Analisis Data METODE PENELITIAN

Singarimbun dan Effendi 1989, purposive sampling adalah metode pengambilan responden yang dilakukan secara sengaja namun dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dalam pengambilan responden yang ditetapkan pada penelitian ini adalah melalui kesepakatan antara peneliti dengan pimpinan PT X. Tabel 7. Jenis dan Sumber Data Kualitatif Jenis Data Sumber data Kualitatif Internal perusahaan : 1. Visi, misi, tujuansasaran 2. Kebijakan perusahaan 3. Struktur organisasi 4. Data pemasaran, produksi, personalia Eksternal Perusahaan : 1. Lingkungan pasar 2. Persaingan industri 3. Ekonomi dan kebijakan pemerintah 4. Aspek teknologi Sosial dan kelembagaan General Manager General Manager General Manager Departemen terkait Departemen Perdagangan Departemen Perindustiran BPS BPS Literatur Responden dalam penelitian ini adalah tiga orang mewakili direktur, yaitu Direktur Utama, Direktur Operasional, Direktur Keuangan dan 1 orang mewakili pakar sebagai responden untuk expert judgement. Kuesioner yang diberikan adalah kuesioner penentuan faktor internal dan eksternal serta kuesioner penentuan faktor persaingan industri. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4 Analisis Data

Data-data yang diperoleh dianalisis dan diolah secara kuantitatif dan kualitatif selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, bagan dan uraian. Analisis kuantitatif dikemukakan pada data-data numerik perusahaan, sedangkan analisis kualitatif berupa penjelasan dari hasil analisis kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis PEST, analisis lingkungan industri, Matriks EFE dan IFE, Matriks IE dan Matriks SWOT. Alat analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap Input Input stage a. Analisis PEST Analisis PEST digunakan untuk mengetahui kondisi pengaruh politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Analisis ini akan menghasilkan sejumlah peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Tabel 8 dapat digunakan untuk membantu menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan. Tabel 8. Alat bantu untuk analisis PEST Analisis PEST Peluang Ancaman Faktor politik Faktor ekonomi Faktor sosial dan budaya Faktor teknologi b. Analisis Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri adalah analisis yang diperlukan dalam penentuan posisi bertahan yang terbaik bagi suatu perusahaan untuk merumuskan strategi jangka panjang. Pada Tabel 9 dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis lingkungan industri. Tabel 9. Alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan analisis lingkungan industri Analisis lingkungan industri Peluang Ancaman Persaingan antar perusahaan dalam industri Ancaman pendatang baru Ancaman dari produk substitusi Kekuatan tawar menawar dari pembeli Kekuatan tawar menawar pemasok. Ada lima kekuatan yang membentuk suatu struktur persaingan dalam lingkungan industri, yaitu persaingan antar perusahaan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman dari produk substitusi, kekuatan tawar menawar dari pembeli dan kekuatan tawar menawar pemasok.Kelima kekuatan tersebut akan secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan potensi kemampulabaan perusahaan dalam suatu industri. c. Analisis Fungsional Analisis fungsional dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pada bidang-bidang fungsional yang meliputi pemasaran, kondisi keuangan, produksioperasi, sumberdaya manusia serta penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen. Alat bantu untuk melakukan analisis fungsional dapat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fungsional Analisis fungsional Kekuatan Kelemahan Pemasaran Kondisi keuangan Produksioperasi Sumber daya manusia Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen d. Matriks EFE dan IFE Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternal dengan cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya. Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut Rangkuti, 2006 : 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian perlu dikenali kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan prosentase, rasio atau angka perbandingan. Faktor eksternal perusahaan diidentifikasi dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya diberikan bobot dan rating. 2. Penentuan Bobot Setiap Peubah Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison Kinnear dan Taylor, 1996. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategis Internal A B C D …. Total A B C D …….. Total Tabel 12. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategis Eksternal A B C D …. Total A B C D …….. Total Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor, 1996 : 3. Penentuan Peringkat Penentuan peringkat rating oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunakan yaitu : 1 = Rendah, respon kurang 2 = Rendah, respon sama dengan rata-rata 3 = Tinggi, respon diatas rata-rata 4 = Sangat tinggi, respon superior Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan. Skala 4 berarti rendah, respon kurang terhadap perusahaan.    n i Xi i x i a 1 Dimana : a i = Bobot peubah ke-i xi = Nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ….., n n = Jumlah peubah Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan pada kolom rating dengan skala 1 – 4, pada masing-masing faktor internal yang ada dalam perusahaan dengan keadaan saat ini. Untuk faktor kekuatan dan kelemahan, yaitu 1 Kelemahan utama 2 Kelemahan kecil 3 Kekuatan kecil 4 Kekuatan utama. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat rating berdasarkan analisa situasi perusahaan dimasukkan dalam Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor A. Peluang : 1. 10. Jumlah A B. Ancaman : 1. 10. Jumlah B Total A+B Tabel 14. Matriks IFE Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor A. Kekuatan : 1. 10. Jumlah A B. Kelemahan : 1. 10. Jumlah B Total A+B Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi 3,0 –4,0, Sedang 2,0 –2,99 dan Rendah 1,0–1,99. Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat 3,0 – 4,0, Rata-rata 2,0 – 2,99, dan Lemah 1,0 – 1,99 David, 2006. 2. Tahap Pemaduan Matching stage a. Matriks IE Internal External Matriks Internal-External IE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks- matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk melihat posisi dan untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Strategi pertumbuhan growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri sel 1, 2 dan 4 2. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan sel 3, 5 dan 7. 3. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan sel 6, 8 dan 9 b. Matriks SWOT SWOT adalah singkatan kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses, peluang opportunities dan ancaman threats di dalam suatu lingkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini dan strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka Pearce dan Robinson, 1997. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil. Matriks SWOT merupakan alat untuk menganalisa data yang telah disusun untuk informasi prospek beserta pengembangan usaha. Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. 1. Strategi SO Strength-Opportunity, yaitu menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. 2. Strategi WO Weakness-Opportunity, bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. 3. Strategi ST Strength-Threat, bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. 4. Strategi WT Weakness-Threat, merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Sejarah berdirinya PT X berawal dari ide beberapa mantan karyawan sebuah perusahaan mi instan terbesar di Indonesia, untuk membuat sebuah produk mi instan yang memiliki citra produk Islami. Berdasarkan nomor surat izin usaha perdagangan SIUP 10.9259503- P09-01PB96 tanggal 19 Januari 1996 PT X didirikan dan langsung meluncurkan produk mi instan baru dengan merek dagang X. Untuk mendukung kegiatan pengolahan produk mi instan baru tersebut, maka dua pabrik dibangun di Jawa Barat dan Jawa Timur. Masing-masing pabrik tersebut beroperasi pada bulan Januari 1996. 4.1.2 Misi dan Tujuan Perusahaan PT X memiliki misi meningkatkan kesejahteraan konsumen kaum muslim dengan bina kerjasama melalui produk-produk konsumsi consumer goods. Tiga tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah 1 memenuhi kebutuhan mi instan masyarakat Indonesia yang tumbuh 10-15 persen per tahun, 2 memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat dan 3 mendapatkan perolehan laba bagi perusahaan. 4.2 Analisis Lingkungan Internal Menurut Kotler 1997, pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Setidaknya ada dua bagian pada faktor internal perusahaan yang dapat menentukan posisi persaingan perusahaan, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis faktor internal berfungsi memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan, kemudian bagaimana perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari eksternal perusahaan dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan dapat diminimalkan dengan melihat peluang yang terdapat pada faktor eksternal perusahaan. Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang hendaknya diamati salah satunya dapat dilihat dari pendekatan fungsional. Pendekatan fungsional terdiri atas pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, Sumberdaya Manusia SDM dan Sistem Informasi Manajemen SIM. 4.2.1 Pemasaran Pangsa pasar market share terbesar produsen mi instan di Indonesia masih ditempati oleh Indofood sebesar 88 persen. Sisanya sebesar 12 persen diperebutkan oleh merek-merek mi instan lainnya termasuk oleh PT. X. Berdasarkan riset CIC pada tahun 2000, pangsa pasar PT X adalah sebesar 2,4 persen. Suatu perolehan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Indofood. Adapun pesaing utama PT X selain Indofood adalah PT. ABC dan PT. Karunia Alam Segar produsen Mi Sedaap yang merupakan pendatang baru yang sangat potensial dalam industri mi instan. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar di tengah situasi persaingan yang semakin kompetitif, PT X melakukan berbagai usaha pemasaran yang cukup efektif. Usaha-usaha yang dilakukan adalah melakukan inovasi produk PT X dengan variasi rasa baru, yaitu rasa Kari Melayu dan Mi Goreng Abon. Selain Kari Melayu dan Abon, ada beberapa jenis variasi rasa produk PT X yang lainnya, yaitu produk PT X rasa ayam spesial dengan minyak bawang, produk PT X rasa kaldu ayam dengan bumbu kaldu, produk PT X rasa ayam bawang dengan minyak bawang, produk PT X rasa ayam bawang plus dengan sambal cabe asli, produk PT X rasa soto mi dengan minyak soto, produk PT X rasa soto mi plus dengan sambal cabe asli, produk PT X goreng reguler dengan kecap manis dan cabe, produk PT X goreng ala Jawa. Diferensiasi rasa merupakan kekuatan bagi produk PT X, karena berbagai rasa yang ditampilkan telah sesuai dengan keinginan dan selera konsumen, sehingga ketika semua variasi rasa tersebut diluncurkan mendapat sambutan yang hangat oleh para pelanggan. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan divisi Pemasaran memonitor terus-menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk Islami yang halal pada konsumen. Respon konsumen terhadap produk PT X sangatlah positif, penjualan PT X walaupun berfluktuasi namun tetap menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar. Mutu yang sangat baik dari produk PT X ini ditunjang oleh kinerja Quality Contol yang baik pula, dimana dalam hal ini pengendalian mutu produk PT X sudah meningkat ke Quality Assurance QA. QA merupakan kontrol kualitas tidak hanya dilakukan oleh divisi produksi secara internal tapi juga dilakukan pengecekan ulang oleh divisi non produksi, dengan demikian diharapkan lebih ada kepastian bahwa kualitas produk sesuai dengan standar yang ditentukan. Hal tersebut menjadi komitmen perusahaan untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dalam mengkonsumsi produk PT X. Perusahaan juga melakukan perubahan pada slogan produk PT X dari produk PT X Mi Praktis yang lebih menekankan pada kepraktisan penyajian menjadi produk PT X Enak dan Halal yang lebih menekankan pada cita rasa produk PT X yang dahsyat dan mantap serta enak dan halal untuk dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Sumber kekuatan lainnya berasal dari aspek harga, dimana penetapan harga sesuai dengan rataan harga di pasaran dan mutu produk yang ditawarkan. Ketika perusahaan memutuskan untuk memperluas segmen pasar ke segmen menengah ke atas yang lebih mementingkan mutu, perusahaan berani menetapkan harga yang cukup mahal untuk produk yang baru saja diluncurkan, yaitu Rp 1.000,- untuk produk PT X Kari Melayu dan Rp 1.050,- untuk produk PT X Goreng Abon. Pertimbangan perusahaan menetapkan harga yang cukup mahal tersebut adalah karena mutu yang ditawarkan oleh X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon lebih baik daripada jenis produk X sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya peluncuran produk baru ini mendapatkan sambutan yang luas dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari data penjualan X Kari Melayu dan Goreng Abon yang semakin meningkat dan berhasil memenuhi target penjualan sebesar 9000 karton per minggu. Potongan harga dan bonus hadiah juga diberikan perusahaan kepada para pelanggan apabila membeli dalam jumlah tertentu. Walaupun demikian perusahaan tidak lepas dari tuntutan para pelanggan yang menginginkan harga yang lebih murah dengan mutu yang sama. Kekuatan perusahaan dalam aspek produksi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Untuk ketersediaan produk X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu belum optimal dan belum meratanya jaringan distribusi perusahaan. Sehingga untuk tempat-tempat tertentu yang sulit terjangkau oleh perusahaan produk X terkadang tidak tersedia. Armada dan jaringan distribusi perusahaan juga masih belum optimal menjangkau pelosok-pelosok wilayah tanah air, maka penjualan produk X hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatera dan sedikit menjangkau Indonesia bagian timur. Dalam bidang promosi, perusahaan masih mengalami kesulitan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Keterbatasan modal kerja biaya dan sumberdaya perusahaan merupakan penyebab utama dari masalah ini. Oleh karena itu, perusahaan harus benar- benar mencari cara yang paling jitu, efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan promosinya sehingga dapat mencapai target yang ditentukan sekaligus meminimumkan biaya. Saat ini kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan meliputi iklan melalui media elektronik seperti televisi, radio, media cetak, poster, dan media luar ruang. Untuk promosi penjualan, alat yang digunakan antara lain demonstrasi yang disebut icip-icip, bazar, demo masak, serta pemberian hadiah. Pemilihan segmen pasar segmentation, penentuan target pasar targeting dan penentuan posisi pasar positioning perusahaan dirasakan masih belum fokus, efektif dan efisien serta belum jelas arahnya. Saat ini fokus dari segmen pasar yang ditetapkan perusahaan belum jelas. Sebelum memutuskan untuk bermain pada pasar menengah ke atas, produk X bergerak di pasar menengah dan menengah ke bawah. Kemudian sebelumnya fokus perusahaan adalah untuk pasar konsumen muslim, akan tetapi sekarang pasar X diperuntukkan bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan agama, jadi terlihat bahwa fokus penjualan belum jelas arahnya. Dalam hal ini sebaiknya X memusatkan produk pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas itu dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Dengan strategi pemasaran seperti ini perusahaan akan mempunyai lebih banyak peluang untuk menyesuaikan manfaat produk, strategi harga, distribusi dan promosi penjualan pada kebutuhan dan keinginan pembeli potensial. Dengan demikian harapan perusahaan membina kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap produk dan merek dagang juga lebih besar. Saat ini strategi positioning produk X didasarkan pada harga dan mutu price and quality positioning, yaitu positioning yang berusaha menciptakan kesan atau citra bermutu tinggi melalui harga tinggi. Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan serta mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi yang sangat dibutuhkan untuk pengolahan makanan yang mengutamakan kebersihan. Selain itu, lokasi pabrik merupakan daerah yang dianjurkan sebagai daerah pengembangan industri sehingga diharapkan dapat mengangkat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. 4.2.2 Keuangan dan Akuntansi Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Modal perusahaan PT X berasal dari kredit pinjaman Bank dan dari para pemegang saham, yaitu PT MD sebesar 80 persen dan lainnya sebesar 20 persen. Adapun kondisi keuangan perusahaan secara garis besar masih dikatakan baik walaupun lima tahun terakhir mengalami penurunan penjualan produk PT X. Akan tetapi penurunan penjualan ini dapat diimbangi dengan penjualan produk PT X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon yang menunjukkan grafik yang semakin meningkat dari semenjak diluncurkan hingga sekarang. Kemampuan perusahaan untuk memupuk modal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebenarnya cukup baik, tetapi karena fluktuatifnya perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berpengaruh langsung terhadap biaya produksi perusahaan karena pasokan bahan baku sebagian besar adalah impor, mengakibatkan sulit bagi perusahaan untuk memupuk modal jangka pendek kecuali untuk jangka panjang. Kondisi ini dapat dimengerti oleh para pemegang saham sehingga hubungan baik dapat terus terjalin. Dalam pengembangan kapasitas produksi dan menjalani kegiatan operasionalnya, perusahaan walaupun sudah mampu mencetak laba tetapi ada keterbatasan modal kerja, sehingga selain menggunakan modal sendiri, perusahaan juga menggunakan modal pinjaman dari bank. Dalam hal pengelolaan keuangan dan modal, perusahaan sudah ditunjang dengan sistem akunting yang cukup baik untuk membantu kelancaran kegiatan usaha. 4.2.3 Operasi dan produksi Proses produksi mi instan X yang dilengkapi dengan minyakpasta dan bumbu bubuk, terdiri dari tiga alur proses produksi yaitu 1 alur proses produksi mi noodle, 2 alur proses produksi bumbu minyakpasta, dan 3 alur proses produksi bumbu bubuk. Untuk proses produksi mi melalui tujuh tahapan, yaitu 1 proses pencampuran, 2 proses pembuatan lembaran, 3 proses penyetiman, 4 proses pemotongan 5 proses penggorengan, 6 proses pendinginan dan 7 proses pengemasan. Proses produksi bumbu minyakpasta meliputi lima tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah 1 Proses panghalusan Grinding, 2 Proses penggorengan Frying, 3 Proses pencampuran Mixing, 4 Proses pendinginan Cooling dan 5 Proses pengemasan Packing. Proses produksi bumbu bubuk meliputi tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut adalah 1 Proses penghalusan Grinding, 2 Proses pencampuran Mixing dan 3 Proses pengemasan Packing. Pengadaan bahan baku untuk produksi sudah dapat dikoordinasi dengan baik karena adanya jalinan hubungan yang baik dengan para pemasok dalam dan luar negeri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Bahan baku yang diimpor adalah tepung terigu dan bahan baku untuk bumbu bubuk. Untuk tepung terigu perusahaan mengimpor dari Australia, sedangkan dari dalam negeri perusahaan membeli dari PT. BDI di Sulawesi Selatan yang menjual tepung terigu dengan harga yang lebih murah dan mutu yang hampir sama. Kapasitas Pabrik PT X di Jawa Barat adalah 500 ribu karton per bulan, dimana satu karton sama dengan 40 bungkus mi instan. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat, perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi mi instan dalam kapasitas yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan. Dan bila perusahaan tidak mampu memenuhi jumlah permintaan karena keterbatasan kapasitas, maka pabrik perusahaan mengadakan perjanjian makloon dengan pabrik di Sumatera Utara dan Jawa Timur untuk bekerjasama dengan perusahaan membantu memproduksi mi instan produk PT X untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Banyaknya produksi yang dihasilkan tergantung dari jumlah pesanan yang diterima oleh perusahaan, dalam hal ini produksi perusahaan berdasarkan confirm weekly order CWO. Artinya bahwa pesanan akan diterima oleh pihak pemesan dalam waktu satu minggu setelah pemesanan dilakukan. Pengendalian mutu atas produksi mi instan produk PT X sudah berjalan cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya laboratorium yang menganalisa mutu mi instan yang telah dihasilkan. 4.2.4 Sumberdaya Manusia SDM Saat ini PT X memiliki 350 orang karyawan pabrik dan 30 orang karyawan kantor pusat saat ini. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 55 persen laki-laki dan 45 persen wanita. Untuk tingkat Direktur dan Kepala Divisi, jenjang pendidikan minimal adalah lulusan Sarjana S1. Untuk buruh pabrik sebagian besar adalah lulusan SMA, SMP dan SD yang memiliki keterampilan yang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang ditetapkan perusahaan. Kesadaran tentang perlunya SDM yang bermutu, program pengembangan SDM dilakukan perusahaan dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pelatihan bagi karyawan baru dan adanya pengawasan profesional oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dalam setiap proses produksinya. Selain itu perusahaan juga mengikutsertakan stafnya pada kegiatan pelatihan, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh pihak luar, terutama yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait. PT X memperhatikan kesejahteraan