Pengertian Pernikahan Pada Usia Muda

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN DI USIA MUDA

A. Pengertian Pernikahan Pada Usia Muda

Pernikahan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Pada pembahasan ini dibicarakan factor-faktor terjadinya pernikahan dini dan implikasinya dalam kehidupan berumah tangga. Ma’sum Djauhari menegaskan bahwa “ apabila seseorang yang hendak menikah seyogyanya mengetahui empat hal : 2 a. Pernikahan sangat perlu di persiapkan dengan sebaik-baiknya. b. Pernikahan harus memperhitungkan waktu yang tepat sesuai dengan umur seseorang. c. Kita seyogyanya tahu prosedur dan tata cara melangsungkan pernikahan. d. Kita tahu siapa yang bakal menjadi calon pasangan kita. 1 Nasarudin Latif ,Ilmu Perkawinan, Jakarta: Insan Cita, 2000, h. 56 2 Djauhari Ma’sum, Bimbingan Perkawinan Dan Berumah Tangga, Jakarta : cv. Aji sakti, 1994 . h. 38. 19 Dengan berpatokan pada empat hal tersebut barulah seseorang diperbolehkan melangsungkan pernikahan. Disamping hal tersebut juga ada yang perlu dipersiapkan usianya yang sudah mencukupi atau belum. Mengenai pernikahan usia muda, di dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan dikatakan bahwa : pernikahan hanya di izinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 3 Kalau sudah mencapai umur yang di tetapkan oleh undang-undang di atas maka pihak KUA dapat menikahkan mempelai dengan syarat harus mendapat izin dari orang tua masing-masing mempelai atau calon pengantin. Melihat pernyataan tersebut, yaitu 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk wanita sebelum kedua mempelai mencapai batasan usia yang telah ditentukan disebut dengan pernikahan di usia muda. Kondisi seperti ini tidak cocok dengan perkembangan zaman dan perubahan zaman, karena setiap manusia dia harus mengembangkan intelektual dan pengalaman pada berbagai aspek. Pernikahan usia muda kebanyakan akan mengalami rasa penyesalan, kesengsaraan dan kekacauan dalam membina rumah tangga karena belum siap secara lahir yakni menikah pada usia yang terlalu muda. Satu kendala yang membuat pernikahan usia muda semakin bermasalah adalah 3 Departemen Agama RI, Undang-Undang Perkawinan No I Tahun 1974, h 48 merebaknya kebiasaan pernikahan di bawah tangan. Pernikahan di bawah tangan adalah pernikahan yang tidak mengikuti prosedur peraturan pemerintah, atau ada istilah pernikahan yang tidak di catat pada Kantor Urusan Agama KUA setempat. Karena pernikahan, adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam. Sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan. 4 Pernikahan di usia muda mayoritas akan mengalami penyesalan yang diakibatkan terlalu muda usianya, orang tua sendiri sering mendorong pernikahan anaknya dalam usia yang sangat muda. Orang tua seperti ini sebenarnya salah perhitungan dengan menganggap bahwa pernikahan dalam usia muda mempunyai suatu faktor kematangan. Pernikahan dalam usia muda belasan tahun adalah keputusan-keputusan yang sangat kompulsip, kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka yang melangsungkan pernikahan di usia muda. Biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan yang tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak peduli dengan akibat apakah itu bencana. Pengadilan Agama menentukan batasan umur bagi calon pengantin agar tidak terjadinya pernikahan di usia muda yang memang mereka masih labil emosinya dan dianggap masih belum mampu secara fisik dan mentalnya, 4 Ibid., h. 26 sehingga akan mengalami ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam rumah tangga. Apalagi pada usia yang belum matang secara lahir dan batin seperti yang dijelaskan dalam undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang telah di ungkapkan. F Shappiro dalam bukunya yang berjudul Mencegah Perkawinan Yang Tidak Bahagia , 5 mengungkapkan beberapa kendala yang dialami akibat menikah di usia yang masih muda. a. Ketidak bahagiaan yang tidak dapat dielakkan. b. Perceraian tidak dapat dihindari. Hal seperti ini sepertinya sudah sering terjadi pada pasangan yang menikah di usia muda dikarenakan belum siapa mereka untuk membina rumah tangga maka dari itu keputusan untuk melangsungkan pernikahan ini akan menjaga segi emosional dan segi praktis dari kebahagiaan perkawinan. Batas usia yang telah ditentukan oleh Pengadilan Agama tidak lain untuk mencegah terjadinya pernikahan di usia muda. Terlalu banyak pernikahan yang implusif hanya menurut kata hati,Yang mengakibatkan banyak perceraian yang implusif juga.banyaknya perceraian yang di lakukan secara sembarangan mengakibatkan sangat 5 F Shappiro, Mencegah Perkawinan Yang Tidak Bahagia, Jakarta: Bulan Bintang, 2002, h. 52 meresahkan masyarakat moderen. 6 Jika kita semua dan para orang tua yang tidak memaksakan anak-anak mereka untuk menikah di usia muda maka untuk mencegah terjadinya perceraian harus di persiapkan secara matang bagaimana agar tidak terjadi perceraian, dan tentunya akan mendapat kebahagiaan dalam melakukan pernikahan di usia muda. Perkawinan mampu menghadapi kesulitan-kesulitan mereka secara realitis dan mau mengadakan perbaikan atau konsensi yang di perlukan. Hal ini menjadikan mereka bersedia menerima tanggung jawab sendiri dari perselisihan perkawinan mereka. Suatu perkawinan yang tidak bahagia jarang disebabkan oleh suatu pihak saja,yang bertanggung jawab dalam kebahagiaan perkawinan atau pernikahan tidak hanya satu orang saja tetapi kedua- keduanya yaitu suami istri, merupakan orang yang saling mempengaruhi, dan keduanya pasangan mempunyai jalan dan komitmen yang menjadi bimbingan dan pelurus bagi kesadaran, jika perkawinan itu tidak di selamatkan. Dan hendaknya dengan keduanya jika menemukan permasalahan dalam hidup berumah tangga saling mengingatkan kesalahan tersebut dasar sadar akan kesalahan yang di lakukannya sehingga tercipta keluarga yang saling pengertian dan harmonis berdasarkan tuntunan dalam agama Islam. Didalam masyarakat Jati Bening Bekasi menjadikan pernikahan sebagai suatu adat istiadat dalam kebudayaan setempat, tidak terkecuali usia muda. 6 Ibid., h 47 Mayoritas warga masyarakat Jati Bening khususnya di Rw 002 melakukan pernikahan pada usia muda yang relatif muda dan hal ini menjadikan kebiasaan penduduk setempat. Didasari oleh berbagai macam faktor yaitu, Pertama, Ekonomi yaitu dalam sebuah keluarga yang berekonomi lemah memposisikan anak sebagai beban dalam keluarganya oleh karena itu anak yang berusia di atas lima belas tahun segera di nikahkan, dengan begitu beban orang tua menjadi lebih ringan. Kedua, Pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah mendominasi setiap warga kelurahan jati bening yang rata-rata hanya menyelesaikan pendidikan tingkat dasar saja. Jadi tingkat kedewasaan secara emosional dan pemahaman mereka akan sesuatu dapat dikatan rendah dan sangat terbatas. Dan yang Ketiga adalah motifasi yang berasal dari orang tua atau dari anak itu sendiri. Dorongan dari orang tua banyak terjadi untuk mendorong anaknya untuk segera menikah jika mengetahui anaknya sudah mempunyai pasangan,karna menurut mereka jika di biarkan lama berpasangan timbul kehawatiran akan terjadi perbuatan negatif yang melanggar Agama. Dan bagi anak itu yang melakukan pernikahan dengan keinginan sendiri hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya saja dengan cara yang sah.

B. Maksud dan Tujuan Pernikahan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits