Faktor-faktor psikologi yang mempenagruhi prestasi balajar SMA Hang Tuah 1 Jakarta

(1)

JAKARTA

Disusun Oleh :

Asril

103070029083

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

Ubahlah Pikiran Anda

Bila anda mengubah pikiran anda

Anda mengubah keyakinan diri anda

Bila anda mengubah keyakinan diri anda

Anda mengubah harapan-harapan anda

Bila anda mengubah harapan-harapan anda

Anda mengubah sikap anda

Bila anda mengubah sikap anda

Anda akan mengubah tingkah laku anda

Bila anda mengubah tingkah laku anda

Anda mengubah kinerja anda

Bila anda mengubah kinerja anda

Anda telah mengubah nasib anda

Bila anda mengubah nasib anda

Anda telah mengubah hidup anda


(3)

iii

ABSTRAK

(A)Fakultas Psikologi (B)Juni 2011

(C)Asril

(D)Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta

(E)Halaman : x + 61 halaman + lampiran

(F)Prestasi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005), adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar menurut Wuryani (2002) adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil penilaian belajar. Didalam penelitian Umar (2002), disebutkan banyak faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya intelegensi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran namun pada penelitian ini hanya mengambil tiga dari beberapa faktor yaitu : Self Efficacy, Motivasi Belajar dan Konsep Diri.

Penelitian kuantitatif dengan studi korelasional ini melibatkan 111 orang responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik sampling jenuh. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini Untuk variabel Motivasi belajar dan self efficacy, disusun menggunakan skala Likert dengan 4 katagori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) / menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavourable). Sedangkan untuk Konsep Diri disusun menggunakan skala semantik diferensial dengan 6 kategori pilihan jawaban, dimana responden menjawab sesuai dirinya.

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 111 orang siswa kelas X, Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi didapatkan hasil signifikansi yang berbeda pula dalam variabel Self Efficacy,

Motivasi belajar dan Konsep Diri.

Indeks signifikansi self efficacy sebesar 0,320 > 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy dengan prestasi belajar. Indeks signifikansi motivasi belajar sebesar 0,007 < 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. Indeks signifikansi konsep diri sebesar 0,002 < 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep diridengan prestasi belajar siswa.

Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan cakupan populasi yang lebih luas lagi. Selain meyertakan aspek lain yang berkaitan dengan ketiga variabel yang mungkin dapat menjelaskan hasil penelitian yang tidak signifikan.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya.

Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terima kasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi dan para Pembantu Dekan, serta bapak Miftahuddin, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik.

2. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si sebagai pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam proses

pembelajaran, terima kasih untuk semua ilmu yang telah diberi.

4. Untuk Ibuku yang tiada hentinya memberi segala kasih, sayang, cinta juga do’a yang tulus kau beri semenjak dalam rahim hingga selesai skripsi ini, hingga nanti, tiada waktu yang bisa menghalangi. Dan Apah, terima kasih atas usaha dan semangat mu. Serta kakak-kakaku, Etek, Ana Iyet, kak Yuli


(5)

v

dan bang Yadi terima kasih atas segala dukungan baik materil maupun non materil.

5. Kepala sekolah, staf pengajar dan seluruh staf tata usaha SMA Hang Tuah 1 Jakarta. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

6. Dr Komariah, atas segala dukungan, kesabaran dan do’a yang diberikan, hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Keluarga alm AL Edi Agus M, yang telah memberikan kehangatan keluarga serta dukungan juga do’a, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Khususnya Ari murti terima kasih untuk printernya.

8. Ma’mun, Adang, Yoga, Joni, Dedy, Ary, Angga, Fiqih, Faqih, Ibnu, Awink, Zora, Litha, Indah, terima kasih. Seolah-olah diriku tercipta hanya untuk mengenal kalian. Dan seluruh mahasiswa angkatan 2003, senang menjadi salah satu dari angkatan itu. Juga Adiyo terima kasih atas segala bantuannya. 9. Bang ipul, Monty dan Nonon, terimakasih atas semangat yang telah kalian beri. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.” You are the best friends"

10. Untuk penghuni kos Villa Siliwangi, terima kasih atas dukungannya salama ini.

11. Terima Kasih kepada seluruh siswa-siswi SMA Hang Tuah 1 Jakarta. Khususnya siswa-siswi kelas X yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai.

Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat diperbaiki dan penulis dapat melakukan penyusunan tugas akhir pada pendidikan selanjutnya berupa tesis dan disertasi. Insya Allah. Amin.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2011 Penulis


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Motto... ii

Abstraks... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan danPerumusan Masalah... 7

1.2.1 Batasan Masalah... 7

1.2.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 10

1.4 Sistematika Penulisaan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Prestasi Belajar ... 12

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar... 12

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 14

2.1.3 Pengukuran prestasi Belajar ... 16

2.2 Self Efficacy... 17

2.2.1 Pengertian Self Efficacy ... 17

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy... 18

2.2.3 Dimensi Self Efficacy... 21


(7)

vii

2.3 Motivasi Belajar ... 23

2.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 23

2.3.2 Aspek-aspekyang mempengaruhi Motivasi Belajar ... 24

2.4 Konsep Diri... 25

2.4.1 Pengertian Konsep Diri... 25

2.4.2 Komponen Konsep Diri ... 26

2.4.3 Perkembangan Konsep Diri ... 28

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri .. 30

2.5 Kerangka Berfikir... 31

2.6 Hipotesis Penelitian... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 36

3.2 Populasi dan Sample ... 36

3.2.1 Populasi... 36

3.2.2 Sample ... 37

3.3 Variabel Penelitian... 37

3.4 Definisi Konseptual Variabel... 37

3.5 Definisi Operasional Variabel... 38

3.6 Pengumpulan Data... 40

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data... 40

3.6.2 Instrumen Penelitian ... 41

3.7 Uji Instrument... 42

3.8 Prosedur Penelitian ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENILITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penilitian ... 45


(8)

viii

4.2.1 Pengujian Regresi Variabel penelitian... 47

4.2.2 Pengujian proporsi varians untuk masing-masing independent variable... 49

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 53

5.2. Diskusi ... 54

5.3. Saran... 56

5.3.1 Saran Metodologis... 57

5.3.2 Saran Praktis... 57

Daftar Pustaka LAMPIRAN


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006).

Arti belajar itu sendiri yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,1991). Dalam hal ini untuk memperoleh suatu perstasi yang berkualitas, bisa diukur dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik..

Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan


(10)

perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut (Alisuf,2001).

Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005),adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir.

Prestasi belajar menurut Wuryani (2002) adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil penilaian belajar. Sedangkan menurut Maslow (dalam Sudarmanto,2000), prestasi belajar adalah sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu, hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi, biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan. Tingkat prestasi siswa secara umum dapat dilihat pencapaian (penguasaan) siswa terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% yang dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2000: 18).

Menurut Muhibbinsyah (2003), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, secara garis besarnya dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu :


(11)

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis).

2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan, baik sosial dan non sosial dan faktor instrumental (M.Alisuf,2001).

Didalam Umar (2002) menyebutkan banyak faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar, antaranya intelegensi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran. Namun dipenelitian ini hanya mengambil tiga dari banyaknya faktor psikologis tersebut, yaitu self efficacy, motivasi belajar dan konsep diri.

Menurut Bandura (1986), self efficacy merupakan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan situasi yang spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan dengan didasarkan pada sejumlah tujuan (goal).

Sedangkan Branden (dalam Ratna jatmika, 1996) self efficacy adalah keyakinan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Keyakinan dalam dasar efficacy seseorang adalah kemampuan individu untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan apa yang diperlukan untuk mendapatkan tujuan, sebagai kesuksesan yang tergantung pada usaha-usaha individu itu sendiri. Self efficacy bukanlah keyakinan bahwa individu tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi keyakinan bahwa individu mampu memikirkan, menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Self efficacy adalah keyakinan apa yang menjadi mungkin bagi individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta mendapat kesuksesan ( Ratna jatmika, 1996).


(12)

Siswa yang memilki self efficacy yang tinggi akan mendapatkan hasil prestasi yang tinggi pula, demilkian pula sebaliknya jika self efficacy rendah maka hasil prestasi belajar akan rendah juga.

Selain itu, Wlodkowski dan Jaynea (dalam Arini, 2004) menambahkan bahwa motivasi belajar juga memiliki pengaruh pada prestasi belajar, menurut Wlodkowski dan Jaynea motivasi belajar merupakan sebuah nilai dan hasrat untuk belajar. Sedangkan menurut Sadirman (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

Motivasi belajar (Sardiman, 2004), mempunyai fungsi untuk :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Djamarah (2002), motivasi belajar dibagi dua macam yaitu: a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.


(13)

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi,

diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.

Hurlock (1980) juga menjelaskan bahwa konsep diri juga berpengaruh pada prestasi belajar, hal ini dapat dilihat dari penjelasannya tentang konsep diri yang diartikan yaitu gambaran seseorang tentang dirinya, gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakter fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Menurutnya pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya dimasa lalu dan pada saat sekarang ini. Setiap individu mempunyai konsep diri yang sesungguhnya adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu.

Dalam penelitian ini , penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada SMA Hang Tuah 1 Jakarta. SMA Hang Tuah 1 Jakarta, berdiri pada tahun 1989 melalui SKep Mendikbud No. 484/I01.A/I/8 dibawah naungan Yayasan Hang Tuah, berlokasi di Komplek Seskoal Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pada tahun 1997, SMA Hang Tuah 1 diresmikan oleh Kepala Staf TNI AL ketika itu Bp. Laksamana Arif Kusharyadi. Pada tahun 1999 , SMA Hang Tuah 1 Jakarta, berhasil meraih akreditasi dari Depdiknas dengan status DISAMAKAN. Tidak itu saja pada tahun 2005 SMA Hang Tuah 1 Jakarta kembali berhasil meraih akreditasi dengan peringkat : terakreditasi A


(14)

(peringkat 11 dari 174 sekolah yang diakreditasi di DKI Jakarta tahun 2005). SMA Hang Tuah 1 Jakarta juga berhasil meraih hasil supervisi/akreditasi kegiatan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri dengan predikat Sekolah Standar Nasional Kategori III. Dengan skor 86,00. (staf pengajar SMA Hang Tuah 1 Jakarta,2003).

SMA Hang Tuah 1 Jakarta adalah sekolah menengah atas (SMA) yang berciri khas kedisiplinan, agama dan keterampilan yang diselenggarakan oleh yayasan Hang Tuah yang bernaung dibawah Angkatan Laut (AL) yang standarisasinya sama dengan sma-sma yang dibawahi Depdiknas. Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling di sekolah tersebut (Dra.Idawati). Nilai plus yang ada pada SMA Hang Tuah 1 Jakarta terletak pada kedisiplinan dan pendidikan agama Islam dan diberlakukan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas dan disiplin, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya.

Oleh karena itu peneliti mengambil variabel yang ada dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu : (1) self efficacy (2) motivasi belajar dan (3) konsep diri, dimana setiap variabel itu terdapat indikator-indikator yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi


(15)

rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut di atas.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Faktor-faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA HANG TUAH 1 Jakarta

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Batasan Masalah

Untuk menghindari kesimpangsiuran persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Prestasi belajar adalah merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut (Chaplin, 2002). Dalam hal ini adalah nilai raport.

2. Self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan untuk

menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan (Alwisol, 2004). Dalam penelitian ini dimensi self efficacy terdiri dari: tingkat kesulitan tugas, luas bidang tingkah laku dan tingkat kekuatan keyakinan.

3. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai (Sardiman, 2004). Dalam penelitian ini motivasi belajar terdiri dari: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.


(16)

4. Konsep diri adalah gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa kita yang kita inginkan (Burns, 1993). Dalam penelitian ini konsep diri terdiri dari: sifat diri, sifat sosial dan peranan sisial.

5. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Hang Tuah 1 Jakarta. 1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari sel efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca buku dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari usia terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?


(17)

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab dari apa yang ada dirumusan masalah, yaitu :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

4. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

5. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari usia terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

6. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

7. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.


(18)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan literatur yang bermanfaat pada dunia psikologi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa.

1.4. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian prestasi belajar statistika, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian. BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.


(19)

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.


(20)

BAB 2

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dipaparkan tentang Pengertian Prestasi Belajar, Teori Prestasi Belajar, Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar,

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005),adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir.

Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Di dalam bidang pendidikan siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi belajar didalam kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes (Dhona, 2001).

Didalam penelitian R. Gunawan Sudarmanto, (2007). Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil


(21)

penilaian belajar (Wuryani, 2002). Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

Didalam penelitian Alisa Rizca Puspita, (2007), pengertian prestasi belajar dipisah menjadi dua kata yaitu, Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002) adalah

“hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Sedangkan kata Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985) adalah “suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti assessment atau penilaian dan evaluasi.

Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar itu adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010). Atau singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil belajar.


(22)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Djamarah (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi dalam dua macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri pelajar) dan factor eksternal (faktor dari luar diri pelajar). Penjabaran dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor dari dalam yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor fisiologis atau jasmani dan faktor psikologis

2) Faktor Eksternal

Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor lingkungan, Instrumen, Faktor lingkungan fisik dan factor lingkungan spiritual atau kegamaan.

Menurut Surakhmad (1994), latihan soal juga menentukan keberhasilan. Latihan soal adalah satu metode pembelajaran untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan terhadap apa yang dipelajari dan dilakukan berulang kali dan terus menerus, karena hanya dengan melakukannya secara teratur, pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan disiapsiagakan (Surakhmad, 1994).

Sedangkan Roestiyah (2001), mengartikan latihan soal adalah suatu teknik yang diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

Hamalik, (2001) menambahkan lingkungan belajar memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan


(23)

kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal (Hamalik, 2001).

Slameto, (2003) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyanti, 1992). Adapun lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang berada disekitar siswa yaitu rumah (keluarga) dan sekolah. Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak (Hamalik, 2001). Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa (Slameto, 2003).

Demikian juga dengan lingkungan sekolah, kondisi lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman dan keharmonisan diantara semua personil sekolah (Hakim, 2002). Aspek lingkungan sekolah menurut Slameto,(2003) meliputi:

(1) Relasi guru dan siswa, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar,


(24)

(2) Relasi siswa dengan siswa, Bila di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat, maka jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak tampak,

(3) Sarana belajar, Sarana belajar yang cukup memadai membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, dan

(4) Disiplin sekolah, Peraturan sekolah yang tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan siswa dalam menjalankan kegiatan belajar.

2.1.3 Pengukuran Prestasi Belajar

Dibawah ini adalah cara pengukuran prestasi belajar menurut penelitian sebelumnya;

1. Lalonde dan Gardner (2003) mengukur prestasi belajar dengan tiga pengukuran, yaitu dua kali ujian tertulis seperti biasa dan dengan kuis.

2. Nasser (2004) ia mengukur prestasi belajar dengan menggunakan tiga komponen, yaitu : skor pada kuis, skor uts (mid-term), dan terakhir ujian akhir / UAS (final exam).

3. Galli, Ciancaleoni, Chiesi, Primi (2007), menggunakan pengukuran yang agak berbeda yaitu dengan tes tertulis dimana didalamnya ada tiga pertanyaan pemecahan masalah beserta enam pertanyaan terbuka dan tertutup, dan juga menggunakan verbal test (seperti tanya jawab lisan) kedua-duanya dijadikan nilai akhir prestasi belajar.

Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran prestasi belajar berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat ukur


(25)

prestasi belajar, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut hemat peneliti tidak perlu lagi untuk menyusun secara baku alat ukur prestasi belajar sebab tentu alat ukur tersebut dibuat sesuai dengan nilai hasil raport yang diberikan, namun sejauh pengukuran tersebut menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang instrument pengukuran prestasi belajar statistika, maka akan peneliti paparkan di Bab 3 pada sub-bab instrument pengumpulan data.

2.2. Self Efficacy

2.2.1 Pengertian Self Efficacy

Branden (dalam Ratna jatmika, 1996), mengartikan self efficacy adalah keyakinan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Keyakinan dalam dasar efficacy seseorang adalah kemampuan individu untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan apa yang diperlukan untuk mendapatkan tujuan, sebagai kesuksesan yang tergantung pada usaha-usaha individu itu sendiri. Self efficacy bukanlah keyakinan bahwa individu tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi keyakinan bahwa individu mampu memikirkan, menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Self efficacy adalah keyakinan apa yang menjadi mungkin bagi individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta mendapat kesuksesan ( Ratna jatmika, 1996).

Sedangkan menurut Bandura (1986), self efficacy merupakan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan situasi yag spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan


(26)

dengan didasarkan pada sejumlah tujuan (goal). Bandura menyebutkan bahwa self efficacy atau keyakinan diri dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil atau dengan kata lain, self efficacy adalah persepsi diri mengenai seberapa bagus fungsi diri dalam situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan (Alwisol, 2004). Jadi self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan.

Agar tercapai hasil yang diinginkan, individu perlu berperan aktif dan lebih tekun dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Besarnya peran yang dilakukan tergantung seberapa besar keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan dan tugas yang dibebankan. Tingkat keyakinan seperti inilah yang dinamakan Bandura sebagai self efficacy.

Sedangkan menurut Wilhite (1990) Self Efficacy adalah “....the extent to which someone belief that they control the outcome of their attemps” (Wilhite 1990: 696). Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah kenyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas dalam situasi tertentu untuk mencapai hasil tertentu.

2.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Frank Pajares (2000) faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap keyakinan self efficacy adalah

a. Hasil atau prestasi yang pernah dicapai individu adalah sumber yang paling mempengaruhi self efficacy. Individu akan mengukur dampak dari tindakan mereka


(27)

dan interpretasi ini akan membantu menciptakan keyakinan efficacy individu. Kesuksesan akan meningkatkan self efficacy individu dan kegagalan akan menurunkan self efficacy individu.

b. Pengalaman yang dialami orang lain. Pengalaman yang dialami orang lain merupakan sumber self efficacy yang lebih lemah dibandingkan hasil atau prestasi yang pernah dicapai individu. Akan tetapi apabila individu merasa tidak yakin mengenai kemampuannya ataupun hanya mempunyai pengalaman yang terbatas, individu akan lebih sensitif untuk melakukan suatu tindakan.

c. Persuasi verbal yang disampaikan orang lain, persuasi ataupun dorongan yang disampaikan orang lain terhadap seorang termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk pernyataan verbal, merupakan sumber efficacy yang lebih lemah dibanding hasil atau prestasi yang pernah dicapai dan pengalaman yang dialami orang lain. Akan tetapi persuasi ini bagaimanapun juga mempunyai peran yang penting dalam mengembangkan keyakinan diri individu.

d. Bentuk-bentuk reaksi fisiologis, bentuk-bentuk reaksi emosional dan fisiologis seperti: kecemasan, stres, keterbangkitan secara fisik maupun emosional dan kelelahan, juga akan memberikan informasi mengenai self efficacy.

