BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Nama Alat Ukuran
Merck
Alat Vakum Fisons
Beaker Glass 100 ml
Pyrex Botol akuades
Buret 25 ml
Pyrex Chamber
Corong Corong penetes
50 ml Pyrex
Corong pisah 250 ml
Pyrex Erlenmeyer
250 ml Pyrex
Gelas ukur 10 ml , 25 ml
Pyrex Hotplate stirrer
Thermolyne Kertas Saring
Kondensor Pyrex
Labu leher dua 250 ml
Pyrex Labu takar
250 ml Pyrex
Neraca Analitis Mettler PM 480
Pengaduk magnetic Thermolyne
Rotarievaporator Heidolph
Statif dan Klem Tabung CaCl
2
Pyrex Tabung Iodine
Termometer 360
o
Fisher C
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Akuades -
Amilum p.a E’Merck
Asam Formiat 90 p.a E’Merck
Asam Klorida 37 p.a E’Merck
Asam Oksalat s p.a E’Merck
Asam Oleat p.a E’Merck
Asam Sitrat s p.a E’Merck
Asam Sulfat 98 p.a E’Merck
CaCl
2
p.a E’Merck Anhidrat
Dietil eter p.a E’Merck
Gliserol PT SOCI
Hidrogen Peroksida 30 p.a E’Merck
Iodin p.a E’Merck
Kalium Hidroksida pellet p.a E’Merck
Kalium Iodida p.a E’Merck
Metanol n-heksana
p.a E’Merck Natrium Hidroksida pellet
p.a E’Merck Natrium Sulfat Anhidrat
p.a E’Merck Natrium Tiosulfat
p.a E’Merck Nitrogen
PT Aneka Gas Fenolftalein s
p.a E’Merck
Universitas Sumatera Utara
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Reagen dan Standarisasi
3.3.1.1 Pembuatan Larutan KOH-Alkohol 0,5N
Ditimbang KOH sebanyak 7,0125 gram dan dilarutkan dengan alkohol dalam labu takar 250 mL sampai garis batas dan distandarisasi dengan menggunakan larutan
H
2
C
2
O
4
0,5N dan indikator fenolftalein.
3.3.1.2 Pembuatan Larutan KOH 0,5N
Ditimbang KOH sebanyak 4,5 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 250 mL sampai garis batas dan distandarisasi dengan menggunakan larutan H
2
C
2
O
4
0,5N dan indikator fenolftalein.
3.3.1.3 Pembuatan Larutan HCl 0,1N
Diukur sebanyak 2,07 mL larutan HCl 37 lalu diencerkan dengan akuades dalam labu takar 250 mL sampai garis batas dan distandarisasi dengan menggunakan larutan
Na
2
CO
3
0,1N.
3.3.1.4 Pembuatan Larutan H
2
C
2
O
4
0,1N
Ditimbang 1,575 gram H
2
C
2
O
4
.2H
2
O lalu dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
3.3.1.5 Pembuatan Larutan Indikator Fenolftalein 1
Ditimbang 1 gram fenolptalein dan dilarutkan dengan alkohol dalam labu takar 100 mL sampai garis batas.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1.6 Pembuatan Alkohol Netral
Ke dalam 200 mL alkohol 96 ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan ditetesi dengan larutan KOH 0,1N hingga menjadi larutan merah muda.
3.3.1.7 Pembuatan Larutan KI 10
Ditimbang 10 gram Kristal KI, dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis batas.
3.3.1.8 Pembuatan Larutan Na
2
S
2
O
3
0,1N
Ditimbang 6,25 gram Kristal Na
2
S
2
O
3
.5H
2
O, dilarutkan dengan akuades dan diencerkan dalam labu takar 250 ml sampai garais batas. Distandarisasi dengan
larutan K
2
Cr
2
O
7
0,1N menggunakan indikator amilum mengikuti titrasi secara iodometri.
3.3.1.9 Pembuatan Larutan KOH 0,1N
Dipipet 50 ml larutan KOH 0,5N kemudian diencerkan dengan akuades dalam labu takar 250 ml sampai garis batas. Distandarisasi dengan larutan H
2
C
2
O
4
0,1N menggunakan indikator fenolftalein.
