Tantangan Konsep dan Strategi Pengelolaan Drainase

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 3. Mewujudkan pengelolaan persampahan yang mandiri dan berkelanjutan. 4. Mewujudkan pengelolaan drainase secara terintegrasi dan berkelanjutan serta melibatkan partisipasi masyarakat. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS. 6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sanitasi. 7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sanitasi yang dapat menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat. 4.3. KEBIJAKAN PENANGANAN SANITASI Kebijakan sanitasi di lingkungan Kota Surabaya dapat diketahui dari beberapa rencana pembangunan seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah maupun Rencana Tata Ruang dan Wilayah. 4.3.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2006 – 2010 Kota Surabaya Permasalahan sanitasi Kota Surabaya telah tersirat dalam misi kelima dari delapan misi RPJMD yang berbunyi : “Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih sehat, hijau dan nyaman“ dengan tujuan yang akan diwujudkan yakni : “Mewujudkan ekosistem kota yang bersih, sehat, hijau, nyaman dan berkelanjutan bagi warga kota “. Strategi pembangunan daerah yang diterapkan dalam hal ini adalah “Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih, sehat, hijau dan nyaman“, dengan tujuan akhir yaitu “Mewujudkan ekosistem kota yang bersih, sehat, hijau, nyaman dan berkelanjutan bagi warga kota “. Berdasarkan tujuan akhir yang hendak dicapai diatas, maka strategi pembangunan yang diletakkan adalah :  Pembangunan kota berwawasan lingkungan  Peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau  Peningkatan sistem pengendalian banjir  Peningkatan pengelolaan sampah  Peningkatan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran  Peningkatan kualitas pemukiman Kebijakan Umum yang diambil khususnya dalam bidang Lingkungan Hidup, menghadapi tantangan dan kendala serta mempunyai sasaran dan kebijakan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Tantangan

 Letak geografis Surabaya yang merupakan hilir dari DAS Brantas  Usahakegiatan yang belum memiliki perijinan di bidang lingkungan hidup  Pertumbuhan usahakegiatan yang pesat tidak diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 2 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010  Ketidakseimbangan ekosistem di darat dan pesisir pantai akibat pesatnya pembangunan

