Struktur Organisasi Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan

Status Rumah Tahanan Negara Klas I Medan berada di bawah naungan pemerintah yaitu : Menteri Kehakiman dengan landasan hukum Pasal 22 KUHP UU No. 8 Tahun 1981 dan PP 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHP. Fungsi dan tugas dalam jaklak Menteri Kehakiman RI No.E 76 UM 01 Tahun 1986 antara lain Rutan sebagai unit pelaksanaan taktis pemasyarakatan sidang pelaksanaan,penahanan,pelayanan,dan perawatan warga binaan pemasyarakatan.

2. Struktur Organisasi

Dengan terbentuknya struktur organisasi yang jelas,akan dapat memberikan pengertian yang mudah untuk mengenal organisasi yang bersangkutan,juga mempermudah para pegawai mengetahui dengan pasti apa yang harus dikerjakan, dari siapa menerima perintah dan kepada siapa mempertanggungjawabkannya. Adapun pola struktur yang dimiliki oleh Rutan adalah sebagai berikut : Dep. Hukum dan Perundang-Undangan RI Kantor Wilayah Sumatera Utara S.E. Menteri Kehakiman Tanggal 20 September 1985, Nomor: M.04.PR.07.03 Tahun 1985. 24 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Yan Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Klas I Medan Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Medan a. Uraian Tugas : Ka. Rutan Kasat Pengamanan Kasie Yantah Kasie Pengelolaan Kaur Tata Usaha Kasubsie Perawatan Kasubsie Keuangan Perlengkapan Petugas Pengamanan Kasubsie Bankumluh Kasubsie Umum Kasubsie Bim Kerja 25 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 1 Mengkoordinir penyusun rencana kerja umum Rutan dengan memadukan rencana kerja unit-unit kerja bawahan untuk menetapkan rencana kerja Renker dan program kerja Proker Rutan. 2 Memeriksa singkat Warga Binaan Pemasyarakatan baru dengan cara meneliti surat penahanan dan register daftar penahanan. 3 Mencek hasil penggeledahan barang dan Warga Binaan Pemasyarakatan. 4 Meneliti keadaan fisik dan rohani Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan hasil pemeriksaan pejabat-pejabat bawahan dan dokter Rutan untuk melepaskan perawatan Warga Binaan Pemasyarakatan. 5 Menenrima laporan kematian Warga Binaan Pemasyarakatan dan melakukan tindak lanjut urusan Warga Binaan Pemasyarakatan. 6 Mengkoordinasi urusan pemakaman Warga Binaan Pemasyarakatan yang meninggal dunia. 7 Melaksanakan pengeluaran demi hukum berdasarkan masa Warga Binaan Pemasyarakatan dan tidak ada perpanjangan dari instansi yang berwenang. 8 Mencek dan mengurus persediaan beras sesuai prosedur untuk memenuhi kebutuhan para Warga Binaan Pemasyarakatan. 9 Mengawasi administrasi dan pengelolaan keuangan Rutan dengan cara membina dan menata administrasi keuangan dalam rangka pertanggungjawaban keuangan. 10 Mengkoordinasikan urusan kebutuhan dan pengelolaan perlengkapan Rutan. 26 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 11 Melakukan pembinaan kepegawaian sesuai dengan ketentuan undang- undang bidang kepegawaian. 12 Memebina ketatataklaksanaan umum Rutan deangan cara mengecek dan memberi informasi sistem pelaksanaannya. 13 Mempelajari laporan hasil pemeriksaan inspektorat jendral dengan cara memeinta data informasi dari pejabat bawahan untuk melaksanakan RTL dan LPH. b. Tanggung Jawab 1 Keamanan umum tata tertib Rutan. 2 Perawatan kesejahteraan Warga Binaan Pemasyarakatan dan narapidana. 3 Pengawasan dan pengendalian bantuan hukum dan penyuluhan Warga Binaan Pemasyarakatan. 4 Kelancaran pelaksanaan bimbingan kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan. 5 Pengeluaran atau pembebasan warga binaan pemasyarakatan dari Rutan. 6 Pembinaan pegawai Rutan. 7 Pelaporan atas segala kegiatan perawatan warga binaan pemasyarakatan dan peristiwa yang terjadi dalam Rutan. c. Wewenang 1 Menyampaikan usul dan saran kepada atasan tentang pelaksanaan tugas. 2 Meneliti pokok materi ceramah pendidikan dan penyuluhan pada Warga Binaan Pemasyarakatan. 27 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 3 Menerapkan jadwal bimbingan kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan. 4 Mengolah hasil karya warga binaan pemasyarakatan. 5 Mengatur cuti warga binaan pemasyarakatan. 6 Meneliti pekerjaan bawahan. 7 Menerapkan rencana kerja umum rutan. 8 Pengeluaran atau pembebasan warga binaan pemasyarakatan demi hukum. 9 Membagi tugas. 2. Kepala Urusan Tata Usaha a. Uraian tugas : 1 Menyusun rencanan kerja dan urusan tata usaha Rutan. 2 Melaksanakan pendistribusian pengelolaan surat masuk dengan sistem kartu kendali. 3 Melaksanakan pengetikan surat keluar di lingkungan Rutan. 4 Mengurus pengiriman surat keluar untuk memperlancar informasi. 5 Mengklasifikasikan arsip dan dokumen di lingkungan Rutan. 6 Menyelenggarakan urusan kearsipan dan dokumentasi. b. Tanggung jawab : 1 Kebenaran rencana kerja urusan tata usaha Rutan. 2 Kebenaran usulan dan saran kepada atasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3 Pembinaan pegawai bawahan. 