Sangat penting untuk dinyatakan bahwa sumber-sumber self efficacy di atas tidak akan langsung merubah pertimbangan kompetensi individu akan menginterpretasikan hasil-hasil yang pernah dicapai, dan interpretasi ini memberikan informasi sebagai dasar putusan tindakan berikutnya. Informasi ini akan digunakan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan efficacy, dan aturan yang digunakan untuk mengintegrasikan informasi tersebut dengan didasarkan pada interpretasi tadi. Jadi, seleksi, integrasi dan


(28)

interpretasi serta pengumpulan informasi tersebut akan mempengaruhi pertimbangan self efficacy (Pajares, 2000).

Tinggi rendahnya self efficacy seseorang dalam setiap tugas sangat bervariasi. Ini disebabkan karena ada beberapa faktor, menurut Bandura dalam Ari Wibowo (1997) self efficacy dapat terbentuk dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Sifat tugas yang dihadapi, sifat tugas dalam hal ini adalah tingkat kesulitan dan kompleksitas tugas yang dihadapi. Semakin kompleks dan sulit tugas yang dihadapi individu, semakin rendah self efficacy dalam tugas tersebut. Menurut Telfer dan Biggs (1988) menyatakan derajat kompleksitas bagi setiap orang adalah bersifat relatif. Ini bergantung dari kemampuan orang dalam memproses informasi yang diterima. b. Insentif eksternal atau reward yang diterima individu dari orang lain jika individu

berhasil menguasai atau menyelesaikan tugas tertentu. Semakin besar insentif atau reward yang diperoleh seseorang dalam penyelesaian tugas, semakin tinggi derajat self efficacy-nya

c. Status atau peran individu dalam lingkungan. Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi dalam kelompoknya akan mempunyai derajat kontrol yang lebih besar pula, sehingga memiliki tingkat self efficacy yang lebih tinggi. Seorang pemimpin cenderung memiliki derajat self efficacy yang lebih tinggi dari bawahannya.

d. Informasi kemampuan diri, self efficacy akan meningkat jika individu mendapat informasi yang positif tentang kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya self efficacy cenderung akan menurun jika individu menerima informasi yang negatif tentang kemampuan dirinya.


(29)

2.2.3. Dimensi self efficacy

Dalam pengukuran terhadap tingkat self efficacy individu, berdasarkan pada beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting bagi perilaku. Menurut Bandura dalam Sophi (2006) dalam menilai tingkat self efficacy seseorang dapat melalui tiga dimensi yaitu:

1. Tingkat kesulitan tugas

yaitu derajat kesulitan tugas yang mampu dilakukan seseorang. Seseorang mampu melaksanakan tugas mulai dari yang mudah, agak sulit, dan tugas yang sulit. Penilain setiap individu akan berbeda-beda, ada individu yang memiliki self efficacy yang tinggi pada tugas yang bersifat mudah dan sederhana, dan ada pula individu yang mempunyai self efficacy yang tinggi pada tugas yang sulit sekalipun.

2. Luas bidang tingkah laku

Yaitu situasi dari pelaksanaan tugas yang disetai oleh perasaan yakin akan kemampuan dirinya. Dan seseorang terkadang merasa yakin kemampuan dirinya hanya pada bidang aktifitas dan situasi tertentu, atau dalam serangkaian aktifitas dan situasi yang bervariasi.

3. Tingkat kekuatan keyakinan

Yaitu kekuatan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya, yang dapat tercemin melalui besarnya daya tahan dalam menghadapi hambatan saat melaksanakan tugas.


(30)

2.2.4. Fungsi self efficacy

Besarnya keyakinan seseorang untuk dapat mengatasi situasi tertentu sangat berpengaruh terhadap perilaku yang akan ditampilkan seseorang. Bandura (1986) mendefinisikan beberapa fungsi dari self efficacy, yaitu:

a. Untuk menentukan pilihan tingkah laku. Orang akan cenderung akan melakukan tugas tertentu di mana ia merasa memiliki kemampuan yang baik untuk menyelesaikannya. Jika seseorang memiliki keyakinan diri yang besar bahwa ia mampu mengerjakan tugas tertentu, maka ia akan lebih memilih mengerjakan tugas tersebut dari pada tugas yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa self efficacy juga menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku yang nantinya akan menentukan performa seseorang dalam melakukan tugasnya.

b. Sebagai penentu besarnya usaha dan daya tahan dalam mengatasi hambatan atau pengalaman aversif. Bandura (dalam Stenberg,1990) mengatakan bahwa self efficacy menentukan berapa lama individu dapat bertahan dalam mengatasi hambatan dan situasi yang kurang menyenangkan. Self efficacy yang tinggi akan menurunkan kecemasan yang menghambat penyelesaian tugas, hingga mempengaruhi daya tahan individu dan akan menunjukkan usaha yang lebih keras lagi.

c. Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional. Self efficacy akan mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu dalam menghadapi situasi saat ini dan mengantisipasi situasi yang akan datang. Orang yang self efficacy rendah selalu menganggap dirinya tidak mampu menangani situasi yang dihadapinya dan menganggap dirinya tidak berkompeten serta menganggap kegagalan merupakan akibat dari ketidakmampuannya. Sebagai prediksi tingkah laku selanjutnya. Individu


(31)

yang memiliki self efficacy yang tinggi memiliki minat dan keterlibatan yang tinggi dan lebih baik dengan lingkungannya. Demikian juga dalam menghadapi tugas mereka lebih aktif untuk menyelesaikannya. Sedangkan sebaliknya individu dengan self efficacy rendah cenderung lebih pemalu dan kurang terlibat dalam tugas yang dihadapi daripada berusaha merubah keadaan.

d. Sebagai penentu kinerja (performance) selanjutnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandura (1986) menunjukkan bahwa self efficacy secara signifikan mempengaruhi kinerja yang ditampilkan seseorang dalam menghadapi tugas tertentu. 2.3. Motivasi Belajar

2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar menurut Sardiman (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

Sedangkan menurut Uno (2007) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang edang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.

Terdapat dua macam motivasi menurut Djamarah (2002), yaitu: a. motivasi intrinsik


(32)

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri inividu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b. motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi bekajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajanya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya.

2.3.2. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2006), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu:

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala

hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya.

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanyadorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman- eman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain.


(33)

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan orang lain (kompetisi).

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaanpertanyaan dari guru dan lain-lain, karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu.

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguhsungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.

2.4. Konsep Diri

2.4.1 Pengertian Konsep Diri

Pengertian konsep diri yaitu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. (Burns, 1993).

