39
Analisis data dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan evaluasi, sehingga diketahui tingkat validitasnya.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode berfikir dedukatif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan
permasalahan.
5. Jalannya Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan adalah penelitian data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan serta dari berbagai dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen listrik. Selanjutnya untuk menguatkan data sekunder yang telah didapatkan, maka diadakan studi
lapangan dengan melakukan wawancara terhadap para informan yang telah ditetapkanditentukan, yaitu dengan melakukan wawancara terstruktur.
Pengumpulan data dilapangan dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat izin tertulis untuk melakukan penelitian dari Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara dengan Nomor : 2073H5.2.2KRK2009. Pengumpulan data di lapangan yang dilakukan dengan wawancara, dilakukan
dengan mendatangi langsung para respondeninforman. Wawancara yang dilakukan terhadap informan tidak cukup hanya sekali, bisa beberapa kali sampai penulis
40
merasa yakin telah mendapatkan data yang cukup dan akurat. Wawancara mana dilakukan terhadap informan yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bapak Zulfitri, Manager PT. PLN Ranting Dewantara;
2. Bapak Maimun Muhammad, Asisten Manager PT. PLN Lhokseumawe;
3. Bapak H. Ali Basyah , Manager Rayon PT. PLN Lhokseumawe;
4. Bapak Irwansyah, SH, An. Kepala Kejaksaan Negeri Lhokseumawe;
5. Ibu Fahmiwati, SE ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen YLPK
kota Banda Aceh, dan 6.
Para konsumenpelanggan PT. PLN
41
BAB II ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK KONSUMEN
LISTRIK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1985 TENTANG KETENAGALISTRIKAN
A. Profil Perusahaan PT. PLN Persero
37
Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 dua Perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrik Negara PLN yang mengelola tenaga
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, dimulai dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang
memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh
Jepang dan setelah Kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan- perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan
September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 27 Oktober 1945 Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan
Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas.
37
Brosur : PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN PERSERO, Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik, tanpa halaman.