28 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 4 Pemeliharaan perawatan peralatan dan sarana kerja. c. Wewenang : 1 Menyusun rencana kerja program kerja dan tata usaha 2 Mengajukan saran dan usulan kepada atassan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3 Menilai pelaksanaan pekerjaan bawahan dalam DP3 4 Memberi peringatan atau teguran dan bimbingan kerja 5 Menyetujui, menunda permintaan cuti 3. Kepala Kesatuan Pengamanan a. Uraian Tugas : 1 Menyusun rencana kerja pengamanan Rutan 2 Mengelola administrasi keamanan dan ketertiban Rutan 3 Mengawasi pelaksanaan penjagaan pengamanan dan pengawasan terhadap warga binaan pemasyarakatan 4 Mengorganisasikan tugas-tugas pemeliharaan keamanan 5 Mengawasi pelaksanaan penerimaan penempatan dan pengeluaran warga binaan pemasyarakatan 6 Mengontrol sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban Rutan b. Tanggung jawab: 1 Kebenaran rencana kerja urusan tata usaha Rutan 2 Kebenaran usul dan saran kepada atasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 29 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 3 Pembinaan pegawai bawahan 4 Hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana kerja 5 Disiplin pegawai 6 Pemeliharaan perawatan peralatan dan sarana kerja 7 Keamanan dan pengamatan Rutan c. Wewenang : Menetapkan rencana kerja seksi-seksi, mengajukan usulan pendapat kepada atasan serta menentukan langkah-langkah pembinaan pegawai 4. Kepala Seksi Pelayanan Warga binaan pemasyarakatan a. Uraian tugas : 1 Menyusun rencana kerja seksi pelayanan warga binaan pemasyarakatan 2 Melakukan pelayanan administrasi bagi warga binaan pemasyarakatan yang memerlukan perawatan 3 Mengorganisasikan dan menyiapkan pelaksanaan pembinaan bantuan hukum 4 Mengorganisasikan kegiatan penyuluhan rohani 5 Melakukan pembinaan pegawai lingkungan seksi pelayanan warga binaan pemasyarakatan b. Tanggung jawab : 1 Kebenaran rencana kerja urusan tata usaha Rutan 2 Kebenaran usulan dan saran kepada atasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 30 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 3 Pembinaan pegawaipejabat bawahan 4 Hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana kerja 5 Disiplin kerja pejabat bawahan c. Wewenang : 1 Menilai pejabat bawahan 2 Menegur pajabat bawahan 3 Menentukan,mengurangi,merubah permohonan cuti 4 Melaksanakan dan memantau Waksat 5 Menggunakan peralatan sarana kerja 5. Kepala Subseksi Administrasi dan Perawatan a. Uraian Tugas : 1 Menyusun rencana kerja subseksi administrasi dan perawatan 2 Mengawasi dan memberikan petunjuk pengawasan 3 Membagi tugas kepada bawahan untuk mencatat dat surat perintah 4 Mengecek atas pelaksanaan pembuatan tera sidik jari warga binaan pemasyarakatan baru 5 Melaksanakan pengambilan foto warga binaan pemasyarakatan sesuai dengan ketentuan dan petunjuk atasan b. Tanggung jawab : 1 Kebenaran data pada rencana kerja 31 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 2 Pelaksanaan proses pendaftaran dan penempatan warga binaan pemasyarakatan 3 Akurasi data-data warga binaan pemasyarakatan 4 Pelaksanaan perawatan warga binaan pemasyarakatan 5 Disiplin pelaksanaan tugas pegawai bawahan c. Wewenang: 1 Menyampaikan usul dan saran kepada atasan 2 Menilai pelaksanaan tugas pegawai bawahan 3 Membagi tugas bawahan 6. Kepala Seksi Pengelolaan a. Uraian tugas : 1 Menyusun rencana kerja seksi pengelolaan 2 Meneliti dan mengoreksi konsep surat yang berkaitan dengan tugas kerumahtanggaan 3 Menyelenggarakan pemeliharaan kendaraan dinas untuk digunakan 4 Mengatur penggunaan kendaraanangkutan dinas untuk digunakan 5 Menyelenggarakan administrasi biaya pemeliharaan kendaraan dinas b. Tanggung jawab : 1 Kebenaran rencana kerja seksi pengelolaan 2 Kebenaran usul dan saran serta pendapat 3 Menyelenggarakan administrasi kerja 32 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 4 Hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana 5 Pembinaan peralatan dan sarana kerja c. Wewenang: 1 Mengajukan usul dan saran kepada kepala Rutan 2 Menentukan langkah-langkah pembinaan pegawai Rutan 3 Memberi peringatan dan bimbingan pada bawahan 4 Mengesahkan, menilai pelaksanaan pekerjaan bawahan

B. Pengertian Tindak Kekerasan

Pada awal 1960-an, banyak orang meyakini kebenaran gagasan Konrad Lorenz, seorang ethiolog pakar psikologi binatang asal Jerman, yang menyebutkan bahwa kekerasan, tak ubahnya rasa lapar, adalah naluri manusia sebagai bagian dari kodratnya yang jasmaniah. Di dasawarsa berikutnya, tahun 1970- an, orang lebih menaruh perhatian pada apa yang kemudian dinamai sebagai lingkaran setan kekerasan. 27 Menurut mereka, kekerasan seolah telah mengental lebih dari sekedar naluri yang nature, dan menjadi culture, budaya kekerasan. Kalau pengamatan itu benar, artinya perlahan-lahan hubungan antar-manusia di abad ini tak hanya mengalami eskalasi kekerasan secara akumulatif, tapi juga sofistikasi, pencanggihan, kekerasan. Meminjam pengalaman pahit masyarakat miskin Amerika Selatan, Dom Helder Camara, memfatwakan betapa suatu kekerasan tak pernah berdiri sendiri. Ia lahir 27 Ibid 33 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. menyusul, dan menjadi rantai fantasi berikutnya dari kekerasan-kekerasan terdahulu yang telah berjalin-kelindan. Awalnya kekerasan lahir dibidani oleh egoisme para penguasa dan kelompok- kelompok yang rakus. Berikutnya kekerasan pun muncul sebagai jawaban dari para pejuang keadilan yang mengangkat senjata untuk menumbangkan para penguasa lalim itu. Kekerasan akan kembali muncul sebagai satu-satunya jalan berpikir yang ada dari para penguasa untuk menumpas bentuk kekerasan kedua. Begitulah seterusnya, hingga nyaris tak henti-hentinya darah mengalir untuk menyuburkan dendam yang tak kunjung menuntas. Rasa ketidakadilan umumnya muncul sebagai pemicu kekerasan. Kekerasan menjadi wacana keseharian ketika banyak orang dibiarkan menderita dan tidak berdaya sementara tak sedikit orang menjadi kaya dan berkuasa. Inilah kekerasn struktural, yang menurut Galtung, selalu menjadi prasyarat penting bertebarannya kekerasan personal atau kelompok. 