Gambar 8. Grafik Perkembangan Produktivitas kopi Arabika di Kecamatan Pantan Cuaca
Gambar grafik perkembangan produktivitas kopi Arabika pada tahun 2007 – 2011 dapat dilihat dari tabel dan gambar tersebut.Pada tahun 2007 produktivitas Kopi sebesar 0,33 tonha.
Pada tahun 2008 produktivitas Kopi sebesar 0,32 tonha Pada tahun 2009 produktivitas Kopi sebesar 0,33 tonha. Pada tahun 2010 produktivitas Kopi sebesar 0,325 tonha Pada tahun 2011
produktivitas Kopi sebesar 0,325 tonha.
5.3 ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PROSPEK
PENGEMBANGAN KOPI ARABICA 5.3.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor- faktor yang terdiri dari Faktor Strength Kekuatan dan Faktor Weakness Kelemahan untuk menentukan strategi dalam prospek pengembangan Kopi
Arabika di Kabupaten Gayo Lues Kecamatan Pantan Cuaca studi kasus di Desa Cane Baru. Setelah melakukan wawancara dan serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kuisioner
serta masukan dari Kepala Desa Cane Baru, Ketua kelompok Tani dibidang komoditi Kopi di Desa Cane Baru Bapak Ibrahim G, serta Kepada pedagang pengumpul di Desa Cane Baru maka
y = 1E-04x + 0,129 R² = 0,004
0,32 0,322
0,324 0,326
0,328
2005 2010
2015
P r
o d
u k
t iv
it a
s
Tahun
Produktivitas
Series1 Linear Series1
Universitas Sumatera Utara
diperoleh faktor – faktor strategis Internal yang menjadi Kelemahan dan Kekuatan dalam pengembangan agribisnis kopi di Desa Cane Baru yaitu sebagai berikut :
A.Kekuatan
Faktor kekuatan adalah salah satu faktor – faktor yang terdapat dalam faktor Internal yang berupa kelebihan yang dimiliki oleh usaha tani tersebut. Faktor kekuatan dianggap sebagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan usahatani kopi di Desa cane baru. Faktor – faktor itu terdiri dari :
1. Terdapat Sumber Daya Alam yang sesuai
Keadaan sumber daya alam yang menjadi faktor kekuatan antara lain iklim memiliki suhu berkisar 17
C-29 C, kesuburan tanah, topografi, ketinggian bervariasi antara 330-2.075 m
di atas permukaan laut. Faktor-faktor itulah yang diharapkan dapat membantu memperlancar pengembangan agribisnis kopi secara alamiah. Dengan kondisi sumberdaya alam yang subur dan
ditunjang dengan iklim dan ketinggian yang cocok untuk budidaya kopi dan tanaman dataran tinggi lainnya.
2. Ketersediaan Lahan yang cukup besar
Luas wilayah Desa Cane Baru yang digunakan untuk tanamaman perkebunan mencapai 1875 Ha dan tersebar diseluruh Desa. Lahan yang paling luas diperuntukkan untuk perkebunan
kopi, yakni seluas 1.229 Ha. Menurut Kepala Camat, Desa Cane Baru masih terdapat banyak lahan yang belum produktif yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian,
perkebunan rakyat, dan peternakan.
Universitas Sumatera Utara
3. Sumber Daya Manusia yang terampil dalam mengusahakan Produksi Kopi
Jumlah penduduk Desa Cane Baru sampai dengan tahun 2010 – 2014 mencapai 503 jiwa yang tersebar di sepuluh kecamatan. Dari jumlah tersebut hampir 89 persen atau 448
penduduk bekerja sebagai petani dari total angkatan kerja di Desa Cane Baru. Penduduk lainnya bekerja sebagai petani lain dan peternak sekitar 11 persen.
4. Terciptanya Keamanan Berusaha Tani
Masyarakat Cane Baru merasa nyaman untuk menjalankan usaha budidaya kopi. Hampir tidak pernah terjadi kehilangan akan hasil panen. Petani memiliki lahan kopi sendiri, dan
mengusahakan kopi sendiri untuk kebutuhan keluarga, sehingga tidak pernah berpikir untuk mencuri hasil kopi dari lahan kopi masyarakat lainnya.
5. Sarana dan Prasarana yang mendukung Usaha Tani
Secara umum, jalur transportasi dalam Desa Cane Baru ataupun Kecamatan Pantan Cuaca dapat digunakan dengan baik. Hal ini dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk
dan hasil produksi kopi. Demikian juga jalur transportasi antar Kecamatan dan antar kabupaten lainnnya telah memadai dan dapat digunakan dengan baik.
B. Kelemahan
Salah satu bagian dari faktor – faktor internal selain Kekuatan adalah Kelemahan. Faktor – faktor kelemahan yang ada di Desa Cane Baru yang merupakan kendala dalam mengusakan
usaha tani komoditi kopi arabica adalah sebagai berikut ;
1. Sebagian petani masih menggunakan tekhnologi sederhana
Penggunaan tekhnologi tepat guna dalam pengembangan agribisnis kopi mempunyai peranan yang cukup penting. Akan tetapi hal ini masih menjadi kendala, karena masih rendahnya
Universitas Sumatera Utara
minat petani untuk menggunakan teknologi dibidang pertanian dalam kegiatan budidaya kopi. Sebagian besar petani masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam melakukan
usahataninya. Sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal dan kualitas yang dihasilkan relatif masih rendah.
Petani menganggap bahwa dalam penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana yang lebih besar dari pada cara-cara bertani yang dilakukan selama ini. Pengolahan kopi juga
membutuhkan inovasi teknologi yang dapat mempermudah proses pengolahan pasca panen.. 2. Tidak adanya lembaga keuangan didaerah penelitian
Keterbatasan modal dalam berusahatani merupakan masalah klasik hamper di semua daerah pertanian, khususnya usahatani kopi. Kondisi inilah yang menyebabkan para petani tidak
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan skala produksinya. Dengan modal yang terbatas sangat sulit bagi petani untuk mengelola usahataninya, apalagi untuk menambah lahan
pertaniannya. 3. Tidak adanya lembaga penelitian didaerah penelitian
Pemerintah daerah melalui dinasnya yaitu Dinas Pertanian yang berhubungan langsung dalam pembinaan melakukan penyuluhan kepada kelompok tani, namun hal ini tidak
dilaksanakan secara berkelanjutan. Lembaga pelatihan belum ada di Desa Cane Baru, padahal petani sangat membutuhkannya. Petani juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah
khususnya dalam pembinaan dan pendampingan pemerintah langsung kepada petani agar dapat mengembangkan produktivitas kopi.
4. Kurangnya penyuluhan
Pemerintah daerah yang berhubungan langsung dalam melakukan penyuluhan kepada kelompok tani tersedia di desa tersebut, namun hal ini tidak berlangsung sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Penyuluhan belum ada di Desa Cane Baru, padahal petani sangat membutuhkannya. Petani juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah khususnya dalam pembinaan dan pendampingan
pemerintah langsung kepada petani agar dapat mengembangkan produktivitas kopi. 5. Saluran pemasaran yang merugikan petani
Saluran pemasaran kopi yang terjadi dimulai dari petani kopi menjual kopi kepada pengumpul di Desa atau menjual langsung kepada pengumpul di desa. Pengumpul di Desa
menjual kopi ke pedagang pengumpul di Pasar kemudian di angkut ke Takengon untuk dijual kepada Eksportir. Saluran pemasaran ini membuat harga di petani tidak layak, karena harga
sering kali dikuasai oleh pedagang pengumpul di Pasar. 6. Kurang berjalannya peraturan dan program pemerintah
Didesa cane baru terdapat berbagai peraturan – peraturan dan program – program pemerintah. Seperti program Pembuatan sertifikat di Desa Cane Baru atau program pengaktifan
lembaga keuangan serta pemerintah membentuk peraturan – peraturan dalam melakukan ekspor pasar akan tetapi hal tersebut kurang berjalan didaerah tersebut karena lemahnya pengawasan di
Desa Cane Baru.
7. Sedikitnya industry pengolahan kopi didaerah penelitian
Industri pengolahan kopi di Desa Cane Baru sulit berkembang, hal ini disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan dan modal yang dimiliki oleh masyarakat. Beberapa tahun yang
lalu ada sebuah industri yang mengolah kopi namun Industri tersebut tutup karena kekurangan modal dan promosi
Universitas Sumatera Utara
8. Sistem kemitraan dengan pasar eksport hanya terjadi di pengumpul
Pada umumnya budidaya kopi dilakukan sendiri oleh petani dengan lahan yang telah diwariskan oleh orangtua turun temurun, diolah sendiri dan hanya mengandalkan kesuburan
tanah. Kemitraan usaha hanya dilakukan oleh pengumpul di Pasar dengan pihak Eksportir Takengon. Akibatnya petani hanya bisa menerima harga yang telah ditentukan oleh pengumpul.