karyawannya, diantaranya adalah dengan penetapan gaji atau upah yang terus disesuaikan atau memperhatikan UMR upah minimum regional. Sistem pembayaran upah atau gaji karyawan adalah setiap akhir bulan. Bagi karyawan juga diberikan tunjangan-tunjangan seperti Jamsostek, perawatan kesehatan yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, makan, transport, dan tunjangan lainnya. Selain itu juga untuk hari-hari besar atau hari raya, perusahaan memberikan hadiah atau bonus kepada karyawan. Perusahaan mengharapkan dengan adanya fasilitas yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan loyalitasnya terhadap perusahaan. Komunikasi yang diterapkan perusahaan adalah komunikasi horisontal dan vertikal. Jumlah waktu kerja bagi karyawan PT X sekitar 7 jam dari mulai pukul 08.30-17.00 dari Senin sampai Jumat dengan waktu istirahat 1 jam. karyawan pabrik bekerja dalam dua shift kerja, yaitu shift pertama pukul 08.00-14.30 dan shift kedua pukul 14.30-22.00 dengan waktu lembur maksimal kurang lebih 23 jam dalam dua shift. 4.2.5 Sistem Informasi Manajemen SIM Alat-alat informasi yang dimiliki oleh PT X adalah telepon, mesin fax, perangkat komputer. Dalam kegiatan operasionalnya sebagian besar sudah didukung oleh sistem informasi manajemen yang berbasis komputer. Namun demikian, dalam sistem informasi manajemen menjadi kelemahan perusahaan. Kegiatan operasional penjualan dengan distributor utama serta dengan agen-agen yang ada dilakukan melalui telepon dan mesin faximile dan kegiatan transaksi ini sudah berjalan dengan lancar dan kontinyu. Perusahaan juga mengadopsi teknologi internet untuk memantau perkembangan industri mi instan dan pesaing yang ada dalam industri ini setiap saat. 4.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan 4.3.1 Kekuatan Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran adalah diferensiasi rasa mi instan yang sangat inovatif dan sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan divisi Pemasaran memonitor terus menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand produk PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk islami yang halal pada konsumen. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar. Sumber kekuatan lainnya berasal penetapan harga yang bersaing, dimana penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan selalu disesuaikan dengan rata-rata harga di pasaran dan mutu value produk yang akan diberikan kepada konsumen. Kekuatan perusahaan dalam aspek distribusi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Aksesibilitas bahan baku yang baik didukung oleh jalinan hubungan kerjasama yang sangat baik antara perusahaan dengan beberapa pemasok baik dalam maupun luar negeri. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan dan mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi. 4.3.2 Kelemahan Untuk ketersediaan produk product availability X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu masih lemah dan belum optimalnya fungsi jaringan distribusi perusahaan dalam mendistribusikan produk X ke pasar sasaran. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dana dan sumberdaya armada distribusi perusahaan. Sehingga saat ini jaringan distribusi perusahaan belum merata menjangkau berbagai lapisan pedagang, terutama belum dapat menerobos dan eksis di pasar-pasar tradisional pada seluruh daerah pemasaran produk X. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan distribusi perusahaan, produk X akan sulit ditemukan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Pemilihan segmen pasar, penentuan target pasar dan posisi pasar perusahaan dirasakan masih belum fokus sehingga perusahaan belum memiliki arah yang jelas. Kelemahan lain adalah adanya keterbatasan modal kerja biaya dan sumberdaya perusahaan, sehingga perusahaan memilih kegiatan promosi yang efektif dan efisien serta dapat mencapai target yang ditentukan dan meminimumkan biaya. Saat ini produk X terlihat masuk hampir di setiap segmen pasar yang ada dan tidak terfokus atau terspesialisasi pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal ini penting bagi perusahaan karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Selain itu, kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas tersebut dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15. 4.4 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat analisis PEST Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Teknologi serta analisis Persaingan Industri dengan menggunakan model Lima Kekuatan Bersaing Porter. Tabel 15. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT. X Faktor Kekuatan Kelemahan 1. Pemasaran a. Citra merek baik b. Diferensiasi rasa mi instan inovatif c. Penetapan harga yang bersaing a. Kegiatan promosi kurang intensif dan berkesinambungan. b. Brand awareness dan Brand loyalty terhadap merek produk PT X masih lemah c. Jaringan distribusi belum optimal d. Segmentasi, target dan posisi pasar produk PT X belum fokus dan jelas e. Ketersediaan produk di pasar belum optimal 2. Produksi d. Mutu produk terjamin e. Aksesibilitas bahan baku baik f. Lokasi perusahaan strategis 3. Keuangan f. Keterbatasan modal kerja 4.4.1 Politik Arah dan stabilitas faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi para manajer perusahaan dalam memformulasikan strategi yang diterapkan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaiman peraturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan, tetapi beberapa tindakan politik dan hukum juga didisain untuk memberikan manfaat dan melindungi perusahaan seperti hak paten, subsidi pemerintah dan lain sebagainya. Kehidupan politik dan keamanan Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil. Tingginya ketidakpastian hukum serta persaingan diantara para elit politik yang memanas menimbulkan kekhawatiran dunia usaha, khususnya para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Ketidakseriusan pemerintah dalam menangani berbagai konflik di Indonesia menimbulkan keraguan pada benak kalangan dunia usaha terhadap keamanan investor dalam melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia. Bagi Industri mi instan hal ini merupakan ancaman, karena keadaan ini akan mempersulit distribusi pasokan mi instan ke wilayah tersebut sehingga penjualan mi instan di wilayah tersebut dapat berkurang. Sejak tahun 1997, kebijakan pemerintah tentang liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai. Hambatan masuk ke Industri ini telah dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk mengimpor gandum dan terigu secara langsung. Sebagai ilustrasi, tarif telah diturunkan menjadi 10 persen dan turun menjadi 5 persen pada tahun 2003, dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah ini maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan tepung terigu khususnya mi instan bebas membeli tepung terigu impor seperti dari Australia, Uni Eropa, Perserikatan Emirat Arab sebagai bahan baku produksinya yang harganya lebih murah namun memiliki kualitas yang sama. Untuk menjamin semua produk makanan dan minuman aman dan halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas terutama agar bisa diterima oleh masyarakat muslim maka pemerintah bekerjasama dengan MUI mengeluarkan kebijakan tentang sertiflkasi halal. Untuk itu perusahaan- perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman wajib mendaftarkan produknya ke MUI untuk diuji tingkat kehalalannya. Adapun pengujian dilakukan terhadap jenis dan asal bahan baku, komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam produk serta keseluruhan proses produksi beserta penggunaan seluruh alat-alat untuk kepentingan produksi produk makanan dan minuman tersebut. Untuk industri mi instan sendiri, kebijakan ini digunakan salah satunya untuk mengatasi isu mengenai penggunaan lemak babi dalam komposisi bumbu mi instan, dengan demikian konsumen akan lebih aman dan percaya untuk mengkonsumsi produk mi instan tersebut. Perusahaan yang telah lulus dalam uji kehalalan produknya akan mendapatkan sertiflkasi halal dari MUI dan berhak untuk mencantumkan label halal pada merek produknya. Selain mengeluarkan kebijakan mengenai sertiflkasi halal, untuk menjamin perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha maka pemerintah mengeluarkan dan memberlakukan UU No. 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen. Dikeluarkannya kebijakan pemerintah ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen terhadap upaya pelanggaran hak-hak konsumen oleh pelaku usaha dan sebaliknya. Adapun setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi dan mentaati peraturan tersebut karena bila ada aturan-aturan yang dilanggar maka akan diberikan sanksi yang tegas berupa denda hingga hukuman penjara. Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan Industri mi instan yaitu dikeluarkannya peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329Menteri KesehatanXII76. dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk memproduksi makanan dan minuman harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Produk tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kesehatan RI, setelah itu produk reXi dipasarkan. Maksud dari peraturan tersebut adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan oleh negara, tidak berbahaya atau mengganggu kesehatan manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan. Produk yang wajib didaftarkan adalah produk yang diproduksi, disimpan atau dipasarkan dengan merek dagang, nama dagang atau merek perusahaan, menggunakan wadah atau pembungkus, label serta mengalami proses produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini PT. X selalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah khususnya Departemen Kesehatan, sehingga masyarakat akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk X. 4.4.2 Ekonomi Melalui lingkungan yang tidak pasti, ekonomi Indonesia terus memantapkan pemulihannya dari krisis ekonomi dan keuangan dunia. Seperti diperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tingkat moderat pada triwulan pertama tahun 2010, tetapi tetap berada di atas rata-rata pra- krisis, dan tampaknya telah meningkat pada triwulan kedua. Pertumbuhan harga bertahan relatif sedang secara umum, mendukung daya belanja konsumen. Aliran keuangan internasional tetaplah besar tapi juga cepat berubah, memberi tantangan bagi pembuat kebijakan. Aliran besar lanjutan di bulan Maret dan April menjadi aktiva keuangan Indonesia yang likuid berbalik arah pada saat gejolak pasar keuangan global di bulan Mei. Tetapi pihak yang berwenang tampaknya telah mengelolanya dengan baik dan dampaknya terhadap pasar keuangan dalam negeri relative kecil. Ekonomi diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan secara bertahap hingga tahun 2011, sebagian besar karena permintaan dalam negeri. Gejolak yang baru terjadi