b. Kendala

1. Pencemaran Udara  Meningkatnya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh industri, rumah tangga maupun kendaraan bermotor  Penurunan kualitas atmosfer global yang disebabkan rusaknya lapisan ozon akibat efek gas rumah kaca 2. Pencemaran Air  Pengelolaan sumber daya air yang tidak terkendali yang tidak memikirkan rehabilitasi sumber daya air  Pembuangan limbah baik limbah domestik maupun limbah industri tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu  Sistem sanitasi yang tidak memadai 3. Pencemaran Tanah  Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan  Sistem sanitasi yang tidak memadai  Adanya pembuangan limbah usaha kegiatan yang melebihi baku mutu ke lingkungan sekitar Untuk mewujudkan sasaran sebagaimana tersebut diatas maka dirumuskan lima aspek kebijakan peningkatan kualitas sanitasi Kota Surabaya yang meliputi : 1. Penguatan kelembagaan dan kapasitas personil pengelolaan sanitasi. 2. Pengembangan perangkat peraturan perundangan. 3. Peningkatan akses pelayanan sanitasi. 4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem sanitasi. 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif pembiayaanpendanaan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi Kota Surabaya. 4.3.2. Skenario Pengembangan Wilayah Kota Surabaya Berdasarkan RTRW Kota Surabaya 4.3.2.1.Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang Kota Surabaya meliputi ruang darat dan laut direncanakan berdasarkan kondisi dan potensi pemanfaatan lahan, fungsi kegiatan, perkembangan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan dan diarahkan secara merata dan terstruktur pada seluruh wilayah kota. Sedangkan rencana struktur dan pemanfaatan ruang pada wilayah darat dan laut tersusun atas wilayah pengembangan dan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah darat, zona pengembangan di wilayah laut, sistem transportasi, sistem pematusan dan sistem utilitas kota. Dengan demikian, sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Surabaya, Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Surabaya terdiri dari : Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 3 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Darat yang terbagi dalam 12 Unit Pengembangan UP yang didasarkan pada kondisi, karakteristik, dan potensi yang dimiliki pada masing-masing wilayah. 2. Rencana Pengembangan Zona Wilayah Laut yang terbagi dalam 4 Zona yang didasarkan pada kondisi, karakteristik, dan potensi yang dimiliki pada masing- masing zona. Tabel 4.1. Rencana Pembagian Unit Pengembangan UP Wilayah Darat Kota Surabaya NAMA UP LUAS FUNGSI UTAMA PUSAT KEGIATAN UP I RUNGKUT  Kec. Rungkut  Kec. Gunung Anyar  Kec. Tenggilis Mejoyo 3.631 Ha 2.108 Ha 971 Ha 552 Ha Permukiman, pendidikan, konservasi dan industri Rungkut Madya UP II KERTAJAYA  Kec. Mulyorejo  Kec. Sukolilo 3.790 Ha 1.421 Ha 2.369 Ha Permukiman, perdagangan, pendidikan, konservasi-ruang terbuka hijau Koridor Jalan Kertajaya UP III TAMBAKWEDI  Kec. Bulak  Kec. Kenjeran 2.004 Ha 562 Ha 1.442 Ha Permukiman, perdagangan dan jasa, rekreasi dan konservasi Tambakwedi UP IV DARMAHUSADA  Kec. Tambaksari  Kec. Gubeng 1.698 Ha 899 Ha 799 Ha Permukiman, perdagangan, pendidikan dan kesehatan Karang Menjangan UP V TANJUNG PERAK  Kec. Semampir  Kec. Pabean Cantikan  Kec. Krembangan 2.390 Ha 876 Ha 680 Ha 834 Ha Pelabuhan, kawasan khusus, kawasan industri strategis, perdagangan dan jasa Tanjung Perak UP VI TUNJUNGAN  Kec. Simokerto  Kec. Bubutan  Kec. Genteng  Kec. Tegalsari 4.060 Ha 2.108 Ha 971 Ha 552 Ha 429 Ha Permukiman, Pemerintahan, Perdagangan dan jasa Tunjungan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 4 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 G am ba r

4. 1.

