Serapan Air Hasil Pengujian Sifat Fisis Keramik Berpori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Keramik Berpori

4.1.1 Serapan Air

Pengujian serapan air dilakukan dengan mengukur massa kering sampel setelah dibakar dan massa basah sampel setelah direndam selama 24 jam dan didiamkan selama 5 jam setelah diangkat dari perendaman . Hasil pengujian serapan air ditunjukkan oleh gambar 4.1. Gambar 4.1 Grafik Variasi Campuran vs Serapan air Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai serapan air maksimum terjadi pada keramik berpori campuran tanah lempung dan arang aktif 80 : 20 yang disintering pada suhu 1000 C dengan holding time 2 jam yaitu sebesar 36,27 sedangkan nilai serapan air minimum terjadi pada campuran tanah lempung dan arang aktif 100 :0 yang disintering pada suhu 1000 C dengan holding time 4 jam yaitu sebesar 3,51. 5.54 12.29 36.27 26.9 13.64 4.56 4.76 11.01 19.04 20.51 3.51 5.27 9.01 13.56 21.45 5 10 15 20 25 30 35 40 100 : 0 90 : 10 80 : 20 70 : 30 60 : 40 S E R A P A N A IR Variasi Campuran Grafik Serapan Air vs Variasi Campuran 2 JAM 3 JAM 4 JAM Universitas Sumatera Utara Untuk melihat pengaruh penambahan arang aktif pada campuran keramik berpori maka harus dilihat pada holding time yang sama. Pada variasi holding time 2 jam dapat diketahui bahwa nilai serapan air mengalami kenaikan pada campuran 100 : 0 , 90 : 10 hingga mencapai titik maksimum serapan air pada campuran 80 : 20 dan akhirnya mengalami penurunan pada variasi campuran 70 : 30 dan 60 : 40. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembakaran sampel dengan suhu sintering 1000 C dan holding time 2 jam campuran 80 : 20 adalah campuran optimal yang menandakan bahwa apabila arang aktif ditambahkan 20 dari total campuran maka dapat diduga bahwa nilai serapan air akan mengalami penurunan. Penyebab dari penurunan nilai daya serap ini adalah akibat dari proses karbonisasi yaitu proses mengurainya karbon yang terdapat pada arang aktif ketika mengalami proses sintering dan berikatan dengan oksigen O 2 pada udara bebas membentuk karbondioksida CO 2 serta menimbulkan jejak keporian pada keramik. Pada variasi holding time 3 jam, nilai serapan air menunjukkan kenaikan nilai pada semua variasi campuran 100 : 0, 90 :10, 80 : 20, 70 : 30 dan 60 : 40. Hal ini menandakan bahwa penambahan arang aktif pada campuran dengan holding time selama 3 jam dapat menambah nilai serapan air pada sampel. Demikian juga pada variasi holding time 4 jam, terjadi kenaikan nilai pada semua variasi campuran, sehingga penambahan arang aktif pada sampel dapat dikatakan berbanding lurus dengan nilai serapan air. Hubungan antara holding time dengan nilai serapan air sampel dapat dilihat pada variasi campuran yang sama. Pada variasi campuran tanah lempung dan arang aktif 100 : 0, 80 : 20 dan 70 : 30 terjadi penurunan serapan air seiring dengan penambahan waktu holding time. Dapat dilihat bahwa pada masing-masing variasi campuran nilai serapan air terbesar berada pada sampel yang disintering dengan holding time 2 jam sedangkan sampel dengan nilai serapan air terendah adalah sampel yang disintering dengan holding time 4 jam. Dari hubungan ini dapat digambarkan bahwa pengaruh penambahan holding timepada variasi campuran 100 : 0, 80 : 20 dan 70 : 30 adalah hubungan yang berbanding terbalik dengan nilai serapan airnya. Universitas Sumatera Utara Pada variasi campuran 90 : 10 dan 60 dan 40 terjadi ketidaktentuan nilai dimana pada campuran 90 : 10 terjadi kenaikan dan penurunan nilai serapan air yang tidak teratur, sedangkan pada campuran 60 : 40 terjadai kenaikan nilai serapan air seiring dengan penambahan lamanya holding ini. Hal ini disebabkan ketidakmerataanketidakhomogenan pencampuran tanah lempung dan arang aktif pada saat pencampuran serta pengaruh dari panas yang tidak merata ketika proses sintering.

4.1.2 Porositas