35 tahun. Distribusi jumlah dan presentase lama usaha pedagang di Gladag Langen Bogan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8 Lama Usaha Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan

No

Lama Usaha

70 100 Sumber : Data Primer, diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase terbesar adalah pada lama usaha kurang dari 10 tahun yakni 49 responden (70%) hal ini

Surakarta memulai usahanya kurang dari 10 tahun.

4. Jumlah tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja yang dimaksud disini adalah jumlah orang yang bekerja pada setiap stand di Gladag Langen Bogan tersebut maka terhitung sebagai tenaga kerja. Dari tabel presentase tenaga kerja dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap pedagang di Galabo paling sedikit adalah 2 orang, sedangkan yang paling banyak yaitu 6 orang. Sebagian besar pedagang Gladag Langen Bogan memiliki 2 orang tenaga kerja, hal ini ditunjukkan oleh tabel dibawah ini :

Tabel 4.9

Banyaknya Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag

Langen Bogan

No

Tenaga Kerja

70 100 Sumber : Data Primer, diolah .

5. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jangka waktu yang ditempuh pedagang dalam menempuh pendidikan formal, diukur dalam satuan tahun. Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pendidikan formal pedagang makanan dan 5. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jangka waktu yang ditempuh pedagang dalam menempuh pendidikan formal, diukur dalam satuan tahun. Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pendidikan formal pedagang makanan dan

Tabel 4.10

Tingkat Pendidikan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen

1 Tidak Sekolah

5 Diploma/Sarjana

Jumlah

70 100 Sumber : Data Primer, diolah.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kelas ke 4, yakni tingkat pendidikan SMA memiliki frekuensi yang paling besar yakni 40 responden, dengan presentase 57,1% hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang di Gladag langen Bogan memiliki tingkat pendidikan hingga tamat SMA.

6. Lokasi Tempat Berdagang. Lokasi tempat berdagang adalah wilayah dimana pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan membuka stand dagangannya, seperti yang terlihat dibawah ini :

Lokasi Stand/Gerobak Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen

1 Tidak Tengah

70 100 Sumber : Data Primer, diolah.

Berdasarkan data tentang lokasi pedagang di atas sebanyak 40 stand atau pedagang menempati stand tidak tengah berarti mereka menempati daerah sebelah timur maupun barat dari lokasi Galabo, sedangkan 30 pedagang lainnya menempati stand/gerobak bagian tengah dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta.

7. Kelompok usia dan jenis kelamin Dari data yang didapat diketahui usia pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta diketahui bahwa usia tertinggi adalah 80 tahun dan yang terendah adalah 20 tahun. Dari data tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12

Usia dan Jenis Kelamin Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag

Langen Bogan

No Kelompok

Umur (th)

5 60 - lebih

70 100 Sumber : Data Primer, diolah.

responden penelitian ini sebanyak 45 berjenis kelamin laki-laki dan 25 orang berjenis kelamin perempuan. Hal ini terjadi salah satunya dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan untuk perempuan seringkali bekerja hanya untuk mendapatkan uang belanja tambahan.

Tabel tersebut menunjukkan pengelompokan pedagang kaki lima berdasarkan umur. Presentase jumlah laki-laki yang bekerja sebagai pedagang terpusat pada usia 40-50 tahun sebesar 29%.

8. Daerah Asal Pedagang di Gladag Langen Bogan ini tidak semuanya mempunyai daerah asal Surakarta, ada juga beberapa yang asalnya dari luar Surakarta, seperti Sukoharjo, Wonogiri, Klaten bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa, dengan demikian pedagang yang berasal dari dalam Kota Surakarta tetap mendominasi, yakni sebesar 85,7% dati total jumlah pedagang yang ada di Gladag Langen Bogan Surakarta, seperti tergambar pada tabel 4.14 dibawah ini:

Tabel 4.13

Daerah Asal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan

No

Daerah Asal

Jumlah

Presentase (%)

1 Luar Kota Surakarta

2 Dalam Kota Surakarta

Jumlah

9. Status Kegiatan Usaha Yang dimaksud status kegiatan usaha pada penelitian ini adalah mengenai kepemilikan usaha, apakah usaha di Gladag Langen Bogan tersebut merupakan usaha sendiri, usaha patungan atau merupakan orang lain sepenuhnya, mengenai distribusi frekuensinya dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.14

Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan

No

Status Kegiatan Usaha

Jumlah

Presentase (%)

1 Usaha Sendiri

2 Usaha Patungan

3 Usaha orang lain sepenuhnya

Jumlah

70 100 Sumber : Data Primer, diolah

Pada table 4.15 diatas ada 90% usaha di Gladag Langen Bogan merupakan usaha sendiri, hal ini menunjukkan bahwa usaha makanan dan minuman yang ada di Gladag Langan Bogan sebagian besar merupakan milik pribadi dan mandiri

10. Penerapan sistem Pembukuan Meskipun pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan sudah tertata rapi dan teratur namun masih banyak pedagang yang sistem kerjanya belum teratur dan terorganisir dengan baik, misalnya dengan menerapkan sistem pembukuan, penerapan sistem pembukuan di Gladag Langen Bogan masih 10. Penerapan sistem Pembukuan Meskipun pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan sudah tertata rapi dan teratur namun masih banyak pedagang yang sistem kerjanya belum teratur dan terorganisir dengan baik, misalnya dengan menerapkan sistem pembukuan, penerapan sistem pembukuan di Gladag Langen Bogan masih

11. Hambatan Dalam menjalankan usahanya, Pedagang di Gladag langen Bogan Surakarta juga menghadapi berbagai macam kendala. Meskipun sudah mendapat tempat yang strategis dan ramai, serta dikelola dengan baik, namun masih ada kendala –kendala yang dihadapi oleh para pedagang. Beberapa masalah yang dikeluhkan dari pedagang kepada pengelola antara lain :

1. Belum adanya fasilitas yang memadai apabila musim hujan tiba, karena apabila hujan turun belum ada fasilitas yang mampu menahan air hujan sehingga pengunjung enggan untuk datang ke Gladag Langen Bogan Surakarta, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang karena tidak adanya pemasukan bagi pedagang.

2. Harga sewa yang mahal, dengan harga sewa sebesar Rp.16.000/hari dirasa sangat memberatkan bagi pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta karena pedagang harus mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk menyewa tempat untuk berdagang.

bahwa beberapa fasilitas yang ada di Gladag Langen Bogan tidak berfungsi dengan baik, misalkan kran air yang kadangkala mati dan fasilitas toilet yang sangat jauh dan hanya satu yang berada di pojok dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta.

4. Persaingan antar pedagang, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pedagang yang menjual makanan dengan menu yang sama dan harga yang bersaing sehingga muncul persaingan antar pedagang itu sendiri sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar pedagang.