Kompetisi Pasar Teknologi Extra Media Level
Di sini dengan mudah kita dapat mendeteksi pres mengikuti gagasan atau ideologi dominan yang sedang berjalan atau diberlakukan oleh negara atau masyarakat.
44
Setiap media massa memiliki ideologi yang mereka pegang teguh sebagai landasan dalam berfikir dan bertindak. Ideologi bukanlah sebuah sistem kepercayaan
individu, ia merupakan fenomena level sosial. Pada level ideologi ini kita melihat secara lebih dekat bagaimana media berfungsi sebagai perpanjangan dari sebuah
kepentingan yang kuat di masyarakat. Bagaiman media rutin, nilai-nilai, dan struktur organisasi bersatu untuk mempertahankan ideologi yang dominan. Ideologi bukan
sesuatu yang berarda di behind the scene, tetapi ia ada sebagai sesuatu yang tumbuh secara natural.
45
Daniel Hallien memperkenalkan sebuah model yang dapat membantu kita untuk memahami bagaimana berita ditempatkan dalam level ideologi. Ia membagi
jurnalis ke dalam tiga bidang, yakni sphere of deviance bidang penyimpangan, Sphere of legitimate controversy bidang kontroversi, dan sphere of consensus
bidang konsensus. Bidang-bidang ini membantu kita untuk memhami bagaimana sebuah
peristiwa ditempatkan oleh media dalam peta ideologi mereka. Apakah sebuah peristiwa dibingkai sebagai wilayah menyimpang, kontroversi, atau konsensus?
Dalam wilayah penyimpangan, sebuah perilaku atau peristiwa dikucilkan dan dianggap menyimpang seperti terorisme dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan
menyimpang, karena itulah ia ditempatkan dalam bidang penyimpangan. Sementara
44
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta : Lkis, 2006, h 7.
45
Pamela Shoemaker dan stephen D. Reese, Mediating The Message, Theories of Influences on Mass Media Content, New York, USA: Logman Publishers, 1996, h. 221-251.
dalam bidang kontroversi, sebuah peristiwa masih diperdebatkan atau dianggap kontroversial. Sedangkan konsensus menunjukan bagaimana peristiwa tertantu
dipahami bersama sebagai sesuatu yang lazim dan sesuai dengan nilai-nilai mereka. Dengan peta tersebut kita bisa melihat bagaimana sebuah berita dibingkai
oleh media. Media yang dianggap bahwa perilaku gay dan lesbian sebagai sesuatu yang menyimpang tentu akan berbeda cara pemberitaanya dengan media yang
menerima perilaku gay dan lesbian sebagai sebuah realitas yang ada.
46
Kelima faktor tersebutlah, yang menurut Shoemaker dan Ireese yang mampu mempengaruhi Content atau isi dari media. Media secara otomatis akan memiliki
kebijakan, apabila faktor-faktor pada penjabaran di atas dapat memberikan pengaruh di dalamnya. Lembaga penerbitan pers, dalam hal ini ialah surat kabar Republika,
dengan kelima faktor tersebut yang membentuk nya dan akan menghasilkan sesuatu yang di sebut jati diri atau identitas yang melekat.
46
Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: LkiS, 2002 h. 127-128