Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

11 konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert- Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan Rohman, 2007. Menurut Rohman 2007, hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut: A = a.b.c Dimana: A = absorbansi a = absorptivitas b = tebal kuvet cm c = konsentrasi Absorptivitas a merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang radiasi Rohman, 2007.

2.5. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainnya Mulja dan Suharman, 1995. Universitas Sumatera Utara 12 Menurut Day dan Underwood 1998 ada beberapa kemungkinan yang terjadi yaitu sebagai berikut : 1.Kemungkinan I Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi kemungkinan I dapat dilihat pada gambar 4. Konstituen X dan Y semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ1 dan λ2. X Y absorban λ1 λ2. Spektra absorpsi senyawa X dan Y tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan 2. Kemungkinan II Tumpang tindih satu-cara darispektra: seperti ditunjukkan pada gambar 5, Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup banyak bersama-sama Y pada λ2. Pendekatan soal ini pada prinsipnya sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbansi larutan pada λ1. Kemudian Universitas Sumatera Utara 13 absorbansi yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung dari absortivitas molar X pada λ2, yang telah diketahui sebelu mnya. Sumbangan ini dikurangkan dari absorbansi terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh absorbansi yang disebabkan oleh Y; konsentrasi Y kemudian dapat diukur dengan cara yang umum. Spektra kemungkinan dua dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 3. Kemungkinan III Tumpang tindih dua cara dari spektra : bila tidak dapat ditemukan panjang gelombang ini: Spectra saling dimana X atau Y menyerap secara eksklusif. Seperti yang ditunjukkan gambar dibawah tumpang tindih dari dua komponen X dan Y. pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1. Komponen Y juga mempunyai absorbansi tersendiri. Demikian juga pada absorbansi maksimum senyawa Y pada λ2. Komponen X juga mempunyai absorbansi tersendiri. Spectrum serapan dari campuran X dan Y merupakan jumlah dari dua kurva individu. Penggunaan teknik persamaan simultan memerlukan beberapa persyaratan agar diperoleh hasil yang memuaskan, antara lain harga selisih panjang Universitas Sumatera Utara 14 gelombang maksimum masing- masing komponen harus relative besar atau harga rasio serapan antar komponen pada panjang gelombang maksimum cukup besar. Pada campuran multikomponen yang ada, terutama pada sediaan farmasi syarat tersebut akan sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda multiple regression melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang multiple wavelength Andrianto, 2009. Pengukuran tersebut akan valid jika pengukuran serapan dilakukan pada multi panjang gelombang dengan jumlah melebihi komponen dan dikenal dengan istilah over-determained system Andrianto, 2009.

2.6. Validasi Metode Analisis

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

42 281 123

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 33 111

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 106

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 18

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 1 5

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 11

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 3 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 58

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 18