Status Gizi Remaja Putri Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri

4.4 Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan status gizi remaja putri tersebar dalam 3 kategori, yaitu normal, resiko gemuk, dan gemuk. Sebagian besar remaja putri, yaitu sebanyak 26 orang 59,1 memiliki status gizi normal, 11 orang 25 diantaranya memiliki status gizi resiko gemuk, dan hanya 7 orang yang memiliki status gizi gemuk, seperti tabel berikut. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri No. Status Gizi n 1. Normal 26 59,1 2. Risiko Gemuk 11 25,0 3. Gemuk 7 15,9 Total 44 100,0

4.5 Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri pada Remaja Putri

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa remaja putri yang mengalami nyeri haid ringan sebanyak 19 orang 43,2, yang mengalami nyeri haid sedang sebanyak 21 orang 47,7, dan yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 orang 9,1. Diketahui, mayoritas responden remaja putri mengalami nyeri haid sedang, seperti tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri No. Tingkat Nyeri N 1. Ringan 19 43,2 2. Sedang 21 47,7 3. Berat 4 9,1 Total 44 100,0 4.5.1 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral pada Remaja Putri Berdasarkan hasil tabulasi silang dari 34 remaja putri yang mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang, 15 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 44,1, 16 orang mengalami nyeri sedang 47,1, dan 3 orang mengalami nyeri berat 8,8. Kemudian dari 10 remaja putri yang mendapatkan asupan vitamin B6 yang cukup, 4 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 40, 5 orang mengalami nyeri sedang 50, dan 1 orang mengalami nyeri berat 10. Adapun untun asupan vitamin E diketahui bahwa seluruh remaja putri kekurangan asupan vitamin E dimana 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 43,2, 21 orang mengalami nyeri sedang 47,7, dan 4 orang mengalami nyeri berat 9,1. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara asupan kalsium dengan kejadian dismenorea tingkat nyeri dapat diketahuidari 36 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang kurang, 14 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 38,9, 18 orang mengalami nyeri sedang 50, dan 4 orang mengalami nyeri berat 11,1. Adapun untuk remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup diketahui angka kejadian dismenorea yang bervariasi. Diketahui dari 8 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup, 5 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 62,5, 3 orang mengalami nyeri sedang 37,5. Hasil tabulasi silang antara jumlah asupan zink dengan kejadian dismenorea menunjukkan bahwa dari 40 remaja putri yang mendapatkan asupan zink yang kurang, 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 47,5, 17 orang mengalami nyeri sedang 42,5, dan 4 orang mengalami nyeri berat 10. Adapun remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup hanya berjumlah 4 orang dimana seluruhnya mengalami nyeri sedang 100. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri No. Asupan Vitamin dan Mineral Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri Total Ringan sedang Berat n n n N 1. Asupan Vitamin B6 a. Kurang 15 44,1 16 47,1 3 8,8 34 100 b. Cukup 4 40,0 5 50,0 1 10,0 10 100 Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

2. Asupan Vitamin E

a. Kurang 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100 Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100 3. Asupan Kalsium a. Kurang 14 38,9 18 50,0 4 11,1 36 100 b. Cukup 5 62,5 3 37,5 0,0 8 100 Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100 4. Asupan Zink a. Kurang 19 47,5 17 42,5 4 10 40 100 b. Cukup 0,0 4 100,0 4 100 Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah asupan zink dengan kejadian dismenorea, diketahui bahwadari 40 remaja putri yang mendapatkan asupan zink yang kurang, 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 47,5, 17 orang mengalami nyeri sedang 42,5, dan 4 orang mengalami nyeri berat 10. Adapun remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup hanya berjumlah 4 orang dimana seluruhnya mengalami nyeri sedang 100, Karena nilai probabilitas, yakni 0,042, lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi , maka disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah asupan zink dan kejadian dismenorea tingkat nyeri signifikan kuat atau nyata secara statistik.

4.5.2 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kejadian dismenorea tertinggi berada pada remaja putri yang memiliki status gizi normal. Terdapat 26 orang remaja putri yang memiliki status gizi normal, 13 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 50, 11 orang mengalami nyeri sedang 42,3, dan 2 orang mengalami nyeri berat 7,7. Kemudian dari 11 remaja putri yang memiliki status gizi beresiko gemuk, 4 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 36,5, 5 orang mengalami nyeri sedang 45,5, dan 2 orang mengalami nyeri berat 18,2.Kejadian dismenorea paling sedikit justru terjadi pada remaja putri yangmemiliki status gizi gemuk. Terdapat 7 orang remaja putri yang memiliki status gizi gemuk, dimana 2 orang di antaranya mengalami nyeri ringan 28,6, 5 orang mengalami nyeri sedang 71,4. Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri No. Status Gizi Kejadian Dismenorea Tingkat Nyeri Total Ringan sedang berat n n n N 1. Normal 13 50,0 11 42,3 2 7,7 26 100 2. Risiko Gemuk 4 36,5 5 45,5 2 18,2 11 100 3. Gemuk 2 28,6 5 71,4 0 0,0 7 100

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri

5.1.1 Asupan Vitamin B6 Remaja Putri

Vitamin B6 merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh rata-rata 1,2 mg setiap harinya. Meski kebutuhan vitamin B6 per hari tergolong sedikit masih banyak remaja putri yang kekurangan asupan vitamin B6 setiap harinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 34 orang dari 44 remaja putri kekurangan asupan vitamin B6 dimana rata-rata jumlah konsumsi per hari sebanyak 0,8 mg. Vitamin B6 secara umum berperan dalam bentuk fosforilasi piridoksal fosfat PLP dan piridoksamin fosfat PMP sebagai koenzim terutama dalam transaminasi, dekarboksilasi, reaksi lain yg berkaitan dengan metabolisme protein. Kekurangan vitamin B6 dapat menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguang metabolisme protein, seperti lemah, mudah tersinggung, dan sukar tidur, gangguan fungsi motorik dan kejang-kejang, anemia, penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut mulut dan kulit. Kekurangan lebih lanjut pada usia remaja dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kekurangan vitamin B6 berat dapat menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat Almatsier, 2004. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin B6 antara lain daging, serealia, telur, dan kacang-kacangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata-rata remaja putri mengonsumi makanan sumber vitamin B6 seperti telur, daging ayam, daging sapi, tahu dan tempe sebanyak 4-6 kali dalam seminggu sedangkan untuk kelompok kacang-kacangan sangat jarang dikonsumsi oleh remaja putri. Makanan ini biasa dikonsumsi oleh remaja putri saat makan siang dan beberapa saat makan malam. Sedangkan saat sarapan remaja putri lebih sering mengonsumsi roti, susu, nasi goreng dan telur. Saat istirahat remaja putri cenderung untuk mengonsumsi jajanan yang tersedia di sekolah seperti ayam goreng dan takoyaki sejenis makanan jepang yang terbuat dari tepung dan sosis. Saat makan malam pun kebanyakan remaja putri mengonsumsi makanan berat yang dibeli di luar seperti soto, sate dan ayam penyet. Tak jarang juga remaja putri tidak makan malam lagi di rumah karena sudah merasa cukup dengan jajanan yang dikonsumsi saat pulang sekolah. Pola konsumsi yang tidak teratur ini cenderung menyebabkan remaja putri kekurangan asupan vitamin B6 yang dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah vitamin B6 yang dikonsumsi dengan kejadian dismenorea remaja putri dapat dilihat bahwa angka kejadian dismenorea lebih besar pada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang kurang daripada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang cukup pada setiap tingkatan nyeri. Selain itu kejadian dismenorea pada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang kurang lebih banyak berada pada tingkat nyeri sedang daripada kejadian dismenorea pada tingkat nyeri ringan. Vitamin B6 dapat menstimulasi membran sel dalam mentransfer dan meningkatkan magnesium intrasel yang berperan dalam relaksasi otot Souza, 2000. Selain itu secara tidak langsung menurunnya kadar B6 dalam darah dapat menhambat hati dalam mengonjungsikan esterogen, sehingga esterogen meningkat dalam darah yang berdampak pada keluhan nyeri haid

5.1.2 Asupan Vitamin E Remaja Putri

Vitamin E merupakan vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, sintesisi DNA, merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan sterilisasi, dan berperan dalam menjaga kesehatan kulit Almatsier, 2004. Bagi remaja putri yang berada pada masa pubertas vitamin E juga berfungsi sebagai mencegah gangguang menstruasi. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit, sindroma neurologic sehingga terjadi fungsi tidak normal pada sumsum tulang belakang dan retina. Remaja dalam masa pertumbuhan membutuhkan vitamin E lebih besar dari usia sebelumnya, karena selain dibutuhkan untuk sistem metabolisme, vitamin E juga diperlukan dalam perkembangan organ reproduksi. Kebiasaan makan remaja putri yang tidak teratur membuat seluruh remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah kekurangan vitamin E dengan rata-rata konsumsi per hari sebesar 3.9 mg dimana angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja putri per hari sebanyak 15 mg. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, seluruh remaja putri di SMAN 1 Pemekasan, dan SMAN 1 Galis mengonsumsi vitamin E dalam jumlah yang kurang disebabkan oleh kebutuhan tubuh terhadap vitamin E lebih tinggi daripada asupan Ulfiyanti, 2014 Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hampir seluruh remaja putri mengonsumsi bahan makanan ini dalam jumlah yang sangat sedikit. Vitamin E yang berasal dari minyak tumbuh- tumbuhan hanya dikonsumsi sedikit dari makanan yang digoreng. Sumber vitamin E lainnya yaitu untuk sayuran, buah-buahan dimana rata-rata remaja putri mengonsumsinya 4-6 kali seminggu, seperti bayam, kangkung, daun ubi, dan tauge dengan jumlah rata-rata hanya sebagian kecil dari porsi yang dianjurkan 25-50 gr dimana 1 porsi sayur sama dengan 1 gelas yaitu 100gr. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masih banyak remaja putri yang tidak pernah mengonsumsi sayur-sayuran karena alasan tidak suka. Berdasarkan hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa remaja putri mengalami dismenorea terbanyak mempunyai tingkat konsumsi vitamin E dalam kategori kurang dengan kejadian dismenorea pada kategori nyerisedang, yaitu sebanyak 21 orang 47,7.Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 dimana angka kejadian dismenorea tingkat sedang lebih besar dari angka kejadian dismenorea tingkat ringan dari seluruh remaja putri mengonsumsi vitamin E dalam jumlah yang kurang. Menurut Dawood 2006, vitamin E dapat mengatasi nyeri haid dengan menghambat biosintesis prostaglandin, sebaliknya vitamin E juga akan meningkatkan prostasiklin dan PGE 2 yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus.

5.1.3 Asupan Kalsium Remaja Putri

Usia remaja merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dimana setiap remaja membutuhkan asupan Kalsium yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2 dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Fungsi kalsium pada remaja berperan besar bagi pertumbuhan dalam seperti pembentukan tulang dan gigi. Selain itu kalsium juga berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik seperti absorpsi vitamin B12 , dan kontraksi otot. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh, osteomalasia atau riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan kalsium terhadap fosfor. Kadar kalsium yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang Almatsier, 2004. Sumber kalsium utama adalah susu dan produk olahannya seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, ikan kering, udang, kerang, kepiting merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu dan tempe, sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat Almatsier, 2004. Sumber kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu susu dengan rata-rata dikonsumsi 200 mg 1 gelas dengan frekuensi 1-3 kali per hari. Ikan dikonsumsi oleh remaja putri rata- rata dengan frekuensi 4-6 kali dalam seminggu, udang dikonsumsi rata-rata sebanyak 1-3 kali dalam seminggu, sedangkan untuk kerang dan kepiting hanya dikonsumsi sekali dalam sebulan. Namun tingginya konsumsi makanan penghambat penyerapan kalsium seperti bayam, dan teh pada remaja putri diduga menyebabkan kalsium yang masuk tidak diserap secara optimal oleh tubuh. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja putri yaitu sebanyak 1200 mg per hari. Penelitian dari British research Nutrition mengatakan bahwa orang Indonesia mengkonsumsi kalsium hanya 40 dari total kebutuhan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata-rata angka konsumsi kalsium remaja putri per hari sebanyak 518,8 mg dimana rata-rata remaja putri kekurangan kalsium sebesar 63. Kebutuhan kalsium per hari akan terpenuhi bila mengonsumsi makanan yang seimbang setiap hari. Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa remaja putri mengalami dismenorea terbanyak mempunyai tingkat konsumsi Kalsium dalam kategori kurang dengan kejadian dismenorea sedang, yaitu sebanyak 18 orang 50. Peran kalsium dalam mengatasi kejadian dismenorea bersama dengan magnesium berperan dalam tansmisi saraf. Jika otot kekurangan kalsium maka otot tidak dapat mengendur dan akan mengkibatkan kram Hill, 2002. Akan tetapi dalam tingginya konsumsi makanan penghambat penyerapan kalsium seperti kopi, teh, coklat, dan serat dapat menyebabkan kalsium yang dikonsumsi tidak berperan secara optimal. Menurut Lutviah 2007 tingginya frekunsi konsumsi pangan penghambat kalsium seperti teh, agar-agar, suplemen serat, kopi, cokelat dan minuman bersoda dapat menghambat penyerapan dan pemanfaatan kalsium dalam tubuh dengan hubungannya mengatasi nyeri haid. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan cukup sering mengonsumsi makanan penghambat penyerapan kalsium seperti teh, bayam, dan coklat.

5.1.4 Asupan Zink Remaja Putri

Zink memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim atau kofaktor pada kegiata lebih dari dua ratus enzim, zink berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat.Zink juga berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B Almatsier, 2004. Kekurangan zink pada remaja dapat menyebabkan gangguan petumbuhan dan gangguan kematangan seksual. Selain itu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan zink pada tahap kronis dapat mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Kebutuhan zink per hari bagi remaja putri yaitu sebanyak 14 mg. Berdasarkan penelitian sebagian besar remaja putri kekurangan zink, yaitu sebanyak 40 orang 90,9 dimana rata-rata konsumsi per hari sebanyak 6,7 mg. Menurut Ulfiyanti 2014, sebagian besar remaja putri di SMAN 1 Pemekasan dan SMAN 1 Galis mengonsumsi zink dalam jumlah yang kurang diduga karena hampir seluruh subjek mendapatkan asupan zink dari pangan nabati. Kandungan zat-zat antinutrisi bahan pangan nabati seperti asam fitat dapat menghambat proses penyerapan seng dari pangan yang dikonsumsi. Sumber zink yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu daging, hati, kerang, tiram, dan telur. Jika dilihat pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa masih banyak remaja putri yang tidak mengonsumsi makanan sumber zink seperti kerang, tiram, dan hati dengan alasan beberapa remaja putri diantaranya memiliki alergi, dan sebagian lainnya tidak menyukai makanan tersebut. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah Zink yang dikonsumsi dengan kejadian dismenorea remaja putripada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa angka kejadian dismenorea pada remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang kurang lebih tinggi daripada remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup dimana mayoritas remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang kurang mengeluhkan nyeri haid tingkat ringan yaitu sebanyak 19 orang 47,5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sundari 2011, pemberian zink per oral dapat mengurangi intensitas nyeri haid karena dapat menghambat sintesis prostaglandin yang memicu terjadinya nyeri. Pemberian zink selama 4 hari sebelum menstruasi dapat menurunkan kadar prostagland in GF2 sehingga mampu menurunkan keluhan nyeri pada kasusnyeri haid primer Sundari, 2011.

5.2 Status Gizi Remaja Putri