28 Ekspresinya bisa beragam: struktur ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Secara struktural, individu dan kelompok ditenggelamkan dalam ketidakberdayaannya, dan tidak diabaikan kepentingan- kepentingannya. Ia tampaknya memang diberi kesempatan memperoleh semua itu melalui jalur-jalur struktural yang ada, namun struktur yang ada sendiri sudah tidak memungkinkan untuk menang dalam perjuangan menegakkan eksistensinya. Setiap orang memang diberi kesempatan yang sama untuk meminjam modal di bank, tapi 28 Muzakky, Kejahatan Kekerasan, http:zakysme.blogdetik.com 20081027 Kejahatan Kekerasan, diakses tanggal 12 Februari 2009. 34 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. struktur ekonomi tidak memungkinkan mereka yang tidak punya apa-apa untuk memanfaatkan kesempatan itu. Modal justru lebih lancar mengalir kepada mereka yang sesungguhnya telah memiliki apa saja. Frustasi berhadapan dengan kekuatan struktur yang tak berwajah namun perkasa itu justru mengundang kekerasan personal dari mereka-mereka yang berharap perbaikan nasib. Kekerasan secara definitif jelas-jelas berseberangan dengan kebebasan. Mengutip Johan Galtung, Kekerasan ada lantaran manusia dipengaruhi sebegitu rupa hingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. 29 Kekerasan tidak hanya tampak dari remuknya wajah seseorang oleh popor senapan, atau terburainya usus dari perut yang tersabet celurit, tapi juga dari cara orang memandang orang lain, cara mendidik anak, dan yang terpenting: cara mengatasi konflik. Kalau sudah kronis dan menjadi budaya, artinya kekerasan telah menjadi modus vivendi sebuah masyarakat yang sakit. Kekerasan dipelajari sebagai cara paling efektif mengatur hubungan antar- manusia, dan antar-kelompok. Ia bukanlah reaksi terhadap kekerasan sebelumnya, melainkan sebuah aksi yang sadar dan sukarela. Bahkan sebuah kreasi yang memuat dimensi imajinatif manusia. Dalam situasi serupa itu, bentuk-bentuk kekerasan yang massif dan brutal bukan hanya bom waktu yang bisa meletup setiap saat, tapi sebuah konsekuensi serius dari kecerobohan seseorang untuk mengatur hubungan sosial dengan resiko paling minimal. 29 JE Sahetapy, Penanggulangan Kekerasan Tanpa Kekerasan, http: www. polarhome. compipe rmailnasional-m2002-September000258.html 35 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Penggunaan kekerasan yang dimaksud terwujud dalam memukul dengan tangan saja, memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan, dan sebagainya. Dalam ketentuan Pasal 89 KUHP, dapat dilihat perluasan dari pengertian kejahatan dengan kekerasan, yang mana dalam pasal ini disebutkan: melakukan kekerasan disarnakan dengan membuat orang pingsan. Kekerasan itu harus ditujukan kepada seseorang. Seseorang di sini tidak perlu para pemilik barang, tetapi juga orang lain yang diberikan tugaskepercayaan untuk menjaganya. Tindak kekerasan biasanya berwujud menjadi kejahatan. Menurut Soedarto, pada umumnya kejahatan kekerasan dapat diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik terhadap barang atau orang sedemikian rupa, sehingga cukup membahayakan benda hukum yang dilindungi oleh ketentuan pidana yang bersangkutan. 30 Adapun unsur-unsur kejahatan dengan kekerasan seperti yang Bering dikemukan dalam setiap perumusan kejahatan dengan kekerasan dalam KUHP terdiri dari: Didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan mengandung pengertian bahwa kekerasan atau ancaman kekerasan ini dipergunakan sebelum dilakukan kejahatan pokok yang dimaksudkan untuk mempersiapkan diri bagi si pelaku. 31 Disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan maksudnya penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya kejahatan. pokoknya. Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan di sini dimaksudkan untuk mempermudah dilaksanakan kejahatan pokoknya. 30 Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, Tahun 1981, hlm.113. 31 Ibid pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan mengandung maksud penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan setelah kejahatan pokoknya dilakukan. Tujuannya memberikan kesempatan kepada diri sendiri atau peserta lain untuk melarikan diri, serta dapat menjamin pemilikian hasil kejahatan tersebut jika tertangkap tangan. Secara sederhana dapat dijawab bahwa kejahatan dengan kekerasan mengakibatkan korban menderita luka berat, secara fisik maupun secara mental, meninggal dunia, harta miliknya berpindah tangan karena paksaan, kehormatannya dirusak. 32 Stephen Schafer,dalam suatu studinya mengenai kejahatan-kejahatan dengan kekerasan di Florida,mendasarkan rumusannya pada batasan Kelompok Internasional pars Ahli PBB yang beranggapan bahwa kejahatan-kejahatan kekerasan yang utama adalah pembunuhan, penganiayaan berat, serta perampokan, dan pencurian berat. 