Re nc an a St ru kt ur R ua ng U ni t P en ge m ba ng an – U P W ila ya h D ar at K ot a Su ra ba ya UP VII WONOKROMO  Kec. Sawahan  Kec. Wonokromo 1.540 Ha 693 Ha 847 Ha Permukiman, Perdagangan dan jasa Wonokromo UP VIII SATELIT  Kec. Dukuh Pakis  Kec. Sukomanunggal 1.917 Ha 994 Ha 923 Ha Permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan khusus Segi Delapan Satelit UP IX ACHMAD YANI  Kec. Jambangan  Kec. Wonocolo  Kec. Gayungan 1.704 Ha 419 Ha 678 Ha 607 Ha Permukiman, Perdagangan dan jasa Jl. Ahmad Yani UP X WIYUNG  Kec. Wiyung  Kec. Karang Pilang  Kec. Lakarsantri 5.817 Ha 1.246 Ha 923 Ha 3.648 Ha Permukiman, pendidikan, industri, dan konservasi Wiyung UP XI TAMBAK OSO WILANGON  Kec. Benowo  Kec. Tandes  Kec. Asemrowo 7.230 Ha 4.579 Ha 1.107 Ha 1.544 Ha Permukiman, perdagangan jasa, pergudangan, kawasan khusus, konservasi Tambak Oso Wilangon UP XII SAMBIKEREP  Kec. Pakal  Kec. Sambikerep 4.524 Ha 1.762 Ha 2.762 Ha Permukiman, perdagangan jasa, konservasi Sambikerep Sumber : Perda No 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 5 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 Tabel 4.2. Rencana Pembagian Zona Wilayah Laut Kota Surabaya ZONA WILAYAH LAUT LUAS FUNGSI UTAMA ZONA 1 TELUK LAMONG Wilayah laut yang berada disebelah utara, disekitar Teluk Lamong 2.500 Ha Pengembangan pelabuhanwaterfront city dan alur pelayanan kapal besar ZONA 2 TANJUNG PERAK Wilayah laut yang berada disebelah utara, disekitar Pelabuhan Tanjung Perak 2.600 Ha Pelabuhan dan angkutan penyeberangan, pangkalan militer Angkatan Laut dan industry perkapalan dan alur pelayaran kapal besar ZONA 3 TAMBAK WEDI – KENJERAN Wilayah laut yang berada ditimur laut, disekitar tambak wedi – pantai kenjeran 4.375 Ha Wisata bahari, areal penangkapan dan budidaya perikanan dan alur pelayanan kapal nelayan ZONA 4 PESISIR DAN LAUT TIMUR Wilayah Laut yang berada di sebelah timur, disekitar perairan dan pantai timur 13.125 Ha Konservasi dan sehabilitasi lingkungan laut dan pantai serta sebagai areal penangkapan dan budidaya ikan Sumber : Perda No. 7 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya 4.3.2.2.Rencana Pola Ruang Berdasarkan perencanaan struktur ruang Kota Surabaya yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka struktur ruang tersebut dikembangkan menjadi pola pemanfaatan ruang Kota Surabaya. Sampai dengan sepuluh tahun kedepan, Kota Surabaya diprediksikan 70 peruntukan lahan semuanya terbangun sedangkan lahan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 6 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 tak terbangun 30 berupa Ruang Terbuka Hijau, lapangan olah raga, makam, jalur hijau dan kawasan lindung. 4.3.2.3.Kebijakan Pengembangan Permukiman Kebijakan pengembangan permukiman Kota Surabaya sebagaimana tertuang dalam RTRW Kota Surabaya, antara lain : 1. Pengembangan permukiman dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat dan untuk pemukiman kembali resettlement sebagai akibat dari pembangunan prasarana dan sarana kota 2. Pembangunan perumahan dilakukan dengan pengembangan perumahan yang sudah ada maupun perumahan baru 3. Pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif vertikal dan horizontal dengan pemanfaatan lahan secara optimal pada kawasan-kawasan di luar kawasan lindung dengan fungsi kegiatan perumahan permukiman. 4. Pembangunan perumahan real estate baru disebar secara merata dibagian timur dan barat kota, yaitu pada unit pengembangan UP I Rungkut, UP II Kertajaya, UP III Tambak Wedi, UP VIII Satelit, UP IX A. Yani, UP X Wiyung, UP XI Tambak Oso Wilangon, dan UP XII Sambikerep. 5. Pada pembangunan perumahan real estate, pelaksanaan pembangunan perumahanpengembangan wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40 dari seluruh luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. 6. Pembangunan perumahan secara intensif vertikal dilakukan dengan pembangunan rumah susun baik pada kawasan perumahan baru maupun kawasan padat hunian yang dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya. 7. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan pada peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan 8. Pembangunan perumahan lamaperkampungan dilakukan secara terpadu baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan kampung. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 7 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 8 G am ba r 4 .2 . R en ca na S tr uk tu r Pe ng gu na an R ua ng DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 Pengembangan kawasan yang memerlukan pengendalian yang sangat tinggi dilakukan pada jalur protokol dan pada kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan yang sangat cepat di pusat kota, yakni : 1. Sepanjang Jl. A. Yani sisi timur; 2. Sepanjang Jl. Jemur Andayani – Jl. Jemursari – Jl. Prapen; 3. Sepanjang Jl. Diponegoro – Jl. Raya Darmo – Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Pandegiling – Jl. dr. Sutomo - Jl. Basuki Rahmat – Jl. M. Duryat – Jl. Kedungsari – Jl. Tegalsari; 4. Sepanjang Jl. Sulawesi – Jl. Kertajaya – Jl. Pucang Anom Timur; 5. Kawasan sekitar segi empat emas : a. Jl. Embong Malang – Jl. Blauran – Jl. Praban – Jl. Tunjungan – Jl. Gentengkali b. Jl. Bubutan – Jl. Kramat Gantung – Jl. Pahlawan – Jl. Pasar Besar. 6. Sepanjang Jl. Undaan Kulon – Jl. Bunguran; 7. Sepanjang Jl. Indrapura – Jl. Rajawali – Jl. Kembang Jepun; 8. Sepanjang Jl. Perak Barat dan Jl. Perak Timur. Konsep dan strategi untuk masing-masing lokasi tersebut diarahkan pada : 1. Pembentukan identitas lingkungan dan bangunan. 2. Konsep selubung bangunan. 3. Konsep perpetakan lahan. 4. Arahan KDB, KLB, ketinggian bangunan. 5. Konsep fungsi dan klasifikasi jalan, GSB. 6. Elemen-elemen penunjang. 4.3.2.5.Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hijau RTH Ruang terbuka hijau RTH berdasarkan Peraturan Daerah No. 72002 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan dapat didefinisikan sebagai area memanjangjalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 9 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Kebijakan yang menyangkut RTH di Kota Surabaya antara lain : 1. Ruang terbuka hijau meliputi kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau, dan kawasan hijau pekarangan. Proporsi luas ruang terbuka hijau publik Kota Surabaya saat ini telah mencapai 20.18 dari luas wilayah kota. Keberadaan ruang terbuka hijau harus dipertahankan serta ditingkatkan fungsi lindungnya untuk peningkatan kualitas lingkungan kota; 2. Hutan kota dan lahan pertanian berbentuk kawasan hijau yang berkembang terutama untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan air. Pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian, berada pada wilayah UP I Rungkut, UP II Kertajaya yaitu di kawasan pantai timur kota, UP VII Wonokromo dikawasan kebun binatang, UP X Wiyung, dan UP XII Sambikerep; 3. Jalur hijau, berbentuk jalur memanjang tempat tumbuhnya tanaman vegetasi yang berada di bahu serta median jalan; 4. Kawasan sempadan sungai, taman kota, berbentuk taman-taman yang berada pada lokasi-lokasi strategis dan jalur utama kota dengan berbagai ornament untuk memperindah estetika kota. Taman lingkungan, berbentuk taman-taman yang berada pada suatu kawasan atau lingkungan yang berfungsi sebagai sarana hiburan dan interaksi sosial, bagi masyarakat zona penyangga hijau kota merupakan jalur hijau kota yang dikembangkan secara khusus untuk melindungi kawasan yang memiliki fungsi tertentu, antara lain RTH di sekitar Lokasi Pembuangan Akhir Sampah LPA dan RTH disekitar kawasan militer. 4.3.2.6.Kebijakan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman Sasaran pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan dan Permukiman PLP didasarkan pada target capaian pelayanan yang ideal sesuai dengan referensi maupun regulasi yang relevan yaitu perhitungan yang berbasis MDGs dan SPM. Untuk melihat target capaian berdasarkan MDGs dan Standar Pelayanan Minimal adalah sebagai berikut : 1. Milenium Development Goals MDGs dan National Action Plan NAP bidang air bersih, sampah dan air limbah Milenium Development Goals MDGs adalah suatu hasil kesepakatan dalam Sidang Umum PBB tahun 2000 dan The World Summit on Suistainable Development KTT Bumi tahun 2002 di Johanessburg yang menetapkan tahun Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 10 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 2015 sebagai horizon tercapainya MDGs. Salah satu butir MDGs adalah ”To reduce by halve the proportion of people without sustainable acces to safe drinking water and safe sanitation” dengan MDGs diharapkan dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan pelayanan sebesar 50 dari jumlah penduduk yang belum terlayani air bersih dan sanitasi. Untuk mencapai tingkat pelayanan tersebut disusun upaya peningkatan dalam bentuk National Action Plan NAP beserta rincian programnya, khususnya untuk komponensektor air bersih, persampahan dan air limbah adalah sebagai berikut :  Berdasarkan NAP National Action Plan untuk bidang air minum dengan eksisting pelayanan tahun 2000 sebesar 39 penduduk perkotaan dan 8 penduduk perdesaan, telah ditetapkan sasaran capaian pelayanan pada tahun 2015 sebesar 80 104 juta jiwa penduduk perkotaan dan 40 46 juta jiwa penduduk perdesaan  Untuk bidang air limbah telah ditetapkan akses sanitasi nasional untuk perkotaan 89,35 dan untuk perdesaan 62,94  Bidang persampahan, sesuai dengan kondisi eksisting Nasional 41 telah ditetapkan sasaran pencapaian tahun 2010 60 dan 2015 sebesar 80 di perkotaan dan perdesaan.