9. Kurangnya persediaan saprodi
Di Desa Cane Baru persediaan sarana saprodi sangat kurang. Di Desa tersebut tidak ada kios – kios yang menjual saprodi seperti pupuk, pestisida dan lain sebagainya. Oleh karea itu
petani di Desa Cane Baru harus membeli saprodi tersebut ke Kecamatan lain. Hal ini memberatkan para petani karena harga saprodi yang mahal dan lokasi kios yang jauh dari Desa
Cane Baru sehingga sebagian petani lebih memilih tidak menggunakan pestisida.
10. Kurangnya benih bersertifikat
Lembaga penelitian bibit bermutu belum ada di Kecamatan Pantan Cuaca, padahal petani sangat membutuhkan lembaga ini untuk dapat mengembangkan produksi kopi. Petani
menggunakan bibit dari hasil produksi kopi mereka. Menurut petani syarat bibit kopi baik adalah induk harus berumur paling sedikit 7 tahun, induk harus sehat, bebas penyakit. Induk harus dari
varietas hybrid berbuah banyak, cepat berbuah. Bantuan penyediaan bibit bermutu ini sangat
dibutuhkan oleh petani. 11. Kurangnya sistem manajemen yang baik
Sistem manajeman penting bagi petani di Desa Cane Baru sehingga petani dapat melakukan usaha tani dengan baik dan dapat memperkirakan segala hal sebelum melakukan
usaha tani.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2 Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor- faktor yang terdiri dari Faktor – faktor peluang dan faktor – faktor ancamanuntuk menentukan strategi dalam prospek pengembangan Kopi Arabika
di Kabupaten Gayo Lues Kecamatan Pantan Cuaca studi kasus di Desa Cane Baru. Setelah melakukan wawancara dan serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kuisioner serta
masukan dari Kepala Desa Cane Baru, Ketua kelompok Tani dibidang komoditi Kopi di Desa Cane Baru Bapak Ibrahim G, serta Kepada pedagang pengumpul di Desa Cane Baru maka
diperolehlah faktor – faktor strategis Internal yang menjadi Kelemahan dan Kekuatan dalam pengembangan agribisnis kopi di Desa Cane Baru yaitu sebagai berikut :
A. Peluang
Faktor peluang adalah bagian dari faktor – faktor eksternal. Faktor peluang adalah faktor – faktor yang dianggap sebagai suatu potensi yang dapat simanfaatkan dalam pengembangan
usaha tani kopi arabika didesa Cane Baru. Beberapa macam potensi – potensi tersebut yang harus dimanfaatkan dalam pencapaian tujuan tersebut terdiri dari :
1. Permintaan Kopi gayo yang semakin meningkat
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak Eksportir, citarasa, kualitas dan produksi kopi gayo dengan kopi arabika lainnya jelas berbeda. Beberapa negara sangat
menyukai kopi gayo karena kualitasnya yang tinggi dengan kadar kafein yang tinggi yang disukai oleh negara lain. Kebutuhan konsumen akan kopi memberi peluang bagi petani untuk
mengembangkan usahanya.
2. Mulai tumbuhnya organisasi petani kopi gayo
Universitas Sumatera Utara
Di gayo mulai adanya organisasi pecinta kopi gayo. Asosiasi ini dimulai dari satu kelompok tani dan setelah 4 tahun banyak kelompok tani yang bergabung menjadi 12 kelompok
dengan jumlah anggota 350 anggota. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menguatkan petani kopi untuk dapat berdiri sendiri dalam mengolah dan memasarkan kopinya sendiri untuk
bisa bersaing dengan pihak ketiga yang selalu menentukan harga kopi sehingga petani tidak pernah mendapatkan harga yang layak. Akan tetapi organisasi ini juga terkesan diam ditempat
karena kurangnya fasilitas dan dukungan dari pemerintah.
3. Otonomi daerah yang memberikan kebijaksanaan dalam penentuan harga
Pemberlakuan UU No.22 tahun 1999 mulai tahun 2000, menimbulkan dampak yang sangat besar bagi pemerintah daerah, karena dengan diberlakukannya undang-undang tersebut
maka pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengadakan pembangunan di daerahnya masing-masing.