3.3.1.10 Pembuatan Larutan Asam Sitrat 10
Ditimbang kristal sebanyak 10 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 mL sampai garis batas.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Pembuatan Monogliserida Oleat Campuran
Ke dalam labu leher dua dimasukkan 120 ml gliserol dan 1 gram NaOH pellet. Dirangkai alat refluks yang dilengkapi dengan tabung CaCl
2
. Kemudian dipanaskan sampai pada suhu 120
o
C sambil diaduk selanjutnya melalui corong penetes ditesteskan sebanyak 50 ml asam oleat secara perlahan- lahan. Direfluks pada suhu
200
o
C dalam keadaan vakum dengan gas N
2
selama 5 jam. Hasil reaksi didinginkan pada suhu kamar, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan diekstraksi dengan
75 ml dietil eter. Fase dietil eter ditambahkan dengan larutan asam sitrat 10 sebanyak 20 mL dan dicuci dengan akuades sebanyak 2 kali masing- masing sebanyak
10 ml. Kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotarievaporator. Hasil yang diperoleh dianalisis melalui analisis spektroskopi FT-IR, dilanjutkan analisis
KGC, bilangan iodine dan harga HLB.
3.3.3 Pembuatan Senyawa Gliseril 9,10- Dihidroksi Stearat
Ke dalam labu leher dua dimasukkan 30 ml HCOOH 90 dan 15 mL H
2
O
2
30 sambil diaduk.
Dirangkai alat refluks yang dilengkapi dengan tabung CaCl
2
. Kemudian ditambahkan 1 mL H
2
SO
4
p secara perlahan-lahan melalui corong penetes dan diaduk selama 1 jam pada suhu 40-45°C. Setelah itu ditambahkan 30 mL
monogliserida campuran melalui corong penetes dan direfluks kembali selama 2 jam pada suhu 40-45°C. Hasil refluks dimasukkan ke dalam corong pisah dan diamkan
selama 1 malam. Lapisan atas diekstraksi dengan 50 mL dietil eter, kemudian dicuci dengan NaOH 2N dan akuades sebanyak 2 kali masing- masing sebanyak 10 ml.
Lapisan eter dikeringkan dengan Na
2
SO
4
anhidrat dan disaring. Filtrat yang diperoleh dirotarievaporasi dan selanjutnya, hasil yang diperoleh dianalisis melalui analisis
spektroskopi FT-IR, dilanjutkan analisis bilangan iodin dan harga HLB.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Prosedur Analisis
3.3.4.1 Analisis Bilangan Penyabunan
Analisis ini dilakukan terhadap monogliserida oleat campuran dan gliseril 9,10- dihidroksi stearat.
Ditimbang ± 0,3 gram sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 25 mL larutan KOH-alkohol 0,5N kemudian dipanaskan hingga mendidih. Didinginkan
dan ditambah 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1N hingga warna merah muda hilang.
Dicatat volume HCl 0,1N yang terpakai dan dihitung bilangan penyabunan dengan rumus :
Vblanko – Vsampel x N HCl x 56,1 Bil.Penyabunan =
Massa sampel gr
3.3.4.2 Analisis Bilangan Asam
Analisis ini dilakukan terhadap monogliserida oleat campuran dan gliseril 9,10- dihidroksi stearat.
Ditimbang ± 0,3 gram sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 10 mL larutan isopropil alkohol. Erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastik dan
dipanaskan sampai mendidih. Larutan tersebut didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1N sampai terbentuk
warna merah muda. Dicatat volume KOH 0,1N yang terpakai dan dihitung bilangan asam dengan rumus :
V KOH x N KOH x 56,1 Bil.Asam =
Massa sampel gr
Universitas Sumatera Utara
3.3.4.3 Penentuan Harga HLB
Analisis ini dilakukan terhadap monogliserida oleat campuran dan gliseril 9,10- dihidroksi stearat.
Harga HLB dapat diperoleh dari bilangan asam dan bilangan penyabunan dari senyawa ester dengan menggunakan rumus :
S HLB = 20 1 –
A
Dimana : S = Bilangan penyabunan A = Bilangan asam
3.3.4.4 Analisis Bilangan Iodin
Analisis ini dilakukan terhadap monogliserida oleat campuran dan gliseril 9,10- dihidroksi stearat.
Ditimbang sampel sebanyak ± 0,3 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang bertutup, lalu ditambahkan 20 ml sikloheksana, kemudian dikocokdiguncang untuk
memastikan sampel telah benar-benar larut. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs ke dalamnya, kemudian ditutup dan dikocok agar campuran benar-benar bercampur.
Disimpan bahan tersebut dalam ruang gelap selama ± 30 menit. Diambil bahan tersebut dari tempat penyimpanan dan ditambahkan 25 ml larutan KI10 dan 150 ml
air. Dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
4
Dicatat volume Na 0,1N sampai warna kuning hampir hilang
kuning pucat. Ditambahkan 1-2 ml indikator amilum ke dalamnya dan dititrasi kembali sampai warna biru hilang.