dalam kondisi keuangan dunia dan ramalan ekonomi maju yang tidak pasti telah meningkatkan risiko turun jangka pendek terhadap perkiraan, sementara perkembangan politik dalam negeri tampaknya meningkatkan risiko jangka panjang bahwa pemerintah tidak mampu melaksanakan agenda reformasinya yang ambisius yang diperlukan untuk meningkat di atas 7 persen pada pertengahan dekade. Sebagai ilustrasi, Pertumbuhan triwulanan di triwulan 1 yang moderat dibandingkan dengan kuatnya pertumbuhan di akhir tahun 2009, sedikit di atas perkiraan, menjadi 1,3 persen. Angka itu masih lebih kuat dari triwulan 12009, mengangkat tingkat pertumbuhan tahun ketahun menjadi 5,7 persen. Mitra-mitra perdagangan Indonesia pada umumnya menunjukkan pertumbuhan yang moderat setelah mengalami goncangan lebih besar pada pertengahan dan akhir tahun 2009 tetapi keseluruhan pertumbuhan pada umumnya lebih kuat dari perkiraan. Lemahnya kinerja pemerintah dalam pencairan anggaran belanja di triwulan 1 membantu menjelaskan terjadinya perlambatan Indonesia ekonomi akan bertumbuh sekitar ½ poin persentase lebih cepat pada triwulan tersebut jika pemerintah membelanjakan anggaran modalnya pada laju yang sama dengan tahun 2009. Investasi dalam peralatan dan permesinan mengimbangi sebagian perlambatan ini. Dan jeda pada pertumbuhan konsumsi swasta tampaknya hanya bersifat sementara dengan adanya percepatan ulang menuju pertengahan tahun 2010. Impor terutama minyak refinary juga lebih cepat dibanding ekspornya, mengecilkan surplus perdagangan, seperti telah diperkirakan sebelumnya. Secara keseluruhan, inflasi tetaplah moderat relatif dibandingkan dengan sejarah tingkat inflasi yang ada. Inflasi inti mencapai nilai terendah pada bulan Maret dan hanya diangkat oleh tingginya harga emas dunia pada bulan Mei, menjadi 3,8 persen. Harga bahan pangan, bergejolak dan menunjukkan pertumbuhan kuat yang tidak diperkirakan sebelumnya, berlawanan dengan semester kedua tahun 2009, meningkatkan headline inflasi menjadi 4,3 persen di bulan Mei. Seperti biasa, peningkatan tersebut memiliki dampak yang lebih besar terhadap biaya hidup keluarga miskin, meningkatkan tingkat inflasi mereka menjadi 5,9 persen. Inflasi Indonesia meningkat lebih sedikit dibandingkan dengan inflasi negara-negara tetangga sejak pertengahan tahun 2009. Sebagian disebabkan oleh pengaturan harga energi Indonesia, yang membuat harga konsumen Indonesia tidak terpengaruhi oleh pemulihan harga energi dunia pada awal tahun 2009 dan sebagian lagi disebabkan karena pemulihan nilai tukar, dan dalam keseimbangan, kondisi pasokan dalam negeri yang menguntungkan dan melemahnya pertumbuhan moneter. Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor dan impor mi instan. Sebagai ilustrasi, tingkat pertumbuhan ekspor mi instan Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2001 rata-rata meningkat 101,9 persen. Kondisi ini diproyeksikan akan terus mengalami kenaikan dengan nilai yang berfluktuasi. Sementara dari sisi impor mi instan Indonesia juga mengalami peningkatan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 108,2 persen CIC, 2002. Kondisi ini merupakan peluang bagi para PT X untuk mengembangkan pasar ekspornya. Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara, bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia saat ini menghadapi era globalisasi yang berarti mengarah kepada perekonomian global dan perdagangan bebas. Jika kesepakatan ini telah belaku sepenuhnya maka manusia, barang, jasa, modal, teknologi dan informasi, yang menjadi faktor-faktor penentu dalam pembangunan industri dan perdagangan, dapat berpindah tanpa hambatan diantara negara-negara lainnya. Akibat lainnya adalah keterbukaan Indonesia terhadap barang-barang impor hasil pertanian dan industri pangan yang sejenis pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dan terbuka pada investasi asing. Dalam era globalisasi ini, produksi dalam negeri dituntut untuk dapat berkompetisi baik dari segi penyediaan, harga, mutu dan segi pemasarannya. Kondisi ini harus didukung oleh peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan demikian, peningkatan mutu sumberdaya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi perkembangan yang sedang dan akan terjadi. Kerjasama yang ada antara lain AFTA ASEAN Free Trade Area, yang menyepakati perjanjian mengenai CEPT Common Effective Preferential Tariff agar ASEAN dapat bersaing di pasar global. Hal ini dapat memberikan dampak positif berupa mengalirnya arus investasi asing, baik intra ASEAN maupun dari luar ASEAN dan mendorong industri-industri di kawasan ASEAN untuk menempuh orientasi pasar dan skala ekonomi yang lebih besar dan kegiatan produksi dan pemasarannya. Adanya globalisasi dan berbagai kerjasama regional dan multilateral lainnya membuka peluang bagi PT X untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri melalui ekspor. 