Sedangkan Fisher (1973), menyatakan konsep diri adalah bagaimana individu tersebut menggambarkan dirinya sendiri baik secara fisik dan kemampuan yang dimilikinya, serta bagaimana dia bersikap terhadap masyarakat sekitarnya.


(34)

Hurlock (1980) juga menambahkan bahwa konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya. Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Menurutnya pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya dimasa lalu dan disaat sekarang ini. Setiap individu mempunyai konsep diri yang sesungguhnya adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu.

2.4.2. Kompenen Konsep Diri

Fisher (1973) menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai tiga kompenen yaitu :

1. Sifat diri yaitu bagaimana cara individu melihat fisiknya dan kemampuannya sendiri.

2. Sifat sosial yaitu bagaimana individu tersebut menilai dirinya sendiri bersikap terhadap orang lain. Melingkupi sikap ramah, assertive dan tulus.

3. Peranan sosial yaitu bagaimana individu tersebut berperan dalam lingkungannya, mencakupi keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Sedangkan Cooley (dalam Fitts, 1971) mengungkapkan bahwa konsep diri mempunyai tiga elemen dasar yaitu :

1. Imaginasi dari penampilan kepada orang lain.

2. Imaginasi dari penilaian orang lain dari penampilan.


(35)

Kemudian Mead (dalam Fitts, 1971) menggambarkan gabungan konsep diri dari sudut interaksi sosial. Teori dari Mead mengajukan bahwa individu akan menyusun diri mereka sebagaimana lingkungan menilai mereka. Dan kemudian mereka akan menjaga perbuatan mereka dalam aturan-aturan.

Kich (dalam Fitts, 1971) Memberikan dari teori umum tentang konsep diri dalam satu kalimat “konsep individu dari diri mereka muncul dari interaksi sosial dan mengikutinya, membimbing ataupun mempengaruhi tingkah laku dari individu tersebut”.

Fitts (1971) mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Fitts (1971) memandang diri sebagai dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Konsep diri merupakan sesuatu yang majemuk di mana bagian yang satu saling terkait dengan yang lainnya.

a. Dimensi Internal

adalah suatu dimensi di mana individu melihat dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan dimensi dalam melakukan pengamatan dan penilaian terhadap identitas diri. Tingkah lakunya serta kepuasan dirinya.


(36)

1 Identity self dalam bagian ini terdapat label dan simbol yang dipakai untuk menggambarkan diri sendiri atas pertanyaan “siapakah diri saya?”. Label atau simbol itu berasal dari dirinya sendiri atau bisa juga didapat dari orang lain.

2 Behavior self merupakan persepsi orang terhadap perilaku dan tindakan yang telah diambilnya.

3 Judging self lebih berkaitan dengan self esteem, bagian dari diri yang menjalankan fungsi sebagai pengamat, pemberi nilai-nilai standar, perbandingan yang paling utama adalah sebagai penilaian diri sendiri.

b. Dimensi Eksternal

Dimensi eksternal dari diri menyangkut pentingnya keadaan individu dalam mengadakan hubungan interpersonal. Dimensi eksternal ini terdiri dari diri fisik (physical self), diri moral (moral ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga (familial self) dan diri sosial (social self).

2.4.3. Perkembangan Konsep Diri

Para ahli sependapat bahwa konsep diri bukan lah bawaan dari lahir. Seorang anak yang baru lahir belumlah menyadari dirinya dan lingkungannya. Hurlock (1974). Anak dapat melihat dirinya dan membedakan antara dirinya dengan lingkungannya secara berangsur-angsur melalui pengalaman tubuh dan lingkungannya. Menurut Hurlock (1974) hal ini merupakan awal dari seuatu proses yang panjang.


(37)

Sedangkan Symond (1951) menyatakan konsep diri terbentuk sejak kemampuan perspektif anak mulai berfungsi dan konsep diri akan mulai berkembang bila anak telah mampu membedakan antara dirinya dengan orang lain.

Namun Taylor (1951) mengatakan bahwa seorang anak mulai mengenal dirinya sejak ia mengenal bentuk fisiknya sendiri, hal ini muncul pada saat anak-anak berusia enam sampai tujuh bulan. Selanjutnya perkembangan konsep diri lebih bersifat sosial, yaitu dipelajari dari interaksinya dengan orang lain. Termasuk di dalamnya proses identifikasi dan introyeksi dari lingkungan. Selain itu Combs & Syngg (dalam Fitts 1971) juga menekankan pentingnya konsep diri dalam keluarga mengembangkan konsep diri, karena keluarga merupakan lingkungan pertama di mana seseorang mengadakan interaksi dengan orang lain. Dalam keluarga, seorang anak mulai mengalami interaksi dirinya diterima atau ditolak, perasaan adekuat atau inadekuat menbentuk identifikasi dan harapan-harapan terhadap tujuan hidup, nilai-nilai dan tingkah laku yang dapat diterima.

Menurut Sullivan (1953) interaksi sosial berpengaruh dalam konsep diri. Ia mengatakan, penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri didasarkan persepsinya tentang tingkah laku orang lain terhadap dirinya. Dengan kata lain, bagaimana orang lain memperlakukan dan menilai dirinya, dalam batas-batas tertentu akan menentukan cara orang itu menilai dirinya sendiri. Jadi konsep diri itu berasal dari pengalaman-pengalaman seseorang dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Felker (1974) mengatakan bahwa konsep diri berkembang dan terbentuk berdasarkan dari pengalaman dan tekanan yang datang dari lingkungannya.


(38)

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Konsep Diri

Verdeber (dalam sobur, 2003) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu self appraisal, reaction and responses of others dan role play dan yang ditambahkan oleh Brook yaitu reference group.

Self appraisal – viewing self as an object

Istilah ini menunjukan suatu pandangan yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalm komunikasi atau dengan kata lain adalah kisah kita terhadap diri sendiri.

Reaction and respons of others

Konsep diri tidak sengaja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri kita sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Brook (1971) “self concept is the direct result of how significant others react to the individual”, jadi konsep diri adalah hasil langsung dari cara orang lain beraksi.

Roles for play-role taking.

Dalam hubungan pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita. Yang dimaksud dengan peran disini adalah

1. Sekelompok norma dan harapan mengenai tingkah laku seseorang.

2. Norma dan harapan yang dimiliki oleh orang-orang dilingkungan dekat dengan individu tersebut.


(39)

3. Norma- norma tersebut memang diketahui dan disadari oleh individu tersebut.

Reference group

Refernce group adalah kelompok yang kita menjadi anggotanya didalam. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan beraksi kepada kita. Hal ini menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.

2.5 Kerangka Berfikir

Dari uraian teori yang telah dicantumkan diatas, peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Pengertian prestasi belajar didalam kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes.

Dan untuk memperoleh prestasi dalam belajar, ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi, diantaranya adalah self efficacy, motivasi belajar, dan juga konsep diri dari siswa itu sendiri. Menurut Bandura, self efficacy merupakan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Self efficacy mempunyai dimensi-dimensi yang dapat mempengaruhi self efficacy itu sendiri yaitu : 1. tingkat kesulitan tugas, 2. luas bidang tingkah laku dan 3. derajat kemantaban keyakinan. Dengan dimensi-dimensi ini peneliti membuat alat ukur untuk mengukur prestasi belajar siswa.


(40)

Motivasi belajar juga memiliki peranan penting dalam prestasi belajar siswa, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai. Motivasi belajar dibagi dua menurut Djamarah, (2002), yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar individu masing-masing, dimisalkan apabila siswa tersebut tinggi motivasinya untuk belajar maka hasil yang didapatkan siswa tersebut tingginya nilai akhirnya, bahkan sebaliknya.

konsep diri juga dapat mempengaruhi prestasi belajar bisa dilihat dari pengertian konsep diri adalah gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan (Burns, 1993). Konsep diri mempunyai komponen yang bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yaitu : 1. sikap diri, 2. sifat sosial, dan 3. peranan sosial.

`Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat prestasi belajar yang dijadikan sebagai dependent variabel, yang disebabkan oleh banyak faktor psikologis yang disebut sebagai indefendent variable. Berdasarkan beberarapa teori dan penelitian sebelumnya tentang prestasi belajar, faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: self efficacy, motivasi belajar, dan juga konsep diri. Dimana sudah dijelaskan satu-satu diatas oleh peneliti.


(41)

2.6 Hipotesis

Bunyi hipotesis utamanya yaitu : SELF EFFICACY

MOTIVASI BELAJAR

KONSEP DIRI

tugas

Motivasi intrinsic

Motivasi ekstrinsik

Sifat diri

Sifat sosial

Peranan sosial

INTENSITAS MEMBACA dan bELAJAR

USIA

JENIS KELAMIN

PRESTASI BELAJAR Derajat kemantaban

keyakinan

kesulitan tugas

Luas bidang tingkah laku


(42)

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap prestasi belajar?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari usia terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa?

Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :

1 Self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin, dan intensitas baca dan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

2 Self efficacy berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.


(43)

4 Konsep diri berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

5 Usia berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

6 Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

7 Intensitas baca dan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

Kemudian dikarenakan adanya analisis statistik, maka hipotesis utama tersebut dibalik menjadi hipotesis nihil, yang berbunyi bahwa faktor – faktor psikologis tidak memengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian hipotesis nihil inilah yang akan diujikan pada analisis statistik penelitian.


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2008).

Sedangkan jenis penelitian ini adalah korelasi prediktif, karena tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran pengaruh self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.

3.2. Populasi & Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas X SMU Hang Tuah 1 Jakarta. yang berjumlah kurang lebih 111 siswa. Kelas X1 : 28 siswa, kelas X2 : 28 siswa, kelas X3 : 28 siswa, dan kelas X4 : 27 siswa. Seluruh anggota populasi tersebut peneliti jadikan


(45)

sampel seluruhnya, dikarenakan pertimbangan jumlah anggota populasi yang tidak terlalu banyak.

3.2.2 Sample dan Teknik pengambilan Sample

Proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan pengamatan pada populasi secara keseluruhan disebut dengan sampling atau pengambilan sampel (Sevilla, 1993). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono, 2007).

3.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Prestasi Belajar

2. Self efficacy. 3. Motivasi belajar. 4. Konsep diri

Dependent variabel (outcome variable) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel independen (predictor variable).

3.4 Definisi Konseptual Variable 1. Prestasi belajar.


(46)

Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut.

2. Self efficacy

Self efficacy merupakan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan situasi yag spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan dengan didasarkan pada sejumlah tujuan (goal).

3. Motivasi belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.

4. Konsep diri

Menurut Hurlock (1980), konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya. Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi.

3.5. Definisi Operasional Variabel

1. Prestasi belajar adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010).


(47)

2. Self efficacy adalah keyakinan kemampuan diri, sedangkan definisi oprasional (self efficacy) yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada teori bandura (1986) yaitu keyakinan individu mengenai kemampuan untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Sedangkan dimensi yang terdapat di self efficacy menurut Bandura (dalan Sophi, 2006) adalah sebagai berikut:

1 Tingkat kesulitan tugas

2 Luas bidang perilaku

3 Derajat kemantapan keyakinan atau pengharapan

3. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang edang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno,2007). Sedangkan bentuk –

bentuk motivasi belajar menurut Jamarah (2000) adalah: 1 Motivasi Intrinsik

2 Motivasi ektriinsik

4. Menurut Hurlock (1980), konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya. Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Sedangkan komponen-komponen konsep diri memurut Fisher (1973) dibagi menjadi tiga kompenen yaitu :


(48)

· Sifat sosial, dan

· Peranan sosial 3.6. Pengumpulan Data

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk variabel Motivasi belajar dan self efficacy, disusun menggunakan skala Likert dengan 4 katagori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) / menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavourable).

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari 4 katagori jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju”

(TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Penskoran tertinggi diberikan pilihan sangat setuju dan terendah pada pernyataan sangat tidak setuju untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Setiap katagori memiliki nilai sebagai berikut

Tabel 3.1

Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Kategori Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Khusus untuk pengukuran skor Konsep diri disusun menggunakan skala semantic diferensial, yang dimana alat ukur ini menggunakan enam pilihan jawaban. Dimana


(49)

responden penelitian mengisi pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya. Dan untuk pengukuran prestasi belajar, peneliti hanya menggambil nilai rapor semester 1.

3.6.2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur variable yang diteliti. ketiga skala ini mengukur Motivasi belajar, self efficacy dan konsep diri.

Skala Motivasi Belajar

Dalam mengukur motivasi belajar, akan menggunakan skala yang disusun oleh Andi Irin Angraini (skripsi) yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk motivasi belajar, yaitu motivasi interinsik dan eksterinsik.

Skala sudah dihitung oleh penyusun dan sudah diketahui item-item mana saja yang valid dan unvalid, maka peneliti tidak melakukan penghitungan ulang.

Skala Self Efficacy

Dalam mengukur self efficacy, akan menggunakan skala yang disusun oleh Fitriani yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi self efficacy, yaitu tingkat kesulitan tugas, luas bidang tingkah laku dan derajat kematapan keyakinan,

Skala sudah dihitung oleh penyusun dan sudah diketahui item-item mana saja yang valid dan unvalid, maka peneliti tidak melakukan penghitungan ulang.

Skala konsep diri

Dalam mengukur konsep diri, akan menggunakan skala semantik diferensial yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi internal konsep diri, yaitu sifat diri, sifat sosial dan peranan sosial.


(50)

3.7 . Uji Instrumen

Didalam penelitian ini harus digunakan alat ukur yang valid dan reliabel, agar kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas dan ralibilitas dari ketiga alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang semestinya diukur dari satu variabel.

3.8. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori yang berkaitan secara lengkap kemudian penulis menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala self efficacy, motivasi belajar dan konsep diri..

2. Melakukan penelitian dengan try out terpakai yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Hang Tuah 1 Jakarta melalui teknik sampling jenuh. Setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan data.


(51)

3.9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, bentuk analisa data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu jenis analisis yang mempergunakan alat analisis berupa metode statistik yang hasilnya disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian disajikan dan diintrepetasikan dalam bentuk uraian.

Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan dari independent variabel (IV), yaitu self efficacy, motivasi belajar dan konsep diri terhadap dependent variable (DV) yaitu prestasi belajar.

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independen; prediktor; X).

Persamaan garis regresi penelitian adalah:

Keterangan:

Y' = nilai prediksi Y (tingkat prestasi belajar) a = konstan

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X Y' = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4+b5X5+b6X6


(52)

X1 = self efficacy X2 = motivasi belajar X3 = konsep diri X4 = usia

X5 = jenis kelamin


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran responden dan hasil uji hipotesis.

4.1 Gambaran umum subjek penelitian

Responden dalam penelitian ini sebanyak 111 siswa SMA Hang Tuah 1 jakarta. Pada table 4.1 berikut ini digambarkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai responden yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi siswa kelas X SMA Hang Tuah 1 jakarta. Dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara accidental, maka diperoleh responden berdasar jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel 4.1

Distribusi populasi penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Jenis kelamin N Persentase

Laki-laki 41 37 %

Perempuan 70 63 %

Total 111 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki.Jumlah perempuan 70, sedangkan laki-laki hanya berjumlah 41. hal seperti ini lazim di SMA Hang Tuah 1 Jakarta.


(54)

Dan di bawah ini adalah gambaran responden dilihat dari intensitas jam belajar diluar jam sekol.ah, diperoleh data sebagai berikut :

Table 4.2

Gambaran responden penelitian berdasarkan intensitas jam belajar diluar sekolah

Intensitas belajar N Persentase

1 jam / hari 24 21,62 %

2 jam / hari 38 34,23 %

3 jam / hari 33 29,73 %

4 jam / hari 16 14,42 %

Total 111 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa intensitas jam belajar yang paling besar persentasenya adalah 2 jam / hari yang sebesar 34,23%, 3 jam / hari 29,73%, 1 jam / hari 21,62% dan yang terakhir 4 jam /hari 14,42%.

Selanjutnya di bawah ini adalah gambaran responden dilihat dari intensitas membaca buku diluar jam sekolah, diperoleh data sebagai berikut :

Table 4.3

Gambaran responden penelitian berdasarkan intensitas membaca buku diluar jam sekolah.

Membaca buku N Persentase

1 jam / hari 16 14,4 %

2 jam / hari 38 34,2 %

3 jam / hari 39 35,1 %

4 jam / hari 18 16,3 %

Total 111 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa intensitas membaca buku diluar jam sekolah yang paling besar di 3 jam/hari sebesar 35,1%, 2 jam/hari sebesar 34,2%, 4 jam/hari sebesar 16,3% dan yang terakhir 1 jam/hari sebesar 14,4%.


(55)

4.2 Uji Hipotesis

4.2.1 Analisis regresi variable penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan olah IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV

Table 4.5 Anova ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 1231.115 6 205.186 2.509 .026a

Residual 8504.486 104 81.774

Total 9735.601 110

a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, motivasi belajar, usia, interaksi membaca dan belajar, konsep diri, self efficacy

b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR

Jika melihat kolom nilai signifikansi (p < 0,005), maka hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variable terhadap prestasi belajar ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri, self efficacy, motivasi belajar, usia, jenis kelamin dan perkalian antara interaksi membaca buku dengan belajar diluar sekolah. Untuk table R square dapat dilihat sebagai berikut


(56)

Table 4.6 Model Summary

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .356a .126 .076 9.04289

a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, motivasi belajar, usia, interaksi membaca dan belajar, konsep diri, self efficacy

Dari tabel di atas dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.126 atau 12.6%. Artinya proporsi varians dari prestasi belajar yang dijelaskan semua independent variable sebesar 12.6% sedangkan 87,4% sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar penelitian ini.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika nilai t >1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi belajar. Adapun penyajiannya ditampilkan pada table berikut

Table 4.7 Koefisien Regresi Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 80.637 21.857 3.689 .000

SELF EFFICACY -.147 .147 -.142 -.999 .320

MOTIVASI .371 .135 .394 2.748 .007

KONSEP DIRI -.216 .093 -.230 -2.321 .022

USIA -2.124 1.406 -.141 -1.511 .134

INTERAKSI MEMBACA DAN BELAJAR

.246 .268 .088 .920 .360

JENIS KELAMIN .090 1.854 .005 .049 .961


(57)

Persamaan 4.1 Regresi prestasi belajar

Prestasi belajar = 80,637 – 0,147*self efficacy + 0,371* motivasi belajar – 0,216* konsep diri – 2,214* usia + 0,246* interaksi membaca dan belajar + 0,090*jenis kelamin

Tabel di bawah ini adalah penjelasan dari persamaan regresi prestasi belajar.

Table 4.8

Keterangan persamaan regresi prestasi belajar

No Variable Kontribusi Signifikansi

1 Self efficacy Negative Tidak signifikan

2 Motivasi belajar Positive Signifikan

3 Konsep diri Negative Signifikan

4 Usia Negative Tidak signifikan

5 Interaksi membaca dan belajar Positive Tidak signifikan

6 Jenis kelamin Positive Tidak signifikan

Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap indenpedent variable jika IV tersebut dimasukan satu persatu kedalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.

4.2.2 Pengujian proporsi varians untuk masing-masing independent variable.

Pengujian pada tahapan proporsi varians, bertujuan untuk melihat signifikansi dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada table 4.9 kolom pertama adalah IV yang dianalisa secara satu per satu, kolom R2 merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom R2 change merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukan secara satu per satu, kolom keempat adalah harga f hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat


(1)

dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu konsep diri. Dari hasil analisis data, bahwa konsep diri memberikan sumbangan varians sebesar 4,9 % terhadap prestasi belajar, akan tetapi koefisien regresinya bermuatan negative. Konsep diri itu sendiri dalam penelitian ini terbagi kedalam tiga aspek yaitu sifat diri, sifat sosial dan peranan sosial, yang mana model ini merupakan model dari Fisher.

Lain halnya, didalam penelitian ini konsep diri hasilnya signifikan terhadap prestasi belajar, tetapi hasil dari regresi konsep diri bersifat negative pada prestasi belajar, tetapi sumbangan variannya signifikan terhadap prestasi belajar siswa yang sebesar 4,9%. Artinya siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi belom tentu bisa meningkatkan prestasi belajarnya.

Variabel yang tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah self efficacy. Pada hasil regresi self efficacy bersifat negative terhadap prestasi belajar, self efficacy tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari hasil persamaan regresi yang memberi sumbangan 0,6 % yang tidak memberikan pengaruh signifikan dalam penelitian ini. Hal ini tidak sesuai dengan Bandura (1977) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai self efficacy yang kuat menganggap masalah sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi daripada bahaya yang harus dihindari, dan mempunyai minat yang besar dalam kegiatan tersebut, meningkatkan usaha yang dilakukan apabila menghadapi kegagalan, dan menghubungkan kegagalan sebagai kurangnya usaha yang dilakukan ataupun belum cukupnya pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan suatu aktifitas. Ini juga memperkuat pernyataan Panjares (2000) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan mempunyai usaha, ketekunan, dan keuletan yang lebih besar pula. Brenden (1994) juga menyatakan bahwa


(2)

56 seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi mempunyai kemampuan untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mendapat tujuan tertentu, sehingga bukan berarti seseorang tidak pernah berbuat salah, akan tetapi ia berkeyakinan bahwa ia mampu memikirkan, menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan yang pernah diperbuat atau dilakukan.

Oleh sebab itu, tidak menjadi jaminan apabila siswa yang menyukai mata pelajaran tertentu akan meraih prestasi yang tinggi pula, dan sebaliknya. Namun apabila perasaan suka tersebut dibarengi dengan motivasi belajaryang tinggi kemudian dibarengi dengan konsep diri yang tinggi pula serta dukungan orang tua dan guru maka akan menghasilkan jaminan prestasi yang lebih baik. Seperti yang dituliskan oleh Umar (2007) bahwa sikap tidak hanya menjadi predictor tunggal yang langsung berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tetapi justru ia saling berkaitan dengan variabel psikologis lainnya, seperti self efficacy, aspirasi, persepsi siswa tentang penting atau tidaknya mata pelajaran tersebut, dukungan orang tua.

5.3 Saran

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependen variabel yang sama.


(3)

5.3.1 Saran Metodologis.

1. Pada penelitian ini hasil dari ketiga IV yaitu : self efficacy, motivasi belajar dan konsep diri sebesar 9.9%. Masih banyak variabel yang terkait dengan prestasi belajar yang tidak ikut dianalisis sebagai IV, seperti IQ dan percaya diri, padahal variabel tersebut juga merupakan variabel sangat penting, khususnya studi tentang prestasi belajar siswa.

2. Item-item yang digunakan sebagai alat ukur, dapat dibuat lebih banyak lagi sehingga dapat menambah validitas alat ukur

3. Pengukuran prestasi belajar yang menjadi DV baiknya tidak hanya dilakukan pada akhir semester saja, tetapi juga diukur ketika awal dan ditengah – tengah proses pembelajaran. Dengan pengambilan data seperti ini peneliti dapat membandingkan mean antara di awal semester dan di akhir semester. Dengan demikian analisis hasil penelitian dapat lebih dipertajam dengan adanya pengambilan data di awal dan di akhir semester.

5.3.2 Saran Praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, motivasi belajar dan self efficacy menjadi predictor yang kuat terhadap prestasi belajar siswa. Maka hal praktis yang dapat dilakukan guru dan pihak sekolah untuk meningkatkan motivasi belajar dan self efficacy siswa.


(4)

58 2. Pihak sekolah juga dapat menyelengarakan program untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti bimbingan dan penambahan mutu pengajaran kepada siswa.


(5)

Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Ahmadi, A dan Nur Uhbiyanti. (1992). Ilmu pendidikan. PT Rhineka Cipta. Jakarta.

Alwisol, (2004). Psikologi kepribadian, UMM Press. Malang.

Azwar. S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Bandura, A. (1982). Self Efficacy in Changing Society. Cambridge.university press.USA

Bruns. R. B. (1993). Teori, pengukuran, perkembangan, dan prilaku. Arcan. Jakarta.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Hakim, T. (2002). Belajar secara efektif. Puspa Suara. Anggota IKAPI. Jakarta. Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hurlock. E. Suatu pendekatan sepanjang rentang hidup.

Natawidjaja, R dan L.J Moleong. (1985). Psikologi pendidikan untuk SPG. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Pajares, F. (2004) “Overview of Social Cognitive Theory and of Self Efficacy”.

Http://

Purwodarminto, WJS. (1976). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Sabri, M.A. (2001). Pengantar psikologi umum dan perkembangan, CV. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.


(6)

Slameto. (1995). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Surakhmad. W. (1996). Pengantar penelitian ilmiah. Tarsito. Bandung.

Syah. M. (1995). Psikologi pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Uno, H.B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis dibidang pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Wuryani, S.E. (2002). Psikologi pendidikan. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Jurnal

Anggraini, I, A. Dampak kebijakan standar kelulusan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa. Skripsi. Fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fitriani. Hubungan antara self efficacy dengan kinerja dalam menyelesaikan skripsi mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Fakultas psikologi UIN Syarif hidayatullah Jakarta

Jatmika. Dkk. Self efficacy sebagai predictor yang baik bagi kinerja. Jurnal. Bandung : UNPAD.

Puspita. A. R. peningkatan prestasi belajar IPS sejarah melalui metode pembelajaran berbasis fortofolio pada siswa SMPN 1 Doro. Pekalongan. Skripsi

Sudarmanto. G. pengaruh lingkungan belajar dan minat belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMKN 1 Bandar Lampung. Jurnal.