2
S
2
O
4
Vblanko – Vsampel x N Na 0,1N yang terpakai dan dihitung bilangan iodin dengan
rumus :
2
S
2
O
4
Bil.Iodin = x 12,69
Massa sampel gr
Universitas Sumatera Utara
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Monogliserida Oleat Campuran
120 mL gliserol dimasukkan ke dalam labu leher dua
ditambahkan 1 gr NaOH pellet dirangkai alat refluks dilengkapi dengan
tabung CaCl
2
anhidrous dipanaskan sampai suhu 120
o
C sambil diaduk dengan magnetik stirer
ditambahkan 50 mL asam oleat melalui corong penetes direfluks kembali pada suhu 200
o
C dalam keadaan vakum dengan gas N
2
selama 5 jam campuran
didinginkan pada suhu kamar dimasukkan ke dalam corong pisah
diekstraksi dengan 75 mL dietil eter
lapisan atas lapisan bawah
ditambahkan asam sitrat 10 sebanyak 20 mL dicuci dengan aquadest sebanyak 2 kali
masing-masing 10 mL
lapisan atas lapisan bawah
diuapkan dengan rotarievaporator pada suhu 33
oC
hasil destilat
Analisa KGC Analisis HLB
Analisis FT-IR
Analisa Bil.Iodin
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Gliseril 9,10-dihidroksi Stearat
30 mL HCOOH 90 dimasukkan ke dalam labu leher dua
ditambah 15 mL H
2
O
2
30 setetes demi setetes
ditambahkan 1 mL H
2
SO
4
p setets demi setetes melalui corong penetes sambil diaduk
diaduk pada suhu 40-45
o
C selama 1 jam dirangkai alat refluks dilengkapi dengan
tabung CaCl
2
anhidrous
ditambahkan 30 mL monogliserida oleat campuran
campuran diaduk pada suhu 40-45
o
C selama 2 jam
didiamkan selama 1 malam lapisan atas
dimasukkan ke dalam corong pisah
lapisan bawah ditambah 50 mL dietil eter
dicuci dengan 10 mL NaOH 2N dicuci dengan aquadest sebanyak 2 kali
masing-masing 10 mL
lapisan atas lapisan bawah
dikeringkan dengan Na
2
SO
4
anhidrous disaring
filtrat residu
dirotarievaporasi hasil
Analisa FT-IR Analisa HLB
Analisa Bil.Iodin
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pembuatan Monogliserida Oleat Campuran
Esterifikasi asam oleat dengan katalis NaOH, dengan waktu reaksi selama 5 jam dalam temperatur 200°C menghasilkan monogliserida dan digliserida. Hasil analisis
melalui Kromatografi Gas Cair detektor FID Flame Ionization Detector, kolom DB- 5HT 15m x 0,25m dengan gas pembawa He, suhu injektor dan detektor 380°C
diperoleh kromatogram Gambar 4.1 dengan komposisi seperti pada Tabel 4.1 Hasil analisis FT-IR dari produk gliserolisis asam oleat dengan katalis NaOH
diperoleh spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3857 cm
-1
, 3371 cm
-1
, 3356 cm
-1
, 3091 cm
-1
, 2924 cm
-1
, 2854 cm
-1
, 2677 cm
-1
, 2360 cm
-1
, 2152 cm
-1,
2083 cm
-1
, 1735 cm
-1
, 1651 cm
-1
, 1458 cm
-1
, 1381 cm
-1
, 1242 cm
-1
, 1172 cm
-1
, 1118 cm
-1
, 1056 cm
-1
, 987 cm
-1
, 933 cm
-1
, 856 cm
-1
, 725 cm
-1
, 401 cm
-1
, 347 cm
-1
Gambar 4.2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Kromatogram hasil esterifikasi asam oleat dengan katalis NaOH
Gambar 4.2 Spektrum FT-IR hasil esterifikasi asam oleat dengan katalis NaOH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Persen komposisi hasil reaksi esterifikasi asam oleat dengan katalis NaOH
Komponen Kadar
Gliserol 1,1531
Ester 61,8124
Monogliserida
21,6774
Digliserida 11,972
4.1.2 Pembuatan Senyawa Gliseril 9,10-dihidroksi stearat
Pembuatan senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat campuran diperoleh melalui epoksidasi monogliserida campuran dengan asam performat yang dilanjutkan dengan
hidrolisis. Asam performat yang digunakan diperoleh dari reaksi antara HCOOH 90 dengan H
2
O
2
30 menggunakan katalis H
2
SO
4
p yang selanjutnya diikuti penambahan hasil gliserolisis yang direfluks pada suhu 40-45°C. Dalam hal ini, ikatan
π dari monogliserida campuran yang tidak jenuh akan membentuk cincin epoksida dan selanjutnya diikuti hidrolisis menghasilkan senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat.