4. Adanya perdagangan bebas yang membuat usaha tani kopi gayo dikenal
Perdagangan bebas merupakan peluang dalam memasarkan kopi, hal ini juga menuntut petani untuk memperbaiki kualitas kopi yang dihasilkan. Disamping itu, Gayo Lues telah
mempunyai jaringan ekspor, khususnya dengan negara negara eropa Khususnya jerman. Hal ini memberi peluang besar jika petani terus memperbaiki kualitas kopinya.
5. Perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Berkembangnya
teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan aksesibilitas terhadap informasi pasar bagi masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan budidaya, pengolahan serta pemasaran kopi,
teknologi dan informasi sangat dibutuhkan, seperti internet. Adanya internet memberi manfaat yang cukup besar bagi petani karena informasi mengenai harga kopi, racun pemberantas hama
Universitas Sumatera Utara
penyakit dan informasi pemasaran kopi dapat diakses dengan mudah. Telekomunikasi juga mempermudah petani untuk berkomunikasi dengan petani lainnya serta dengan pihak investor.
6. Adanya pasar yang tersedia untuk usaha tani kopi gayo
Permintaan atas kopi di Indonesia terus meningkat hal ini memberikan dampak positif kepada para pengusaha tani kopi. Terlebih kopi gayo dimana para eksportir di kabupaten gayo
lues yang berpusat ditakengon selalu melakukan pengeksporan. Berdasarkan keterangan dari salah satu pengekspor diTakengon mengatakan permintaan dari negara Jerman dan Taiwan terus
meningkat Hal ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa seharusnya usaha ini lebih didukung oleh pemerintah. Disamping itu jumlah kopi ekspor juga berfluktuatif, hal ini juga memberi
peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia.
B. Ancaman
Faktor – faktor ancaman merupakan bagian dari faktor – faktor eksternal dimana faktor ini dianggap sebagai ancaman yang dikemudian hari akan menjadi hambatan dalam
pengembangan usaha tani kopi arabika di Desa Cane baru. Adapun faktor faktor ancaman yang terdapat di Desa cane Baru adalah :
1. Adanya ketidakpastian iklim
Faktor alam memegang peranan penting dalam kegiatan usahatani dibidang pertanian. Oleh karena itu, ketidakpastian iklim global yang disebabkan oleh pemanasan bumi dan
terjadinya penebangan hutan, bencana alam dan kekeringan menjadi ancaman dalam kegiatan agribisnis kopi. Perubahan iklim di Gayo Lues ditandai dengan ketidakpastian antara musim
kemarau dan musim hujan. Perubahan iklim ini dapat mempengaruhi kopi yang sedang
Universitas Sumatera Utara
berbunga, bunga kopi berguguran akibat hujan deras dan angin kencang. Hal ini dapat
mempengaruhi tingkat produksi kopi. 2. Persaingan penerimaan kopi sejenis dari wilayah lain
Semakin banyaknya kopi yang dihasilkan oleh kabupaten lain menyebabkan konsumen mempunyai banyak pilihan dan terjadinya kelebihan penawaran di pasar yang menyebabkan
harga kopi tersebut rendah. 3. Persaingan penerimaan kopi tidak sejenis dari wilayah lain
Adanya penghasilan kopi robusta yang dihasilkan oleh kabupaten lain menyebabkan konsumen mempunyai banyak pilihan dan terjadinya kelebihan penawaran yang menyebabkan
harga kopi tersebut rendah. 4. Terdapat perubahan harga kopi
Petani sangat merasa terancam dengan harga kopi yang tidak menentu. Pada saat panen raya harga kopi turun, tetapi saat musim paceklik harga kopi menurun, sehingga pendapatan
petani menjadi menurun. Kopi di Kabupaten Gayo Lues juga tidak memiliki sertifikat sehingga
menjadi salah satu alasan mengappa harga kopi dapat berubah – ubah. 5. Pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat perbaikan yang mendasar dalam perekonomian Indonesia, juga berlaku di Kabupaten Gayo Lues sebagaimana dengan daerah
lainnya. Namun pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti, tingginya tingkat inflasi dan rendahnya nilai tukar rupiah merupakan ancaman yang dapat menghambat pelaksanaan Pengembangan
Agribisnis Kopi . Hal tersebut juga menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat sehingga
rendahnya produksi petani.
Universitas Sumatera Utara
6. Penegakan hukum dan perundangan yang tidak diketahui petani
Situasi keamanan dan politik yang tidak menentu bisa menjadi ancaman bagi pengembangan agribisnis kopi. Pemerintah harus memberikan penyuluhan kepada para petani
kopi agar mengetahui segala hukum yang ada dan peraturan – peraturan ..
5.4 Metode IFAS EFAS