33 Sedangkan pelaku kejahatan dengan kekerasan adalah mereka-mereka yang melakukan kejahatan yang berakibat kematian maupun luka bagi sesama manusia. Pengertian kejahatan dengan kekerasan menurut Kepolisian Republik Indonesia meliputi Sembilan jenis kejahatan, yaitu : penjambretan, penodongan, pembajakan, perampokan, pencurian kendaraan bermotor, pemerasan, pembunuhan, 32 Mulyana W. Kusumah, Kriminalitas Dalam Surat Kabar, Jakarta : Penerbit Antar Kota, 1991, hal 57. 33 Stephen Schafer, The Beginnings of Victimology, dalam Israel Drapkin dan Emilio Viano, eds. Victimology Lexington, Mass:Lexin g ton Books, 1974, hlm. 17-41. Lihat Mulyana. W.Kusumah, Analisa Kriminologi tentang Kejahatan Kejahatan Kekerasan, Ghalia Indonesia, hlm. 24. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. penganiayaan berat, dan perkosaan. 34 Tidak ada penjelasan atau keterangan dari pembagian katagorikatagori ini, walau untuk beberapa jenis kejahatan , arti katanya memang jelas. Misal, untuk pembajakan, dapat timbul pertanyaan apakah yang dimaksud di sini bentuk kejahatan penodongan dalam kendaraan umum bus ataukah bentuk pembajakan pesawat terbang dan bentuk yang menyerupainya. Perbedaan antara penodongan dengan perampokan juga tidak jelas karena kesan pertama yang diperoleh adalah bahwa penodongan dilakukan di tempat umum jalan, pasar, sedangkan perampokan di tempat pemukiman rumah. Namun, istilah umum tentang perampokan bisa juga dikaitkan dengan tempat terjadi kejahatan seperti bank, toko, atau perusahaan lainnya. Mengenai masuknya jenis kejahatan pencurian kendaraan bermotor sebagai jenis kejahatan dengan kekerasan juga dapat menimbulkan pertanyaan. Apakah pencurian yang tanpa diketahui pemiliknya berarti tanpa adanya kekerasan termasuk pula di sini? . Demikian pula, penjambretan dan penodongan perlu ditinjau secara bersama-sama, karena peristiwanya lebih sering dilakukan di jalan atau tempat- 34 Lihat Buku : Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Dinas Penelitian dan Pengembangan, Kriminalitas dengan kekerasan di Indonesia dan Konsepsi PenangRulangannya Makalah Polri dalam Seminar Kriminalitas dengan Kekerasan di Jakarta, 1983, hlm. 5. Penggolongan kejahatan sebagaimana dilakukan di sini perlu dijelaskan tujuannya, dan dengan sendirinya konsep dari setiap golongan oleh Dislitbang Polri digunakan istilah jenis tersebut. Pada dasarnya, untuk analisis yang bertujuan lebih memahami macam-macam golongan tipologi perilaku kejahatan ini, tipologi hukum hampir tidak bermanfaat. Lebih banyak manfaatnya bilamana dilakukan tipologi sosiologis dan tipologi psikologis lihat antara lain : Hermann Mannheim, Comparative Criminology, Naughton, 1965: 161-173. Lihat pula Mardjono Reksodiputro dalam Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum U1, 1994, hlm. 48. 38 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. tempat umum lainnya seperti pasar atau tempat hiburan. Kedua jenis kejahatan ini tidak memerlukan keahlian, dilakukan terhadap korban yang lengah lalai, dan lebih sering tidak menimbulkan derita atau cacat badan fisik pada korban. Sebaliknya, pada perampokan diperoleh kesan diperlukan adanya keahlian yang sofistikasinya tergantung pada sasaran perbuatan, paling tidak ada perencanaan, dan sering pula mengakibatkan derita psikis atau badan pada korban, serta tidak jarang pula cacat badan atau kematian pada korban. Marshal B.Clinard, juga mengemukakan tentang perkembangan kejahatan dengan kekerasan sebagai berikut : 35 As a country develops, robbery with violence and threat of violence increases. In the developing countries, armed attacks, with represent a growing problem in isolated non-urban areas, are made on homes, motor vehicles, and bases on the highways, and the spread o f industrial, banking and business enterprises requires the transportation of large sums of money usually with few guards. The increase in robbery is due in part to the training acquired among growing prison populations, since more and more offenders are beinf taught sophisticated criminal techniques in their willingness to resort to force terjemahan bebas: Ketika suatu negara berkembang, perampokan dengan kekerasan dan ancaman kekerasan meningkat. Pada negara-negara berkembang, serangan-serangan bersenjata yang menunjukkan tumbuhnya masalah di wilayah-wilayah non urban, terjadi di dalam rumah, kendaraan bermotor atau di jalan raya, sementara itu penyebaran perusahan-perusahan industri, bank, dan dagang rnembutuhkan transportasi sejumlah uang beserta pengawalannya. Peningkatan perampokan untuk sebagian disebabkan oleh latihan yang diperoleh di dalam penghuni penjara yang kian padat, yang menyebabkan lebih banyak lagi pelanggar hukum diajarkan tehnik-tehnik 35 Marshal B Clinard, Comparative Criminology and Developing Countries, dalam CWG. Japerse, eds, Criminologiy : Between The Rule of Law and The Outlaws Kluwer-Deventer, 1976 hlm. 208 39 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. kejahatan yang sophisticated dalam kecendrungan mereka untuk melakukan kekerasan. Perumusan kejahatan dengan kekerasan dapat dilihat dari beberapa aspek mempunyai beberapa elemen atau unsur-unsur yaitu : 36 1 The degree and type of injury tingkat dan jenis kerusakan, 2 The intent of the participants to apply or to threaten to apply force