Analisis Pengaruh Profesionalisme Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Di Jakarta

(1)

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA

PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN

PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA DI JAKARTA

TESIS

Oleh

ABDILLAH PAWITRA 087019001/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA

PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN

PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA DI JAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABDILLAH PAWITRA 087019001/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA

Nama Mahasiswa : Abdillah Pawitra Nomor Pokok : 087019001

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS) (Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc) Tanggal lulus: 21 Desember 2010


(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 21 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE., MS Anggota : 1. Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si 2. Dr. Parulian Simanjuntak, MA 3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia di Jakarta”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,


(6)

ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA

Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., dan Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si

ABSTRAK

Pada era globalisasi dan pesatnya pembangunan disegala bidang, dengan pembiayaan dana pembangunan yang semakin meningkat, tentunya membawa dampak semakin kompleks dan rumitnya pengawasan terhadap keuangan Negara dari berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran. Banyaknya tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang menghendaki BPK-RI lebih meningkatkan kinerjanya agar setiap penyimpangan penggunaan anggaran akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dianggap belum maksimal memberikan pengawasan pada instansi pemerintah baik pusat, maupun daerah. Buktinya, dibeberapa kasus, masih terdapat auditor BPK memberikan setempel pembenaran saat melakukan pemeriksaan keuangan pada institusi tertentu, meski pada akhirnya diketahui tidak benar. Hal itu dikatakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar (Sindo: 2009). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sejauh mana pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor BPK RI; dan 2) Sejauh mana pengaruh Loyalitas terhadap Profesionalisme Auditor BPK-RI?

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan profesionalisme, etika profesi dan kinerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda. Populasi adalah auditor BPK pada tahun 2010 yang berjumlah 152 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 60 orang auditor.

Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika profesi secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK, dan secara parsial variabel profesionalisme berpengaruh lebih dominan daripada variabel etika profesi. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK dan 2) Pada Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.


(7)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE PROFESSIONALISM AND PROFESSIONAL ETHICS INFLUENCED THE PERFORMANCE

OF THE AUDITORS OF THE INDONESIAN FINANCE CONTROL/INVESTIGATION BOARD IN JAKARTA

Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., and Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si ABSTRACT

In this era of globalization and the rapid development in all sectors with their increasing financing results in the more complex control of state finance related to various violations and misuses of budget. Community members claim that BPK-RI has to improve its performance that every violation of state finance can be minimized and the implementation of national development can be conducted as entrusted by the 1945 Constitution in the attempt to create a just and prosperous society. Finance Control/Investigation Board (BPK) is believed to have not put a maximal control on the government agencies either at central or local levels. It can be seen from several cases in which the auditor of BPK approve the finance statement when they are auditing the financial condition of certain agencies, even though this lie is eventually found out as informed by Zainal Arifin Mochtar, the Director of Anti Corruption Study Center, Faculty of Law, Gadjah Mada University (Sindo: 2009). Based on the above background, the research problems of this study were formulated as follows: 1) to what extent have Professionalism and Professional Ethics influenced the performance of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board,2) to what extent has Loyalty influenced the professionalism of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board?

This quantitative descriptive survey study used the theory of human resource management related to the professionalism, professional ethics, and performance. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and documentation study. The data obtained were analyzed through multiple and simple linear regression analysis method. The populations of this study were 152 BPK’s auditors in 2010 and 60 of them were selected to be the samples for this study through Slovene formula at the level of confidence 90%.

The result of the first hypothesis test showed that professionalism and ethics of profession simultaneously had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors and partially the variable of professionalism had a more dominant influence than the variable of ethics of profession did. The result of the second hypothesis test showed that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.

The conclusion drawn is 1) simultaneously, professionalism and ethics of profession had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors, and 2) in the second hypothesis it was shown that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan hidayah dan karuniaNya kepada penulis selama proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir S-2 pada program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia”.

Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen. 4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.S, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr.

Prihatin Lumbanraja, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

6. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu Auditor BPK RI yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga penulis dapat melakukakan penelitian dilingkungan BPK RI 9. Ayahanda H. Sudarman dan Ibunda Hj. Yuspiani, terima kasih atas kasih sayang

dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 ini.

10.Seluruh sahabat Angkatan XIV Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan semangatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan Strata-2 ini.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masih diharapkan masih diharapkan dan kritikan yang positif dari pembaca untuk memberikan saran


(10)

yang konstruktif untuk perbaikan. Namun demikian kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen.

Medan, Desember 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Abdillah Pawitra, lahir pada tanggal 06 Agustus 1984 di Medan, anak pertama dari 3 bersaudara dari bapak H. Sudarman dan Hj. Yuspiani.

Pendidikan dimulai Taman Kanak-Kanak (TK) Ade Irma Suryani Tanjung Tiram tahun 1989 sampai dengan tahun 1990, tahun 1990 masuk Sekolah Dasar (SD) 010162 Tanjung Tiram, lulus dan tamat tahun 1996. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Labuhan Ruku, dan lulus tamat tahun 1999. Selanjutnya tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Kisaran, lulus dan tamat tahun 2002. Tahun 2003 melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Widyatama Bandung Strata Satu (S-1), lulus dan tamat tahun 2007, dan pada tahun 2008 melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu Manajemen Strata Dua (S-2) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2010


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... I.1. Latar Belakang... I.2. Perumusan Masalah ... I.3. Tujuan Penelitian ... I.4. Manfaat Penelitian ... I.5. Kerangka Berpikir ... I.6. Hipotesis ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II.1. Teori tentang Kinerja ... II.1.1. Pengertian Kinerja ...


(13)

II.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja... II.1.3. Indikator Kinerja ... II.2. Teori tentang Profesionalisme... II.2.1. Pengertian Profesionalisme ... II.2.2. Peningkatan Profesionalisme... II.2.3. Indikator Profesionalisme... II.2.4. Loyalitas ... II.3. Teori tentang Etika Profesi... II.3.1. Pengertian Etika Profesi ... II.3.2. Etika Profesi Auditor di Lingkungan BPK-RI ... II.3.3. Indikator Etika Profesi...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... III.2. Metode Penelitian ... III.3. Populasi dan Sampel ... III.4. Teknik Pengumpulan Data ... III.5. Jenis dan Sumber Data ... III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...

II.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Pertama... II.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel


(14)

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... III.7.1. Uji Validitas ...

III.7.1.1. Uji validitas instrumen variabel

profesionalisme ... III.7.1.2. Uji validitas instrumen variabel

etika profesi... III.7.1.3. Uji validitas instrumen variabel

kinerja auditor ... III.7.1.4. Uji validitas instrumen variabel loyalitas. III.7.2. Uji Reliabilitas ... III.8. Model Analisis Data... III.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama ... III.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua ... III.9. Pengujian Asumsi Klasik ... III.9.1. Uji Normalitas... III.9.2. Uji Multikolonieritas... III.9.3. Uji Heteroskedastisitas...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... IV.1. Hasil Penelitian ... IV.1.1. Gambaran Umum BPK-RI... IV.1.1.1. Sejarah berdirinya BPK-RI ... IV.1.1.2. Visi dan misi BPK-RI ... IV.1.1.3. Standar etika profesi auditor BPK-RI ...


(15)

IV.1.1.4. Standar profesionalisme auditor BPK-RI IV.1.1.5. Standar loyalitas auditor BPK-RI ... IV.1.1.6. Standar kinerja auditor BPK-RI... IV.1.1.7. Struktur organisasi BPK-RI ... IV.1.2. Karakteristik Responden...

IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan

usia ... IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin ... IV.1.2.3. Karakteristik responden berdasarkan

masa kerja ... IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan... IV.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian...

IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel

profesionalisme ... IV.1.3.2. Penjelasan responden atas variabel

etika profesi... IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel

kinerja auditor ... IV.1.3.4. Penjelasan responden atas variabel

loyalitas ... IV.2. Pembahasan ... IV.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama ...

IV.2.1.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis


(16)

IV.2.1.2. Hasil regresi berganda hipotesis pertama. IV.2.1.3. Koefisien determinasi (R-square) ... IV.2.1.4.Uji secara serempak ... IV.2.1.5.Uji secara parsial... IV.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... IV.2.2.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis kedua . IV.2.2.2. Hasil regresi sederhana hipotesis kedua... IV.2.2.3. Koefisien determinasi (R-square) ... IV.2.2.4. Uji secara serempak ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... V.1. Kesimpulan ... V.2. Saran ...


(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman III.1. Distribusi Populasi Auditor Auditama I BPK-RI ... III.2. Jumlah Sampel Auditor Auditama I BPK-RI... III.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... III.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Profesionalisme ... III.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Etika Profesi ... III.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Auditor ... III.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas... III.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... IV.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja...

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... IV.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Profesionalisme ... IV.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Etika Profesi ...

IV.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Auditor ... IV.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Loyalitas... IV.9. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ... IV.10. Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Pertama...


(18)

IV.11. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... IV.12. Uji F Hipotesis Pertama ... IV.13. Uji Parsial Hipotesis Pertama ... IV.14. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua... IV.15. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... IV.16. Uji F Hipotesis Kedua...


(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman I.1. Kerangka Berpikir... IV.1. Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia... ... IV.2. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... IV.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ...

IV.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua... IV.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua...


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman 1 Karakteristik Responden... 2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 3 Deskriptif Variabel... 4 Pengujian Hipotesis Pertama... 5 Pengujian Hipotesis Kedua...


(21)

ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA

Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., dan Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si

ABSTRAK

Pada era globalisasi dan pesatnya pembangunan disegala bidang, dengan pembiayaan dana pembangunan yang semakin meningkat, tentunya membawa dampak semakin kompleks dan rumitnya pengawasan terhadap keuangan Negara dari berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran. Banyaknya tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang menghendaki BPK-RI lebih meningkatkan kinerjanya agar setiap penyimpangan penggunaan anggaran akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dianggap belum maksimal memberikan pengawasan pada instansi pemerintah baik pusat, maupun daerah. Buktinya, dibeberapa kasus, masih terdapat auditor BPK memberikan setempel pembenaran saat melakukan pemeriksaan keuangan pada institusi tertentu, meski pada akhirnya diketahui tidak benar. Hal itu dikatakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar (Sindo: 2009). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sejauh mana pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor BPK RI; dan 2) Sejauh mana pengaruh Loyalitas terhadap Profesionalisme Auditor BPK-RI?

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan profesionalisme, etika profesi dan kinerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda. Populasi adalah auditor BPK pada tahun 2010 yang berjumlah 152 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 60 orang auditor.

Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika profesi secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK, dan secara parsial variabel profesionalisme berpengaruh lebih dominan daripada variabel etika profesi. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK dan 2) Pada Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.


(22)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE PROFESSIONALISM AND PROFESSIONAL ETHICS INFLUENCED THE PERFORMANCE

OF THE AUDITORS OF THE INDONESIAN FINANCE CONTROL/INVESTIGATION BOARD IN JAKARTA

Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., and Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si ABSTRACT

In this era of globalization and the rapid development in all sectors with their increasing financing results in the more complex control of state finance related to various violations and misuses of budget. Community members claim that BPK-RI has to improve its performance that every violation of state finance can be minimized and the implementation of national development can be conducted as entrusted by the 1945 Constitution in the attempt to create a just and prosperous society. Finance Control/Investigation Board (BPK) is believed to have not put a maximal control on the government agencies either at central or local levels. It can be seen from several cases in which the auditor of BPK approve the finance statement when they are auditing the financial condition of certain agencies, even though this lie is eventually found out as informed by Zainal Arifin Mochtar, the Director of Anti Corruption Study Center, Faculty of Law, Gadjah Mada University (Sindo: 2009). Based on the above background, the research problems of this study were formulated as follows: 1) to what extent have Professionalism and Professional Ethics influenced the performance of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board,2) to what extent has Loyalty influenced the professionalism of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board?

This quantitative descriptive survey study used the theory of human resource management related to the professionalism, professional ethics, and performance. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and documentation study. The data obtained were analyzed through multiple and simple linear regression analysis method. The populations of this study were 152 BPK’s auditors in 2010 and 60 of them were selected to be the samples for this study through Slovene formula at the level of confidence 90%.

The result of the first hypothesis test showed that professionalism and ethics of profession simultaneously had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors and partially the variable of professionalism had a more dominant influence than the variable of ethics of profession did. The result of the second hypothesis test showed that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.

The conclusion drawn is 1) simultaneously, professionalism and ethics of profession had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors, and 2) in the second hypothesis it was shown that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.


(23)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia No. 01, Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

Kedudukan BPK sebagai lembaga negara yang bebas dan mandiri dipertegas dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR-RI) Nomor: X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh lembaga- lembaga tinggi negara pada Sidang Tahunan MPR-RI tahun 2001 dan Nomor: VI/MPR/2002 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI lembaga tinggi negara pada sidang tahunan MPR-RI tahun 2002. Isi ketetapan itu, antara lain


(24)

menegaskan kembali kedudukan BPK-RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara. Di samping itu, peranannya yang bebas dan mandiri perlu lebih dimantapkan posisinya.

Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006 tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Sejalan dengan ditetapkannya undang- undang tersebut, beban dan tanggungjawab yang dihadapi BPK akan semakin besar. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Selama tahun 2010 sebanyak 24 auditor yang bekerja BPK-RI sudah dijatuhi sanksi. Sanksi ini diberikan atas berbagai pelanggaran, dari tindakan indisipliner sampai pelanggaran kode etik. Para auditor itu diberi sanksi ringan, sedang, dan berat, kebanyakan sanksi ini diberikan atas pelanggaran disiplin pegawai BPK. Kendati demikian, ada juga yang karena auditor BPK menerima imbalan dari pihak yang diperiksa. (sumber : http://bataviase.co.id/node/266341)

Dalam kaitan sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara, auditor BPK dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara objektif.

Auditor membutuhkan pandangan yang luas serta pemahaman terhadap proses manajerial dan yang berkaitan dengan manusia, yang mendasari fungsi auditor. seorang auditor dalam melakukan audit membutuhkan pendekatan holistik yang


(25)

menyadari bahwa pimpinan dan pihak yang diaudit merupakan pribadi yang kompleks yang berjuang dalam lingkungan yang menghasilkan berbagai macam tekanan profesional. Oleh karena itu, seorang auditor harus bertindak profesional dalam segala hal, agar seorang auditor tidak dipandang negatif yang tidak dapat diduga tingkah laku dan tabiatnya.

BPK-RI sebagai lembaga yang memiliki tugas dan kewenangan dalam bidang pemeriksaan keuangan negara harus selalu meningkatkan profesionalisme auditornya agar kualitas dan opini audit atas laporan keuangan pemerintah dapat terjaga dengan baik.

