xlv gaya akting penulis naskah, atau hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber
peniruan, barulah kemudian menggunakan; ii teknik kreatif, yaitu
mengusahakan gaya akting dengan berbagai usaha, mungkin melalui improvisasi ataupun melalui kegiatan eksperimen.
c. Langkah-langkah Bermain Peran
Mahardhika Zifana 2008: 1 menyebutkan ada beberapa tahap dalam pembelajaran dengan model bermain peran, yaitu sebagai berikut: 1 tahap
memotivasi kelompok; 2 memilih pemeran; 3 menyiapkan pengamat; 4 menyiapkan tahap-tahap permainan peran; 5 pemeranan; 6 diskusi dan
evaluasi; 7 pemeranan ulang; 8 diskusi dan evaluasi kedua; 9 membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
Sedangkan Brockets dalam Herman J. Waluyo, 2006: 122 menyatakan bahwa dalam memerankan tokoh drama bermain peran harus melalui beberapa
tahapan latihan. Ia menyebutkan ada tujuh langkah dalam latihan bermain peran, yaitu; 1 latihan tubuh; 2 latihan suara; 3 latihan observasi dan imajinasi; 4
latihan konsentrasi; 5 latihan teknik; 6 latihan sistem acting; dan 7 latihan untuk memperlentur keterampilan.
Langkah pertama dalam latihan bermain peran adalah olah tubuh. Latihan tubuh yang dimaksud dalam latihan bermain peran adalah latihan ekspresi secara
fisik. Latihan ini bertujuan agar fisik dapat bergerak secara fleksibel, disiplin dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik dapat dilakukan secara fleksibel tetapi tetap
disiplin terhadap peran yang dibawakan. Ekspresi juga harus tetap sesuai dengan watak dan perasaan peran yang dibawakan.
Latihan kedua dalam latihan bermain peran adalah latihan suara. Latihan suara ini dapat diartikan latihan mengucapkan suara jelas dan nyaring, dapat juga
berarti latihan penjiwaan suara. Warna suara harus disesuaikan dengan watak, umur, dan keadaan sosial peran tersebut. Pemain peran tidak dibenarkan
mengubah warna suara tanpa alasan. Nada suara juga harus diatur agar dapat membantu untuk membedakan peran yang satu dengan yang lainnya. Latihan
xlvi suara ini bertujuan agar dapat mengucapkan suara yang jelas, nyaring, mudah
ditangkap, komunikatif, dan diucapkan sesuai daerah artikulasinya. Langkah ketiga dalam latihan bermain peran adalah latihan observasi dan
imajinasi. Untuk menampilkan watak tokoh yang diperankan, pemain peran secara sungguh-sungguh harus berusaha bagaimana memanifestasikan secara eksternal.
Pemain peran bisa memulainya dengan belajar mengobservasi setiap watak, tingkah laku, dan motivasi orang-orang yang dijumpainya. Jika ia harus
memerankan watak dan tokoh tertentu, observasi difokuskan pada tokoh yang mirip atau sama. Jika memungkinkan, observasi ini dilakukan dalam waktu yang
cukup sehingga dapat mengamati gerak-gerik tokoh itu lebih detail. Hasil observasi yang sifatnya eksternal ini dihidupkan melalui ingatan emosi dengan
daya imajinasi sehingga dapat ditampilkan secara meyakinkan. Kekuatan imajinasi berfungsi untuk mengisi dimensi kejiwaan dalam berperan setelah
diadakan observasi tersebut. Berperan bukan sekadar meniru apa yang diperoleh lewat observasi tetapi harus menghidupkannya dan memberi nilai estetis.
Latihan keempat adalah konsentrasi, latihan ini diarahkan untuk melatih pemain peran dalam membenamkan dirinya sendiri ke dalam watak dan pribadi
tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu. Konsentrasi memegang peranan penting dalam penjiwaan peran dan dalam gerak, yakni jika pikirannya terganggu
akan hal lain, dengan kekuatan konsentrasinya, pemain peran dapat memusatkan diri pada pentas.
Langkah kelima adalah latihan teknik. Latihan teknik yang dimaksud adalah latihan memberi isi, memberi kekuatan atau tekanan, mengembangkan
permainan, penonjolan, ritme, timing yang tepat dan lainnya. Latihan keenam adalah latihan acting atau berperan. Seorang pemain harus
berlatih acting, baik dalam hal internal maupun eksternal, baik melalui pendekatan metode, maupun teknik. Langkah terakhir dalam latihan bermain
peran adalah memperlancar keterampilan latihan. Setelah melalui beberapa tahapan dalam latihan diharapkan seorang pemain harus memperlancar dan
melatih keterampilan bermian peran. Dengan demikian keterampilan dalam berperan akan menjadi semakin baik.
xlvii
d. Masalah-masalah dalam Bermain Peran