berdoa, agar memperoleh keturunan, sebagai buah hati, pengarang jantung dan cibiran tulang.
4.2.2 Alur
Alur merupakan suatu rentetan peristiwa yang diurutkan. Peristiwa yang akan ditampilkan dipilih dengan memperhatikan kepentingan dalam cerita ini.
Alur suatu cerita menggambarkan bagaimana setiap tindakan yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan bagaimana seorang tokoh dalam suatu
cerita terkait dalam kesatuan cerita. Semi 1988:43, menyatakan alur atau plot adalah stuktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interelasi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian seluruh fiksi. Muchtar Lubis 1982:17, membagi alur menjadi lima bagian :
1. Exposition Pengarang mulai melukiskan keadaan sesuatu
Dalam bagian ini, pengarang menggambarkan keadaan cerita, seperti memperkenalkan tokoh dengan lingkungannya, waktu dan tempat kejadian
cerita. Seperti terlihat pada kutipan berikut ini, Di hulu, di tepi sunga Nipah, bertempat tinggal di sana Pawang Satria
bersama istrinya Dayang Merdu. Bersama warganya yang lain mereka hidup makmur, aman sentosa dan rukun serta damai. Masyarakat di
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sekitarnya mengenal Pawang Satria sebagai orang yang sangat dihormati.
2. Generating Circumstances Peristiwa mulai bergerak
Peristiwa mulai bergerak ini di mulai keberadaan Nilam Baya di tengah- tengah keluarga Pawang Satria. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
kutipan sebagai berikut. Semenjak keberadaan Nilam Baya di tengah-tengah keluarga Pawang
Satria, kehidupan mereka semakin bahagia. Pawang Satria semakin terkenal di seluruh tanah Batubara, bahkan di tanah Deli seluruhnya.
Kecantikan Nilam Baya menjadi buah bibir bagi yang melihatnya. Bagi yang hanya mendengar beritanya saja, ingin segera melihatnya.
Rambutnya hitam tergerai, ikal mengurai, tinggi semampai, kulitnya mulus kuning langsat bagai pualam. Dayang Merdu bangga atas
kecantikan Nilam Baya. Tetapi sesekali, timbul rasa was-was dalam dirinya. Darimanakah sebenarnya asal Nilam Baya?, siapakah gerangan
orang tuanya?. Keraguannya pernah ditanyakan kepada Pawang Satria, ketika Nila Baya tidak bersama mereka. “Kanda, ada sesuatu hal yang
aneh pada diri anak kita”, kata Dayang
Merdu……………………………….
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
…………………………………………………………………………… ….………………………………………………………………………..
demikian kehidupan Nilam Baya yang kian hari semakin rupawan.
3. Ricing Action Keadaan mulai memuncak
Keadaan mulain memuncak ketika Nilam Baya menikah dengan Datuk Indra Jaya dan mereka mempunyai seorang anak bernama Nilam Permata.
Setelah Nilam Permata mencapai usia 17 tahun, kecantikan tersebar ke seluruh wilayah Batubara. Pada waktu itu, ada beberapa kepenghuluan, seperti : Lima
Laras, Lima Puluh, Simpang Dolok, Tinggi Raja, dan lainnya yang ingin mempersunting Nilam Permata. Tentu saja hal ini sangat membingungkan
Nilam Baya dan suaminya, karena putrid mereka hanya seorang, dan kalau mereka menerima satu pinangan saja, tentu hal ini akan menyebabkan
peperangan diantara beberapa kepenghuluan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini :
Selang beberapa tahun kemudia usai pesta, Nilam Baya pun hamil, semakin sayanglah Datuk Indra Jaya. Beberapa waktu berlalu, lahirlah
seorang putrid dari perkwainan mereka. Setelah nilam permata mencapai usia 17 tahun, kecantikannya pun tersebar ke seluruh wilayah
Batubara. Pada waktu itu ada beberapa kepenghuluan, seperti : Tanah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
datar, Lima Laras, Pesisir, Lima Puluh dan lain-lainnya, telah terbetik tentang kecantikan Nilam Permata. Timbul hasrat bagi datuk-datuk itu
untuk mempersunting Nilam Permata, berkatalah Datuk Indra Jaya dalam hatinya :”bagaimana ini, anakku hanya semata wayang, tetapi
yang ingin melamar ada empat orang, bagaikan makan buah simalakama”.
4. Climax Puncak
Puncak dari cerita ini yaitu, ketika Nilam Baya berkata kepada datuk Indra Jaya untuk menerima hal pinangan keempat datuk tersebut. Hal ini dapat
dilihat dalam kutipan berikut, Seperti biasanya roda kehidupan berjalan dengan sempurna di Batubara,
hal pinangan datuk-datuk penghulu tidak dipermasalahkan. Datuk Indra Jaya berpikir terus bagaimana menerima kenyataan ini, putra yang
manakah yang akan diterima lamarannya. Keempatnya sama perkasa, sama pula bangsawan dan berharta. Maka berundinglah Datuk Indra jaya
dengan istrinya Nilam Baya. Dalam suasana kalut itu berkatalah Nilam baya: “terimalah pinangan mereka, dinda akan berupaya, tidak akan
terjadi silang sengketa atau pertumpahan darah. Esok bulan purnama tiba, dinda akan bermohon kepada Yang Maha Kuasa … … … … … … …
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
…… …
… …
… …
… …
… …
… …..................................................................................................................
........................................................................................................tepat tak kala bulan purnama tiba, Nilam Baya memanggil putrinya Nilam
Permata. Di tengah malam buta, tanpa diketahui seorang juga pun, dibawanya Nilam Permata ketepian Sungai Nipah, seakan-akan ada yang
memberi tahu. Ketiga ekor makhluk sahabat Nilam Permata mengikutinya. Tiada suara dan tiada yang berkata Nilam Permata
bersimpuh di hadapan bundanya. Demikian pula ketiga hewan tersebut duduk sejajar bersama. Tiba-tiba langit gelap, semua hitam pekat, bulan
tiada terlihat. Tak lama kemudia langit berangsur cerah, bulan pun bersinar dengan megah. Bersinarnya yang temaran samara-samar, terlihat
empat orang wanita menghadap Nilam Baya. Mereka kembali ke istana Datuk Indra Jaya………………………… ………… ……… ………
……… … ………… Datuk Indra Jaya terharu menyambut mereka. Penduduk Batubara menjadi gempar atas kehadiran putrid-putri Datuk
Indra Jaya, yaitu Nilam Permata, Nilam Kesuma, Nilam Cahaya, dan Nilam Kencana. Namun lambat laun hal ini menjadi reda, warga pun
bekerja seperti sedia kala.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5. Denoument Penyelesaian
Akhir dari cerita ini yaitu ketika tinggallah Datuk Indra jaya bersama istrinya. Pada suatu ketika Nilam Baya meminta diantar Datuk Indra jaya ke
kampong halamannya, ke rumah Pawang Satria untuk kembali ke sungai Nipah dan kembali menjadi seekor buaya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut
: Suatu ketika Nilam Baya meminta diantar Datuk Indra Jaya kembali ke
kampong halamannya, kerumah Pawang Satria. Sampai di sana, saat bulan purnama tiba berkatalah Nilam Baya kepada Datuk Indra Jaya dan
Pawang Satria :”Kanda, ayah, dan bunda, ada sesuatu yang akan merubah hidup kita”.”Apakah gerangan dinda?”, Tanya Datuk Indra
Jaya. “ Terima Kasih kanda, ayah, dan bunda. Dinda harap, kanda kuat menerima kenyatan ini. Tiada seorangpun yang menanyakan asal-usul
dinda yang sebenarnya. Sekali lagi, terima kasih atas curahan kasih sayang yang diberikan kepada dinda. Kini saatnya dinda meninggalkan
segala-galanya, orang yang dinda cintai”. Hampir tak percaya, betapa terkejutnya Datuk Indra jaya. “ Dinda, berkatalah yang sebenarnya”,
berkata Datuk Indra Jaya menghiba. Seterusnya berkata Nilam Baya : “Ayah, bunda dan kanda sebenarnya beta adalah keturunan peri yang
menjelma di alam manusia. Tak dapat dicegah lagi kanda. Kini saatnya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dinda harus kembali malam ini. Ayah, bunda dan kanda ampunilah kesalahan dinda, kutitipkan keempat putrid-putri dan cucu-cucu kita”.
Selanjutnya Nilam Baya bersujud kepada Pawang Satria, Dayang Merdu dan terakhir Datuk Indra Jaya. Dengan tersedu-sedu berkata
selanjutnya Nilam Baya :”Kanda, ayah dan bunda jangan ditangisi kepergian beta, kini hantarkan beta ketepian sungai”. Sesampainya di
tepian sungai, suasana tiba-tiba gelap, namun hanya ssaat, tetapi ketika bulan terang kembali Nilam Baya telah ghaib. Di atas air sungai Nipah,
terdengar suara gemerincik air yang tersibak sesuatu makhluk yang berenang ke hulu. Sadarlah mereka apa yang telah terjadi. Keesokan
harinya setelah Nilam Baya pergi, Dayang merdu ingin melihat peti tempat kulit buaya dahulu tersimpan. Terkejut juga Dayang Merdu,
kulit buaya yang selama ini tersimpan turut raib. Hal ini telah diduga oleh Pawang Satria. Datuk Indra Jaya kembali ke istananya kemudian,
setelah beberapa kali purnama tiba, Datuk Indra Jaya pun wafat. Warga di Batubara berduka. Tetapi hal ini tidak berlanjut terus. Beberapa hari
kemudian kehidupan berjalan seperti sedia kala.
4.2.3 Latar