Guna menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsi, sangatlah diperlukan kinerja auditor BPK-RI yang baik dan berkualitas. Sebagaimana yang direkomendasikan dalam TAP MPR-RI No. VI/MPR/2002, yaitu perlunya peningkatan kinerja BPK-RI dengan dukungan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, disertai moral yang tinggi dengan dilengkapi anggaran, sarana dan prasarana yang memadai. Dengan kinerja yang baik dan berkualitas ini diharapkan penanganan setiap penyimpangan penggunaan anggaran akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan penggunaan anggaran untuk pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara.

Auditor BPK harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk membantu terwujudnya perkembangan lembaga yang


(26)

wajar dan sehat. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang baik yang tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya kepada profesi.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap kinerja auditor BPK-RI ?

2. Sejauh mana pengaruh loyalitas auditor terhadap profesionalisme auditor BPK-RI?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme dan etika

profesi dengan kinerja Auditor BPK-RI.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh loyalitas auditor dengan


(27)

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait antara lain :

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan kinerja auditor, terutama di lingkungan BPK-RI.

2. Untuk menambah studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Ilmu Manajemen.

3. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor.

4. Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti dalam

bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya mengenai kinerja auditor.

I.5. Kerangka Berpikir

Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Pencapaiaan hasil kerja baik secara kuantitas maupun secara kualitas tentunya memerlukan karyawan yang memiliki profesionalisme yang tinggi.

Gouzali (2000) menyatakan bahwa, kinerja karyawan dipengaruhi oleh profesionalisme dan motivasi kerja merupakan kemauan individu untuk menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada


(28)

individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan akan sulit.

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004) menyatakan bahwa, Rumusan yang dikenal dengan rumusan Komisi Hutchins menegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas profesional memiliki kebebasan, namun sertamerta dibarengi dengan tanggungjawab sosial. Kepentingan berbagai pihak dan hubungan kemitraan adalah suatu keniscayaan dan oleh karena itu perlu dibangun hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualistik) dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja. Secara khusus dalam kaitan penilaian kinerja, aspek kesadaran terhadap etika profesi merupakan hal yang sangat penting dalam profesi. Dengan adanya kesadaran terhadap etika tersebut, maka pedoman kerja akan selalu mengacu pada kode etik dan etika ilmiah.

Menurut Murtanto dan Marini (2003) etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.

BPK-RI dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemeriksa eksternal keuangan Negara, membuat ketentuan-ketentaun atau pedoman yang harus dipatuhi sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa yang merupakan etika profesi atau kode etik pemeriksa yang harus dipatuhi oleh semua auditor yang berada dilingkungan BPK-RI dalam menjalankan tugasnya. Etika Profesi ini merupakan landasan etika atau moral


(29)

yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor. Pemahaman etika ini tentunya akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor-auditor BPK RI dalam mencapai hasil yang lebih baik, sesuai dengan Visi dan Misi BPK RI yaitu mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan Negara yang bebas dan mandiri, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. BPK telah membuat pedoman bagi para auditornya berupa Kode Etik BPK-RI, yaitu norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa dalam menjalankan tugasnya, yang ditetapkan melalui Peraturan No. 2, Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK-RI.

Hasibuan (2002) menyatakan bahwa, Loyalitas profesi tidak lain adalah atribut bagi seorang karyawan yang setia pada profesinya dengan terus belajar dan menerapkan kompetensinya sehingga memberikan nilai tambah bukan hanya pada diri sendiri tapi bagi lingkungan dimana pun dia berada.

Selanjutnya Hamid (2003) menyatakan bahwa, Karyawan yang profesional dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya.


(30)

I.6. Hipotesis

1. Profesionalisme dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja Auditor BPK-RI.

2. Loyalitas auditor berpengaruh terhadap profesionalisme Auditor BPK-RI. Profesionalisme

Etika Profesi

Kinerja Auditor

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori tentang Kinerja II.1.1.Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2004) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) Pencapaiaan hasil kerja baik secara kuantitas maupun secara kualitas tentunya memerlukan karyawan yang memiliki profesionalisme yang tinggi.

Gouzali (1996) mengemukakan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh profesionalisme dan motivasi kerja merupakan kemauan individu untuk menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan akan sulit.

II.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pengertian kinerja adalah “pencapaian hasil kerja dari suatu pekerjaan” yang tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai


(32)

faktor. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, tergantung dari sudut pandang dan titik tolak yang digunakan.

Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

a. Human Performance = Ability + Motivation

b. Motivation = Attitude + Situation

c. Ability = Knowledge + Skill

a. Human Performance

Kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

b. Ability

Kemampuan (ability) pegawai secara psikologis terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan trampil dalam mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.


(33)

c. Motivation

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja dan merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah mencapai tujuan kerja. Sikap mental mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

Sedangkan Ruky (2001) mengindentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja adalah; teknologi, kualitas input, kualitas lingkungan fisik, budaya organisasi, kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya manusia.

a. Teknologi, yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik, yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota ornganisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek pendidikan dan latihan, promosi, imbalan dan lainnya.


(34)

Dari keseluruhan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada begitu banyak faktor yang dianggap oleh para penulis sebagai faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat kinerja. Ada yang mempersoalkan peralatan, sarana dan prasarana atau teknologi sebagai faktor dominan, ada pula yang mempersoalkan faktor sumber daya manusia, mekanisme kerja, budaya organisasi serta efektifitas kepemimpinan. Kesemua faktor tersebut tentunya bebebeda pada setiap organisasi karena masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, pada organisasi swasta tentunya akan berorientasi pada pencapaian keuntungan, sedangkan organisasi publik milik Pemerintah memiliki orinetasi pada pelayanan publik yang optimal. Pada organisasi pemerintahpun mempunyai karakteristik yang bebeda-beda sesuai dengan visi dan misi masing-masing instansi.

II.1.3. Indikator Kinerja

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disampaikan di atas, maka indikator-indikator kinerja auditor BPK RI dalam penelitian ini dapat dilihat dari prestasi atau hasil yang dicapai auditor dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya sebagai pemeriksa eksternal keuangan Negara , sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 5 Tahun 1973 sebagai berikut :

(a). Pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara; (b). Merekomendasikan dan menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Pemerintah; (c). Mengadakan dan menetapkan tuntutan


(35)

perbendaharaan dan memberikan pertimbangan kapada pemerintah atas pelaksanaan tuntutan ganti rugi.

Jika pengertian kinerja diatas dikaitkan dengan pengertian kinerja auditor BPK-RI, maka kinerja auditor dimaksud adalah merupakan hasil yang dicapai dalam menjalankan fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi dan fungsi quasi yudisial (peradilan yudisial) sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-undang No. 5 tahun 1973.

1. Fungsi pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa, pengelolaan dan tanggung

jawab tentang Keuangan Negara secara rutin dan berkala. Pemeriksaan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang pengurusan keuangan Negara yang dapat mengungkapkan dan memberikan penilaian terhadap pertanggungjawaban keuangan Negara sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan, yakni menilai tentang: ketepatan operasi keuangan, kelayakan laporan keuangan, ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan penggunaan uang belanja dilakukan dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Fungsi rekomendasi, adalah menyampaikan pertimbangan dan saran kepada

Pemerintah mengenai hal-hal yang bersifat penyempurnaan yang mendasar, strategis dan berskala nasional dibidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

3. Fungsi Quasi Yudisial, yaitu menjalankan proses Tuntutan Perbedaharaan


(36)

dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pertimbangan kepada Pemerintah atas proses Tuntutan Ganti Rugi terhadap Pegawai Negeri bukan Bendaharawan yang merugikan Negara.

