Fredi Fadli : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.
dan jika ada keluhan dari konsumen, maka dilakukan pengujian terhadap sampel tersebut. Setelah lima tahun, sampel pertinggal dapat dimusnahkan.
4.5. Pengolahan Limbah
Lafiau memiliki sarana pengolahan limbah, baik untuk limbah padat berupa debu-debu yang tersebar di daerah produksi maupun limbah cair dari
pencucian peralatan. a.
Pengolahan Limbah Padat Pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector untuk
debu-debu yang tersebar di ruang produksi yang ditempatkan di atas ruangan, vacum cleaner untuk debu-debu yang berserakan pada peralatan dan lantai.
b. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair terdiri dari proses destruksi, penetralan, pengendapan, dan aerasi di dalam beberapa kolam yang saling berhubungan satu sama.
Proses pengolahan limbah beta dan non beta laktam yaitu : 1 Limbah dari produksi obat beta laktam dialirkan ke kolam pertama,
kemudian ditambahkan asambasa kuat untuk memecah cincin beta laktam. Dari kolam pertama dialirkan ke kolam kedua untuk diendapkan.
2 Cairan dari limbah kolam kedua dialirkan ke kolam ketiga. Limbah dari produksi obat non beta laktam masuk ke kolam ketiga sehingga terjadi
pencampuran. Kemudian dilakukan penetralan pH=7 namun jika terlalu asam ditambahkan NaOH dan jika terlalu basa ditambahkan HCl dan
pengenceran dengan penambahan air.
Fredi Fadli : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.
3 Limbah dari kolam ketiga dialirkan ke kolam keempat untuk proses pengendapan kedua.
4 Cairan dari limbah kolam keempat dialirkan ke kolam kelima dimana terjadi proses aerasi, yaitu penambahan oksigen yang bertujuan untuk
menurunkan biologycal oxygen demand BOD dan chemical oxygen demand COD dari limbah tersebut. Air kolam kemudian diuji di
laboratorium untuk penentuan nilai BOD, COD, dan kadar ion. Persyaratan kualitas limbah yang diperbolehkan untuk di buang ke
lingkungan: COD 100 mgl, BOD 75 mgl, Suspended Solid 60 mgl. 5 Limbah dari kolam kelima dialirkan ke kolam keenam yang merupakan
kolam kontrol. Sebagai kontrol digunakan ikan sebagai bio indicator, apabila air pada kolam memenuhi persyaratan, maka akan dialirkan ke
pembuangan umum. Upaya pengolahan limbah berupa obat-obat kadaluarsa adalah dengan cara
membakar obat-obat tersebut terlebih dahulu selanjutnya ditimbun di bak penampungan bahan berbahaya. Pengelolaan tehadap limbah berbahaya dari
laboratorium seperti eter, kloroform, asam klorat ditampung dalam penampungan khusus, kemudian baru dimusnahkan dengan dibakar. Limbah dari laboratorium
mikrobiologi direndam dengan larutan formalin, didestruksi dalam autoklaf kemudian dibakar.
Upaya pemantauan limbah adalah dengan cara limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun dari laboratorium yang telah mengalami proses
pengelolaan limbah dilakukan analisis pH satu bulan sekali. Untuk turbiditas dan
Fredi Fadli : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.
kandungan logam berat dianalisis di luar tiap tiga bulan sekali. Pengiriman sampel untuk analisis dilakukan setiap tiga bulan sekali atau bila ada hal-hal tertentu yang
mendadak. Untuk limbah berbahaya dan beracun dilakukan setiap tiga bulan sekali. Penanganan limbah berada pada wewenang dan tanggung jawab Kepala
Unit Produksi Khusus.
Fredi Fadli : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.
BAB V PEMBAHASAN
Lafiau merupakan sebuah Lembaga industri Farmasi Angkatan Udara yang berperan sebagai pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan TNI AU Diskesau
yang memproduksi obat jadi. Sebagai industri farmasi, Lafiau mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan produksi obat jadi, pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan lainnya dengan pengawasan kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian untuk pelaksanaan dukungan pelayanan kesehatan bagi seluruh
anggota TNI AU dan keluarganya. Ditinjau dari sisi manajemen Lafiau bukan lembaga yang didirikan untuk bisnis atau mencari keuntungan non profit,
melainkan untuk memenuhi kebutuhan internal TNI AU khususnya obat-obatan dan bekal kesehatan lainnya. Meskipun demikian dalam pelaksanaan
operasionalnya sebagai industri obat, Lafiau berusaha untuk menerapkan CPOB di seluruh aspek kegiatan produksi guna menjamin mutukualitas produk yang
dihasilkan. Struktur organisasi Lafiau dibagi dalam tiga eselon, yaitu eselon pemimpin
yang dijabat oleh Kalafiau, Eselon pembantu yang dijabat oleh Sesla dan Pekas, serta eselon pelaksana. eselon pelaksansa terdiri dari Bagian Produksi Bagprod,
Gudang Pusat Farmasi Gupusfi, Bagian Pengujian dan Pengembangan Bagujibang. Di tiap-tiap bagian eselon dipimpin oleh seorang apoteker yang
berbeda-beda. Pemisahan pimpinan Bagian Produksi dan Bagian Pengujian dan Pengembangan sesuai dengan persyaratan CPOB yang mengharuskan
54