kesungguhan peserta untuk menggunakan atau mengancam mempergunakan kekerasan, 3 The object of the attack i.e., a person, property, or an animal objek serangan misalnya orang, properti, atau binatang, 4 The causes of and motivations and justifications for the behavior penyebab dan motivasi serta pembenaran atas perilaku tersebut 5 The numbers of persons involved in the incident, and Oumlah orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut, 6 Whether the harm is the result of behavior that is committed or omitted apakah kerusakan tersebut merupakan akibat dari perilaku yang dilakukan ataukah bukan. Jika dibandingkan dengan jenis-jenis kejahatan dengan kekerasan yang telah diformulasikan Polri, maka jenis kejahatan dengan kekerasan menurut The Federal Bureau of Investigation di bawah Uniform Crime Reporting Program terdiri dari : 37 1 Criminal homicide comprising murder and nonnegliegent manslaughter: the willfull nonnegligent killing of one human being by another kejahatan pembunuhan, meliputi pembunuhan dan pembantaian manusia yang bukan merupakan kelalaian : pembunuhan dengan sengaja bukan kelalaian seorang atau lebih manusia oleh orang lain. 2 Forcible rape: the carnal knowledge of a female forcibly and against her will perkosaan dengan paksaan: menguasai jasmani dari seorang wanita yang diancam dengan kekerasan. dan melawan keinginanya. 3 Robbery : the taking or attempting to take something of value from the care, custody, or control of a person or persons by force or threat of force or violence and l or by putting the victim in fear perampokan : 36 Neil Allan Weiner, Margaret A Zhan, Rita J.Sagi : Violence : Patterns, Causes, Public Policy, Harcourt Brace Jovanovich HBJ, Publisher, 1990. hlm. xiii . 37 Marshal B Clinard, Op.Cit, hlm. 201. 40 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. pengambilan atau berusaha mengambil sesuatu yang berharga dari perawatan, penjagaan, atau pengawasan seseorang atau banyak orang dengan memakai kekerasan atau ancaman kekuatan atau kekerasan danatau menyebabkan korban ketakutan. 4 aggravated assault : “an unlawful attack by one person upon another for the purpose of inflicting severe or aggaravated bodily injury “. ‘ serangan dengan kekerasan : serangan yang melawan okum dilakukan oleh satu orang terhadap orang lain dengan tujuan mengakibatkan luka parah atau berat. 5 other assaults simple : assaults and attempted assaults where no weapon was used and which did not result in serious or aggravated injury to thevictim. 38 serangan lainnya sederhana : serangan yang disengaja di mana tidak mempergunakan senjata serta tidak mengakibatkan luka-luka yang serius atau parah pada korban. Neil Alan Weiner et.all membuat patokan yang membantu mendefinisikan kejahatan kekerasan. Terdapat beberapa unsur yang harus dipertimbangkan bila ingin merumuskan pengertian kejahatan kekerasan, yaitu: 39 1. Tingkat dan jenis kerusakan the degree and type of injury, 2. Kesungguhan peserta pelaku untuk menggunakan atau mengancam menggunakan kekerasan the intent of the participant s to apply or to threaten to apply force, 3. Sasaran objek yang menjadi fokus serangan, misalnya orang, harta benda atau binatang the object of the attack, i.e., a person, property or an animal, 4. Penyebab dan motivasi Berta pembenaran atas perilaku tersebut the causes of and motivation and justifications for the behavior, 5. Jumlah orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut the number of persons involved in the incident, 6. Apakah kerusakan tersebut merupakan akibat dari perilaku yang dilakukan atau bukan wether the harm is the result of behavior there is committed or omitted. 38 Ibid, hlm. xvii 39 Neil Allan Weiner, et. al. Ed.. Violence: Pattern, Causes, Public Policy. USA:arcourt, Brace Jovanovich HBJ Publisher, hlm. xiii. 41 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Menurut Romli Atmasasmita, kejahataan kekerasan secara yuridis menunjuk pada suatu tingkah laku yang pertama-tama harus bertentangan dengan undang- undang atau hukum, baik berupa ancaman saja maupun sudah berupa tindakan nyata dan memiliki akibat-akibat kerusakan terhadap harta benda atau fisik atau mengakibatkan kematian pada seseorang. 40 KUHP tidak secara tegas memuat pengertian kejahatan kekerasan. Bab IX Pasal 89 KUHP menyebutkan bahwa membuat orang pingsan atau membuat orang tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Pasal 89 ini hanya mengatur mengenai perbuatan yang disamakan dengan kekerasan. Melakukan kekerasan artinya, ”mενγγυνακαν τεναγα αταυ κεκυαταν ϕασmανι yang tidak kecil dan secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang dan lain lain.” 41 Pingsan artinya, tidak ingat atau tidak sadar akan dirinya, umpamanya memberi minum racun kecubung atau obat, sehingga orang tidak ingat lagi. Orang yang pingsan itu tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Tidak berdaya artinya, tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan sedikitpun. Misalnya mengikat kaki dan tangan seseorang 40 Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita selekta Krirninolog, Bandung: Eresco, 1992, hlm. 55 41 Mahmud Mulyadi, Op.Cit. hlm. 34. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. dengan tali, mengurung dalam kamar, memberi suntikan sehingga orang itu lumpuh. Orang yang tidak berdaya masih sadar apa yang terjadi pada dirinya. 42