Dalam menjalankan fungsi-fungsinya diatas kinerja auditor BPK-RI dapat diukur dari banyaknya produk yang dihasilkan yaitu berupa temuan pemeriksaan yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan (HP) maupun yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan Semester (HAPSEM) serta saran yang ditindak lanjuti oleh auditee. Dengan demikian dapat dikatakan kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan.

Sebagai tolok ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kinerja auditor BPK-RI, yaitu dengan melihat output yang berupa produktifitas auditor, yaitu seberapa banyak hasil pemeriksaan yang dihasilkan auditor dalam setiap pemeriksaan, di samping itu juga dapat dilihat besarnya outcome, yang berupa realisasi tindak lanjut saran/ rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI yang dilaksanakan oleh Pemerintah / entitas yang diperiksa.


(37)

II.2. Teori tentang Profesionalisme II.2.1. Pengertian Profesionalisme

Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Profesi sebagai status yang mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup illmu pengetahuan, keterampilan dan metode. Profesional berarti suatu kemampuan yang dilandasi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi dan latihan yang khusus, daya pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya

Disamping itu Hardjana (2002) pengertian profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan dengan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) mendefenisikan profesionalisme adalah kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur dan mempunyai etos kerja yang tinggi.

Pendapat ini lebih ditunjukkan pada kemampuan aparatur untuk melihat peluang-peluang yang ada, maupun untuk mengambil langkah-langkah yang perlu sesuai dengan misi yang ingin dicapai dan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri secara efisien dan inovatif, bersifat fleksibel dan memiliki etos kerja tinggi.

Ancok dalam Tangkilisan, (2005) memberikan pengertian profesionalisme adalah kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang cepat berubah dan


(38)

menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengacu kepada visi dan nilai-nilai organisasi (control by vision and values).

Kemampuan beradaptasi menurut pendapat ini merupakan jawaban terhadap dinamika global yang tumbuh dan berkembang secara cepat. Pesatnya kemajuan teknologi merupakan salah satu diantara dinamika global yang membuat birokrasi harus segera beradaptasi, jika tidak ingin ketinggalan zaman dan terbelakang dalam hal kemampuan.

Imaduddin dalam Lubis (2002) menyatakan bahwa, Profesionalisme biasanya dipahami sebagai suatu kualitas, yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik. Didalamnya terkandung beberapa ciri :

a. Punya keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas.

b. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisa suatu

masalah, dan peka dalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.

c. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang dihadapannya. d. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi (

self-confidence), serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) profesionalisme adalah kemampuan untuk merencanakan, mengoordinasikan, dan meklaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi.

Menurut Departemen Dalam Negeri (2004) Profesionalisme adalah merupakan kehandalan dalam pelaksanaantugas sehingga terlaksana mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh


(39)

pelanggan. menurut Joko Widodo (2007) Pelayanan publik yang profesional diartikan sebagai pelayanan pemberi layanan (aparatur pemerintah).

Menurut Depdagri (2004) Profesionalisme dicirikan oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan dan akhlak penyelenggara pemerintahan, agar mampu memberi pelayanan mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau. Adanya profesionalisme merupakan kondisi agar tugas dan fungsi organisasi dapat mencapai tujuannya sesuai dengan harapan bersama terutama harapan masyarakat, serta memberi pengaruh penting dalam menghasilkan kinerja yang baik pada suatu organisasi.

II.2.2. Peningkatan Profesionalisme

Terbentuknya aparatur yang profesional menurut pendapat ini memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan sebagai instrumen pemutakhiran. Pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh aparat dan memungkinkannya untuk dapat menjalankan tugas dengan mutu tinggi, tepat waktu dan dengan prosedur yang sederhana. Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan iklim dalam birokrasi yang cendrung bersifat kaku dan tidak fleksibel.

Dengan lahirnya UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, telah mempertegas kedudukan serta fungsi BPK-RI dalam pelaksanaan pengawasan keuangan Negara serta menjadi latar belakang adanya keharusan bagi


(40)

BPK-RI untuk meningkatkan perannya dalam pemeriksaan atas keuangan Negara. Tentu saja semua ini menuntut BPK-RI untuk menyiapkan diri, baik kesiapan sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut BPK-RI harus mampu dan siap mengemban tugas yang sangat berat sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara, dengan meningkatkan kemampuan auditornya, baik dari segi keahlian maupun pengalamannya dalam bidang pemeriksaan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan tersebut serta guna mengemban tugas-tugas pemeriksaan dengan kinerja yang lebih baik BPK-RI, telah melaksanakan upaya-upaya bagi setiap auditor dengan cara meningkatkan profesionalisme, meliputi peningkatan penguasaan baik secara teknis maupun teoritis di bidang keilmuan dan keterampilan yang ada hubungan dengan tugas pemeriksaan melalui pelaksanaan :

a. Program Pendidikan dan Pelatihan.

Program pendidikan dan latihan dimaksud dapat mencakup topik seperti perkembangan mutakhir dalam metodologi pemeriksaan, akuntasi, penilaian atas system pengendalian intern, prinsip-prinsip manajemen keuangan, statistik, evaluasi, desain dan analisa data. Pendidikan dan latihan tersebut dapat juga mencakup topik tentang pekerjaan pemeriksaan dilapangan, seperti administrasi Negara, struktur dan kebijakan Pemerintah, teknik industri, ilmu ekonomi, ilmu sosial dan ilmu computer.

Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan latihan, BPK-RI telah meningkatkan Biro Pendidikan dan Latihan Pegawai, menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, setingkat eselon II A yang merupakan pusat


(41)

pendidikan dan pelatihan bagi tenaga-tenaga auditor terhadap pemeriksaan keuangan Negara baik intern maupun ekstern BPK-RI. Disamping itu telah dibangun pula Gedung Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) BPK di Kalibata, Jakarta Selatan.

Disamping pelaksanaan pendidikan dan latihan yang dilakukan dalam lingkungan BPK sendiri, pelaksanaan pendidikan juga dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan baik yang berada dalam negeri maupun yang berada diluar negeri, yaitu dengan mengirimkan auditor-auditornya untuk melanjutkan pendidikan formal khususnya pada tingkat pendidikan Strata 2 (S2) dan sampai kejenjang Doktoral (S3). Dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka diharapkan baik kemampuan secara teknis maupun teoritis untuk bidang keilmuan yang diperlukan sebagai auditor menjadi semakin meningkat.

b. Peningkatan Pengalaman

Dalam rangka meningkatkan pengalaman, auditor-auditor BPK-RI harus terus menerus diberikan tugas pemeriksaan dengan obyek pemeriksaan yang bervariasi, agar kemampuan teknis menjadi semakin baik dan kaya dengan pengalaman-pengalaman pemeriksaan, sehingga menjadi auditor yang semakin profesional. c. Keikutsertaan dalam lembaga organisasi profesi

Keikutsertaan dalam lembaga organisasi profesi dimaksud adalah keikutsertaan BPK-RI dalam Organisasi Profesi Pemeriksa Keuangan Negara di seluruh dunia yaitu organinasi profesi International Organization of Supreme Audit Institution (INTOSAI) dan organisasi profesi Asean Organization of Supreme Audit Institution (ASOSAI) yang dibentuk tahun 1978, serta keikutsertaan auditor-auditor


(42)

BPK-RI dalam organisasi profesi seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Banyak hal yang dapat diperoleh dari keikutsertaan dalam organisasi profesi dimaksud, antara lain sesuai dengan tujuan dari berdirinya ASOSAI adalah untuk saling tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman di bidang pemeriksaan keuangan Negara (Government Auditing), yang ditempuh melalui seminar, kunjungan kerja, lokakarya (workshop) dan pelatihan (training). Sehingga akan memperkaya wawasan dan pengetahuan serta akan berdapak kepada peningkatan kualitas atau kinerja dari auditor itu sendiri.