4.4.3 Sosial dan budaya Pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan meningkat, serta pengetahuan akan gizi pada masyarakat yang semakin maju, menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan mulai berubah pada sebagian masyarakat. Perubahan ini antara lain sebagai variasi dalam menu sehari-hari baik dalam pengolahan produk untuk lebih menyesuaikan dengan kehidupan modern yang serba praktis Salah satu alternatif jenis makanan yang bisa digunakan adalah mi instan. Pada awalnya mi instan dianggap sebagai makanan selingan, tetapi dalam perkembangannya mi instan telah membudaya sebagai makanan alternatif pengganti nasi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Mi instan banyak disukai karena tergolong jenis makanan yang praktis dan siap disajikan dalam waktu relatif singkat. Selain itu, mi instan cenderung memiliki harga yang relatif terjangkau dan terdistribusi luas, tidak hanya di supermarket dan toko-toko besar tetapi sudah menjangkau warung- warung kecil di dekat rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen dapat dengan mudah membeli mi instan di berbagai tempat. Untuk PT X, berdasarkan hasil riset konsumen pada penelitian terdahulu, banyak konsumen yang membeli produk X dikarenakan warna kemasannya yang berwarna hijau sertu citra Islami melekat didalamnya sehingga kehalalan produknya terjamin dan terpercaya. Selanjutnya sebagian besar keputusan pembelian produk X sangat dipengaruhi oleh keluarga khususnya ibu rumah tangga dan anak. Hubungan dengan masyarakat sekitar pabrik terjalin dengan baik terutama dalam hal penanganan limbah pabrik. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, pabrik perusahaan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dikeluarkan ke alam sehingga menjadi tidak berbahaya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar pabrik ini memiliki dampak yang baik bagi perusahaan terutama dalam hal perekrutan karyawan pabrik, karena lebih dari separuh karyawan pabrik direkrut dari masyarakat sekitar pabrik yang memenuhi standar dan mutu karyawan PT X. Terjadi perbaikan indeks situasi sekarang ISS yang naik dari 78,3 ke posisi tertinggi dalam sejarah survei di level 80,5 perbaikan tersebut dilatarbelakangi semakin kuatnya kepercayaan konsumen terhadap pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di tingkat lokal dan nasional yang berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja baru. Dilatarbelakangi ketidakpastian situasi politik dan keamanan dalam negeri, indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah IKKP melemah 1.8 persen menjadi 122,3 didorong oleh penurunan semua komponen pembentuk IKKP. 4.4.4 Teknologi Perkembangan teknologi seperti teknologi pengolahan produk maupun teknologi dalam sistem manajemen akan berpengaruh terhadap perkembangan dan produktivitas perusahaan. Perusahaan mengadopsi teknologi di bidang komunikasi, transportasi dan proses produksi. Perkembangan komunikasi seperti telepon, faksimili dan internet telah dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan sebagai alat untuk memperlancar komunikasi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnisnya dengan para pembeli, pemasok maupun distributor. Kondisi ini sangat menguntungkan kedua belah pihak terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektivitas waktu. Selain itu, dapat mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan. Dalam proses produksi mi instan, peralatan-peralatan modern sudah mulai digunakan oleh perusahaan seperti mixer untuk mengaduk bahan, mesin roller press untuk proses pembuatan lembaran adonan pressing, mesin steam box untuk proses penyetiman steaming, mesin penggorongan Fryer, jacket tank cooling tank untuk proses pendinginan, serta mesin packing untuk proses pengemasan. Peralatan ini sangat membantu perusahaan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu baik sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar maupun untuk memenuhi permintaan pasar. 4.5 Analisis persaingan industri Analisis persaingan industri Lima Kekuatan Porter bertujuan untuk menganalisis kondisi persaingan industri yang dihadapi oleh perusahaan yaitu kondisi persaingan dalam industri mi instan. Analisis persaingan industri yang dilakukan didasarkan pada konsep Competitive Strategy Porter 1993 yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima variabel utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. Kelima kekuatan bersaing tersebut antara lain tingkat persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli. Gabungan dari kelima kekuatan inilah yang sebenarnya menentukan potensi laba akhir dalam suatu industri, dimana potensi laba dalam bentuk hasil laba atas modal yang telah diinvestasikan dalam jangka panjang. Kekuatan atau faktor persaingan terkuat akan menentukan kemampulabaan suatu industri dan karenanya merupakan faktor paling penting dalam perumusan strategi. Hasil analisis persaingan industri yang dilakukan memberikan gambaran secara menyeluruh bahwa industri mi instan memiliki intensitas persaingan kategori sedang dengan skor sebesar 2,808, artinya bahwa walaupun terdapat potensi untuk laba ekonomi atau tingkat pengembalian investasi di atas normal, hal tersebut belum dapat dijamin karena persaingan yang ada dalam industri mi instan terkadang menjadi sangat tajam. Untuk itu perusahaan yang berada dalam industri mi instan ini dapat memperoleh laba ekonomi atau tingkat pengembalian di atas normal yang cukup berarti hanya sampai dapat memberikan keunikan dalam produk, adanya keuntungan komparatif dalam produksi, distribusi dan pemasaran yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain. Rekapitulasi hasil analisa industri mi instan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Industri Mi instan Peubah Total skor Intensitas Rangking a. Ancaman produk substitusi b. Tingkat persaingan antar kompetitor c. Kekuatan tawar menawar pembeli d. Ancaman pendatang baru

e. Kekuatan tawar menawar pemasok