Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk Calon suami istri harus telah siap jiwa dan raganya untuk melangsungkan

Pernikahan bagi bangsa Indonesia adalah suatu yang amat sakral. Untuk umat Islam pernikahan diatur secara baik, dalam arti pernikahan bukan suatu peristiwa kehidupan biasa, karena dalam pernikahan perlu adanya perencanaan dan pengaturan yang dapat mendatangkan kebaikan kepada semua pihak. Dalam undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 1 dan 2 undang- undang no. 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa :

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

itu suami istri perlu melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan sepiritual dan material.

2. Calon suami istri harus telah siap jiwa dan raganya untuk melangsungkan

perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, untuk itu harus dicegah adanya pernikahan calon suami istri yang masih diusia muda. 4 Menurut Undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 2 undang undang no. 1 tahun 1974 dinyatakan “Perkawinan juga mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan, yaitu batasan umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran menjadi lebih tinggi jika dihubungkan dengan batas umur yang lebih tinggi. Sehubungan dengan itu, maka undang-undang ini menentukan batas umur minimum bagi pria yaitu berumur 19 tahun dan bagi wanita berumur 16 tahun.” 5 Batas umur tersebut harus mendapat ijin dari kedua orang tua masing- masing mempelai. Pernikahan dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian pertalian dua manusia laki-laki dan perempuan, yang berisi persetujuan hubungan dengan maksud secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupan yang lebih akrab, 4 Departemen Agama RI,Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Jakarta: Departemen Agama RI, 2002, ,h.110 5 Ibid,, h.113 Syamsu Alam berpendapat bahwa bagi orang-orang yang berdasarkan pada titik berat pengesahan hukum Ilahi, pernikahan dalam teori dan prakteknya merupakan suatu kontrak sosial yang berisi persetujuan bahwa mereka akan hidup sebagai suami-istri untuk selama-lamanya atau untuk masa tertentu. Persetujuan itu disetujui oleh undang-undang atau adat di dalam masyarakat pada suatu daerah yang membolehkannya. 6 Syamsu Alam menyatakan bahwa terwujud tidaknya kebahagian yang diharapkan itu tergantung pada saling pengertian oleh setiap pasangan. Bagaimana ia bisa saling memberikan kebahagiaan, saling terbuka, saling mengalah, dan adanya pengertian antara keduanya. Apabila tidak didasari hal tersebut, maka kebahagiaan tidak dapat diraih. Karena kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada dua masalah antara kebahagiaan dan ketidak bahagiaan, kemudahan dan kesulitan akan selalu berjalan berkesinambungan dalam kehidupannya. 7 6 Andi Syamsu Alam, Usia Ideal Untuk Kawin, Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat bekerjasama dengan Kencana Mas Publishing Hause 2006, h, 56 7 Ibid. h. 58 Pernikahan akan selalu membawa makna dan cerita dalam alur yang panjang dan terpecah mengikuti jalannya kehidupan, kadang-kadang tanpa disadari pernikahan merupakan dunia yang berbeda, akan tetapi lebih sering pernikahan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Meskipun demikian wajiblah bagi suami-istri untuk selalu optimis dalam menempuh mahligai kehidupan. Usia seseorang biasanya digunakan untuk menilai kematangan dirinya baik fisik maupun mental dan sosial. Kematangan usia seseorang maupun suatu proses pada tenggang waktu tertentu, belajar dari pengalaman hidup yang telah dijalani dengan segala problematika yang di alami, seperti banyak mengalami suka maupun duka. Kematangan seseorang dan batasan usia juga diperlukan ketika seseorang memasuki jenjang pernikahan. agar berhasil membina rumah tangga atau keluarga diperlukan persyaratan serta kemampuan dan tanggung jawab penuh. Melihat fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa perceraian sering terjadi dalam suatu pernikahan adalah disebabkan oleh faktor usia muda dan belum mampumapan untuk membina rumah tangga, karena usia muda adalah usia yang rawan, cara berfikir belum stabil, tingkat pendidikan dan tingkat kemandiriannya yang rendah, maka pada umumnya mereka tergantung pada orang tua. Fenomena yang berkembang di RT. 005 RW. 002 Kelurahan Jati Bening Kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi Barat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor pendidikan, ekonomi, adat istiadat dan agama. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk setempat mengakibatkan mereka berfikir, terutama orang tua beranggapan bahwa ketika anak-anak mereka tidak melanjutkan sekolah, maka lebih baik menikah karena dapat meringankan beban kedua orang tua. Selain itu ternyata perkawinan usia dini juga dapat mendorong tinngginya angka perceraian. Berdasarkan deskripsi di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Pada Usia Muda” Studi Kasus di Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede, Bekasi Barat.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah