Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009

(1)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

GAMBARAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP SHAFIYYATUL AMALIYYAH DAN SMP NURUL HASANAH

KOTA MEDAN TAHUN 2009

Oleh :

PEBRI WARITA PULUNGAN 060100164

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

GAMBARAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP SHAFIYYATUL AMALIYYAH DAN SMP NURUL HASANAH

KOTA MEDAN TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

PEBRI WARITA PULUNGAN NIM: 060100164

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah

Kota Medan Tahun 2009

NAMA : PEBRI WARITA PULUNGAN

NIM : 060100164

Pembimbing Penguji


(4)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa masa pubertas pada remaja putri telah terjadi lebih awal selama 30 tahun ini. Usia menarche pada remaja putri merupakan indikator penting pubertas. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

TUJUAN: Untuk menggambarkan rata-rata usia menarche pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah (SA) dan Nurul Hasanah (NH), Kota Medan tahun 2009.

METODE: Studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 115 remaja putri SA dan 120 remaja putri NH. Subjek penelitian yang sudah menyetujui informed concent,akan mengisi kuisioner dan dilakukan pengukuran antropometri. Data akan dianalisa dengan t-test dan uji regresi linear.

HASIL: Rata-rata usia menarche pada remaja putri SA adalah 11,45 tahun dengan ± 0,92 SD, sementara pada remaja putri NH adalah 12,19 tahun dengan ±0,98 SD ( p-value t-test < 0,05). Usia menarche termuda adalah 8 tahun pada remaja putri SA, sedangkan usia menarche tertua adalah 14 tahun pada remaja putri NH. Uji linear regresi menunjukkan usia menarche dipengaruhi oleh faktor status nutrisi (p = 0,001) < 0,05 dan status sosial ekonomi (p = 0,03) < 0,05. Faktor suku dan aktivitas olahraga tidak mempengaruhi usia menarche (p > 0,05). KESIMPULAN: Ada perbedaan rata-rata usia menarche antara SMP SA dan SMP NH. Onset usia menarche berhubungan dengan status gizi dan tingkat sosial ekonomi.


(5)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

ABSTRACT

BACKGROUND: Several recent studies suggest that the timing of the onsetof puberty in female adolescent has become earlier over the past 30 years, and it is assumed as interesting things. The importanceof menarche age as an indicator of puberty is influenced by many factors.

OBJECTIVES: To described average menarche of female adolescent Shafiyyatul Amaliyyah (SA) and Nurul Hasanah (NH) Junior High School, in Medan city at 2009.

DESIGN: A cross sectional study. The subjects are 115 female adolescent of SA and 120 female adolescent of NH. Answered questionnaire and anthropometric measured were obtained from each subjects. The data was analyzed using t-test and linear regression test.

RESULTS: The average of menarche age at SA was 11.45 years with ±0,92 SD, while at NH was 12,19 years with ± 0,98 SD (p value of t-test < 0,05). The youngest of menarche age was found in SA (8,33 years) while the oldest age was found in NH (14 years). The linear Regression test showed that menarche age is significant influenced by nutrition status ( p=0,001) < 0,05 and socioeconomic level ( p=0,03) < 0,05. Not significant factors are tribe and exercise activity ( p-value > 0,05).

CONCLUSION: There was a significant difference in average of menarche at between SA and NH. After adjusting for age and other covariates, age at menarche was inversely associated with nutrition status and socio-economic level. It is likely that, nutrition status and socio-economic conditions improved onset of menarche age.

.


(6)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Netty Lubis, Sp. Rad dan Ibu dr. Cut Adeya Adella, Sp.OG, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Rudi Sumarto, S.Si, selaku Kepala SMP SBIM YP. Shafiyyatul Amaliyyah dan Bapak H. Asman Purba, BA, selaku Kepala SMP Nurul Hasanah, yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta Hj. Dahniar Pasaribu dan (Alm) H. Drs. Azhari Pulungan, yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

6. Terima kasih juga kepada kakanda Edrida Pulungan, SE. S.Pd, abang Ramon Panduwira Pulungan, ST, adik-adikku Dedes Mayang Sari dan Mella Devina


(7)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Pulungan, serta abang Adriansyah yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidupku.

7. Adik-adik pelajar putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah, atas bantuan dan partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian ini. 8. Seluruh teman-teman liqo’ dan kelompok belajar di FK USU, terima kasih atas

dukungan dan bantuannya.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Novenber 2009 Penulis,

Pebri Warita Pulungan 060100164

DAFTAR ISI


(8)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN………... iii

ABSTRAK……….. iv

ABSTRACT……….… v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 3

1.3. Tujuan Penelitian………. 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2.Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1. Klinik Menstruasi………. 5

2.2. Perkembangan Hormonal pada Remaja……….. 6

2.3. Pertumbuhan Perkembangan Fisik dan Psikis selama Remaja……….. 7

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche... 9

2.5. Fisiologi Menstruasi... 10

2.6. Gangguan Menstruasi pada Remaja... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 13

3.2. Defenisi Operasional... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 15

4.1. Rancangan Penelitian... ... 15

4.2. Waktu dan LokasiPenelitian... 15

4.2.1. Waktu Penelitian... 15

4.2.2. Lokasi Penelitian... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 15

4.3.1. Populasi... ... 15

4.3.2. Sampel... ... 16

4.4. Metode Pengumpulan Data... 17

4.4.1. Data Primer... 17

4.4.2. Data Sekunder... 17

4.4.3. Alat Pengumpul Data... 17


(9)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 19

5.1. Hasil Penelitian... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 21

5.1.3. Deskripsi Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan 2009... 26

5.1.4. Deskripsi Usia Menarche dengan Status Gizi, Suku, Status Ekonomi, dan Aktivitas Olahraga pada Responden………..……… 27

5.2 Pembahasan... ... 29

5.1.1. Gambaran Usia Menarche di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah………. 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 47

6.1. Kesimpulan………. 33

6.2. Saran………... 33

DAFTAR PUSTAKA………. 34 LAMPIRAN


(10)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan stadium pubertas pada anak perempuan

8

Tabel 4.1. Data Pelajar Putri SMP SA Tahun Ajaran 2009-2010: 15 Tabel 4.2. Data Pelajar Putri SMP NH Tahun Ajaran 2009-2010 16 Tabel 4.3. Alat Pengumpul Data Penelitian 17 Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Penelitian 21 Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur 22 Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan 22 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan 23 Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi

(IMT/U)

23

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Suku 24 Tabel 5.7. Distribusi Responden Karakteristik Orangtua

Responden

25

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Olahraga 26 Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Menarche 27 Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche 27 Tabel 5.11. Distribusi Silang antara Usia Menarche dengan Status

Gizi Responden


(11)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Tabel 5.12. Distribusi Silang Usia Menarche dengan Suku Responden

28

Tabel 5.13. Distribusi Silang antara Usia Menarce dengan Status Ekonomi Responden

28

Tabel 5.14. Distribusi Silang antara Usia Menarche dengan Aktivitas Olahraga

29

Tabel 5.15 Hubungan Usia Menarche dengan Status gizi, Suku, Status Ekonomi, dan Aktivitas Olahraga Responden

29


(12)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Distribusi Penelitian Usia Menarche pada Wanita yang Lahir di Pelotas, Rio Grande do Sul State, Brazil, tahun

1982

6

Gambar 2.2. Pertumbuhan dan Stadium Pubertas Anak Perempuan 9

Gambar 2.3. Siklus Menstruasi 11


(13)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

a. Daftar Riwayat Hidup b. Kuesioner Penelitian

c. Lembar Penjelasan Penelitian

d. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Penelitian e. Surat Izin Penelitian

f. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian g. Data Induk


(14)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pubertas merupakan suatu tahap perkembangan yang sangat penting bagi wanita. Perkembangan pubertas meliputi suatu proses kompleks biologis, morphologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada wanita, pubertas merupakan suatu proses yang berjalan lambat. Selama waktu itu, pengalaman pendarahan menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Pacarada,2007). Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seseorang remaja remaja putri yang sedang menginjak pubertas (Cunningham, 2005; Silva, 2005).

Perubahan-perubahan tersebut ditimbulkan oleh serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar di dalam tubuh. Pusat pengendali yang utama adalah hipotalamus, yang bekerja sama dengan hipofisis mengendalikan urutan rangkaian perubahan itu (Sherwood, 2005). Satu periode menstruasi terdiri dari peluruhan endometrium sebagai akibat perubahan hormonal. Rangkaian ini dimulai dari proses pematangan folikel, ovulasi, dan pembentukan corpus luteum. Onset awal periode menstruasi mengindikasikan proses pematangan seksual secara penuh, meskipun proses pematangan secara biologis dan emosional berkembang belakangan (Pacarada, 2007).

Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu dan wilayah. Banyak faktor-faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi proses kompleks tersebut (Pacarada, 2007). Dewasa ini, perubahan onset pubertas terjadi lebih awal merupakan masalah yang menarik. Seperti penelitian pada remaja Inggris terjadi penurunan rata-rata usia menarche selama 20-30 tahun (Whincup, 2001). Saat ini, anak-anak perempuan di Amerika Serikat lebih cepat 9 bulan mendapatkan menarche daripada anak-anak perempuan 20 tahun yang lalu. Kecendrungan ini berlangsung terus dan dimulai pada abad ke-19 (Nazario,2002). Dalam studi panjang yang dilakukan selama 37 tahun oleh 61 ribu wanita asal Norwegia yang


(15)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

lahir antara akhir tahun 1800-an – 1900-an.menemukan bahwa wanita yang mulai menstruasi lebih awal memiliki resiko meninggal lebih cepat (Collub, 2008). Berdasarkan penelitian, sekitar 10% anak-anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun, keaadaan ini disebut menarche dini. Menarche dini ini telah memiliki hubungan meningkatkan resiko kanker payudara, kegemukan dan keguguran (Nazario,2002; Silva, 2005). Oleh karena itu, perubahan waktu pubertas dapat memberi pengaruh pada pengobatan setiap individu anak dan resiko penyakit saat dewasa (Collub, 2008).

Cepat lambatnya menarche tergantung pada faktor lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, genetik, budaya dan psikologis dari remaja tersebut (Santoso, 1999; Silva,2005). Semakin cepat datangnya menarche, menopause semakin lambat artinya masa reproduksi semakin panjang. Untuk itu adanya kecendrungan penundaan usia menikah di daerah perkotaan. Usia menarche terjadi antara umur 10-16 tahun dengan siklus yang terjadi secara periodik antara 21-60 hari (Taber,1994). Berdasarkan beberapa penelitian di negara Brazil usia menarche rata-rata 12,4 tahun, hampir sama dengan negara Malaysia 12,3 tahun (Silva, 2005).

Sampai saat ini belum ada penelitian terbaru khusus tentang usia menarche rata-rata dan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhinya pada remaja putri di kota Medan. Rousdy, pada tahun 1991 memang pernah melakukan penelitian dengan menggunakan kuisioner terhadap 469 responden yang terdiri dari siswi-siswi di SMP Harapan dan SMP Negeri V Medan. Dari penelitian tersebut diperoleh rata-rata usia menarche diantara dua SMP tersebut berbeda, SMP Harapan (SMP yang dulu diasumsikan sebagai SMP dari golongan sosial ekonomi tinggi) adalah 12,37 ± 1,00 tahun, sedangkan SMP Negeri V (SMP yang diasumsikan dari golongan sosial ekonomi menegah) adalah 13,11 ± 1,04 tahun. Data tersebut secara statistik memiliki perbedaan yang sangat bemakna (p < 0,01)


(16)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

yaitu, usia menarche responden SMP Harapan lebih muda dibadingkan dengan usia rata-rata menarche responden SMP Negeri V (Rousdy, 1991).

Berdasarkan latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran usia menarche pada siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah tahun 2009. Kedua SMP tersebut memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda. Ditinjau dari survei awal penelitian bahwa biaya Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) dan tingkat pendidikan orang tua responden kedua SMP memiliki perbedaan bermakna. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui gambaran perubahan usia menarche dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi usia menarche pada remaja putri di kota, Medan tahun 2009.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

a. Bagaimana gambaran usia menarche pada remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah di Kota Medan tahun 2009?

b. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi usia menarche pada remaja putri?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Memperoleh informasi tentang rata-rata usia menarche remaja putri pelajar di Kota Medan, tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Melihat perbedaan rata-rata usia menarche di dua SMP Kota Medan yakni SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah.


(17)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

b. Memperoleh data tentang usia menarche dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi usia menarche seperti antara lain status gizi, suku/ ras, status sosial ekonomi dan aktivitas olah raga.

1.4 Manfaat Penelitian

Data hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai:

a. Panduan merencanakan saat yang tepat untuk memulai pendidikan kesejahteraan keluarga, penyuluhan kesehatan reproduksi dan pengayoman dalam masa antara saat menarche dan waktu pernikahan atau ketika melahirkan.


(18)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klinik Menstruasi

Mentruasi merupakan ciri khas kematangan biologik seorang wanita. Menstruasi ialah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai deskuamasi endometrium (Hanafiah, 1999). Hal ini terjadi dalam interval-interval yang kurang lebih teratur, siklik dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi farmakologis (Taber, 1994). Akan lebih mudah dan deskriptif apabila kata menstruasi digunakan untuk merujuk kepada pendarahan yang menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus nonfertil, dan menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita tidak hamil sebagai perdarahan uterus atau endometrium (Cunningham, 2005).

Proses menstruasi akan berlaku secara periodik dan memiliki panjang siklus yang rata-rata tetap (Hanafiah,1999). Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampi tanggal mulai menstruasi berikutnya. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama siklus (Cunningham, 2005). Karena jam mulainya menstruasi tidak dapat diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari (Taber,1994).

Usia ketika menstruasi pertama kali terjadi saat pubertas disebut menarche (Feng, 2007). Kata menarche secara luas mengacu pada menstruasi pertama, sedangkan pubertas istilah yang lebih umum yang mencakup seluruh proses pematangan seksual dalam transisi dari masa anak menjadi dewasa (Pasquino, 2008).


(19)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Akhir-akhir ini, remaja putri mengalami penurunan usia menarche. Namun, penurunan usia menarche pada remaja putri yang tinggal di Amerika Serikat tampaknya telah terhenti (Taber,1994). Sekarang, usia rata-rata saat menstruasi dimulai adalah antara 12 sampai 13 tahun, tetapi pada sebagian kecil remaja putri yang tampak normal, menarche mungkin muncul pada usia sedini 10 tahun atau selambat 16 tahun (Euling, 2008).

Gambar 2.1 Distribusi penelitian usia menarche pada wanita yang lahir di Pelotas, Rio Grande do Sul State, Brazil, tahun 1982 dan diinterview tahun 2004-2005.

Sumber: J. Pediatrics, 2005.

2.2 Perkembangan Hormonal pada Remaja

Satu hal yang sangat menonjol terjadi menjelang menarche, adalah timbulnya penurunan kepekaan mekanisme sensor SSP terhadap mekanisme umpan balik negatif hormon seks. Gonadotropin kurang ditekan oleh hormon seks, yang berakibat kadar FSH akan meningkat. Meningkatnya kadar gonadotropin akan merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar estradiol meninggi. Perubahan status hormonal ini akan kelihatan berupa munculnya tanda-tanda seks sekunder (Sherwood, 2001).


(20)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Kepekaan sensor otak terhadap hormon seks menurun pada masa remaja, sampai dicapainya keseimbangan seperti orang dewasa. Beberapa saat menjelang menarche muncul mekanisme kontrol baru, yaitu umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis, yang menghasilkan lonjakan LH ( LH surge). Lonjakan LH ada kaitannya dengan ovulasi. Bila terjadi ovulasi akan terbentuk korpus luteum yang terutama akan memproduksi progesteron selama fase luteal. Peningkatan progesteron yang sejalan dengan penurunan gonadotropin akan berakibat terjadinya regresi korpus luteum. Dengan berakhirnya fungsi korpus luteum akan terjadi penghentian produksi progesteron yang memegang peranan penting dalam terjadinya menstruasi (Seminar, 2002). Bila tidak terjadi ovulasi, kadar estradiol menurun, dan keadaan ini diikuti oleh withdrawal bleeding akibat deskuamasi endometrium, yang berwujud sebagai menstruasi pertama, menarche (Cunningham, 2005).

Timbulnya menarche pada seseorang wanita tidaklah serta merta menggambarkan kemampuan untuk fungsi reproduksi. Biasanya masa anovulatori akan berlangsung selama kurang dari 3 tahun. Kemudian disusul oleh masa remaja fertil yang sudah mengalami avolasi; fase lutealnya sudah dijumpai progesteron sebagai tanda terjadinya kematangan poros endokrin (Hanafiah, 1999).

Berdasarkan pemeriksaan SBB (Suhu Badan Basal) dan kadar hormon progesteron, 55-90% siklus menstruasi pada tahun pertama setelah menarche adalah siklus anovulatoar. Setelah tahun kelima menjadi 80% siklus menstruasi yang diamati berovulasi (Rousdy, 1991).

2.3 Pertumbuhan Perkembangan Fisik dan Psikis selama Remaja

Perkembangan seksual terkonsentrasi pada dua periode singkat: pekembangan seksual primer pada embrio dan kemunculan karakteristik seks sekunder selama pubertas. Saat pubertas, perubahan muncul sebagai respons terhadap hormon gonadotropin kelenjar hipofisis. Pemicu pelepasan hormon ini belum diketahui. Usia onset pubertas sangat bervariasi dan tergantung pada ras, hereditas, dan


(21)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

faktor nutrisi (Feng, 2007). Dewasa ini, di Inggris perkembangan payudara rata-rata dimulai usia 11 tahun dan rambut pubis sedikit lebih lambat. Perkembangan payudara pada awalnya tidak sama (asimetris). Rata-rata menstuasi pertama dialami pada usia 13 tahun, namun pada umumnya dialami pada usia antara 11 hingga 15 tahun. Tanda-tanda pubertas adalah tubuhnya payudara pada anak perempuan diikuti dengan kecepatan pertumbuhan yang impresif. Progres pubertas ditandai oleh tingkatan rambut pubis dengan penggabungan epifisis, dengan berhentinya pertumbuhan, menandai akhir masa pubertas (Meadow, 2005).

Gambaran pertumbuhan remaja memperlihatkan hubungan yang erat dengan tingkat maturitas kelamin (TMK = sex maturity rating). Yang paling sering dipergunakan adalah skema menurut Tanner seperti gambar dibawah. Dimana TMK 1 dan 2 merupakan masa remaja awal, TMK 3 dan 4 masa remaja menengah, dan TMK 5 adalah masa remaja lanjut dan maturitas seksual penuh (Soetjatiningsih, 1995; Euling, 2008).

Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan stadium pubertas pada anak perempuan

Stadium Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh

Umur tulang (tahun) 1 Prapubertas Prapubertas Prapubertas (5

cm/ tahun) < 11

2 Teraba penonjolan areola melebar Jarang, pigmen sedikit lurus sekitar labia Awal pacu

pertumbuhan 11-11,5

3 Payudara dan areola membesar, batas tidak jelas Lebih hitam, mulai ikal jumlah bertambah

Pacu tumbuh 12

4 Areola dan papila membentuk bukit kedua Keriting, kasar, seperti dewasa, belum ke paha

Pertumbuhan melambat 13


(22)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

atas

5

Bentuk dewasa areola tidak

menonjol

Bentuk segitiga seperti dewasa, ke paha atas

Pertumbuhan

minimal 14-15

Sumber: Tumbuh Kembang Anak, 199

Dari stadium Tanner diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Pertumbuhan dan stadium pubertas pada anak perempuan (Ghizzoni, 2007). Sumber: J. Pediatrics, 2007.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche

Anak perempuan mencapai pubertas rata-rata satu tahun lebih dahulu dibandingkan anak laki-laki. Usia pubertas dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Euling, 2008). Pengukuran tinggi badan akan sangat berguna, karena pada anak perempuan pendek sering mengalami pubertas terlambat. Mayoritas anak dengan pubertas “terlambat” adalah normal: mereka butuh untuk selalu diyakinkan, diberi dukungan moral, dan kesabaran. Secara khusus, induksi pubertas diindikasikan jika ada insufiensi hipofisis atau gonad (Meadow, 2005).


(23)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Indikator-indikator yang dipakai serta untuk ukuran-ukuran untuk kelompok masalah gizi ini kebanyakan juga bersifat diagnostik klinis seperti: indikator antropometri, ukurannya adalah berat dan tinggi badan yang dibandingkan dengan standar. Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkat kesehatan gizi lebih dan kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi. Yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya (Santoso, 1999).

Berdasakan penelitian, faktor sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi onset menarche secara signifikan. Pada anak perempuan yang tinggal di pedesaan mengalami usia menarche 2 bulan lebih lambat dibandingkan anak perempuan yang tinggal di perkotaan, 13,09 dan 12,91 tahun ( Pacarada, 2007). Pola makan juga memberi dampak penting terhadap onset menarche, anak perempuan dengan nutrisi buruk mengalami 4,5 bulan terlambat menarche dibanding anak perempuan yang memiliki nutrisi baik (Pacarada, 2007). Anak perempuan yang memiliki BMI yang tinggi atau obesitas cendrung mengalami menstruasi lebih dini. Hal ini berhubungan dengan kadar leptin yang menstimulasi sekresi gonadotropin pada kelenjar hipotalamus dan hipofisis (Kaplowitz. 2008; Pasquino, 2008).

2.5 Fisiologi Menstruasi

Selama fase folikel (paruh pertama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh FSH, LH, dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah akan terus meningkat sehingga mengakibatkan penghambatan sekresi FSH, yang menurun selama akhir bagian akhir fase folikel. Secara inkomplit menekan sekresi LH yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saaat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen tersebut memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini akan


(24)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrigen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi ( Hanafiah, 1999).

Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen selama fase luteal (paruh terakhir siklus ovarium). Progesteron sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertahan di uterus. Kadar progesteron dan estrogen menurun secara tajam pada saaat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon hipofisis anterior ini kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikel (Hanafiah, 1999).

Gambar 2.3. Siklus Menstruasi

Sumber: Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem, 2001

Fase-fase di uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folike,lapisan endometrium kaya akan nutrien dan pembuluh darah terlepas (fase menstruasi uterus). Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua berdegenerasi pada fase akhir luteal sebelumnya. Pada fase


(25)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

akhir folikel, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal (fase proliferasi uterus). Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk mengahsilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik, atau progestasional, uterus). Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulai fase folikel dan fase menstruasi uterus yang baru (Sherwood, 2001).

2.6 Gangguan Menstruasi pada Remaja

Pubertas dini (precocius puberty) adalah perkembangan tanda-tanda seksual sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki. Pubertas prekok sejati (sentral) adalah hasil dari sekresi prematur gonadotropin dan mengikuti pola perkembangan normal. Pada pubertas prekok independen gonadotropin (misalnya hiperplasia adrenal kongenital, tumor adrenal, tumor gonad) urutan puberatal mungkin abnormal. Tumor intrakranial, hidrosefalus, meningitis dan ensefalitis dapat menjadi awal bagi pubertas prekok (Sastrawinata, 1999; Meadow, 2005).

Pubertas tarda (late puberty) adalah gejala-gejala pubertas yang baru datang antara umur 14-16 tahun. Biasanya tidak ada kelainan mencolok, karena biasanya perkembangan pertumbuhan akan berlangsung secara biasa. Biasanya disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan kekurangan gizi. Kalau menarche yang belum datang setelah umur 18 tahun, dapat didiagnosis amenorea primer, dan perlu dicari etiologinya (Sastrawinata, 1999).


(26)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Adapun konsep-konsep yang telah diukur melalui penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

3.2 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini dipakai beberapa batasan sebagai berikut:

1. Usia Menarche adalah usia ketika menstruasi pertama kali dan terjadi saat pubertas. Umur menarche responden akan dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi statistik.

2. Penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu cara untuk menilai status gizi anak, terdiri dari kurus, normal, resiko untuk gemuk, atau gemuk. Caranya dengan mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan responden.

Cara mengukur Berat Badan (BB) dengan menggunakan timbangan injak: Meletakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.

Lihat posisi jarum dan angka harus menunjukkan ke angka 0.

Responden sebaiknya tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, tidak memegang atau mengantongi sesuatu.

Variabel dependen: Variabel independen:

a.Indeks Massa Tubuh (IMT)

- Berat badan

- Tinggi badan b.Suku

c.Status sosial ekonomi

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Penghasilan d.Aktivitas olah raga


(27)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Responden berdiri di atas timbangan.

Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.

Sedangkan cara mengukur Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan pita meteran:

Responden tidak memakai sandal atau sepatu.

Berdiri tegak menghadap ke depan, tumit menempel pada dinding/ pengukur.

Menurunkan batas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. Membaca angka pada batas tersebut.

Setelah data berat dan tinggi badan diperoleh, hasil ukuran diinterpretasikan sesuai dengan table rujukan Indeks Massa Tubuh menurut umur dalam bulan (IMT/U) dari Depkes RI 2005 (lampiran). Hasil interpretasi: Kurus : gizi kurang

Normal : gizi baik Resiko Gemuk dan Gemuk : gizi lebih

3. Suku dinilai dari orang tua laki-laki dan perempuan kandung responden. Suku atau ras menarche responden akan dikelompokkan menjadi suku Batak, Jawa, Melayu, dan lain-lain.

4. Status sosial ekonomi dibedakan atas sosial ekonomi tinggi, menengah dan rendah berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dari orang tua.

5. Aktivitas olah raga secara sederhana dibedakan atas: Aktivitas ringan : 1 x perminggu,

aktivitas sedang : 2 x perminggu, aktivitas berat : 3 x perminggu.

Dan menilai riwayat olahraga responden sebelum mendapat menarche berupa frekuensi olahraga dan olahraga dengan rutin.


(28)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk memperoleh gambaran usia menarche pada remaja putri, dilanjutkan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche secara deskriptif analitik.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret-November 2009. 4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di dua SMP, yaitu;

1. SMP (Plus) Shafiyyatul Amaliyyah disebut SMP SA di Jl. Setia Budi No.191. Lokasi penelitian tersebut dipilih berdasarkan survei awal diketahui mayoritas pelajar dari golongan sosial ekonomi tinggi.

2. SMP Swasta Nurul Hasanah disebut SMP NH di Jl. Jamin Ginting No.314, diasumsikan dari golongan sosial ekonomi menengah bawah. Alasan peneliti memilih dua sekolah yang berbeda agar sampel dapat terdistribusi dengan rata dan terwakili.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Berdasarkan catatan sekolah tahun ajaran 2009-2010, jumlah pelajar putri di SMP SA sebanyak 139 orang dari kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan SMP NH berjumlah 324 orang dari tingkat kelas yang sama. Hal ini dijelaskan dalam tabel 4.1.


(29)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Tabel 4.1. Data Pelajar Putri SMP SA Tahun Ajaran 2009-2010:

Kelas VII VIII IX

1 10 16 17

2 14 12 15

3 12 16 15

4 12 - -

Jumlah 48 44 47

Sumber: Survei awal penelitian, 2009

Tabel 4.2. Data Pelajar Putri SMP NH Tahun Ajaran 2009-2010:

Kelas VII VIII IX

1 20 35 27

2 18 17 21

3 18 12 24

4 16 13 12

5 22 21 19

6 18 13 8

Jumlah

112 111 101

Sumber: Survei awal penelitian, 2009 4.3.2. Sampel

Penetuan besar sampel dalam penelitian ini memakai derajat kepercayaan sebesar 95%, serta tingkat kesalahan pengambilan keputusan 5%. Untuk memperoleh besar sampel penelitian digunakan rumus:

N n =

1 + N (d2) Keterangan: N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan.

(Notoatmodjo,2005)

Berdasarkan rumus di atas, sampel penelitian untuk SMP SA membutuhkan 104 responden, sedangkan SMP NH membutuhkan 108 responden. Pengambilan


(30)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

sampel tiap kelas menggunakan metode stratified random sampling, karena populasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen (Notoadmodjo, 2005).

Agar sampel yang diperoleh merata, digunakan rumus sampel per kelas sebagai

berikut: N

n = x sampel yang diteliti populasi target

Keterangan: n : Bilangan responden per kelas

N : Jumlah remaja putri per kelas (Budiarto,2002)

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data diperoleh dari pengumpulan sumber data dengan menggunakan perangkat kuisioner dan hasil pengukuran antropometri setiap responden.

4.4.2. Data Sekunder

Data jumlah pelajar putri di SMP SA dan SMP NH, tahun ajaran 2009-2010. 4.4.3. Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan digunakan instrument penelitian berupa kuisioner, tabel indeks IMT/U, meteran dan timbangan berat badan. Hal ini dijelaskan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Alat Pengumpul Data Penelitian

No. Variabel yang diukur Instrumen pengumpul data Skala Sifat variabel 1. Usia Menarche Kuisioner Interval Kuantitatif 2. Indeks Massa Tubuh Tabel Interval Kuantitatif 3. Tinggi Badan Meteran Interval Kuantitatif 4. Berat Badan Timbangan Interval Kuantitatif 5. Suku/ Ras Kuisioner Nominal Kualitatif 6. Sosial Ekonomi Kuisioner Ordinal Kuantitatif


(31)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

4.5. Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17 setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Editing

Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kuesioner yang telah diisi, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.

b. Coding

Peneliti akan mengklasifikasikan kategori-kategori dari data yang didapat dan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori.

c. Scoring

Data yang telah dikumpulkan kemudian diberikan skor sesuai ketentuan pada aspek pengukuran.

d. Entry

Merupakan kegiatan memasukan data dari hasil kuesioner kedalam komputer setelah kuesioner terisi semua dan benar setelah melewati tahap koding.

e. Analysis

Data penelitian ini telah dianalisis secara distribusi frekuensi atau tabel frekuensi sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk melihat hubungan secara statistik antara beberapa variabel penelitian, akan dilakukan pengujian kemaknaan statistik sebagai berikut:

− Uji t dua sampel independen untuk memperbandingkan selisih dari dua sampel yang independen dan memperbandingkan proporsinya.

− Uji regresi sederhana digunakan untuk memprediksi nilai suatu variable dependen berdasarkan nilai variable independen.


(32)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 27 sampai 31 Juli 2009 di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Sebanyak 235 siswi diberikan penjelasan dan menandatangani informed concent untuk dijadikan responden penelitian. Responden berasal dari kelas satu, dua, dan tiga yang ditentukan dengan metode stratified random sampling. Berdasarkan kuesioner dan pengukuran antropometri yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini

.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua SMP yang terletak di kota Medan. Dari hasil survei, kedua SMP responden penelitian memiliki kondisi sekolah yang bebeda. Berikut dijelaskan deskripsi lokasi penelitian:

a. SMP Shafiyyatul Amaliyyah

SMP Shafiyyatul Amaliyyah (SA) berdiri tanggal 20 Desember 1997 oleh Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA). Pada awalnya YPSA mendirikan tempat pendidikan TK, kemudian dimekarkan membentuk SD, dan SMP serta SMA Shafiyyatul Amaliyyah. Ketua Pembina YPSA saat penelitian adalah bapak H. Sofyan Raz, AKMM. SMP SA merupakan sekolah bertaraf internasional Mandiri (tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah dan swadaya masyarakat) dengan akreditasi “A”.

Siswa/i yang belajar di sekolah SA secara keseluruhan berjumlah ± 1.250 siswa/i dengan jumlah guru dan karyawan sekolah ± 500 pegawai. SMP SA dilengkapi oleh fasilitas dan prasarana sekolah berupa: 13 ruangan belajar ber-AC, ruangan kantor guru, mesjid, ruang serba guna, laboratorium komput er, laboratorium


(33)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

bahasa, laboratorium matematika, laboratorium IPA (biologi, fisika dan kimia), cyber school, digital library (Perpustakaan), Wi-fi area, ruang audio visual, sarana olahraga dan seni, ruang bermain, kolam renang, studio musik, ruangan makan siswa, klub sepak bola, klinik pemeriksaan kesehatan, konsultasi psikologi, program kemitraan dengan USU, kantin, supermarket, kebun bunga dan pembibitan, kebun sekolah, bus antar jemput, serta asuransi kecelakaan.

Secara demografi gambaran lokasi SMP SA terletak di pusat kota, yaitu di jl Setia Budi No.19 Medan. Luas tanah sekolah ± 3 ha dengan memiliki gedung sekolah bertingkat. Batas-batas sekolah:

Sebelah utara : Jalan Setia Budi, sebelah timur : SDN Inpres Setia Budi,

sebelah selatan : Perumahan penduduk di Setia Budi, sebelah barat : Jalan dr. Mansyur.

b. SMP Nurul Hasanah

SMP Nurul Hasanah (NH) didirikan pada tahun 1983 atas mufakat dari masyarakat pengajian setempat,yaitu Yayasan Masyarakat Muslim Padang Bulan (YMMBP). Bangunan SMP NH berada diatas tanah wakaf (sumbangan) masyarakat setempat dengan luas ± 1ha. Hanya sepertiga dari tanah wakaf yang dijadikan sebagai gedung sekolah, selebihnya merupakan bangunan mesjid Padang bulan dan pekuburan masyarakat muslim setempat. SMP NH memperoleh dana kelangsungan operasional sekolah dari dana swadaya masyarakat dan donator kepungurusan yayasan.

Pada tahun 2009-2010, siswa/I yang belajar di SMP NH berjumlah 614 pelajar, tenaga pengajar berjumlah 26 orang dan 5 orang pegawai tata usaha. SMP NH dilengkapi oleh fasilitas dan prasarana sekolah berupa: 12 ruangan belajar, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, ruang praktek elektronika dan keterampilan serta laboratorium komputer. Karena gedung kelas tidak mencukupi untuk siswa/i


(34)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

belajar, maka waktu belajar siswa/i SMP NH dibagi menjadi kelas pagi dan kelas sore.

Secara demografi SMP NH terletak di pinggiran kota, yaitu jalan Letjen. Jamin Ginting No.314 Padang Bulan. Adapun batas-batas sekolah SMP NH:

Sebelah utara : Jalan Kamboja, Kelurahan Padang Bulan, sebelah timur : Pajak Sore,

sebelah barat : Jalan Letjen. Jamin Ginting,

sebelah selatan : perumahan penduduk Padang Bulan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 115 siswi (48,9%) responden SMP SA dan 120 siswi (51,1%) responden SMP NH, seperti terlihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Frekuensi Persen

SMP SA 115 48,9

SMP NH 120 51,1

Total 235 100

Berdasarkan kelompok umur, distribusi responden terbanyak pada penelitian ini berada pada kelompok umur 13-14 tahun pada SMP SA, yaitu sebanyak 66 siswi (57,4%) responden, diikuti oleh kelompok umur 11-12 tahun berjumlah 44 siswi (38,3%) responden. Sedangkan pada SMP NH, distribusi responden terbanyak juga berada pada kelompok umur 13-14 tahun berjumlah 73 siswi (60,8%) responden, diikuti oleh kelompok umur 11-12 tahun berjumlah 36 siswi (30,0%) responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.


(35)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur

(tahun)

SMP SA SMP NH

n % n %

<11 3 2,6 0 0

11 – 12 44 38,3 36 30,0

13 – 14 66 57,4 73 60,8

15 – 16 2 1,7 10 8,3

>16 0 0 1 0,8

Jumlah 115 100,0 120 100,0

Hasil pengukuran tinggi badan responden pada SMP SA diperoleh rata-rata tinggi badan adalah 152,16 ± 6,27 cm. Tinggi badan terpendek responden SMP SA adalah 135,00 cm dan terpanjang 166,60 cm. Sedangkan pada SMP NH diperoleh rata-rata 146,13 ± 6,72 cm dengan tinggi badan terpendek 123,70 cm dan terpanjang 160,40 cm. Hal ini dapat diamati dari table 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Tinggi Badan

(cm)

SMP SA SMP NH

N % n %

<125 0 0 1 0,8

125 – 129 0 0 2 1,7

130 – 134 0 0 3 2,5

135 – 139 6 5,2 15 12,5

140 – 144 8 7,0 26 21,7

145 – 149 21 18,3 37 30,8

150 – 154 37 32,2 28 23,3

155 – 159 34 29,6 6 5,0

160 – 164 8 7,0 2 1,7

165 – 165 1 0,9 0 0

Jumlah 115 100,0 120 100,0

Hasil pengukuran berat badan responden pada SMP SA diperoleh rata-rata berat badan adalah 45,73 ± 10,25 cm. Berat badan terendah SMP SA adalah 25 kg dan tertinggi 82 kg.


(36)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Sedangkan pada SMP NH diperoleh rata-rata 38,89 ± 8,83 kg dengan berat badan terendah 23 kg dan tertinggi 94 kg. Hal ini dapat diamati dari table 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Berat Badan

(kg)

SMP SA SMP NH

N % n %

<25 0 0 1 0,8

25 – 29 4 3,5 10 8,3

30 – 34 9 7,8 24 20,0

35 – 39 19 16,5 35 29,2

40 – 44 25 21,7 27 22,5

45 – 49 21 18,3 15 12,5

50 – 54 18 15,7 3 2,5

55 – 59 7 6,1 3 2,5

60 – 64 5 4,3 1 0,8

>64 7 6,1 1 0,8

Jumlah 115 100,0 120 100,0

Berdasarkan statistik penelitian diperoleh status gizi (IMT/U) rata-rata responden adalah normal, yaitu 81 siswi (70,4%) responden SMP SA dan 98 siswi (81,7%) respondnen SMP NH. Frekuensi siswi responden SMP SA memiliki resiko gemuk dan sudah gemuk lebih banyak dibanding responden SMP NH, yaitu resiko gemuk 8 siswi (7%) dan gemuk 16 siswi (13,9%) responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi (IMT/U)

Status Gizi SMP SA SMP NH

N % N %

Kurus 10 8,7 13 10,8

Normal 81 70,4 98 81,7

Resiko gemuk 8 7,0 5 4,2

Gemuk 16 13,9 4 3,3

Jumlah 115 100,0 120 100,0

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berasal dari suku jawa dan batak. Pada SMP SA berjumlah 37 siswi (32,2%) responden bersuku batak diikuti 36 siswi (31,1%)


(37)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

responden bersuku batak. Sedangkan responden di SMP NH 69 siswi (57,5%) responden bersuku jawa diikuti 30 siswi (25,0%) responden bersuku batak. Hal ini dapat diamati dari tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Suku SMP SA SMP NH

n % n %

Batak 36 31,1 30 25,0

Jawa 37 32,2 69 57,5

Melayu 13 11,3 8 6,7

Lain-lain 29 25,2 13 10,8

Jumlah 115 100,0 120 100,0

Pada SMP SA, sebagian besar tingkat pendidikan orangtua responden adalah tamatan perguruan tinggi, yaitu ibu responden 90 orang (78,3%) dan ayah responden 102 orang (88,7%). Pekerjaan rata-rata ibu responden SMP SA adalah ibu rumah tangga (IRT) berjumlah 57 orang (49,6%), sedangkan ayah responden rata-rata bekerja sebagai pegawai negeri 60 orang (52,2%). Sebagian besar orangtua responden SMP SA memiliki penghasilan keluarga lebih dari Rp 3.000.000/bulan sebannyak 108 orang (93,3%). Hanya 7 orangtua (6,1%) responden yang memiliki pengahasilan per bulan Rp 1.500.000 sampai Rp 3.000.000.

Sementara pada SMP NH, tingkat pendidikan kedua orangtua responden adalah tamatan SMA, yaitu ibu responden 47 orang (39,2%) dan ayah responden 44 orang (36,7). Rata-rata pekerjaan ibu responden SMP NH adalah ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu 66 orang (55%). Sedangkan ayah responden SMP NH berjumlah 66 orang (55%) bekerja sebagai wiraswasta. Sebagian besar pengahasilan orangtua responden SMP NH dibawah Rp 3.000.000/bulan dengan rata-rata berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 57 orang (47,5%). Hanya 6 orang (5%) yang berpenghasilan lebih dari Rp 3.000.000/bulan. Hal ini dapat dilihat secara lengkap dari tabel 5.7.


(38)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Tabel 5.7. Distribusi Responden Karakteristik Orangtua Responden

Karakteristik Orangtua Responden

SMP SA SMP NH

Ibu Ayah Ibu Ayah

n % N % n % N %

Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah 0 0 0 0 6 5,0 8 6,7

SD 0 0 0 0 30 25,0 21 17,5

SMP 2 1,7 0 0 36 30,0 40 33,3 SMA 23 20,0 13 11,3 47 39,2 44 36,7 Perguruan Tinggi 90 78,3 102 88,7 1 0,8 7 5,8

Pekerjaan

Tidak bekerja 57 49,6 3 2,6 66 55,0 5 4,2 Pegawai negeri 30 26,1 60 52,2 1 0,8 7 5,8 Wiraswasta 28 24,3 52 45,2 33 27,5 66 55,0 Lain-lain 0 0 0 0 20 16,7 42 35,0

Penghasilan/ bulan n % n %

< Rp 500.000

0 0 7 108 0 0 6,1 93,9 41 57 16 6 34,2 47,5 13,3 5 Rp 500.000 - Rp

1.500.000 Rp 1.500.000 - Rp

1.500.000 > Rp 3.000.000

Jumlah 115 100 120 100

Dari tabel 5.7 dapat dilihat aktivitas olahraga responden sebelum menstruasi, di SMP SA sebagian besar 79 siswi (68,7%) berolahraga dan hanya 25 siswi (21,7%) yang teratur berolah raga. Rata-rata 70 siswi (60,9%) responden jarang berolah raga. Jenis olah raga yang sering dilakukan oleh responden masuk kategori lain-lain, seperti renang, badminton, naik sepeda dan variasi olah raga lain yang tidak spesifik.


(39)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Pada siswi responden di SMP NH sebanyak 65 siswi (54,2%) yang suka olah raga sebelum menstruasi dan 34 siswi (28,3%) responden teratur berolah raga. Pada umumnya 55 siswi (45,8%) responden jarang melakukan aktivitas olah raga secara rutin per minggu. Adapun Jenis olah raga yang sering dilakukan responden adalah lari pagi sebanyak 41 siswi (34,2%) responden. Hal ini dapat diamati pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Olahraga

Aktivitas Olahraga SMP SA SMP NH

N % n %

1. 1. Suka olahraga sebelum menarche

Tidak

36 31,3 55 45,8

Ya

79 68,7 65 54,2 2. Teratur olahraga

Tidak

90 78,3 86 71,7

Ya

25 21,7 34 28,3 3. Frekuensi olahraga

Jarang

70 60,9 55 45,8

1x/minggu

22 19,1 41 34,2

2x/minggu

16 13,9 15 12,5

3x/minggu

7 6,1 9 7,5

4. Jenis olahraga

Tidak spesifik

30 26,1 34 28,3

Lari pagi

15 13,0 41 34,2

Senam

7 6,1 12 10,0

Lain-lain

63 54,7 33 27,5


(40)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

5.1.3. Deskripsi Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh 82 siswi (71,3%) responden SMP SA sudah mengalami menarche dan 33 siswi (28,7%) responden belum mengalami menarche. Sedangkan pada responden di SMP NH sebanyak 74 siswi (61,7%) responden sudah mengalami menstruasi dan 46 siswi (38,3%) responden belum mengalami menstruasi. Menurut uji – t, perbandingan rata-rata riwayat menstruasi antara kedua SMP tidak memiliki perbedaan bermakna (p-value > 0,05) Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Menarche

Riwayat Menarche SMP SA SMP NH

N % n %

Belum 33 28,7 46 38,3

Sudah 82 71,3 74 61,7

Jumlah 115 100 120 100

Siswi responden SMP SA mengalami menarche sebagian besar diusia 11 tahun berjumlah 36 siswi (43,9%) responden. Berdasarkan hasil statistik, usia rata-rata menarche responden adalah 11,45 ±0,92. Usia menarche termuda responden SMP SA adalah 8,33 tahun sedangkan usia tertua adalah 13,33 tahun.

Sementara siswi responden SMP NH berjumlah 23 siswi (31,1%) responden mengalami menarche diusia 11 tahun. Usia menarche termuda responden SMP NH adalah 9,33 tahun dan tertua 14 tahun.Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10. Berdasarkan uji – t , perbandingan rata-rata usia menarche antara dua SMP tersebut memliiki perbedaan yang bermakna (p value < 0,05).

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche

Usia menarche SMP SA SMP NH

(tahun) n % n %

8 1 1,2 0 0

9 6 7,3 1 1,4

10 14 17,1 8 10,8


(41)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

12 21 25,6 21 28,4

13 4 4,9 20 27,0

14 - - 1 1,4

Jumlah 115 100,0 120 100,0

5.1.4. Deskripsi Usia Menarche dengan Status Gizi, Suku, Status Ekonomi, dan Aktivitas Olah Raga pada Responden

Pada responden yang sudah mengalami menarche, terdapat 122 siswi memiliki status gizi yang normal. Dan terdapat 4 siswi responden yang menarche dengan status gizi kurang. Jumlah responden yang sudah menarche dengan status gizi normal, paling banyak mangalami menarche di usia 11 tahun yaitu berjumlah 51 responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Silang antara Usia Menarche dengan Status Gizi Responden Status

Gizi

Usia Menarche

Total

8 9 10 11 12 13 14

Kurus 0 0 0 1 2 1 0 4

Normal 1 4 11 51 31 23 1 122

R. gemuk 0 2 3 5 3 0 0 13

Gemuk 0 1 8 2 6 0 0 17

Menurut hasil penelitian, suku Jawa merupakan suku yang mendapat menarche paling banyak, yaitu di usia 12 tahun berjumlah 22 responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Distribusi Silang Usia Menarche dengan Suku Responden

Suku Usia Menarche Total

8 9 10 11 12 13 14

Batak 1 1 6 21 7 7 1 44

Jawa 0 2 10 21 22 10 0 65

Melayu 0 3 1 2 6 3 0 15


(42)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Pada penelitian ini diasumsikan, responden yang memiliki status ekonomi tinggi mendapat menarche paling banyak, yaitu 78 responden dengan usia menarche rata-rata 11 tahun (34 responden). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13. Distribusi Silang antara Usia Menarce dengan Status Ekonomi Responden

Status Usia Menarche Total

Ekonomi 8 9 10 11 12 13 14

Rendah 0 0 2 5 0 1 0 8

Sedang 0 2 9 20 21 18 0 70

Tinggi 1 5 11 34 21 5 1 78

Responden yang memiliki akitvitas olahraga yang berat lebih banyak mendapat menarche, yaitu 106 responden dengan usia menarche 11 tahun berjumlah 46 responden. Sementara responden yang memiliki aktivitas olahraga yang ringan lebih sedikit mendapat menarche. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14. Distribusi Silang antara Usia Menarche dengan Aktivitas Olahraga Aktivitas

Olahraga Usia Menarche Total

8 9 10 11 12 13 14

Ringan 0 1 4 12 9 6 1 33

Sedang 0 0 2 1 11 3 0 17

Berat 1 6 16 46 22 15 0 106

Pada penelitian dilakukan uji Regresi linier antara usia menarache dengan faktor yang mungkin berpengaruh, yaitu status gizi, suku, status ekonomi dan aktivitas olahraga. Hal yang mempengaruhi secara bermakna usia menarche adalah status gizi dan status ekonomi dari responden. Diperoleh nilai status gizi (p=0,001) < 0,05 dan status ekonomi (p=0,03) < 0,05. Sedangkan nilai kemaknaan variable suku dan aktivitas olah raga responden tidak mempengaruhi usia menarche (p-value > 0,05). Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.15.


(43)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Tabel 5.15 Hubungan Usia Menarche dengan Status gizi, Suku, Status Ekonomi, dan Aktivitas Olahraga Responden

R R2 p value

Status gizi 0,26 0,70 0,01

Suku 0,35 0,00 0,66

Status ekonomi 0,18 0,31 0,02

Aktivitas olahraga 0,11 0,13 0,16

5.1. Pembahasan

5.1.1. Gambaran Usia Menarche di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah

Dari penelitian sebelumnya, tahun 1991 pada remaja putri di SMP kota Medan menunjukkan ada perbedaan antara usia menarche pada dua SMP yang diasumsikan berbeda dalam karakteristik responden. Rata-rata usia menarche pada SMP dengan golongan sosial ekonomi tinggi lebih cepat terjadi dibandingkan SMP dengan karakteristik responden dari golongan sosial ekonomi rendah (Rousdy,1991). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan pada SMP SA dan SMP NH. Karakteristik responden antara SMP SA dan SMP NH memiliki banyak perbedaan rata-rata responden ( p value < 0,05). Adapun karakteristik responden yang berbeda rata-rata adalah kelompok umur, tinggi badan, berat badan, status gizi, suka berolah raga sebelum menarche, jenis olahraga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, dan usia responden mendapat menarche. Dari hasil deskripsi karakteristik penelitian responden, diasumsikan responden SMP SA memiliki status ekonomi yang tinggi sedangkan responden SMP NH memiliki status ekonomi rendah.

Berdasarkan tabel 5.9. terdapat 82 responden (71,3%) SMP SA yang sudah mendapat menarche, sedangkan SMP NH hanya 74 responden (61,7%). Tetapi hasil uji-t, riwayat menarche antara kedua SMP responden tidak memiliki perbedaan yang bermakna ( p > 0,05). Karakter yang memiliki perbedaan adalah rata-rata usia menarche antara kedua SMP responden. Umur menarche rata-rata responden SMP SA adalah 11,45 ± 0,92 tahun, sedangkan responden SMP NH


(44)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

adalah 12,19 ± 0,98 (tabel 5.10). Dengan demikian, usia menarche SMP SA lebih muda dibandingkan dengan usia menarche SMP SA.

Berdasarkan hasil analisa statistik, perbedaan usia menarche antara SMP SA dan SMP NH dipengaruhi oleh karakteristik disetiap responden penelitian. Karakteristik responden antara SMP SA dan SMP NH memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Menurut uji –t pada tabel 5.5 dan 5.7, diasumsikan terdapat perbedaan rata-rata status gizi dan status ekonomi antara kedua SMP SA dan SMP NH (p < 0,05). Faktor status gizi dan status ekonomi mempengaruhi gambaran usia menarche antara kedua SMP responden. Kesimpulan ini sangat sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa faktor status gizi yang baik dan status ekonomi yang tinggi mempercepat datangnya menarche (Collub,2008; Rousdy, 1991). Keadaan gizi yang kurang sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan akan menimbulkan gangguan pada tingkat hipotalamus sehingga sekresi gonadotropin tidak teratur, hal ini yang bias mengakibatkan proses menarche terganggu (Euling,2008).

Karaktetistik berupa suku dan aktivitas olahraga responden sebelum mendapat menarche tidak memiliki hubungan dalam mempengaruhi usia menarche pada responden SMP SA dan SMP NH (p > 0,05) sesuai dengan tabel 5.12 dan 5.14. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rousdy, bahwa aktivitas olahraga tidak menunjukkan hubungan dengan usia menarche antara dua kelompok SMP kota Medan yang berbeda karakteristik (Rousdy,1991)

.

5.1.2 Hubungan Usia Menarche dengan Status Gizi, Suku, Status Ekonomi, dan Aktivitas Olah Raga

Penelitian yang telah dilaksanakan di berbagai negara menunjukkan usia menarche dari anak yang berasal dari sosial ekonomi tinggi mendapat usia menarche lebih muda dibanding anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah (Santoso,1999). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di SMP SA dan NH. Keseluruhan responden yang sudah mendapat menarche antara


(45)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

kedua SMP SA dan SMP NH digabungkan menjadi responden remaja putri yang telah mendapat menarche. Ternyata responden yang memiliki tingkat status ekonomi tinggi mendapat menarche lebih muda dibandingkan responden siswi yang berstatus ekonomi rendah (Tabel 5.13).

Tingkat sosial ekonomi secara langsung akan mempengaruhi status gizi anak. Penelitian ini juga menilai autokorelasi antara faktor tingkat sosial ekonomi dengan status gizi responden siswi SMP SA dan SMP NH yang sudah mendapat menarche. Berdasarkan hasil statistik, ternyata faktor tingkat sosial ekonomi responden siswi SMP mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi responden (p < 0,05) (Tabel 5.15). Karena untuk memenuhi status gizi yang baik, kedua orangtua responden diasumsikan memiliki ilmu yang cukup. Dinilai dari tingkat pendidikan dan pekerjaan kedua orangtua responden yang baik untuk memperoleh penghasilan yang memadai dalam memenuhi asupan gizi keluarga.

Berdasarkan hasil uji statistik, perbedaan suku antara responden SMP SA dan SMP NH yang sudah mendapat menarche tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap usia menarche responden (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variasi suku tidak mempengaruhi usia menarche (Tabel 5.15). Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan adanya perbedaan rasa atau suku yang mempengaruhi usia menarche anak, walaupun masih sedikit nilai korelasinya karena diduga faktor gizi lebih berperan (Rousdy,1991).

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 5.15, riwayat olahraga tidak mempengaruhi usia menarche responden SMP SA dan SMP NH (p > 0.05). Walaupun berdasarkan hasil penelitian terdapat 106 responden SMP SA dan SMP SH yang mendapat menarche melakukan aktivitas berat sebelum responden mendapatkan menarche. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya. Karena pada remaja putri yang mengikuti latihan-latihan berat pada saat menjelang usia menarche (seperti pada atlit) mendapatkan menarche lebih


(46)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

lama dibanding remaja putri yang tidak melakukan aktivitas berat. Hal ini terutama disebabkan penurunan persentase lemak dan penurunan berat badan. Bila persentase lemak tubuh kurang dari 17%, maka usia menarche akan terlambat (Rousdy, 1991).

BAB 6 KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa penelitian pada 115 siswi responden SMP SA dan 120 siswi responden SMP NH diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Gambaran rata-rata usia menarche tahun 2009 pada remaja putri SMP SA adalah 11,45 ±0,92 tahun, sedangkan remaja putri SMP NH adalah 12,19 ± 0,98 tahun. Ternyata secara statitistik rata-rata usia menarche antara kedua SMP berbeda (p < 0,05).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche pada remaja putri SMP SA dan SMP NH adalah status gizi dan tingkat sosial ekonomi (p < 0,05). Sedangkan faktor suku dan aktivitas responden remaja putri SMP SA dan SMP NH tidak mempengaruhi usia menarche (p > 0,05)


(47)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

1. Memberikan edukasi yang baik tentang masalah menarche dan pubertas kepada remaja dan orangtua.

2. Mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi usia menarche untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap usia menarche, seperti pengaruh pola makan terhadap usia menarche.

3. Melakukan studi untuk mengetahui pengaruh usia menarche terhadap prevalensi kanker payudara atau penyakit reproduksi lain.

4. Menambah sampel penelitian yang lebih heterogen, yaitu remaja putri yang berasal dari daerah pedesaan atau perkotaan. Hal ini untuk mendapatkan angka representatif secara regional maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E., Anggraeni, D. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 52.

Collub, MS., Collman GW., Foster, PM., et al. 2008. Public Health Implications of Altered Puberty Timing. Available from:

Cunningham, FG., Gant, NF., Leveno, KJ.,et al. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol.1. Ahli Bahasa: Hartono, A., Suyono, Y.J., dan Pendit, B.U. Jakarta: EGC. Hlm.69.

Euling, S. Y., Selevan, S. G., Pescovitz, O. H., dan Skakkebaek, N.E.2008. Role of Environmental Factors in the Timing of Puberty. Available from:


(48)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Euling, S. Y., Giddens, M.E., Lee, P.E., et al. 2008. Examination of US Puberty-Timing Data from 1940 to 1994 for Secular Trends: Panel Findings.

Available from:

Feng, Y., Hong, X., Wilker, E., et al. 2007. Effects of Age at Menarche, Reproductive Years, and Menopause on Metabolic Risk Factors for

Cardiovascular Diseases. Available from:

[Accessed 23 March 2009].

Ghizzoni, L., Street, ME., Marchesi, M., Raggi, V., 2007. Normal and Abnormal

Puberty. Available from:

March 2009].

Hanafiah, M. J., 1999. Haid dan Siklusnya. Dalam: Winkojosastro, H., Saifuddin, A. B., dan Rachimhadi, T. Ilmu Kandungan. FK UI, Jakarta: 103-120.

Kaplowitz, P.B.2008. Link Between Body Fat and The Timing of Puberty. J. Pediatrics. 121 Suppl 3:S208-17. Available from:

Meadow, R.; Newel, S., 2005. Lecture Note Pediatrika. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.Hlm. 31-35, 96.


(49)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Nazario, B., 2002. WebMD Medical News. Cadernos de Saude Publica. Vol.24. [Accessed 23 March 2009]

Notoatdmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Eka Cipta. Hlm. 92.

Rousdy, A. S., 1991. Usia Rata-rata Menarche pada Remaja Putri Pelajar di Dua SLTP Kodya Medan; Tesis.

Pacarada, M., Lulaj, S., Kongjeli, G., Obertinca, B., 2007. Impact of Socio-Economic Factors on Onset of Menarche in Kosovar Girls. BMJ.

Available from:

Pasquino, A.M., Pucarelli, I., Accardo, F., et al. 2008. Long-Term Observation of 87 Girls with Idiopathic Central Precocious Puberty Treated with Gonadotropin-Releasing Hormone Analogs: Impact on Adult Height, Body Mass Index, Bone Mineral Content, and Reproductive Function. J Clin Endocrinol Metab Vol. 93, No.1. 190-195. Available from:

2009]

Santoso, S., Ranti, A.L., 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 59, 73.

Sastrawinata, S., 1999. Gangguan pada Masa Bayi, Kanak-kanak, Pubertas, Klimakterium, dan Senium. Dalam: Winkojosastro, H., Saifuddin, A. B., dan Rachimhadi, T. Ilmu Kandungan. FK UI, Jakarta: 236.


(50)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 717.

Seminar: Fisiologi dan Patofisiologi Menstruasi. 2002. Dept. Obstetri dan Ginekologi. FK USU. Hlm.24.

Silva, CML., Gigante, DP., Minten, GC., 2005. Premenstrual Symptoms and Syndrome According to Age at Menarche in a 1982 Birth Cohort in Southhern Brazil. J. Pediatrics . Available from:

2009]

Soetjiningsih,. 1995. Tumbuh kembang Anak. Jakarta: EGC. Hlm.28.

Taber, B.Z., 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm.175.

Warne, GL., 1988. Growth Disorders in Infancy and childhood. J. Pediatrics, Obsetrics and Gynecology, 14:6.

Whincup, PH., Gilg, JA., Odoki, K., Taylor, SJC., Cook, DG.,2001. Papers Age of Menarche in Contemporary British Teenagers: Survey of Girls Born between 1982 and 1986. BMJ 2001;322:1095-1096. Available from:


(51)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pebri Warita Pulungan

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/ 12 Februari 1987 Agama : Islam

Alamat : Jl. Merdeka Gg. Perjuangan No.2 Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan:

1. Pendidikan Dokter FK USU (2006 – sekarang) 2. SMA N 1 (PLUS) Matauli, Pandan (2002 – 2005) 3. MTsN Model Padangsidimpuan (1999 – 2002) 4. SD N 26 Teladan, Padangsidimpuan (1993 – 1999)

5. TK Pertiwi, Padangsidimpuan (1992 – 1993)

Riwayat Organisasi:

1. Relawan dan Pengurus Bulan Sabit Merah Indonesia (2007 - sekarang). 2. Ketua Departemen Pendidikan dan Penelitian Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) PEMA FK USU (2008 – 2009).