II.2.3. Indikator Profesionalisme

Menurut Hall. R dalam Tangkilisan (2005) selanjutnya merumuskan Hall Taksonomi ke dalam lima elemen profesional yaitu : (1) pengabdian pada profesi; (2) kewajiban sosial; (3) otonomi; (4) keyakinan terhadap peraturan

profesi; (5) afiliasi dengan sesama profesi, kelima elemen-elemen

profesionalisme tersebut yang adalah sebagai berikut :

1. Pengabdian pada profesi (dedication) dicerminkan melalui dedikasi

professional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan ekstrinsiknya berkurang. Sikap ini berkaitan dengan ekspresi dari pencurahan diri secara keseluruhan terhadap pekerjaan dan sudah merupakan suatu komitmen pribadi yang kuat, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi.


(43)

2. Kewajiban sosial (social Obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun professional karena adanya pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme dalam pekerjaan tidak terlepas dari kelompok orang yang menciptakansistem suatu organisasi tersebut. Hal ini berarti bahwa atribut personal diciptakan sehingga layak diperlakukan sebagai suatu profesi.

3. Kemandirian (Autonomi Demand) yaitu suatu pandangan bahwa seorang

professional harus mampu membuat suatu keputusan sendiri tanpatekanan daripihak yan lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (Belief in Self-regulation), sikap ini adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 5. Hubungan dengan sesama profesi (Professional Community Affliliation)

menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok- kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional ini membangun kesadaran profesi.

Auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme sehingga mereka accountable baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Oleh karena itu Pendidikan profesionalisme berkelanjutan mutlak diperlukan baik menyangkut komputerisasi data, kompleksitas transaksi, pendekatan terbaru dibidang audit


(44)

maupun perubahan dari bidang keuangan yang menyangkut pengukuran nilai mata uang.

II.2.4. Loyalitas

Menurut Hamid (2003) menyatakan bahwa, Karyawan yang profesional dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya.

Menurut Hasibuan (2000) mendeskripsikan loyalitas sebagai “kesetiaan (loyalitas) dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan, beliau mengkatagorikan kesetiaan karyawan terhadap pekerjaan, jabatan dan perusahaan sebagai salah satu unsur yang dinilai dalam penilaian perestasi”.

Menurut Soetjipto dalam Gouzali (2006) menyatakan bahwa, yang menyebabkan rendahnya loyalitas adalah:

1. Sistem kompensasi yang kurang menjamin ketenangan kerja. 2. Waktu kerja kurang fleksibel.

3. Rendahnya motifasi pegawai.

4. Struktur organisasi yang kurang jelas, sehingga tugas dan tanggung jawab kabur. 5. Raancangan pekerjaan kurang baik, dirasa kurang menantang.

6. Rendahnya kualitas manajemen yan terlibat pada kurangnya perhatian terhadap konsumen.

7. Rendahnya kemampuan kerja atasan, yang tidak mendukung berhasilnya kerja sama tim.


(45)

II.2.4.1. Indikator loyalitas

Menurut Gouzali (2006) menyatakan bahwa, loyalitas memiliki beberapa unsur yaitu: 1. Ketaatan atau kepatuhan, yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati

segala peraturan di kedinasan yan berlaku, dan mentaati perintah dinas yang diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan yang ditentukan.

Cirri-ciri ketaatan atau kepatuhan pegawai:

a. Taat peraturan perundang-undangan yang ditentukan. b. Mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan. c. Mentaati jam kerja.

d. Memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Tanggung jawab, yaitu kesanggupan seorang pegawaidalam menyelesikan

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat wktu serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang di buat atau tindakan yang dilakukan. Ciri-ciri tanggung jawab pegawai:

a. Dapat menyelesikan pekerjaan atau tugas dengan baik dan tepat waktu. b. Selalu memelihara dan menyimpan barang-barang kedinasan dengan

sebaik-baiknya.

c. Mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau

golongan.


(46)

3. Pengabdian, yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga secara iklas kepada perusahaan.

4. Kejujuran, penjelasan pasal 4 PP No. 10 Tahun 1979 tentang DP3, cirri pegawai yang jujur antara lain:

a. Selalu melaksanakan tugas dengan penu keiklasan tanpa merasa dipaksa. b. Tidak menyalahkan wewenang yang ada padanya.

c. Melaporkan hasil pekerjaannya kepada atasnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka diambil kesimpulan bahwa indikator loyalitas adalah sebagai berikut:

1. Adanya kepatuhan atau ketaatan. 2. Adanya rasa tanggung jawab. 3. Pengabdiaan yang tinggi.

4. Kejujuran dalam melaksanakan tugas.

II.3. Teori tentang Etika Profesi II.3.1. Pengertian Etika Profesi

Ravianto (1985) menyatakan bahwa, ethos berhubungan dengan sikap moral, walaupun keduanya tidak seluruhnya identik. Kesemuanya terletak pada penekanan dimana sikap moral menekankan pada norma-norma, seperti yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, sedangkan ethos menekankan pada ketegasan bahwa sikap yang diambil adalah prilaku atau cara / kebiasaan yang dipilih sendiri secara sadar. Dengan demikian etika (ethos) dapat diartikan sebagai sikap atau


(47)

kebiasaan yang diambil berdasarkan tanggung jawab moral terhadap lingkungannya atau budayanya.

Freeman dalam Djatmiko (2004) memberikan pengertian Etika adalah suatu sistem kesetiaan, koleksi prinsip-prinsip dan aturan-aturan atas prilaku yang didasarkan pada keyakinan tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah.

Disamping itu pengertian etika menurut (BPK-RI, Pusdiklat 2003), bagwa etika adalah pedoman atau aturan yang menjadi dasar seseorang untuk berprilaku dan bertingkah laku dalam masyarakat dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip moral yang lebih dipertegas, baik dalam aturan maupun sanksi yang mengikatnya serta ditujukan untuk menjamin tercapainya keadilan yaitu keseimbangan antara kewajiban yang harus dilakukan serta hak yang diinginkan dalam organisasi profesio/ masyarakat. Unsur pokok dari etika , menunjukan :

a. Isi etika adalah pedoman atau aturan yang menjadi dasar seseorang untuk berprilaku dan bertingkahlaku dalam masyarakat.

b. Esensi etika adalah prinsip-prinsip moral yang lebih dipertegas, baik dalam aturan maupun sanksi yang mengikatnya.

c. Tujuan etika adalah menjamin tercapainya keadilan yang diartikan sebagai keseimbangan antara kewajiban seharusnya dilakukan serta hak yang diinginkan dalam organisasi profesi / masyarakat.