C. Sejarah dan Teori Kriminologi

Berkembangnya kejahatan dewasa ini merupakan salah satu akibat perkembangan ilmu dan teknologi sebagaimana telah penulis uraikan pada bab sebelumnya. Dalam sistem hukum pidana dikenal adanya proses kriminalisasi yang secara garis besar dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana kemudian diancam dengan pidana dalam undang-undang. Proses kriminalisasi dapat terjadi akibat pengaruh dari pada modernisasi atau perkembangan masyarakat sebagai dampak perkembangan ilmu dan teknologi. Beberapa sarjana memberikan defenisi berbeda-beda kriminologi, antara lain: Bonger memberikan defenisi kriminologi sebagai: “Ιλmυ πενγεταηυαν ψανγ βερτυϕυαν menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.” 43 Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya kriminologi teoritis atau murni. Berdasarkan kesimpulan- kesimpulan dari padanya di samping itu disusun kriminologi praktis. Krimonologi teoritis adalah ilmu pengetahuan yang ebrdasarkan pengalaman yang seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba 42 Ibid 43 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Jakarta: Rajawali Press, Jakarta, 2001 hlm. 9 43 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. menyelidiki sebab-sebab dari gejala tersebut aetologi dengan cara-cara yang ada padanya. Melalui defenisi ini, Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang yang mencakup: 1. Antropologi kriminil Yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat somatis. Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa ? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya ? 2. Sosiologi kriminil Ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat. 3. Psikologi kriminil Yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya. 4. Psikopatologi kriminil Ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf 5. Penologi Ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman. George B Vold sebagaimana yang dikemukakan Topo Santoso menyebutkan teori adalah: “Βαγιαν δαρι συατυ πενϕελασαν ψανγ mυνχυλ mανακαλα σεσεορανγ 44 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. dihadapkan pada suatu gejala yang tidak dimengerti.” 44 Upaya mencari penjelasan mengenai sebab kejahatan, sejarah peradaban manusi mencatat adanya dua bentuk pendekatan yang menjadi landasan bagi lahirnya teori-teori dalam kriminologi yaitu: 1. Spiritualisme Dalam penjelasan tentang kejahatan, spritualisme memiliki peradaban mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada saat ini. Berbeda dengan teori-teori saat ini, penjelasan spritualisme memfokuskan perhatiannya pada perbedaan antara kebaikan yang datang dari tuhan atau dewa dan keburukan yang datang dari setan. Seseorang yang telah melakukan sesuatu kejahatan dipandang sebagai orang yang telah terkena bujukan setan evildemon. Penjelasan tentang kepercayaan manusia pada yang gaib tersebut dapat diperoleh dari berbagai literature sosiologi, aerkologi dan sejarah selama berabad- abad yang lalu. Sebagaimana kita ketahui, bagi orang-orang dengan kepercayaan primitif, bencana alam selalu dianggapa sebagai hukuman dari pelanggaran norma yang dilakukan. Dalam perkembangan selanjutnya aliran spritualisme ini masuk dalam lingkup pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan pemikiran yang paling rasional dari perkembangan ini adalah bahwa pada periode sebelumnya kejahatan dianggap sebagai permasalahan antara korban dan keluarga dengan pelaku dan keluarganya. Akibatnya adalah konflik berkepanjangan antara keluarga yang 44 Ibid, hlm. 19. 45 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. dapat mengakibatkan musnahnya keluarga tersebut. Juga menjadi suatu masalah adalah bahwa pelaku kejahatan yang berasal dari keluarga yang memiliki posisi kuat dalam masyarakat tidak akan dapat dihukum. Sebagai upaya pemecahan terhadap permasalahan tersebut, maka masyarakat membentuk lembaga-lembaga yang dapat menjadi dasar pembenar terhadap upaya pembalasan terhadap seseorang yang telah melakukan kejahatan. Metode untuk membuktikan kesalahan seseorang dalam masyarakat primitif memiliki banyak model. Salah satu metode adalah dengan menceburkan seseorang ke dalam sungai dengan cara mengikatnya pada sebuah batu besar. Diyakini bahwa jika orang itu tidak bersalah, maka Tuhan akan menolongnya dari rasa sakit atau bahkan kematian. Namun jika orang tersebut bersalah, maka Tuhan kana memebrikan kepadanya rasa sakit dan kematian yang amat menyiksa. 45 Meski dalam kenyataan di masyarakat, dapat dilihat secara nyata bahwa penjelasan spiritual ini ada dan berlaku dalam berbagai bentik dan tingkat kebudayaan, namun aliran ini memiliki kelemahan itu adalah bahwa penjelasan ini tidak daat dibuktikan secara ilmiah. b. Naturalisme Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang ada sudah sejak berabad- abad yang lalu. Adalah “Ηιπποχρατεσ” 460 Σ.