3. Manajer Divisi Program Standing Committee on Research Exchange (SCORE) BEM PEMA FK USU (2007 – 2008).

4. Anggota Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis (TBM) PEMA FK USU (2008 – 2009).

5. Anggota Dana dan Usaha Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU (2007 – 2008).


(52)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

6. Anggota Divisi Kepemimpinan OSIS SMA N 1 Matauli, (2003 – 2004). 7. Wakil Bendahara OSIS MTsN Padangsidimpuan (2000 – 2001).

Penghargaan:

1. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai Dikti 2008 – 2009, Proposal Penelitian: CES (Creative, Educative, and Suportive) Gallery – pada Anak Jalanan di USU.

2. Proposal Penelitian; Uji Efek Pemberian Propolis Secara Oral terhadap Penderita DBD Stadium Awal (2008 – 2009).

3. Tinjauan Pustaka; Potensi Caffeic Acid Phenythl Ester (CAPE) dalam Propolis untuk Mencegah Aterosklerosis pada Penyakit Jantung Koroner. 4. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai Dikti 2007 – 2008,

Proposal Penelitian: Optimasi Piranti Penangkap Aseton untuk Mendeteksi Diabetes Melitus.

5. Poster Presentator pada Pekan Ilmiah Mahasiswa FK USU 2007, Judul: Efek Bawang Putih terhadap Toksisitas MSG (Monosodium Glutamat) pada Makanan.

6. Pemenang Lomba Tinjauan Pustaka pada 3rd Annual Scientific Meeting of Pharmacy, Pharmacology And medicine 2007.

7. Pemenang Harapan, HUT IKAFI 2006; Advatages Of Bee’s Product as a Natural Pharmaceutics in Medical Science, Tinjauan Pustaka berjudul Efek Terapi Madu pada Penderita Autis.


(1)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

1. Memberikan edukasi yang baik tentang masalah menarche dan pubertas kepada remaja dan orangtua.

2. Mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi usia menarche untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap usia menarche, seperti pengaruh pola makan terhadap usia menarche.

3. Melakukan studi untuk mengetahui pengaruh usia menarche terhadap prevalensi kanker payudara atau penyakit reproduksi lain.

4. Menambah sampel penelitian yang lebih heterogen, yaitu remaja putri yang berasal dari daerah pedesaan atau perkotaan. Hal ini untuk mendapatkan angka representatif secara regional maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E., Anggraeni, D. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 52.

Collub, MS., Collman GW., Foster, PM., et al. 2008. Public Health Implications

of Altered Puberty Timing. Available from:

Cunningham, FG., Gant, NF., Leveno, KJ.,et al. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol.1. Ahli Bahasa: Hartono, A., Suyono, Y.J., dan Pendit, B.U. Jakarta: EGC. Hlm.69.

Euling, S. Y., Selevan, S. G., Pescovitz, O. H., dan Skakkebaek, N.E.2008. Role


(2)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Euling, S. Y., Giddens, M.E., Lee, P.E., et al. 2008. Examination of US Puberty-Timing Data from 1940 to 1994 for Secular Trends: Panel Findings.

Available from:

Feng, Y., Hong, X., Wilker, E., et al. 2007. Effects of Age at Menarche,

Reproductive Years, and Menopause on Metabolic Risk Factors for

Cardiovascular Diseases. Available from:

[Accessed 23 March 2009].

Ghizzoni, L., Street, ME., Marchesi, M., Raggi, V., 2007. Normal and Abnormal

Puberty. Available from:

March 2009].

Hanafiah, M. J., 1999. Haid dan Siklusnya. Dalam: Winkojosastro, H., Saifuddin, A. B., dan Rachimhadi, T. Ilmu Kandungan. FK UI, Jakarta: 103-120.

Kaplowitz, P.B.2008. Link Between Body Fat and The Timing of Puberty. J. Pediatrics. 121 Suppl 3:S208-17. Available from:

Meadow, R.; Newel, S., 2005. Lecture Note Pediatrika. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.Hlm. 31-35, 96.


(3)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Nazario, B., 2002. WebMD Medical News. Cadernos de Saude Publica. Vol.24. [Accessed 23 March 2009]

Notoatdmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Eka Cipta. Hlm. 92.

Rousdy, A. S., 1991. Usia Rata-rata Menarche pada Remaja Putri Pelajar di Dua

SLTP Kodya Medan; Tesis.

Pacarada, M., Lulaj, S., Kongjeli, G., Obertinca, B., 2007. Impact of

Socio-Economic Factors on Onset of Menarche in Kosovar Girls. BMJ.

Available from:

Pasquino, A.M., Pucarelli, I., Accardo, F., et al. 2008. Long-Term Observation of

87 Girls with Idiopathic Central Precocious Puberty Treated with Gonadotropin-Releasing Hormone Analogs: Impact on Adult Height, Body Mass Index, Bone Mineral Content, and Reproductive Function. J Clin

Endocrinol Metab Vol. 93, No.1. 190-195. Available from: 2009]

Santoso, S., Ranti, A.L., 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 59, 73.

Sastrawinata, S., 1999. Gangguan pada Masa Bayi, Kanak-kanak, Pubertas,

Klimakterium, dan Senium. Dalam: Winkojosastro, H., Saifuddin, A. B.,


(4)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 717.

Seminar: Fisiologi dan Patofisiologi Menstruasi. 2002. Dept. Obstetri dan Ginekologi. FK USU. Hlm.24.

Silva, CML., Gigante, DP., Minten, GC., 2005. Premenstrual Symptoms and

Syndrome According to Age at Menarche in a 1982 Birth Cohort in Southhern Brazil. J. Pediatrics . Available from:

2009]

Soetjiningsih,. 1995. Tumbuh kembang Anak. Jakarta: EGC. Hlm.28.

Taber, B.Z., 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm.175.

Warne, GL., 1988. Growth Disorders in Infancy and childhood. J. Pediatrics, Obsetrics and Gynecology, 14:6.

Whincup, PH., Gilg, JA., Odoki, K., Taylor, SJC., Cook, DG.,2001. Papers Age

of Menarche in Contemporary British Teenagers: Survey of Girls Born between 1982 and 1986. BMJ 2001;322:1095-1096. Available from:

ed 24 March 2009]


(5)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pebri Warita Pulungan

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/ 12 Februari 1987 Agama : Islam

Alamat : Jl. Merdeka Gg. Perjuangan No.2 Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan:

1. Pendidikan Dokter FK USU (2006 – sekarang) 2. SMA N 1 (PLUS) Matauli, Pandan (2002 – 2005) 3. MTsN Model Padangsidimpuan (1999 – 2002) 4. SD N 26 Teladan, Padangsidimpuan (1993 – 1999)

5. TK Pertiwi, Padangsidimpuan (1992 – 1993)

Riwayat Organisasi:

1. Relawan dan Pengurus Bulan Sabit Merah Indonesia (2007 - sekarang). 2. Ketua Departemen Pendidikan dan Penelitian Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) PEMA FK USU (2008 – 2009).

3. Manajer Divisi Program Standing Committee on Research Exchange (SCORE) BEM PEMA FK USU (2007 – 2008).

4. Anggota Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis (TBM) PEMA FK USU

(2008 – 2009).

5. Anggota Dana dan Usaha Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU (2007 – 2008).


(6)

Pebri Warita Pulungan : Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009, 2009.

6. Anggota Divisi Kepemimpinan OSIS SMA N 1 Matauli, (2003 – 2004). 7. Wakil Bendahara OSIS MTsN Padangsidimpuan (2000 – 2001).

Penghargaan:

1. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai Dikti 2008 – 2009, Proposal Penelitian: CES (Creative, Educative, and Suportive) Gallery – pada Anak Jalanan di USU.

2. Proposal Penelitian; Uji Efek Pemberian Propolis Secara Oral terhadap Penderita DBD Stadium Awal (2008 – 2009).

3. Tinjauan Pustaka; Potensi Caffeic Acid Phenythl Ester (CAPE) dalam Propolis untuk Mencegah Aterosklerosis pada Penyakit Jantung Koroner. 4. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai Dikti 2007 – 2008,

Proposal Penelitian: Optimasi Piranti Penangkap Aseton untuk Mendeteksi Diabetes Melitus.

5. Poster Presentator pada Pekan Ilmiah Mahasiswa FK USU 2007, Judul: Efek Bawang Putih terhadap Toksisitas MSG (Monosodium Glutamat) pada Makanan.

6. Pemenang Lomba Tinjauan Pustaka pada 3rd Annual Scientific Meeting of Pharmacy, Pharmacology And medicine 2007.

7. Pemenang Harapan, HUT IKAFI 2006; Advatages Of Bee’s Product as a

Natural Pharmaceutics in Medical Science, Tinjauan Pustaka berjudul

Efek Terapi Madu pada Penderita Autis. 8. Lain-lain.