Berdasarkan dari pengertian yang telah disampaikan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa etika profesi itu terdiri dari kata (a). etika yang berarti


(48)

aturan-aturan atau prilaku dan kata (b). profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang didasari oleh keahlian tertentu. Maka dari kedua pengertian tersebut etika profesi itu dapat diartikan adalah merupakan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dan harus dipatuhi dalam suatu pekerjaan atau jabatan dalam suatu organisasi.

Boynton, Johnson & Kell dalam Hery (2005) memberikan pengertian etika profesi “Professional ethics must extend beyond moral principles. They include standards of behaviour for a professional person that are designed for both practical and idealistic purposes”.

Kanter (2001) memberikan pengertian etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan profesional.

Disamping itu, Lubis (2002), menyatakan bahwa kode etik profesi itu adalah perangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban profesi, yang dapat tertulis maupun tidak tertulis yang diterapkan secara formal oleh organisasi profesi yang bersangkutan, dan dilain pihak untuk melindungi klien atau pasien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian dan atau otoritas professional.

Menurut Haryono Yusuf dalam Hery (2005) menyatakan bahwa, etika profesi haruslah berisi patokan-patokan tentang sikap mental dan tingkah laku yang ideal bagi para auditor dalam menjalankan tugasnya, kode etik profesional dirancang untuk mendorong prilaku ideal. Kode etik harus realistis serta dapat dilaksanakan.


(49)

Menurut Lubis (2002) yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik profesi adalah :

a. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada

klien, lembaga (institution), dan masyarakat pada umumnya.

b. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya.

c. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu.

d. Standar-standar etika mencerminkan pengharapan mora-moral dari komunitas. Dengan demikian, standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan mentaati Kitab Undang-undang Etika (Kode Etik) profesi dalam pelayanan.

e. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.

II.3.2. Etika Profesi Auditor di Lingkungan BPK-RI

BPK-RI dalam rangka upaya meningkatkan pelaksanaan fungsi dan tugas selaku lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan sebagai lembaga pengawasan tertinggi dibidang keuangan negara, maka auditor dilikungan BPK-RI dalam melaksanakan tugasnya baik secara mandiri maupun kelompok atau secara kelembagaan perlu dilandasi dengan sikap, etika dan moralitas yang tinggi sebagaimana yang direkomendasikan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002, pandangan yang objektif dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta sifat-sifat yang bijaksana dalam melaksanakan tugasnya. Auditor dilingkungan BPK-RI wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia jabatan, baik karena sifatnya, maupun karena ketentuan undang-undang, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik.


(50)

Sehubungan dengan hal tersebut di atas BPK-RI telah membuat suatu ketentuan atau pedoman tentang kode etik bagi para petugas pemeriksa pada BPK-RI, yang merupakan landasan etika dan moral yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor atau pelaksana tugas pemeriksa. Pemahaman terhadap kode etik atau etika pemeriksa akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor BPK-RI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berupaya untuk menjaga mutu auditor, serta citra dan martabat BPK-RI. Kode etik atau etika pemeriksa dimaksud dimuat didalam Sapta Prasetya Jati dan Ikrar Pemeriksa yang secara lengkap sesuai dengan Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa yang isinya sebagai berikut :

A. Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan

a. Karyawan badan pemeriksa keuangan menghayati dan mengamalkan

Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta peraturan perundangan lainnya, sumpah Pegawai Negeri Sipil dan sumpah jabatan, dengan rasa taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

b. Karyawan badan pemeriksa keuangan mempunyai kesadaran tanggung

jawab yang tinggi dalam mengembangkan ilmu dan pengabdiannya bagi kemajuan negara dan bangsa serta kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.


(51)

c. Karyawan badan pemeriksa keuangan dengan segala kesadaran dan kehormatannya membantu dan menyertai pimpinan menegakkan disiplin kerja demi wibawa dan martabat Badan Pemeriksa Keuangan sebagai Lembaga Pemeriksa Tertinggi Kekayaan Negara.

d. Karyawan badan pemeriksa keuangan membina rasa dan jiwa

kesetiakawanan berdasarkan kejujuran dan keikhlasan antara sesama rekan sekorsa demi kerukunan, kegembiraan kerja, maupun kelancaran dan kesempurnaan pelaksanaan tugas.

e. Karyawan badan pemeriksa keuangan menciptakan dan membina suasana yang sehat bagi pertumbuhan pengertian dan kerja sama yang konstruktif antara semua pihak yang bertanggung jawab dan yang menaruh minat atas keberesan dan ketertiban pengelolaan kekayan bangsa.

f. Karyawan badan pemeriksa keuangan senantiasa berusaha

mengembangkan dan mencurahkan segenap pengetahuan dan kemahirannya untuk melaksanakan tugas secara tepat, cermat dan hemat. g. Karyawan badan pemeriksa keuangan dalam melaksanakan tugas sebagai

pemeriksa wajib melaksanakan Ikrar Pemeriksa.

Berdasarkan uraian, maka dapat dinyatakan bahwa Sapta Prasetya Jati BPK-RI diarahkan kepada sikap dan moral pegawai BPK-BPK-RI yang meliputi :

1. Integritas pribadi

Integritas disini lebih dititik beratkan kepada kesetiaan, rasa rasa kesetiakawanan, penciptaan leingkungan kerja yang kondusif dengan didasari


(52)

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerukunan, kegembiraan kerja serta kelancaran dan kesempurnaan pelaksanaan tugas.

2. Kehati-hatian / kecermatan

Kehati-hatian / kecermatan pelaksanaan tugas disini terdapat pada prasetya untuk meningkatkan serta mau mencurahkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki untuk pelaksanaan tugas secara tepat, cermat dan hemat.

3. Indepedensi Sikap Mental

Independensi sikap mental terdapat pada sikap untuk menegakan harkat dan wibawa BPK-RI sebagai Lembaga Pemeriksa Tertinggi Kekayaan Negara. B. Ikrar Pemeriksa

Dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan, kami berikrar sebagai berikut :

a. Dalam mengemban kehormatan tugas pemeriksa, kami menegakkan

kemerdekaan dan kebebasan diri pribadi, serta menolak setiap bentuk dan macam usaha atau pengaruh yang dapat mengurangi objektivitas dan kebenaran laporan kami atau yang dapat menurunkan wibawa dan martabat kami sebagai pemeriksa.

b. Berdasarkan keyakinan akan kecakapan teknis sebagai pemeriksa, kami

mengutamakan sikap membina dan mendidik tanpa mengurangi kesungguhan kerja, sikap tegas dan jujur dalam menilai dan dalam membuat laporan hasil pemeriksaan.


(53)

c. Kami berusaha untuk selalu menghindarkan diri dari tindakan yang mencemarkan martabat jabatan dan dari tindakan menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan kepada kami.

d. Sesuai dengan peraturan perundangan yang membuat diantaranya ketentuan

tentang rahasia jabatan dan tentang penggunaan keterangan yang diperoleh pada waktu menunaikan tugas Badan Pemeriksa Keuangan kami hanya memberi keterangan kepada mereka yang berhak dan kepada yang telah mendapatkan persetujuan dari Pimpinan badan.

e. Kami tidak menyatakan suatu pendapat tentang hasil pemeriksaan selain yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

f. Bila ada suatu fakta penting yang kami ketahui bahwa hal tersebut akan

menimbulkan akibat yang merugikan instansi yang diperiksa dan / atau merugikan Negara, kami berkewajiban untuk mengungkapkan fakta tersebut kepada Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan.

g. Kami menyadari bahwa pelanggaran terhadap ikrar ini dikenakan hukuman

menurut peraturannya.

