Sosialisasi Nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam Pembinaan Narapidana

BAB IV UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEKERASAN YANG DILAKUKAN

TERHADAP SESAMA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUTAN KLAS I MEDAN

A. Sosialisasi Nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam Pembinaan Narapidana

Hak Asasi Manusia merupakan hak esensial yang dimiliki oleh setiap manusia sebagaimana yang tertuang dalam Magna Charta atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dalam perjalanan sejarah untuk mencegah terus berlangsungnya pelanggaran-pelanggaran HAM, PBB menetapkan sejumlah kovenan yang berkaitan dengan perlindungan HAM seperti Kovenan Hak Sipil dan Politik, Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Konvensi Hak Anak, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia, Standar Perlakuan Minimum terhadap NarapidanaWarga binaan pemasyarakatan, Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial, Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, dan lain-lain. Beberapa instrumen internasional tersebut telah diratifikasi ke dalam perundang-undangan RI. HAM melekat pada diri setiap manusia tanpa memandang bulu, termasuk juga bagi narapidanawarga binaan pemasyarakatan. Standard Minimum Rules for 86 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. Prisoners SMR 74 Standar Perlakuan Minimum bagi Narapidana dan Warga binaan pemasyarakatan menyatakan bahwa hak yang hilang daripada narapidanawarga binaan pemasyarakatan hanyalah hak atas kebebasan. Akan tetapi hak-hak lain yang melekat pada dirinya harus tetap diberikan selama mereka menjalani masa pidanamasa warga binaan pemasyarakatannya. Teori pemidanaan yang dari masa ke masa mengalami perubahan, pada masa kini sudah tidak lagi berorientasi kepada tujuan pembalasanpenjeraan yang cenderung bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, melainkan lebih pada tata perlakuan yang bertujuan bukan saja agar para terpidana bertobat dan tidak melakukan tindak pidana lagi, melainkan juga melindungi masyarakat dari tindak kejahatan. Tata perlakuan ini dilaksanakan berdasarkan Sistem Pemasyarakatan berlaku sejak 27 April 1964. 75 Dengan berlandaskan prinsip tersebut, maka rutanlapas diharapkan dapat menampilkan fungsi yang diharapkan, antara lain : 76 a. Merupakan komunitas yang teratur dengan baik, seperti : tidak membahayakan nyawa, kesehatan dan integritas personal. b. Kondisinya tidak menambah kesulitan yang dialami narapidana akibat pemidanaan. 74 Implementation Standard Minimum Rules for Prisoners, International Review of Crime Policy No. 26, New York:United Nation, 1970, hlm. 70 75 Penjelasan Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 76 Membuat Standard-standard Bekerja, Penal Reform International, Maret 2001 87 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. c. Aktivitas di dalamnya sebanyak mungkin membantu narapidana untuk mampu kembali ke masyarakat setelah menjalani pidananya. Departemen Hukum dan HAM sebagai payung sistem pemasyarakatan Indonesia, menyelenggarakan sistem pemasyarakatan agar narapidana dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga narapidana dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakatnya, kembali aktif berperan dalam pembangunan serta hidup secara wajar sebagai seorang warga negara. Ditjen Pemasyarakatan telah maju selangkah dalam penguatan HAM di rutanlapas dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1 Pada tahun 2003 bekerjasama Ditjen HAM, membuat buku saku mengenai HAM untuk Narapidana, 2 Penguatan kerjasama yang sudah terbentuk dan realisasi MoU dengan pihak ketiga, seperti: Badan Narkotika Nasional, Kepolisian Republik Indonesia, Komite Palang Merah International ICRC, Departemen Kesehatan RI, Departemen Pendidikan RI. Ada juga kerjasama dengan badan pendidikan Swedia, Raoul Wallenberg Institute RWI dalam membentuk rutanlapas modeling rutanlapas Medan, Makasar, Abepura-Papua, Narkotika Jakarta dan Wanita-Tangerang sebagai pusat penelitian dan pengembangan HAM bagi WBP. 3 Diadakannya pelatihan pemahaman HAM dan kepemimpinan bagi pejabat senior pemasyarakatan dan pelatihan bagi pelatih bagi staff pemasyarakatan, telah dilakukan secara berkelanjutan. 88 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009. 4 Uji petik baseline study pada 5 rutanlapas Modeling memberikan gambaran penerapan HAM di dalam rutanlapas. Baseline ini dilakukan atas kerjasama tim RWI, Ditjenpas, dan ahli internasional yang menyusun laporan uji petik ini, tidak ada anggota dari tim audit yang berasal dari rutanlapas-rutanlapas yang diaudit.. Bulan Oktober 2007, audit baseline berhadapan dengan Standard Minimum Rules PBB mengenai Pembinaan dan Pelayanan bagi Narapidana, dilakukan di rutanlapas modeling. tujuan utama yaitu menjadikan baseline atau point awal tiap rutanlapas modeling untuk mendorong mereka melakukan kegiatan yang menggambarkan penghormatan mereka terhadap HAM. Hasilnya : Institusi telah memenuhi sekitar 61 standard dalam SMR, 13 standard sudah terpenuhi sebagian dan sisanya belum terpenuhi, Proses audit dimulai dengan melakukan tour ke dalam rutanlapas, Tim audit memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada seluruh staf dan narapidana yang mereka temui, tanpa diawasi. Jadi bisa dipastikan hasil audit adalah independen. 5 Kerjasama dengan Partnership atas dana dari Swedia, merencanakan pembuatan rutanlapas modeling lainnya, terutama bagi rutanlapas anak dan wanita. 6 Gerakan anti diskriminasi, anti penyiksaankekerasan. 7 Tindak tegas pelaku penyiksaan. 89 pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Pariaman Saragih : Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan, 2009.

A. Pemberian Cuti Menjelang Bebas CMB, Cuti Bersyarat CB, Cuti