2. Standar Pelayanan Minimal SPM bidang Penataan Ruang dan

PerumahanPermukiman Standar Pelayanan Minimal SPM bidang Penataan Ruang dan PerumahanPermukiman merupakan acuan guna mengukur tingkat capaian pelayanan secara kuantitatif atau kualitatif sehingga dapat diketahui kesenjangannya yang perlu dipenuhi pada setiap komponen bidang perumahan permukiman dengan tindak lanjut program peningkatan capaian pelayanan. Untuk lebih detailnya SPM dapat dilihat pada Tabel 4.3. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 11 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 Tabel 4.3. Standar Pelayanan Minimal SPM sesuai Keputusan Menteri Kimpraswil No. 5342001 Sumber : Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534 Tahun 2001 4.4. Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan Arahan konsep dan strategi pengembangan pengelolaan kebersihan melalui sistem persampahan adalah: 1. Pengendalian Volume persampahan, yang dapat dilakukan melalui daur ulang dan komposting pada skala kawasanTempat Pemrosesan Sementara dan rumah tangga, memberikan penyuluhan dan sosialisasi kebersihan. 2. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, melalui pengadaan lahan TPA yang memadai, pembangunan TPS di beberapa lokasi yang membutuhkan, Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya Tahun Anggaran 2010 BA B 1 - IV – 12 DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010 perbaikan sistem pengangkutan persampahan, dan pembangunan instalasi pengolahan limbah tinja di daerah pengembangan Kota Surabaya. 3. Peningkatan pelayanan dan optimalisasi sumberdaya yang ada, melalui peningkatan peran serta masyarakat. Disamping itu dikembangkan pula sistem pengelolaan sampah yang memadukan program uji coba pilot project dengan suatu mekanisme kerja yang dikendalikan oleh prinsip-prinsip bottom-up melibatkan pihak swasta dan kerjasama antar kota. 4. Intensifikasi dan ekstensifikasi penarikan retribusi sebagai salah satu sumber pendanaan bagi instansi pengelolaan persampahan di Kota Surabaya.

4.5. Konsep dan Strategi Pengelolaan Drainase

Konsep dan strategi drainase dibagi dalam 5 zona sistem pematusan yang ada. 1. Zona 1, dengan karakteristik kepadatan penduduk yang tinggi dan sistem drainase yang telah ada, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja sistem pematusan tersebut dengan penekanan pada peningkatan operasi dan pemeliharaan. 2. Zona 2, terdiri dari zona 2A dan 2B. Kawasan aliran pematusan yang ada terpengaruh pada elevasi muka air Kali Mas dan Kali Surabaya sehingga kinerjanya akan tergantung pada pompa untuk membuang air pematusan. Konsep dan strateginya lebih diarahkan pada mengatur elevasi muka air sungai sehingga dapat diidentifikasi perbaikan-perbaikan untuk mengurangi kejadian banjir. 3. Zona 3, memiliki karakteristik wilayah yang tumbuh cepat, bebas dari pengaruh pasang surut, akan tetapi memiliki sistem pematusan yang kurang sempurna. Konsep dan strategi pengembangan diarahkan pada perlunya menetapkan kembali dan mengembangkan system pematusan lebih lanjut. Wilayah ini dibagi dalam 3 zona, yaitu: Sub- zona barat, timur dan selatan. 4. Zona 4, memiliki karakteristik wilayah yang rendah dan bergantung pada pengaruh pasang surut. Pengembangan fasilitas-fasilitas drainase baru menjadi prioritas bagi pengembangan sistem pematusan di sana. 5. Zona 5, merupakan kawasan reklamasi untuk proyek pengembangan Pelabuhan Surabaya. Pembangunan sistem pematusan yang baru haruslah memperhatikan pada semua sungai yang bermuara ke pantai utara.

4.6. Strategi Pengelolaan Air Limbah