Berdasarkan uraian, maka dapat dinyatakan bahwa Ikrar Pemeriksa BPK-RI diarahkan kepada sikap dan moral pegawai BPK-RI yang meliputi :

1. Independensi sikap mental

Independensi sikap mental diartikan sebagai penegakan kemerdekaan dalam kebebasan pribadi, penolakan setiap bentuk dan macam usaha atau pengaruh yang mengurangi objektivitas dan kebenaran laporan audit.


(54)

2. Kehati-hatian / kecermatan

Kehati-hatian / kecermatan pelaksanaan tugas audit terletak pada sikap tegas dan jujur dalam menilai dan membuat laporan hasil audit.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan yang berkaitan dengan jabatan atau menimbulkan Ikerugian instansi atau Negara, maka penyampaian rahasia tersebut hanya dapat dilaksanakan pada yang berhak dengan persetujuan Pimpinan Badan atau kepada Pimpinan Badan.

4. Integritas auditor

Integritas auditor terletak pada sikap untuk menjaga martabat jabatan, penyalahgunaan kepercayaan dan tujuan utama adalah untuk menyelesaikan tugas.

Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa adalah merupakan etika profesi atau kode etik pemeriksa yang harus dipatuhi oleh semua auditor yang berada dilingkungan BPK-RI dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Visi dan Misi BPK-RI. Visi BPK-RI adalah terwujudnya BPK-RI sebagai lembaga yang bebas dan mandiri. Sedangkan Misi BPK-RI yaitu mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan Negara yang bebas dan mandiri, berada digaris depan reformasi kearah pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyerahkan hasil laporan yang bermanfaat kepada DPR dan DPRD.

Faktor yang sangat menentukan bagi suksesnya usaha pengamalan Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa adalah semangat dan


(55)

tekat untuk mengamalkannya dalam sikap dan perbuatan sehari-hari, demi keberhasilan tugas dan fungsi BPK-RI seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945.

C. Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP)

Disamping Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa, BPK-RI dalam rangka melaksanakan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan secara efisien dan efektif, juga telah menyusun buku Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang memberikan pengarahan tentang tata laksana penyelenggaraan tugas pemeriksaan, mulai dari penyusunan strategi Badan, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan serta tindak lanjut dan evaluasi pemeriksaan dengan maksud dan tujuan adalah untuk menyamakan persepsi tentang langkah-langkah dan urutan kegiatan serta tanggung jawab dalam pelaksanaan pemeriksaan, sehingga dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.

Lingkup Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) sebagai tata laksana penyelenggaraan tugas pemeriksaan meliputi :

a. Dasar hukum pelaksanaan tugas pemeriksaan oleh BPK-RI.

b. Lingkup pemeriksaan, fungsi, kewajiban, wewenang, standar pemeriksaan dan jenis pemeriksaan.

c. Susunan Organisasi Pelaksana BPK-RI yang intinya untuk mengetahui peran-peran dan tanggung jawab para Pelaksana BPK-RI, mulai dari tingkat Badan, Para Pejabat Eselon I, dan Kepala Perwakilan, serta Pejabat Struktural dan


(56)

Fungsional di bawah Pejabat Eselon I dan Kepala Perwakilan yang ikut berperan dalam tugas pemeriksaan.

d. Landasan etika / moral yang harus diperhatikan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan.

e. Strategi pemeriksaan yang ditetapkan oleh badan.

f. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. g. Tindak lanjut pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan.

II.3.3. Indikator Etika Profesi

Dari berbagai pengertian serta gambaran dari beberapa etika profesi yang telah disampaikan diatas dan dengan adanya pedoman yang melandasi etika yang harus dipatuhi oleh Auditor BPK-RI guna menjaga mutu, citra serta martabat yang tertuang dalam Sapta Prasetya Jati dan Ikrar Pemeriksa,

Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 (lima) prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu (a) Kepribadian dan tanggung jawab profesi; (b) Integritas; (c) Objektivitas; (d) Kehati-hatian; (e) Kerahasiaan.


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) yang beralamat di jalan Gotot Subroto Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai dengan Desember 2010.

III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei, Singarimbun dan Effendy (1995) menyatakan bahwa survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara umum menggunakan metode statistik.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menguraikan, menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian menggunakan statistik (Djarwanto, 1996).

Sifat penelitian ini adalah menguraikan dan menjelaskan (deskriptif explanatory) yang berkaitan dengan kedudukan satu variabel serta hubungannya dengan variabel yang lain (Sugiono, 2005).


(58)

III.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh auditor di lingkungan Auditama Keuangan Negara I Badan Pemeriksa Keuangan RI dengan jumlah populasi adalah 152 auditor yang terdiri dari (1) auditor terampil dan (2) auditor ahli.

Tabel III.1. Distribusi Populasi Auditor Auditama I BPK-RI

No. Tingkat Keahlian Jumlah (orang)

1. Auditor Terampil 51

2. Auditor Ahli 101

Jumlah 152

Sumber : BPK-RI 2010 (Data diolah)

2. Sampel

Sularso (2004:67) memberikan pengertian bahwa sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi. Menurut Sugiyono (2004:56) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Untuk menetapkan Jumlah sampel, digunakan teknik pengambilan sampel dari rumus Slovin (Umar, 2003) sebagai berikut:

2 1 Ne

N n

+ =

Dimana:

n = Besaran sampel


(59)

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).

Berdasarkan rumus tersebut dengan populasi 152 auditor, maka diperoleh jumlah sampel (n) sebagai berikut :

( )

2

1 , 0 152 1

152 + =

n

32 . 60

=

n dibulatkan 60 responden.

Ukuran sampel yang diperoleh akan dialokasikan secara dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nazir, 2003).

i i f

n =

x

n

Dimana:

ni = sampel strata i

fi = Jumlah sampel tiap strata dibagi jumlah seluruh populasi n = Jumlah sampel dari populasi

Selanjutnya untuk menentukan siapa yang akan dijadikan sampel dilakukan dengan teknik Random sampling.

Tabel III.2. Jumlah Sampel Auditor Auditama I BPK-RI

No. Tingkat Keahlian Jumlah (orang)

1. Auditor Terampil 51 : 152 X 60 = 20

2. Auditor Ahli 101 : 152 X 60 = 40

Jumlah 60


(60)

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :

1. Wawancara (interview) kepada pihak-pihak yang berhak atau berwenang untuk memberikan informasi dan keterangan sehubungan penelitian yang dilakukan di BPK-RI

2. Daftar Pertanyaan (questionare) yang diberikan kepada auditor yang dijadikan responden pada BPK-RI

3. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari

dokumen-dokumen serta data pendukung berupa sejarah singkat organisasi, struktur organisasi dan data auditor BPK-RI.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara (interview) dan menyebarkan daftar pertanyaan (questionaire).


(61)

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

III.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). variabel bebas dalam perumusan masalah pertama adalah Profrsionalisme (X1), Etika Profesi (X2). Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah Kinerja (Y).

Definisi operasional variabel dari hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel III.3. berikut

Tabel III.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Variabel Definisi Opersionsl Indikator Pengukuran 1.Profesionalisme

(X1)

Kesungguhan bekerja dengan penuh tanggungjawab juga dapat

dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri juga terhadap orang lain,

lingkungannya dan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada demi tercapainya tujuan.

1. Pengabdian pada profesi 2. Kewajiban sosial 3. Kemabdirian 4. Keyakinan terhadap

peraturan profesi 5. Hubungan dengan sesama

profesi

Skala Likert

2. Etia Profesi (X2)

Sesuatu yang membentuk tingkah laku dan nilai-nilai bersama yang telah disepakati untuk bekerja sesuai dengan norma-norma atau kode etik yang ada guna mencapai tujuan organisasi

1. Kepribadian dan tanggung jawab profesi 2. Integritas 3. Objektivitas 4. Kehati-hatian 5. Kerahasiaan Skala Likert 3. Kinerja (Y)

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang auditor dalam menjalankan tugas yang telah ditetapkan organisasi

1. Pemeriksaan 2. Merekomendasikan 3. Menetapkan tuntutan

Skala Likert

III.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). variabel bebas dalam perumusan masalah pertama adalah Loyalitas (X2). Sedangkan


(62)

Definisi operasional variabel dari hipotesis kedua dapat dilihat pada Tabel III.4. berikut:

Tabel III.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran 1.Loyalitas auditor

(X2)

Suatu sikap atau perilaku seseorang pegawai kepada organisasiatau atasan terhadap suatu pekerjaannya itu secara professional sesuai dengan peraturan organisasi, dimana sikap atau perilaku tersebut adalah bentuk kesetiaan seorang pegawai terhap pekerjaanya

1. Ketaatan/ kepatuhan 2. Tanggungjawab. 3. Pengabdiaan. 4. Kejujuran. Skala Likert 2. Profesionalisme (Y)

Kesungguhan bekerja dengan penuh tanggungjawab juga dapat

dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri juga terhadap orang lain,

lingkungannya dan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada demi tercapainya tujuan.

1. Pengabdian pada profesi 2. Kewajiban sosial 3. kemandirian 4. keyakinan terhadap

peraturan profesi 5. hubungan dengan sesama

profesi

Skala Likert

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas III.7.1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2005), “Uji validitas dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut”.

Menurut Umar (2000), ”validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Butir-butir pertanyaan dicobakan pada 30 orang responden diluar dari pada responden yang dijadikan sampel penelitian. Menurut Umar (2000) bahwa ”sangat disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal”.


(63)

III.7.1.1. Uji validitas instrumen variabel profesionalisme

Hasil pengujian validitas intrumen variabel profesionalismedapat dilihat pada Tabel III.5 berikut:

Tabel III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Profesionalisme Pertanyaan

Corrected Item Total Correlation

Sig.

(1 - tailed) Keterangan 1. Upaya Bapak/Ibu, menggunakan seluruh

kemampuan dalam bekerja.

2. Kepuasan batin Bapak/Ibu, dengan berprofesi sebagai auditor BPK-RI saat ini.

3. Kemampuan Bapak/Ibu menjaga kekayaan Negara atau masyarakat dengan berprofesi sebagai auditor BPK RI.

4. Keyakinan Bapak/Ibu atas kepercayaan masyarakat terhadap pengawasan kekayaan negara.

5. Keharusan auditor BPK-RI memutuskan hasil audit berdasarkan fakta yang di temui dalam proses pemeriksaan.

6. Keseringan Bapak/Ibu mendapat tekanan dari pihak internal maupun eksternal dalam menentukan pendapat atas laporan keuangan.

7. Ketegasan Bapak/Ibu menilai kompetensi auditor BPK-RI lainnya.

8. Keharusan ikatan auditor BPK-RI membuat standar kerja dalam pelaksanaan pemeriksaan.

9. Keseringan Bapak/Ibu, mengkomunikasikan pekerjaan dengan rekan kerja.

10. Intensitas bapak/Ibu, berpartisipasi dalam pertemuan para auditor BPK-RI.

0.776 0.952 0.817 0.783 0.654 0.846 0.920 0.870 0.776 0.941 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel III.5, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel profesionalismememiliki nilai yang lebih besar dari 0,30. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel profesionalisme yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Kesimpulan ini


(1)

Variabel Loyalitas

X1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mematuhi 14 23.3 23.3 23.3

sangat mematuhi 34 56.7 56.7 80.0

sangat mematuhi sekali 12 20.0 20.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mampu 22 36.7 36.7 36.7

sangat mampu 22 36.7 36.7 73.3

sangat mampu sekali 16 26.7 26.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berusaha 5 8.3 8.3 8.3

sangat berusaha 25 41.7 41.7 50.0

sangat berusaha sekali 30 50.0 50.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bertanggungjawab 5 8.3 8.3 8.3

sangat bertanggungjawab 9 15.0 15.0 23.3

sangat bertanggungjawab sekali

46 76.7 76.7 100.0


(2)

X5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berinisiatif 22 36.7 36.7 36.7

sangat berinisiatif 30 50.0 50.0 86.7

sangat berinisiatif sekali 8 13.3 13.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

X6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setia 38 63.3 63.3 63.3

sangat setia 22 36.7 36.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid memahami 14 23.3 23.3 23.3

sangat memahami 30 50.0 50.0 73.3

sangat memahami sekali 16 26.7 26.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat harus 22 36.7 36.7 36.7

sangat harus sekali 38 63.3 63.3 100.0


(3)

Lampiran 4: Pengujian Regresi Hipotesis Pertama

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1

Etika_Profesi,

Profesionalisme(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Kinerja_Auditor

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .844(a) .712 .702 1.24519

a Predictors: (Constant), Etika_Profesi, Profesionalisme b Dependent Variable: Kinerja_Auditor

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 218.555 2 109.278 70.479 .000(a)

Residual 88.378 57 1.550

Total 306.933 59

a Predictors: (Constant), Etika_Profesi, Profesionalisme b Dependent Variable: Kinerja_Auditor

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

6.614 1.818 3.638 .001

Profesionalisme

.264 .045 .589 5.912 .000 .510 1.962

Etika_Profesi .199 .062 .320 3.210 .002 .510 1.962


(4)

Charts

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected Cum P

rob

Dependent Variable: Kinerja_Auditor Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

1 0

-1 -2

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

-3

-4

Regression S

tudent

iz

ed Residual

Dependent Variable: Kinerja_Auditor

Scatterplot


(5)

Lampiran 5: Pengujian Regresi Hipotesis Kedua

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Loyalitas(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Profesionalisme

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .837(a) .700 .695 2.80809

a Predictors: (Constant), Loyalitas b Dependent Variable: Profesionalisme

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1069.381 1 1069.381 135.616 .000(a)

Residual 457.352 58 7.885

Total 1526.733 59

a Predictors: (Constant), Loyalitas b Dependent Variable: Profesionalisme

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

12.259 2.684 4.567 .000

Loyalitas .945 .081 .837 11.645 .000 1.000 1.000


(6)

Charts

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expec

ted Cum

P

rob

Dependent Variable: Profesionalisme

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

1 0

-1 -2

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

-3

-4

Regression Studentized

Residual

Dependent Variable: Profesionalisme

Scatterplot


Dokumen yang terkait

Analisis Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

0 37 201

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

0 25 303

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 4 20

PENGARUH INDEPENDENSI,PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 2 15

PENGARUH ETIKA PROFESI TERHADAP PENDETEKSIAN TINDAKAN KORUPSI : Studi pada Auditor Senior dan Junior Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

3 14 41

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

1 4 85

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 1 40

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 0 40

PENGARUH CORE SELF EVALUATIONS PADA KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI.

0 0 20

Pengaruh independensi, kompetensi, dan etika auditor terhadap kualitas audit badan pemeriksa keuangan Republik Indonesia AWAL

0 0 17