Μ ψανγ mενψατακαν βαηωα “the brain is organ of the mind”. Perkembangan paham rasionalisme yang muncul dari 45 Soedjono Dirdjosisworo, Op.Cit, hlm. 3 46 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. perkembangan ilmu alam setelah abad pertengahan menyebabkan manusia mencari model penjelasan lain yang lebih rasional dan mampu dibuktikan secara ilmiah. Dalam penjelasan sejarah kedua model penjelasan ini beriringan meski bertolak belakang. Lahirnya rasionalisme di Eropa menjadikan pendekataini mendominasi pemkiran tentang kejahatan pada abad selanjutnya. Dalam perkembangan lahirnya teori-teori tentang kejahatan, maka dapat dibagi dalam tiga mazhab atau aliran yaitu: 1 Aliran Klasik Dasar pemikiran dari ajaran klasik ini adalah adanya pemikira bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas Free Will. Di mana dalam bertingkah laku, ia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya bedonisme. Dengan kata lain manusia dalam berperilaku dipandu oleh dua hal yaitu penderitaan dan kesenangan yang menajdi risiko dari tindakan yang dilakukannya. Dalam hal ini hukuman dijatuhkan berdasarkan tindakannya, bukan kesalahannya. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, Cesare Bonesana Marchase de Beccaria menuntut adanya persaman dihadapan hukum bagi semua orang dan keadailan dalam penerapan sanski. Ia menginginkan kesebandingan antara tindakan dan hukuman yang dijatuhkan. Ini dapat diungkapkan secra tersirat dalam tulisannya “The Crimes and Punishment” yang pernah diungkapkan pada bab terdahulu. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Agaknya Beccaria bukan merupakan sarjana satu-satunya yang berbicara tentang free will dan bedonisme manusia. Adalah Jeremy Bentham, seorang sarjana Inggri yang berbicara mengenai hal yang diungkapkan oleh Beccaria tersebut di atas. Sebagai seorang ahli hukum ia menyatakan bahwa tujuan dari pemberian sanksi semata-mata berfungsi sebagai alat preventie bagi lahirnya kejahatan. Ide dari para sarjana ini mengilhami lahirnya Code Civil Napoleon 1791 dan juga konstitusi Amerika pada masa itu. Adanya persamaan dihadapan hukum dan keseimbangan antara hukuman dan kejahatan diterapkan secara murni pada masa itu. 2 Aliran Neo Klasik Aliran Neo Klasik pada dasarnya bertolak pada pemikran mazhab klasik. Namun demikian para sarjana mazhab neo klasik ini justru menginginkan pembaruan pemikiran dari mazhab klasik setelah pada kenyataan pemikiran pada mazhab justru menimbulkan ketidakadilan. Pemberlakuan secara kaku Code Penal Perancis terhadap pelaku kejahatan di bawah umur, di mana tidak adanya suatu pembedaan pemberian hukman terhadapnya, dinilai sebagai suatu ketidakadilan. Aspek mental dan kesalahan seseorang tidak diperhitungkan oleh Code Panel Perancis tersebut. 48 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Meski mazhab neoklasik, tidak dilandaskan pada pemikiran ilmiah, namun aspek-aspek kondisi dan lingkungannya mulai diperhatikan. Hal tersebut yang membuatnya berbeda dengan mazhab klasik. 3 Aliran Positifis Secara garis besar aliran positifis membagi dirinya menjadi dua pandangan yaitu: a. Determinisme biologis Teori-teori yang masuk dalam aliran ini mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada pengaruh biologis yang ada dalam dirinya. b. Determinisme cultural Teori-teori yang masuk dalam aliran ini mendasari pemikiran merka pada pengaruh sosial, budaya dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Penjelasan berikut ini akan memulai pembagian dari pandangan determinisme biologis sebagai asal mula lahirnya mazhab positivis ini.

D. Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Sesama Warga Binaan

Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Tanjung Gusta Medan Lingkungan sosial masyarakat yang kompleks cenderung memberikan pengaruh perilaku kejahatan kekerasan, akan tetapi pada dasarnya juga ditentukan oleh factor biologis. Dalam mekanisme syaraf dan fisiologi hormone steroid dan 49 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. peptide adalah hormon yang penting dalam memulai, menjalankan, dan menghadapi kejahatan kekerasan. 46 Dalam ilmu kriminologi, terjadinya sebuah kejahatan dapat disebabkan oleh aspek biologis. Terdapat dua fakta penting tentang pentingnya aspek biologis yakni awal kemunculan perilaku agresif sebagai karakteristik yang ada pada beberapa individu dan perbedaan individu dalam terkena pengaruh berbahaya lingkungan. 47 Ada fakta yang menyatakan bahwa hormone memainkan peran yang penting dalam menentukan perilaku kriminal. Hormon sangat diketahui mempengaruhi banyak perilaku manusia dan dampak yang kompleks dimediasi oleh banyak variabel baik biologis maupun sosial. Ada yang berpendapat, tindakan kriminal disebabkan oleh faktor hereditas atau pembawaan. Salah satu teori semacam ini dikemukakan oleh Cesare Lambroso 1836-1909, seorang dokter dan kriminolog berkebangsaan Italia. Menurut pendapat Cesare Lambroso, “Ορανγ-orang yang memiliki ciri-ciri tubuh tertentu cenderung menjadi penjahat. Beberapa ciri tubuh yang dimaksud adalah jidat sempit, bentuk kepala dan dagu terkesan kasar atau keras, alis bersambung dan daun telinga menjorok ke luar. Pendapat lain menyatakan, kecenderungan menjadi kriminal tersebut secara genetis disebabkan karena adanya kelebihan kromosom Y lelaki.” 48 46 Muzakky, “ Κεϕαηαταν Κεκερασαν”, http:zakysme.blogdetik. comfiles 2008 10img_0342.jpg, diakses tanggal 11 Januari 2008. 47 Ibid. 48 G. Th, . Kempe diterjemahkan oleh R.A. Koesnoen, Pengantar tentang Kriminologi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 58. 