Syarat-Syarat Taubat dan Cara Bertaubat Menurut Pendapat Imam Malik

Yahya, Abd. Rahman ibn al-Qasim, Asyab ibn Abd Aziz, Ibn al-Hakam, Haris ibn Miskin dan orang-orang yang semasa dengan mereka. 43

B. Syarat-Syarat Taubat dan Cara Bertaubat Menurut Pendapat Imam Malik

Syarat-syarat taubat maksudnya disini adalah syarat-ayarat taubat yang dapat menggugurkan hukuman. Dalam hal ini. Imam Malik mengemukakan: Taubat itu meliputi lahir bathin, tetapi hukum melihatnya dari segi lahirnya. Masalah bathin hanya Allah semata yang mengetahuinya. Jika pelaku hirabah melakukan perampasan harta atau perampokan taubat sebelum tertangkap, maka taubatnya diterima dan segala konsekwensinya berlaku. Tetapi sebagian ulama mensyaratkan bahwa yang bertaubat itu menyerahkan diri kepada penguasa atau pemerintah, lalu penguasa atau pemerintah menerimanya. 44 1. Hadd gugur atas dirinya. ;T 12 I 5 2I H 3 4 + یP Artinya : “kecuali orang-orang yang taubat diantara mereka sebelum kamu dapat menguasai menangkap mereka; maka ketahuilah bahwasannya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs. Al-Maidah 5: 34. ;T 2I Gی k •2 ﺹ 1 2F H = + 1 Artinya:“Maka barangsiapa bertaubat diantara pencuri-pencuri itu sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs. Al-Maidah 5: 39. 43 Huzaimah Tahido Yango, Pengantar Perbandingan Mazhab. Logos Wacana Ilmu, 2003. 44 Said Sabiq Fiqh Sunnah 1987.9, H. 191. Nabi Muhammad Saw bersabda: e 8 1 e P + eK G Artinya: “orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tak punya dosa. Dengan demikian, orang yang tak punya dosa tak bisa di jatuhi hadd. 2. Had tidak bisa gugur atas dirinya. Menurut pendapat imam Malik, yang berdasarkan firman Allah berikut: H2 9 M VWH 29 K + 15 + VH 3 Artinya: “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka derahlah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali. Qs. An-Nur 24: 2. Dan firman Allah: یH ی =Q 4 4 L z L 15 Artinya : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya. Qs. Al-Maidah 5: 38. Ayat diatas dapat dipahami bahwa orang yang melakukan perbuatan yang keji atau kejahatan harus dikenakan hukuman, tetapi jika ia bertaubat dan memperbaiki diri maka bebaskan ia dari hukuman dan Allah menerimah taubatnya, demikian pendapat Imam Malik. 45 Landasan berikutnya adalah berdasarkan firman Allah berikut ini: 2I Gی k •2 ﺹ 1 2F H = + 1 ;T Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat diantara pencuri-pencuri itu sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya 45 Ibid. h. 195. Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs. Al-Maidah 5: 39. Ayat diatas dapat dipahami, bahwa siapa yang bertaubat setelah melakukan kejahatan dan memperbaiki dirinya, Maka Allah menerima taubatnya. Jika Allah sendiri telah menerima taubat hamba-hamba-Nya yang menyesal atau insyaf atas kejahatan yang telah dilakukannya dan bebaskan dari hukumannya. Maka manusia tidak boleh menghukumnya Allah-lah yang berhak menghukum orang-orang yang bersalah, tetapi yang bersalah, dia pula yang berhak memberi pengampunan atas orang yang berdosa itu. Penjelasan diatas didukung pula oleh hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam at-Tarmidzi dari Ibnu Umar r.a sebagi berikut: R 4 15I ﺽ 1I I ` 2I 2ﺹ R R 4 2 ` T .ی + H = 3 ی 39 I € h xP+ G • 46 Hadits di atas menjelaskan, bahwa Allah SWT itu sesungguhnya tetap menerima taubat hamba-hambanya, sebelum nyawanya berada ditenggorokan. Selanjutnya pendapat yang mengatakan haddnya tidak gugur, pendapat ini berasal dari Imam Malik beralasan dengan firman Allah surat An-Nur berikut ini: 15 P? U VWH 29 K + 15 + VH 3 H2 9 M ?Z [ + 0 G یX M 15 PI H5 + 01 + ;K Y 46 Al-Baqi 1347 H. 1 : 779. Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap- tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. QS. An-Nur 24: 2. Ayat diatas menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki yang berzina, maka hukum deralah masing-masing sebanyak seratus kali dera pukulan + O L 1 o 9 15یH ی =Q 4 4 L z L O ی I Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qs. Al-Maidah 5: 38 Ayat ini dapat dipahami, bahwa siapa yang mencuri, baik Ia laki-laki maupun perempuan harus dipotong tangannya. Dalil yang mereka pergunakan untuk mengatakan, bahwa hadd tidak gugur dengan bertaubat karena mereka beranggap bahwa sesungguhnya hadd itu kifarat, tidak bisa gugur dengan bertaubat. Selain itu hadd merupakan ketentuan yang harus diterima olehnya, sebagimana hadd bagi pelaku hirabah yang telah dapat dibekuk atau ditangkap oleh pihak yang berwajib. 47 Pertanyaan selanjutnya Gugurnya hadd itu karena bertaubat. Ataukah karena taubat dan perbaikan tingkah lakunya? Terhadap hal ini ada dua pendapat, yakni : 1. Hadd gugur karena taubat saja. 47 Said Sabiq 1987. 9, h. 196. Karena taubat itu sendiri menggurkan had. Jadi ini disamakan dengan taubatnya pelaku hirabah sebelum dapat dibekuk. Dan mengembalikan harta ramapsannya kepada pihak korban. 2. Selain taubat, perbaikan tingkah lakunya juga turut menentukan apakah hadd menjadi gugur atau tidak. Dalam hal ini Firman Allah menyatakan: ;T 2I Gی k •2 ﺹ 1 2F H = + 1 Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat diantara pencuri-pencuri itu sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs. Al-Maidah 5: 39. Sebagai logisnya pendapat ini, maka taubat dan perbaikan tingkah laku dapat di ketahui setelah beberapa waktu kemudian. Pendapat ini sesunggunya pendapat yang memberikan batasan waktu kepada sesuatu yang seharusnya tidak perlu pembatasan waktu. Karena bagi pelaku hirabah setelah bertaubat tidak mempunyai batasan untuk berbuat baik. Maksudnya tanpa pembatasan waktu, seketika ia telah menujnjukan perilaku setelah ia mengucapkan atau bertaubat saat itu pula ia menunjukan sikap ataupun tingkah laku yang baik. 48 48 Said Sabiq, Fiqh Sunnah. Jld. 9, h. 197.

C. Dasar Pendapat Imam Malik Tentang Taubat Yang Dapat Menggugurkan