DIAGNOSIS EMPIEMA Pola Kuman dan Uji Kepekaan dari Empiema

Hospital, didapatkan 73 sampel dengan kultur positif jamur. Spesies terbanyak adalah Candida 47 , dengan strain terbanyak adalah Candida albicans 28 . Dari penelitian itu didapatkan penyebab terbanyak terjadinya empiema adalah penyakit abdominal 30 , infeksi bronkopulmonal 22 , torakostomi 18 , torasintesis berulang 7 . 29 Pemilihan antibiotik yang tepat adalah Amphotericin B yang dapat diberikan sistemik atau intra pleura. 21 Kuman kuman lain yang pernah dilaporkan didapat di cairan empiema antara lain Trichomonas 30 , Actinomycoses naeslund i 31 , Histoplasma capsulatum 32 , Cryptococcus neoformans 33 , Clostridium perfringens 34 , Legionella pneumophila. 35

2.5. DIAGNOSIS EMPIEMA

Diagnosis empiema ditegakkan dari gejala klinis, fisis diagnosis, foto toraks, darah rutin dan pungsi percobaan. Gejala klinis pasien empiema yang disebabkan kuman aerob biasanya bersifat akut dengan keluhan demam, sesak nafas, nyeri dada, produksi sputum dan lekositosis, sementara yang disebabkan kuman anaerob biasanya menunjukkan gejala yang subakut. Pada satu penelitian dengan empiema anaerob didapatkan rata - rata pasien sudah mengalami gejala lebih kurang 15 hari sebelum masuk rumah sakit. Gejala lain dijumpai juga seperti penurunan berat badan. 4,27 Pada fisis diagnosis dijumpai hemitoraks bulging, sela iga melebar pada sisi efusi bila tekanan pleura meningkat. Bila pada sisi efusi tekanan pleura menurun yang diakibatkan obstruksi bronkus atau trapped lung, hemitoraks akan 23 Setia Putra TariganL: Pola Kuman dan Uji Kepekaan dari Empiema di RSUP. H. Adam Malik Medan. USU e-Repository © 2008. mengecil, sela iga menyempit. Pada palpasi dijumpai stem fremitus yang melemah pada sisi efusi. Pada perkusi dijumpai suara beda pada sisi efusi. Pada auskultasi dijumpai suara pernafasan melemah atau menghilang pada sisi efusi. 36 Dari foto toraks lateral dapat dilihat bayangan cairan di rongga pleura. Bila bayangan tersebut dikaburkan dengan bayangan infiltrat, sebaiknya dilakukan foto lateral dekubitus untuk membedakannya. Bila ada cairan di rongga pleura, maka cairan akan bergerak menuju tempat yang terendah, dan jumlah cairan tersebut dapat diperkirakan dengan mengukur jarak dinding dada bagian dalam dengan bagian bawah paru. Bila jarak tersebut 1 cm, efusi tersebut tidak signifikan dan tindakan torasintesis tidak dianjurkan. Bila jarak tersebut 1 cm perlu dilakukan torasintesis untuk evakuasi cairan, pemeriksaan cairan dan untuk membedakan efusi tersebut apakah complicated effusions atau uncomplicated effusions atau telah masuk kelas yang mana dari klasifikasi Light. Cairan pleura itu secara makroskopis dilihat warna, kekentalan dan bau. Selanjutnya cairan pleura dikirim ke laboratorium untuk dilakukan analisa cairan pleura yang meliputi berat jenis, pH, protein, lekosit, Diff Tell, LDH dan glukosa. Juga dilakukan pewarnaan Gram, kultur untuk kuman aerob dan anaerob, sitologi, dan pewarnaan serta kultur untuk jamur dan Basil Tahan Asam BTA bila terdapat indikasi secara klinis. 4 Warna cairan pleura pada efusi parapneumonik bervariasi sesuai dengan kelasnya, mulai dari jernih, kuning sampai kuning kental. Bila cairan pleura berbau busuk seperti bau kotoran, kemungkinan kuman penyebabnya yaitu 24 Setia Putra TariganL: Pola Kuman dan Uji Kepekaan dari Empiema di RSUP. H. Adam Malik Medan. USU e-Repository © 2008. bakteri anaerob. Bila pada cairan dijumpai sisa makanan, mungkin penyebabnya adalah esophageal pleural fistula. 4

2.6. PENATALAKSANAAN EMPIEMA