50 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Secara biologis, perilaku kriminal dapat disebabkan oleh kerusakan tertentu pada otak, lemah mental dan perubahan atau kemunduran fungsi otak karena usia tua. Yang terakhir ini mungkin dapat menjelaskan seringnya terjadi kasus perkosaan terhadap anak-anak di bawah umur oleh pelaku-pelaku lanjut usia. Perilaku kriminal juga dapat disebabkan latar belakang keluarga yang patologis, misalnya, keluarga retak. Atau karena kepribadian yang patologis, misalnya, membunuh karena mengalami delusi atau halusinasi tertentu. Secara biologis, perilaku kriminal dapat disebabkan oleh kerusakan tertentu pada otak, lemah mental dan perubahan atau kemunduran fungsi otak karena usia tua. Yang terakhir ini mungkin dapat menjelaskan seringnya terjadi kasus perkosaan terhadap anak-anak di bawah umur oleh pelaku-pelaku lanjut usia. Perilaku kriminal juga dapat disebabkan latar belakang keluarga yang patologis, misalnya keluarga retak. Atau karena kepribadian yang patologis, misalnya membunuh karena mengalami halusinasi khayalan tertentu. Di sisi lain, perilaku kriminal juga dapat merupakan buah patologi sosial atau penyakit masyarakat. Wujudnya dapat bermacam-macam seperti keluarga yang mempunyai norma atau nilainya sendiri yang tidak sejalan dengan norma masyarakat. Kemudian kejahatan sebagai profesi yang biasanya dengan mengkhususkan diri pada salah satu jenis kejahatan dan menjadi sangat ahli serta kejahatan terorganisasi seperti mafia. Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya perkelahian antar warga adalah karena kebiasaan para remaja mendapat rintangan di masa kecilnya, sehingga tindak kekerasan bukan merupakan hal yang aneh bagi mereka. Para remaja ini terbiasa dengan tindak kekerasan yang pernah diterima pada masa kecil, sehingga setiap ada perbuatan yang 51 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. tidak disenanginya, maka si remaja akan meresponnya dengan tindak kekerasan juga, yang akhirnya akan berujung pada perkelahian. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa sikap bingung, agresivitas yang meningkat dan rasa superior merasa hebat yang terkadang dikompensasikan dalam bentuk tindakan yang negatif seperti pasif dalam segala hal, apatis, agresif secara fisik dan verbal, menarik diri dan lain-lain. Jika dianalisis yang lebih mendalam, sebab-sebab perilaku kriminalitas sebenarnya dapat dibedakan sebagai berikut. 49 1. Penyebab primer yakni kondisi yang tanpa kehadirannya maka perilaku kriminalitas tak akan muncul. Jadi sejenis conditio sine qua non. Misalnya, kemiskinan dan kekumuhan yang dialami suatu masyarakat. Jika kurang dikendalikan oleh agama atau nilai-nilai moral akan mudah menggelincirkannya ke perbuatan kriminal. 2. Kedua, penyebab yang menyiapkan yakni kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dan kondisi-kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak oleh orang tuanya mungkin menjadi lebih rentan terhadap tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan orang-orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik. 3. Penyebab pencetus yakni kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan tindakan a-sosial. Misalnya, seseorang yang di-PHK dari tempat kerjanya akan mudah menjadi reaktif atau emosional sehingga menjadi faktor signifikan pemicu tindak kejahatan. Atau seorang pria setengah baya akibat bisnis yang telah lama ditekuninya 49 Zubaidi. Kriminalitas dan Sistem Penanggulangannya, makalah, 2003. 52 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. mengalami kebangkrutan membuatnya jadi frustasi sehingga gampang diajak berbuat kriminal. Kenyataan menunjukkan bahwa rutanLapas belum sepenuhnya mampu menunjukkan fungsi yang ideal. Berbagai aspek dan kondisi dalam rutanLapas sangat potensial menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia antara lain : Over kapasitas, Kualitas Penghuni yang berubah dari kejahatan konvensionall menjadi kejahatan trasnasional, Terbatasnya Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya. 50 Pendapat yang bersamaan juga disebutkan bahwa berbagai faktor pencetus, antara lain : a. Over kapasitas dan perbandingan jumlah petugas dan penghuni yang sangat tinggi. 1 pola perlakuan : cenderung top down, mass treatment, dan security approach. 2 kurangnya pengawasan dan pengendalian : segala kejadian dalam rutanlapas tidak terpantau dan terkendalikan setiap waktu secara maksimal, dan atau tidak terpantau seluruhnya. b. Pemahaman terhadap uraian tugas dan nilai-nilai HAM tidak merata: pelaksanaan tugas cenderung berdasarkan kebiasaan, dan kurang respect terhadap kebutuhan narapidana. 50 Direktorat Registrasi dan Statistik, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Maret 2008 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. c. Kesejahteraan petugas dan keinginan narapidana yang kuat untuk mendapatkan kebebasankelonggaran, menimbulkan kecenderungan tumbuhnya hubungan pribadi yang berlebihan dan memungkinkan terjadinya suap : perbedaan perlakuan, persaingan tidak sehat, dan kecemburuan sosial. d. Sistuasi dan kondisi yang monoton dan berlangsung lama, mengakibatkan rasa bosan dan stress yang berkelanjutan : perilaku apatis, malas, tidak patuh, dan lain-lain.

1. Over Kapasitas Penghuni RUTAN