Hasil analisis FT-IR dari produk gliseril 9,10 dihidroksi stearat campuran diperoleh spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3431 cm
-1
, 2924 cm
-1
, 2852 cm
-1
, 1735 cm
-1
, 1459 cm
-1
, 1173 cm
-1
, 722 cm
-1
Gambar 4.3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Spektrum FT-IR senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Monogliserida Oleat Campuran
Esterifikasi terhadap asam oleat dengan menggunakan katalis NaOH pada suhu 200°C menghasilkan campuran monogliserida dan digliserida. Hasil esterifikasi yang
dihasilkan dianalisa dengan spektroskopi FT-IR dan dilanjutkan analisis KGC untuk menghitung kadar dari monogliserida dan digliserida yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis FT-IR terhadap hasil gliserolisis asam lemak
menggunakan katalis NaOH diperoleh spektrum Gambar 4.2 dengan puncak
serapan pada bilangan gelombang 3371 cm
-1
sampai 3356 cm
-1
menunjukkan vibrasi stretching O-H pada monogliserida dan digliserida maupun gliserol yang tidak habis
bereaksi. Spektrum dengan puncak serapan pada bilangan gelombang 3091 cm
-1
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan vibrasi stretching =C-H alkena yang didukung oleh puncak serapan C=C pada bilangan gelombang 1651 cm
-1
. Pada bilangan gelombang 2924 cm
-1
dan 2854 cm
-1
menunjukkan vibrasi stretching C-H sp
3
asimetrik dan simetrik untuk -CH
2
- yang didukung oleh vibrasi bending C-H sp
3
pada bilangan gelombang 1458 cm
-1
dan 1361 cm
-1
. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1735 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C=O dari ester yang didukung oleh puncak serapan C-C=O-C pada bilangan
gelombang 1172 cm
-1
. Puncak serapan pada bilangan gelombang 725 cm
-1
menunjukkan adanya alkil rantai panjang –CH
2 n
dimana n ≥4.
Harga bilangan iodin dari senyawa monogliserida oleat campuran yang diperoleh
sebesar 79,01 lampiran F. Hasil penentuan harga HLB monogliserida oleat campuran adalah sebesar 9,08 lampiran G
Adapun reaksi dari pembuatan mono dan digliserida oleat adalah sebagai berikut :
H
3
C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
-C O
OH Asam Oleat
OH OH
OH Gliserol
NaOH
OH OH
O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O OH
OH ONa
H
2
O
OH OH
ONa Natrium Gliserolat
Natrium Gliserolat
NaOH
Gliseril Monooleat
Universitas Sumatera Utara
2H
3
C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
-C O
OH Asam Oleat
OH OH
OH Gliserol
2NaOH
OH O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O OH
ONa ONa
2H
2
O
OH ONa
ONa Natrium Digliserolat
Natrium Gliserolat
2NaOH
Gliseril Dioleat O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O
Gambar 4.4 Reaksi esterifikasi asam oleat menggunakan katalis NaOH
4.2.2 Pembuatan senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat.
Monogliserida campuran yang diperoleh selanjutnya diepoksidasi dengan asam performat, kemudian dilanjutkan dengan reaksi hidrolisis sehingga dihasilkan senyawa
gliseril 9,10-dihidroksi stearat.
Asam formiat dan hidrogen peroksida direaksikan membentuk senyawa performat dengan bantuan katalis H
2
SO
4
p, selanjutnya diikuti penambahan monogliserida oleat campuran dan direfluks pada suhu 40-45°C selama 2 jam. Dalam
hal ini, ikatan π dari monogliserida oleat campuran yang tidak jenuh pada atom C
9,10
akan membentuk cincin epoksida dan selanjutnya dihidrolisis menghasilkan senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil FT-IR terhadap hasil epoksidasi dan hidrolisis dari
monogliserida campuran diperoleh spektrum Gambar 4.3 dengan puncak serapan
pada bilangan gelombang 3431 cm
-1
yang merupakan serapan khas gugus OH. Pada daerah ini, sebelum diepoksidasi belum ditemui puncak serapan tersebut dan yang
ditemui adalah pada daerah 3091 cm
-1
C-H sp
2
serta pada daerah 1651 cm
-1
C=C yang menunjukkan bahwa masing-
masing ikatan π pada monogliserida oleat campuran telah dioksidasi dan berubah menjadi bentuk diol. Pada bilangan gelombang
2924 - 2852cm
-1
dan menunjukkan serapan khas dari vibrasi stretching C-H sp
3
yang didukung oleh puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 1459 – 1415 cm
-1
yang menunjukkan serapan khas dari vibrasi bending C-H sp
3
. Pada bilangan gelombang 1735 cm
-1
menunjukkan serapan khas gugus karbonil C=O dan bilangan gelombang pada daerah 1173 cm
-1
menunjukkan serapan khas gugus C-O-C yang menunjukkan adanya ester.
Senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat memiliki bilangan iodin sebesar 30,74. Penurunan bilangan iodin ini menunjukkan adanya penurunan ikatan rangkap dan
terjadi reaksi oksidasi terhadap ikatan rangkap atom C
9,10
pada senyawa gliseril oleat, serta didukung oleh kenaikan harga HLB dari senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat
menjadi 11,02.
Universitas Sumatera Utara
Adapun reaksi dari pembuatan gliseril 9,10-dihidroksi stearat adalah sebagai berikut :
1.
H-C-OH O
Asam Formiat H
2
O
2
Hidrogen Peroksida H
2
SO
4
H-C-O-OH O
Asam Performat H
2
O
H-C-O-OH O
Asam Performat OH
OH O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O
Gliseril Monooleat
OH OH
O O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
O
Epoksida H-C-OH
O
OH OH
O O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
OH HO
Gliseril mono 9,10 dihidroksi stearat H
2
O
Universitas Sumatera Utara
2.
H-C-OH O
Asam Formiat H
2
O
2
Hidrogen Peroksida H
2
SO
4
H-C-O-OH O
Asam Performat H
2
O
2H-C-O-OH O
Asam Performat OH
O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O
Gliseril Dioleat
OH O
O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
O
Epoksida H-C-OH
O
OH O
O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
OH HO
Gliseril di 9,10 dihidroksi stearat H
2
O O-C-CH
2 7
-CH=CH-CH
2 7
CH
3
O
O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
O O-C-CH
2 7
-CH-CH-CH
2 7
CH
3
O OH
HO
Gambar 4.5 Reaksi epoksidasi dan hidrolisis monogliserida campuran
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat campuran dapat disintesis dari asam
oleat melalui reaksi esterifikasi, epoksidasi yang diikuti dengan hidrolisis. 2.
Harga HLB dari senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat campuran adalah sebesar 11,02 dan dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi ow.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memisahkan monogliserida dan
digliserida yang diperoleh. 2.
Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan sintesis poliol dengan menggunakan variasi asam lemak dan bahan pengoksidasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oleokimia
Oleokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang proses pengolahan asam lemak dan gliserol serta derivatnya, baik yang dihasilkan dari
minyak atau lemak maupun hasil sintesis dari produksi etilena dan propilena secara industri petrokimia.
Oleokimia mencakup pengertian sebagai proses pembuatan asam lemak dan turunannya serta proses pengolahannya dari berbagai reaksi sintesis kimia, sehingga
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia Richtler, et al , 1984.
Oleokimia alami merupakan senyawa kimia yang berasal dari minyak dan lemak tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dengan cara saponifikasi diikuti hidrolisis
sehingga menghasilkan asam lemakbebas dan gliserol. Dari asam lemak ini, dapat dibuat turunan asam lemak seperti alkohol asam lemak, amina asam lemak dan lain-
lain. Sedangkan oleokimia sintesis berasal dari petrokimia, misalnya pembuatan alkohol asam lemak dari etilena serta gliserol dari propilena Austin, 1985.
Bahan oleokimia yang dihasilkan dari produk petrokimia yang diolah dari hasil minyak bumi dan gas alam merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga diperkirakan tidak dapat bersaing dengan bahan yang berasal dari hasil pertanian yang dapat diperbaharui. Hingga saat ini, umumnya sebagian produk
oleokimia digunakan sebagai surfaktan pada produk-produk kosmetika, obat-obatan, makanan serta produk pencuci dan pembersih Richtler, et al , 1984.
Universitas Sumatera Utara
Diagram alir dari oleokimia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Diagram alur Oleokimia
Bahan Dasar
Bahan Dasar Oleokimia Turunan Oleokimia
Minyak Lemak
Asam Lemak Amida Asam Lemak